TEMA : INTELEGENSI
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : ARCIVIC CHORYNIA RUBY S.Psi.,M.Psi., Psikolog
Disusun oleh:
Kelompok 7
1. Ma’ruf Ishlachuddin (201960042)
2. Yulia Dwi Jayanti (201960067)
3. Desitya Nugrahaningtyas (201960090)
Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin
yaitu “Intellectus dan Intelligentia”. Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh
Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951 yang mengemukakan adanya konsep lama
mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal
pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut dengan “Nous” sedangkan
penggunaan kekuatannya zisebut “Noeseis”. Intelegensi merupakan kemampuan yang bersifat
umum dan potensial.
Menurut Super dan Cites dalam Garret. Intelegensi didefinisikan sebagai kemampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dari pengalaman, dimana manusia hidup dan
berinteraksi didalam lingkungannya yang kompleks sehingga memerlukan kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Selain itu intelegensi mencakup tentang kemampuan
yang diperlukan untuk pemecahan masalah-masalah yang 9 memerlukan pengertian serta
mengunakan simbol-simbol. Oleh karena manusia hidup senantiasa menghadapi permasalahan
dan setiap permasalahan harus dipecahkan agar manusia memperoleh keseimbangan
(homeostasis) dalam hidup.
Menurut M Dalyono (2004: 124) intelegensi adalah kemampuan yang bersifat umum untuk
mengadakan penyesuaian terhadap sesuatu situasi atau masalah, yang meliputi berbagai jenis
kemampuan psikis seperti: abstrak, berpikir mekanis, matematis, memahami, mengingat,
berbahasa, dan sebagainya. Intelegensi juga dapat diartikan sebagai kemampuan yang dibawa
sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu (M Ngalim
Purwanto, 2004: 52).
M. Ngalim Purwanto (2004: 55-56) menegaskan bahwa ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi intelegensi yang 10 mengakibatkan terjadinya perbedaan antara intelegensi
seseorang dengan yang lain. Adapun faktor yang dapat mempengaruhi tingkat intelegensi
seseorang, di antaranya:
1. Pembawaan: pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir
batas kesanggupan kita, yakni dapat tindaknya seseorang memecahkan suatu soal,
pertama-tama ditentukan oleh pembawaan kita.
2. Kematangan: Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan, Tiap organ (fisik dan psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah
mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
3. Pembentukan: pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi.
4. Minat dan pembawaan yang khas: minat mengarahkan pembuatan kepada suatu tujuan
dan merupakan dan dorongan bagi pembawaan itu. Dorongan-dorongan (motif-motif)
yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.
5. Kebebasan: kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang
tertentu dalam memecahkan masalahmasalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih
metode juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
B. Teori – teori Intelegensi
Beberapa ahli yang mengajukan teorinya mengenai intelegensi, di antaranya adalah Terman,
Spearman, Sternberg, Thurstone, Guilford, dan Gardner. Teori – teori inteligensi dibedakan
menjadi empat macam, diantaranya:
1) Teori Faktor
a. Teori ini dikembangkan oleh Spearman, dia mengembangkan teori dua factor dalam
kemampuan mental manusia. Yakni : teori factor “g” (factor kemampuan umum) :
kemampuan menyelesaikan masalah atau tugas – tugas secara umum (misalnya,
kemampuan menyelesaikan soal – soal matematika)
b. teori factor “s” (factor kemampuan khusus) : kemampuan menyelesaikan masalah atau
tugas – tugas secara khusus (misalnya, mengerjakan soal – soal perkalian,atau
penambahan dalam matematika)
Teori ini dikembangkan oleh Guilford, dia mengatakan bahwa tiap tiap kemampuan memiliki
jenis keunikan tersendiri dalam aktifitas mental atau pikiran (operation), isi informasi (content),
dan hasil informasi (product).penjelasannya adalah sbb :
Convergent production yaitu penggalian informasi khusus secara penuh dari gudang
ingatan. Misalkan menemukan kata – kata yang cocok untuk jawaban TTS
Evaluation yakni memutuskan yang paling baik dan yang cocok dengan tuntunan berpikir
logis
Visual yaitu informasi – informasi yang muncul secara langsung dari stimulasi yang
diterina oleh mata
Auditory yakni informasi – informasi yang muncul secara langsung dari stimulasi yang
diterina oleh system pendengaran (telinga)
Simbolic yaitu iem – item informasi yang tersusun urut bersamaan dengan iem – iet yang
lain.
Sematic biasanya berhubungan dengan makna atau arti tetapi tidak melekat pada symbol
– symbol kata
Behavioral yakni item informasi mengenai keadaan mental dan perilaku individuuang
dipindahkan melalui tindakan dan bahasa tubuh.
Unit yaitu suatu kesatuan yang memiliki suatu keunuikan didalam kombinasi sifat dan
atributnya, contoh bunyi musik,cetakan kata
Class yakni sebuah konsep dibalik sekumpulan obyek yang serupa. Misalkan bilangan
genap dan ganjil
Relation yakni hubungan antara dua item. Contoh dua orang yang memiliki huruf depan
berurutan, Abi kawin dengan Ani
Sistem yakni tiga item atau lebih berhubungan dalam suatu susunan totalitas. Misalkan
tiga orang berinteraksi didalam sebuah acara dialog di TV
Implication yakni item informasi diusulkan oleh item informasi yang sudah ada.
Misalkan melihat 4X5 dan berpikir 20.
3) Teori Kognitif
Teori ini dikembangkan oleh Sternberg menurutnya inteligensi dapat dianalisis kedalam
beberapa komponen yang dapat membantu seseorang untuk memecahkan masalahnya
diantaranya :
Metakomponen adalah proses pengendalian yang terletak pada urutan lebih tinggi yang
digunakan untuk melaksanakan rencana, memonitor, dan mengevaluasi kinerja dalam
suatu tugas
Komponen kinerja adalah proses – proses pada urutan lebih rendah yang digunakan untuk
melaksanakan berbagai strategi bagi kinerja dalam tugas
Teori ini dikembangkan oleh Howard Gadner, dalam teorinya ia mengemukakan sedikitnya
ada tujuh jenis inteligensi yang dimiliki manusia secara alami, diantaranya :
Darwin (sudut biologi) inteligensi akan meningkat sejalan peningkatan ukuran dan
kompleksitas pusat saraf otak yang lebih tinggi.
Hasil proses pembelajaran terdiri atas 3 ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Ranah kognitif merupakan ranah penalaran yang lebih dikenal dengan
kemampuan berpikir. Ranah afektif merupakan ranah yang berhubungan dengan sikap seseorang.
Ranah psikomotorik berkaitan dengan
keterampilan bertindak dan keaktifan seseorang. Salah satu faktor yang berperan penting dalam
ketercapaian hasil belajar adalah intelegensi. Intelegensi merupakan tingkah laku maupun cara
seseorang memecahkan masalah dan memberi respon menghadapi kesulitan dengan
berpikir cepat dalam proses belajar. Intelegensi memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil
belajar siswa (Slameto, 2003).
Menurut Charter (2010), tipe kecakapan yang diukur dengan tes IQ meliputi
Kecerdasan verbal mengungkap bagaimana siswa memahami ide-ide yang diekspresikan melalui
kata-kata, dan bagaimana siswa dapat berpikir dan bernalar dengan kata-kata. Siswa dengan
kecerdasan verbal yang baik akan lebih mudah memahami konsep-konsep sains biologi yang
diberikan oleh guru. Kecerdasan numerik berhubungan dengan penguasaan anak dalam
menangani bilangan dan perhitungan, kemampuan untuk mengolah angka, susunan hierarki,
struktur, sebab akibat, dan analisis, dimana semua hal tersebut tercakup dalam pelajaran biologi.
D. Pengungkapan Intelegensi
Kecerdasan intelektual tidak hanya mencakup aspek linguistic dan matematis saja, tetapi
juga harus dilihat dari aspek kinetis, musical, visual-spatial, interpersonal, intrapersonal, dan
naturalis. Jenis-jenis kecerdasan intelektual tersebut dikenal dengan Multiple Intelligence yang
diperkenalkan oleh Howard Gardner pada tahun 1983. Gardner mengatakan bahwa kita
cenderung lebih menghargai orang - orang yang ahli di dalam kemampuan logika (matematika)
dan bahasa.
Mengenai soal perbadaan intelegensi ada pandangan yang menekankan pada perbedaan
kualitatif dan pandangan yang menekankan pada perbedaan kuantitatif. Pandangan yang pertama
berpendapat bahwa perbedaan intelegensi individu satu dengan yang lain memang secara
kualitatif berbeda yang berarti pada dasarnya memang telah berbeda intelegensi individu satu
dengan yang lain . Pandangan kedua menitikberatkan pada perbedaan kuatitatif yang berarti
perbedaan intelegensi semata – mata karena perbedaan materi yang diterima atau kerena
perbedaan dalam proses belajarnya.Kedua pandangan tersebut sangat berlawanan satu dengan
yang lain. Perlu diingat bahwa perkembangan manusia itu ditentukan baik oleh pembawaan
maupun oleh lingkungan.
Baik pandangan pertama maupun kedua mengakui bahwa individu satu dengan yang lain
berbeda dalam segi intelegensinya. Untuk mengetahui taraf intelegensi seseorang dapat
digunakan tes intelegensi . dengan tes ini diharapkan dapat mengungkap intelegensi seseorang
dan akan dapat diketahui tentang keadaan tarafnya. Tes ini diciptakan oleh Binet.
Tes intelegensi Binet pertama kali disusun dalam tahun 1905, yang kemudian mendapat
bermacam – macam revisi baik dari Binet maupun dari para ahli yang lain. Tes itu akhirnya
direvisi lagi oleh Binet sendiri pada tahun 1908 sebagia revisi pertama dan tahun 1911 diadakan
revisi kedua.Dalam tahun 1916 tes Binet direvisi, dan diadaptasikan disesuaikan penggunaanya
di Amerika yang dikenal dengan revisi Terman dari Stanford Unversity dan dikenal dengan
Stanford Revision , juga dikenal dengan tes intelegensi Stanford-Binet. Disamping itu juga
digunakan pengertian Intellegence Quotien atau disingakt IQ. Untuk memperoleh IQ digunakan
rumus IQ = MA/CA x 100 . MA adalah mental age atau umur mental, dan CA adalh
chronological age atau umur kronologis, yaitu umur yang sebenarnya.
Pada tahun 1939 David Wcsher menciptakan individual intellegence test, yang dikenal
dengan Wechser Bullevue Intellegence Scale atau juga sering dikenal dengan tes intelegensi
WB. Klasifikasi IQ-nya adalah :
Very superior : IQ diatas 130
Superior : IQ 120-129
Bright normal : IQ 110-119
Average : IQ 90-109
Dull normal : IQ 80-89
Mental defective : IQ 70-79
DAFTAR PUSTAKA
https://eprints.uny.ac.id/7711/3/BAB%202%20-%2005602241021.pdf
https://kmjppb.wordpress.com/2011/10/15/intelegensi/
http://digilib.unila.ac.id/8180/14/BAB%20I.pdf
https://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/view/479
http://pls113002.blogspot.com/2014/01/kata-pengantarpertama-kami-mengucapkan_14.html
Raharjo, Andreas Teguh. (2010). Hubungan Antara Multiple Intelligence dengan Prestasi Belajar
Siswa Kelas XI di SMA Negeri 10 Malang. Jurnal Psikologi, 5, 2, 311-322.