PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran masalah inteligensi merupakan salah satu
masalah pokok, karenanya tidak mengherankan kalau masalah tersebut banyak dikupas orang,
baik secara khusu maupun secara sambil lalu dalam pertautan dengan pengupasan lain. Tentang
peranan inteligensi itu dalam proses pendidikan ada yang menganggap demikian pentingnya
sehingga dipandang menentukan dalam hal berhasil dan tidaknya seseorang dalam hal belajar,
sedang pada sisi lain ada juga yang menganggap bahwa intelegensi tidak lebih mempengaruhi
soal tersebut. Tetapi pada umumnya orang berpendapat, bahwa intelegensi merupakan salah satu
faktor penting yang ikut menentukan berhasil atau gagalnya belajar seseorang, terlebih-lebih
pada waktu anak masih sangat muda, intelegensi sangat besar pengaruhnya.
Adapun pembahasan mengenai intelegensi itu secara teknis pada pokoknya dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
(1) Pembahasan mengenai sifat hakekat intelegensi, dan
(2) Pembahasan mengenai penyelidikan intelegensi itu.
Hal yang pertama itu lebih bersifat teoretis-konsepsional, sedang hal yang kedua lebih bersifat
teknis metodologis. Dalam pada itu harus diingat, bahwa penggolongan seperti yang
dikemukakan itu hanyalah bersifat teknis bukan prinsip
Cara pendekatan filsafat itu sampai sekarang masih banyak diikuti oleh ahli ahli di eropa
daratan dan daerah pengaruhnya, sedangkan ahli ahli didaerah Anglo-Saksis (terutama Amerika
Serikat dan Inggris) sedikit demi sedikit makin mengutamakan diskusi dan analisi mengenai
data, hasil berbagai eksperimen, dan meninggalkan cara analisis logis-spekulatif itu, yang
dipandang lepas dari data empiris.
Dalam pada itu apabila kita menumpahkan perhatian kita kepada data empiris itu, maka
segera ternyata bagi kita bahwa masalah sifat hakekat intelegensi itu berjalinan rapat dengan
masalah-masalah lain, seperti misalnya:
(a) Bagaimanakah jalan perkembangan intelegensi itu pada anak-anak normal, danpada
anak-anak kurang normal?
(b) Sejauh manakah perkembangan intelegensi itu dipengaruhi oleh factor-faktor dasar,
sejauh mana dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan?
(c) Bagaimana kita dapat membedakan intelegensi dan prestasi belajar sebagai hasil
didikan?
Sekitar tahun-tahun 1920-1930 sejumlah proyek-proyek penelitian yang luas telah
dilakukan orang untuk dapat memberi jawaban terhadap persoalan-persoalan diatas itu. Analisis
dan pembahasan mengenai hasil-hasil tersebut kiranya memberikan kepada semua pihak yang
turut ambil bagian bahwa tidak ada satu masalah pun yang dapat dijawab secara memuaskan
tanpa menimbulkan masalah lain yang sama sulitnya.
Dewasa ini kebanyakan ahli yang secara aktif melakukan penelitian dalam bidang
intelegensi tidak berusaha menjawab persoalan yang seluas yang diketengahkan dimuka, yaitu:
Apakah Intelegensi itu?, akan tetapi mereka memusatkan pengupasan masalah-masalah yang
lebih khusus, seperti misalnya:
(a) Bagaimanakan struktur mental orang dewasa?
(b) Bagaimanakah struktur mental itu berubah-ubah dengan bertambahnya umur?
(c) Apakah seseorang itu dalam hal intelegensi akan tetap pada kelompok tertentu
ataukah dia akan berubah/berpindah ke kelompok lain?
Disini secara garis besar akan dikemukakan berbagai konsepsi mengenai intelegensi itu, yang
merupakan jawaban bagi pernyataan Apakah intelegensi itu? yang tersebut dimuka. Konsepsikonsepsi tersebut pada dasarnya digolong-golongkan menjadi lima kelompok, yaitu:
(1) Konsepsi-konsepsi yang bersifat spekulatif,
(2) Konsepsi-konsepsi yang bersifat pragmatis,
(3) Konsepsi-konsepsi yang didasarkan atas analisis faktor, yang kiranya dapat kita sebut
konsepsi-konsepsi faktor,
(4) Konsepsi-konsepsi yang bersifat operasional, dan
(5) Konsepsi-konsepsi yang didasarkan atas analisis fungsional, yang kiranya dapat kita
sebut konsepsi-konsepsi fungsional.
Intelligence is what the tests test. This is narrow definition, but it is the only
point of departure for a rigorous discussion of the test. It would be better if the
psychologists could have used some other and more technical term, since the
ordinary connotation intelligence is much broader. The damage is done, however,
and no harm need result if we but remember that measurable intelligence is
simply what the tests of intelligence test, until further scientific observation
allows us to extend the definition.
Konsepsi ini cocok sekali dengan selera banyak ahli di Amerika Serikat. Kurang radikal
daripada pendapat Boring itu ialah pernyataan Terman, bahwa inteligensi itu dapat diukur sesuai
dengan definisinya. Pernyataan ini dianalogikan dengan pengetahuan tentang listrik, pengukuran
terhadap listrik tergantung kepada definisi yang diberikannya, panasnya, alirannya dan
sebagainya.
Jika sekiranya ini benar, maka sebenarnya dengan test itu kita tidak mendapatkan
pengetahuan baru sama sekali, karena yang kita ukur itu kita sudah mengerti sebelumnya.
3. Konsepsi-konsepsi Faktor
Konsepsi-konsepsi ini dinamakan demikian sebenarnya beralas pada kenyataan bahwa
di dalam menyelidiki dan mencari sifat hakekat intelegensi itu orang mempergunakan teknik
analisis faktor, suatu teknik yang mula-mula dirintis oleh Spearman, dan kemudian cepat
berkembang, terutama di daerah Anglo Saksis. Psikologi yang begitu besar peranannya dalam
psikologi dewasa ini banyak sekali bersandar kepada analisis faktor itu,
(a) Teori Spearman
Dengan teknik analisis faktor Spearman menemukan bahwa tiap tingkah laku
manusia itu dimungkinkan (disebabkan) oleh dua faktor, yaitu:
(1) Faktor umum, general faktor, dan
(2) Faktor-faktor khusus tertentu (special factor).
Faktor umum atau general faktor itu, yang dilambangkan dengan huruf g merupakan hal
atau faktor yang mendasari segala tingkah laku orang. Jadi di dalam tiap tingkah laku itu berjalan
faktor g itu. Sedang faktor khusus atau special factor, yang dilambangkan dengan huruf s, hanya
berfungsi pada tingkah laku tingkah laku khusus saja. Jadi tiap tingkah laku itu dimungkinkan
atau didasari oleh dua faktor, yaitu: faktor g dan s tertentu. Faktor g itu berfungsi pada tiap
tingkah laku, jadi yang berfungsi pada tingkah laku tingkah laku yang berbeda itu adalah faktor g
yang sama dan faktor s yang tidak sama. Keterangan ini mungkin dapat diberi ilustrasi begini:
Tingkah laku 1 = Tl1 = g + s1
Tingkah laku 2 = Tl2 = g + s2