Anda di halaman 1dari 10

INTELEGENSI

Meyke A.Y. Seu Carolina A.H. Manu


Juan T.G.N. Warduna Esly D.P. Heo
Lusiani A. Tirik Maria F.F. Lekekasa
Semiyanri Sbaat
Foldi A. Muskanan
Maria F. Rofle
Anjelina S.F. Sanu
Definisi Intelegensi
 Secara Etimologis
Intelegensi berasal dari bahasa inggris “intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin yaitu
“Intellectus dan Intelligentia atau Intellegere”. Teori tentang intelegensi pertama kali
dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Pol pada tahun 1951.
 Menurut Para Ahli
1. Alfred Binet (1857-1911) & Theodotr Simon
Intelegensi terdiri dari tiga komponen yaitu, kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau
tindakan (Direction), kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah
dilaksanakan (Adaptation), dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri (Criticism).
2. Lewis Madison Terman (1916)
Intelegensi sebagai kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak.
3. H.H. Goddard (1946)
Intelegensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang akan
datang.
4. Baldwin (1901)
Intelegensi sebagai daya atau kemampuan untuk memahami.
Teori Intelegensi

1. Teori “Two Factors”


Teori ini dikemukakan oleh Charles Spearmen. Dia berpendapat bahwa
intelegensi itu meliputi kemampuan umum yang diberi kode “G” (general
factors), dan kemampuan khusus yang diberi kode “S” (specific factors).
a) Factor umum (g), mencakup semua kegiatan intelektual yang dimiliki
setiap orang. Teori factor “g” adalah kemampuan menyelesaikan masalah
secara umum. Misalnya kemampuan menyelesaikan soal-soal matematika.
b) Factor khusus (s), mencakup berbagai factor khusus tertentu yang relevan
dengan tugas tertentu. Teori factor “s” adalah adalah kemampuan
menyelesaikan masalah secara khusus. Misalnya mengerjakan soal-soal
perkalian, pembagian dalam matematika.
2.Teori Intelegensi Majemuk (Multiple Intelligences)

 Teori ini dikembangkan oleh Howard Gardner, dalam teorinya ia


mengemukakan ada 9 jenis intelegensi yang dimiliki manusia secara alami,
yaitu:
1. Inteligensi bahasa, yaitu kemampuan memanipulasi kata-kata didalam
bentuk lisan ataupun tulisan. Misalnya membuat puisi.
2. Inteligensi matematika-logika, yaitu kemampuan memanipulasi sistem-
sistem angka dan konsep-konsep menurut logika. Misalkan para ilmuwan
dibidang fisika, matematika.
3. Inteligensi ruang, yaitu kemampuan untuk melihat dan memanipulasi pola-
pola dan rancangan. Contohnya pelaut, arsitektur, dan desainer.
4. Inteligensi music, yaitu kemampuan untuk mamahami dan memanipulasi
konsep-konsep music. Contohnya notasi, irama.
5. Inteligensi gerak-tubuh, yaitu kemampuan untuk menggunakan tubuh dan
gerak. Misalnya penari, atlet.
6. Inteligensi intrapersonal, yaitu kemampuan untuk memahami perasaan-
perasaan sendiri, refleksi, pengetahuan batin, dan filosofinya. Contohnya
ahli agamawan.
7. Inteligensi interpersonal, yaitu kemampuan untuk
memahami orang lain, pikiran maupun perasaannya,
misalnya psikiater.
8. Inteligensi naturalis, yaitu melibatkan kemampuan
bentuk-bentuk alam di sekitar ita. Misalnya berkebut,
berkemah.
9. Inteligensi eksistensial, yaitu kemampuan dan
kepekaan seseorang untuk menjawab persoalan-
persoalan terdalam mengenai keberadaan manusia,
missal sering muncul pertanyaan dalam diri sensiri
mengapa aku ada atau makna dari kehidupanku.
3. Teori “Triachic of Inteligence”

Teori ini dikemukakan oleh Robert Stenberg. Teori ini


merupakan pendekatan proses kognitif untuk memahami
intelegensi. Stenberg mengartikannya sebagai suatu deskripsi
tiga bagian kemampuan mental (proses berpikir, mengatasi
pengalaman atau masalah baru, dan penyesuaian terhadap
situasi yang dihadapi) yang menunjukkan tingkah laku
inteligen.
Pengukuran Intelegensi

Pada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon merancang suatu
alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang
memerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak yang kurang pandai). Alat tes itu
dinamakan Tes Binnet-Simon. Tes ini kemudian direvisi pada tahun 1911.
Tahun 1916, Lewis Terman mengadakan banyak perbaikan dari tes
Binnet-Simon. Sumbangan utamanya adalah menetapkan indeks numeric
yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara mental
age dan chronological age. Hasil perbaikan ini disebut Tes Stanford-binet.
Indeks seperti ini sebetuknya telah diperkenalkan oleh psikolog Jerman
yang bernama William Stern, yang kemudian dikenal dengan Intelligence
Quotient atau IQ. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur
kecerdasan anak-anak usia 13 tahun.
Salah satu reaksi atas Tes Binet-Simon atau Tes Stanford-Binet
adalah bahwa tes itu terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang
ini, Charles Spearman mengemukakan bahwa inteligensi tidak
hanya terdiri atas satu factor yang umum saja (General Faktor),
tetapi juga terdiri dari factor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini
disebut teori factor (Factor Theory of Intelligence). Alat tes yang
dikembangkan menurut teori factor ini adalah WAIS (Weehsler
Adult Inteligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC (Weehsler
Intelligence Scale for Children) untuk anak-anak.
Kesimpulan

 Kecerdasan atau intelegensi adalah kemampuan adaptasi dan


menggunakan pengetahuan yang dimiliki dalam menghadapi
berbagai masalah dalam hidup seseorang. Beberapa teori
menyatakan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan dasar
yang dimiliki oleh individu dalam menetukan tujuan hidup.
 Intelegensi secara umum dipahami pada dua tingkat yakni:
kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami
informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran.
Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi
sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan
(problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun
bertambah.
Sekian & Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai