Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“TES INTELEGENSI INTELLIGENZ STRUKTUR TEST (IST)”


(Diajukan Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Tes Intelegensi)

DISUSUN OLEH:

1. NUFAISAH ANDINI PUTRI 2131060200


2. HANA MARLIANA 2131060212
3. SANTI NURHUSAINI 2131060074
4. RIDHA SYAFIQAH ZAHRA 2131060170
5. DITA AVILIANI 2131060122
6. ELEN DEA ANGGRAINI 2131060124
7. FEBBY PUTRI LESTARI 2131060027
8. SITI NURAZIZAH 2131060083
9. HUSAIN KHALID 2131060034
10. ARYA SAPUTRA ROSIDIQ 2131060009
11. MAYA RADIKA RUSLAN 2131060044
12. FEBI EFENDI 2131060191
13. FENI ROSALIA 2131060128
14. LUSI SARAH WATI 2131060140
15. SAGITA DZAHARA 1731080057

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UIN RADEN INTAN LAMPUNG

1445 H/2023 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Tes Intelegensi Intelligenz Struktur Test (IST)
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Dosen pada Tes Intelegensi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Tes Intelegensi Intelligenz Struktur Test (IST)
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Faisal Adnan Reza, S. Psi,
M. Psi, Psikolog selaku Dosen Tes Intelegensi yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima
demi kesempurnaan makalah ini.

Lampung, 07 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 6
2.1 Pengertian dan Tokoh Tes IST ...................................................................... 6
2.2 Fungsi dan Tujuan Tes IST ........................................................................... 7
2.3 Sejarah Tes IST ............................................................................................. 7
2.4 Subtes-Subtes dalam Tes IST ........................................................................ 9
2.5 Prosedur Tes IST ......................................................................................... 10
2.6 Scoring Tes IST ........................................................................................... 11
2.7 Interpretasi Tes IST ..................................................................................... 11
2.8 Norma Hasil Penyekoran Tes IST ............................................................... 12
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 14
3.2 Saran ............................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Intelligenz Struktur Test (IST) merupakan tes yang mengukur inteligensi
dan sering digunakan oleh berbagai kalangan meskipun usianya sudah lebih dari
40 tahun sejak pertama kali diadaptasi ke dalam versi Indonesia (Rahmawati,
2014). Hal ini diperkuat oleh pendapat Bawono (2008), bahwa IST merupakan
alat tes inteligensi yang paling sering digunakan, baik di lingkungan pendidikan
maupun pekerjaan.
Pengggunaan IST dalam mengukur kecerdasan memiliki beberapa
keunggulan daripada tes inteligensi lainnya. Hal ini dikarenakan IST merupakan
alat tes kecerdasan yang tergolong praktis dibandingkan tes kecerdasan lainnya.
IST dapat digunakan untuk klasifikasi usia yang lebih panjang dengan rentang 12-
60 tahun dan 3 dapat diberikan secara individual maupun klasikal
Untuk lebih tau secara menyeluruh apa itu IST, berikut kami susun
rumusan masalah yang akan dibahas:

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dan tokoh tes IST?
2. Apa fungsi dan tujuan tes IST?
3. Bagaimana sejarah tes IST?
4. Apa saja subtes-subtes dalam tes IST?
5. Bagaimana prosedur tes IST?
6. Bagaimana administrasi tes IST?
7. Bagaimana scoring tes IST?
8. Bagaimana norma hasil penyekoran tes IST?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dan tokoh tes IST
2. Menjelaskan fungsi dan tujuan tes IST
3. Menjelaskan sejarah tes IST

4
4. Menjelaskan subtes-subtes dalam tes IST
5. Menjelaskan prosedur tes IST
6. Menjelaskan administrasi tes IST
7. Menjelaskan scoring tes IST
8. Menjelaskan norma hasil penyekoran tes IST

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Tokoh Tes IST


Tes IST (Intelligenz Struktur Test) merupakan salah satu tes psikologi
untuk mengukur tingkat intelegensi seseorang. Tes IST sangat familiar digunakan
oleh biro-biro psikologi saat ini.
Tes ini dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Frankfurt, Jerman pada
tahun 1953. Amthauer mendefinisikan inteligensi sebagai keseluruhan struktur
dari kemampuan jiwa-rohani manusia yang akan tampak jelas dalam hasil tes.
Intelegensi hanya akan dapat dikenali (dilihat) melalui manifestasinya misalnya
pada hasil atau prestasi suatu tes.
Pandangan Amthaeur pada dasarnya didasari oleh teori faktor, baik itu
teori bifaktor, teori multifaktor, model struktur inteligensi Guilford dan teori
hirarki faktor. Berdasarkan teori faktor, untuk mengukur inteligensi seseorang
diperlukan suatu rangkaian baterai tes yang terdiri dari subtes-subtes. Antara
subtes satu dengan lainnya, ada yang saling berhubungan karena mengukur faktor
yang sama (general factor atau group factor), tapi ada juga yang tidak
berhubungan karena masing-masingnya mengukur faktor khusus (special factor).
Sedangkan kemampuan seseorang itu merupakan penjumlahan dari seluruh skor
subtes-subtes. Maka Amthauer menyusun IST sebagai baterai tes yang terdiri dari
9 subtes.
Berdasarkan pemikiran ini Amthauer menyusun sebuah tes yang
dinamakan IST dengan hipotesis kerja sebagai berikut: “Komponen dalam
struktur tersebut tersusun secara hierarkis; maksudnya bidang yang dominan
kurang lebih akan berpengaruh pada bidang-bidang yang lain; kemampuan yang
dominan dalam struktur intelegensi akan menentukan dan mempengaruhi
kemampuan yang lainnya.”
Pandangan Amthaeur pada dasarnya didasari oleh teori faktor, baik itu
teori bifaktor, teori multifaktor, model struktur inteligensi Guilford dan teori
hirarki faktor. Berdasarkan teori faktor, untuk mengukur inteligensi seseorang
diperlukan suatu rangkaian baterai tes yang terdiri dari subtes-subtes. Antara

6
subtes satu dengan lainnya, ada yang saling berhubungan karena mengukur faktor
yang sama (general factor atau group factor), tapi ada juga yang tidak
berhubungan karena masing-masingnya mengukur faktor khusus (special factor).
Sedangkan kemampuan seseorang itu merupakan penjumlahan dari seluruh skor
subtes-subtes. Maka Amthauer menyusun IST sebagai baterai tes yang terdiri dari
9 subtes (Polhaupessy, dalam Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009).
Karakteristik dari baterai tes Amthauer menunjukkan adanya suatu
interkorelasi yang rendah antar subtesnya (r=0.25) dan korelasi antara subtes
dengan jumlah (keseluruhan subtes) yang rendah pula (r=0.60).

2.2 Fungsi dan Tujuan Tes IST


Tes ini dipandang sebagai gestalt (menyeluruh), yang terdiri dari bagian-
bagian yang saling berhubungan secara makna (struktur). Dimana struktur
intelegensi tertentu meggambarkan pola kerja tertentu, sehingga akan cocok untuk
profesi atau pekerjaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut IST umum digunakan
untuk memahami diri dan pengembangan pribadi, merencanakan pendidikan dan
karier serta membantu pengambilan keputusan dalam hidup individu.

2.3 Sejarah Tes IST


Semenjak diciptakan, IST terus dikembangkan oleh Amthauer dengan
bantuan dari para koleganya, berikut adalah perkembangan tes IST dari tahun
1953 hingga tahun 2000-an.
 Tes IST 1953
Tes IST yang pertama ini pada awalnya hanya digunakan untuk individu
usia 14 sampai dengan 60 tahun. Proses penyusunan norma diambil dari 4000
subjek pada tahun 1953.
 Tes IST 1955
Tes IST merupakan pengembangan dari IST 1953, pada IST 1955 rentang
usia untuk subjek diperluas menjadi berawal dari umur 13 tahun. Subjek dalam
penyusunan norma bertambah menjadi 8642 orang. Pada tes ini sudah ada
pengelompokan jenis kelamin dan kelompok usia.

7
 Tes IST 1970
Berdasarkan permintaan dan tuntutan pengguna yang menyarankan
pengkoreksian dengan mesin juga pengembangan tes setelah penggunaan lebih
dari 10 tahun, maka disusunlah IST 70. Dalam IST 70 ini tidak terlalu banyak
perubahan, tes ini memiliki 6 bentuk, setiap pemeriksaan dilakukan 2 tes sebagai
bentuk parallel; yaitu A1 dan B2, atau C3 dan D4. Dua bentuk lainnya untuk
pemerintah dan hanya bagi penggunaan khusus. Pada IST 70, rentang kelompok
usia diperluas menjadi berawal dari 12 tahun. Disamping itu telah ditambah tabel
kelompok dan pekerjaan. Namun demikian, pada IST 70 terdapat kekurangan
yaitu penyebaran bidang yang tidak merata dan menggunakan kalimat dalam
subtes RA sehingga jika subjek gagal dalam subtes ini dapat dimungkinkan
karena tidak mampu mengerjakan soal hitungannya atau tidak mengerti
kalimatnya.
 Tes IST 2000
Sebagai koreksi dari IST 70, pada IST 2000 tidak terdapat soal kalimat
pada soal hitungan.
 Tes IST 2000-Revised
Pada IST 2000-R ini terdapat beberapa perkembangan subtes juga
penambahan subtes. IST ini terdiri dari 3 modul, yaitu sebagai berikut:
1. Grundmodul-Kurzform (Modul Dasar-Singkatan); terdiri dari subtes : SE,
AN, GE, RE, ZR, RZ, FA, WU, dan MA.
2. Modul ME: terdiri dari subtes ME Verbal dan ME Figural
3. Erweiterungmodul (Modul menguji pengetahuan); terdiri dari subtes
Wissentest (tes pengetahuan)
IST yang digunakan di Indonesia adalah IST hasil adaptasi Fakultas
Psikologi Universitas Padjajaran Bandung. Adaptasi dilakukan kepada IST-70.
Tes ini pertama kali digunakan oleh Psikolog Angkatan Darat Bandung, Jawa
Barat (Polhaupessy, dalam Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009).

8
2.4 Subtes-Subtes dalam Tes IST
IST terdiri dari sembilan subtes yang keseluruhannya berjumlah 176 item.
Masing-masing subtes memiliki batas waktu yang berbeda-beda dan
diadministrasikan dengan menggunakan manual (Polhaupessy, dalam Diktat
Kuliah IST UNPAD, 2009).
Sembilan subtes dalam IST, yaitu:
1. Satzerganzung (SE) → Melengkapi Kalimat
Pada subtes SE, aspek yang diukur adalah masalah pengambilan
keputusan, keinginan berprestasi, penilaian atau pembentukan opini, common
sense, penekanan pada berpikir praktis dan konkrit pemaknaan realitas, dan
berpikir secara mandiri.
2. Wortauswahl (WA) → Melengkapi kata-kata
Pada subtes WA, yang akan diukur ialah kemampuan menangkap inti atau
makna dari sesuatu yang disampaikan melalui bahasa, perasaan empati atau
kemampuan menyelami perasaan, berpikir induktif menggunakan bahasa. WA
juga mengukur common sense (logika berpikir), cara berpikir kongkrit praktis,
sense of reality, judgement,mandiri dalam berfikir, pembentukan keputusan. Yang
dimaksud dengan “judgement,” adalah artinya apakah testee mampu menilai arti
apakah ia mandiri, atau apakah ia salah kaprah.
3. Analogien (AN) → Persamaan Kata
Pada subtes AN, aspek yang diukur ialah kemampuan fleksibilitas dalam
berpikir, kemampuan mengkombinasikan atau menghubungkan, kelincahan dalam
berubah dan berganti dalam berpikir, resistensi atau kemampuan untuk melawan
solusi masalah yang tidak pasti sehingga meliputi kejelasan dan kekonsenkuenan
dalam berpikir.
4. Gemeinsamkeiten (GE) → Sifat yang Dimiliki Bersama
Pada subtes GE, aspek yang akan diukur adalah kemampuan abstraksi
verbal, menemukan ciri yang sama atau khas dari dua objek dan menyusun suatu
pengertian tentangnya. Kemampuan untuk menyatakan pengertian akan sesuatu
dalam bentuk Bahasa, membentuk suatu pengertian atau mencari inti persoalan,

9
serta memahami esensi pengertian suatu kata untuk dapat menemukan kesamaan
esensial dari beberapa kata.
5. Rechhenaufgaben (RA) → Kemampuan Berhitung
Aspek yang diukur pada RA adalah kemampuan berpikir atau
memecahkan masalah praktis dalam berhitung, matematis, berpikir logis, dan
lugas penalaran, dan kemampuan berpikir runtut mengambil kesimpulan.
6. Zahlenreihen (ZR) → Deret Angka
Aspek yang diukur pada aspek ZR adalah bagaimana cara berpikir teoritis
dengan hitungan. Maksudnya mengukur kemampuan berhitung testee yang
didasarkan pada pendekatan analisis atas informasi factual berbentuk angka
sehingga didapatkan suatu kesimpulan (berpikir induktif dengan angkaangka),
serta kelincahan dan irama dalam berpikir.
7. Figurenauswahl (FA) → Memilih Bentuk
FA mengukur kemampuan testee dalam membayangkan, kemampuan
mengkonstruksi (sintesa dan analisa) sehingga dapat menggabungkan potongan
suatu objek visual dan menghasilkan suatu bentuk tertentu, serta memasukkan
bagian pada suatu keseluruhan (membayangkan menyeluruh).
8. Wurfelaufgaben (WU) → Latihan Balok
Aspek yang diukur pada WU adalah kemampuan analisis yakni daya
bayang ruang, didalamnya terkandung kreativitas, kemampuan tiga dimensi,
imajinasi dan fleksibilitas berpikir, serta kemampuan konstruktif teknis dalam
menyusun perubahan.
9. Merkaufgaben (ME) → Latihan Simbol
Subtest ME pada IST Test mengukur kemampuan daya ingat seseorang,
fokus, perhatian, konsentrasi yang menetap, dan daya tahan.
2.5 Prosedur Tes IST
Berikut merupakan prosedur tes IST:
1. IST dapat digunakan untuk tes individual maupun klasikal
2. IST terdiri dari 9 subtes, setiap subtes mempunyai cara pengerjaan dan waktu
yang berbeda.
3. Hasil akhir merupakan angka yang menunjukkan taraf kecerdasan

10
4. Instruksi sudah tercantum di halaman depan setiap subtes. Tester dapat
membacakan instruksi itu jika testee mempunyai latar belakang pendidikan cukup
tinggi (SMA ke atas), tetapi untuk latar belakang pendidikan yang lebih rendah
(SMP) maka tester harus menulis di papan tulis atau memberikan peragaan
5. Untuk subtes terakhir (ME), setelah memberikan instruksi testee diminta
menutup bukunya dan melepaskan lembar hafalan, untuk dihafalkan selama 3
menit. Sebelum mengerjakan subtes ini, lembar hafalan dan kertas lain di sekitar
testee hendaknya diambil dulu untuk menghindari mencontek.
2.6 Scoring Tes IST
Tahap skoring yang digunakan untuk setiap subtes adalah dengan
memeriksa setiap jawaban dengan menggunakan kunci jawaban yang telah
disediakan. Untuk semua subtes (SE, WA, AN, RA, ZR, FA, WU, & ME), kecuali
subtes 04-GE, setiap jawaban benar diberi nilai 1 dan untuk jawaban salah diberi
nilai 0. Khusus untuk subtes 04-GE, tersedia nilai 2, 1, dan 0; karena subtes ini
berbentuk isian singkat maka nilai yang akan diberikan tergantung dengan
jawaban yang diberikan oleh subjek. Total nilai benar yang sesuai dengan kunci
jawaban merupakan Raw Score (RW); nilai ini belum dapat diinterpretasi sesuai
dengan norma yang digunakan. Nilai RW yang sudah dibandingkan dengan
norma disebut dengan Standardized Score (SW). Nilai SW inilah yang dapat
menjadi materi untuk tahap selanjutnya, yaitu interpretasi. Adapun norma yang
digunakan adalah sesuai dengan kelompok umur subjek.

2.7 Interpretasi Tes IST


Setelah didapatkan standardized score, maka tahap interpretasi dapat
dilakukan. Kesembilan subtes saling berkaitan, sehingga harus dilakukan
semuanya dan interpretasinya harus dilakukan secara keseluruhan (Amthauer
dalam Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009). Interpretasi yang dapat dilakukan dari
tes IST adalah sebagai berikut:
1. Taraf kecerdasan didapat dari total SW.
Nilai ini dapat diterjemahkan menjadi Intelligent Quotient (IQ). Nilai ini
dapat menggambarkan perkembangan individu melalui pendidikan dan pekerjaan.
Nilai ini perlu dihubungkan dengan latar belakang sosial serta dibandingkan
dengan kelompok seusianya.

11
2. Dimensi Festigung-Flexibilität.
Dimensi Festigung-Flexibilität menggambarkan corak berpikir yang
dimiliki oleh subjek. Dimensi Festigung-Flexibilität merupakan dua kutub yang
ekstrim, Keduanya menggambarkan corak berpikir yang ekstrim pula. Kutub
Festigung memiliki arti corak berpikir yang eksak, sedangkan kutub Flexibilität
memiliki arti corak berpikir yang non-eksak. Corak berpikir ini merupakan hasil
perkembangan (pengalaman) individu yang akan semakin mantap ke salah satu
kutub seiring bertambahnya usia. Cara menentukan seseorang subjek apakah
memiliki kecenderungan Festigung atau Flexibilitat adalah dengan
membandingkan nilai GE+RA dengan nilai AN+ZR. Jika nila GE+RA lebih besar
maka subjek memiliki kecenderungan Festigung, sebaliknya jika nilai AN+ZR
lebih besar maka subjek memiliki kecenderungan Flexibilitat.
3. Profil M-W.
Profil M-W menggambarkan cara berpikir, apakah verbalteoritis atau
praktis-konkrit. Untuk mendapatkan profil dalam bentuk huruf M atau W ini dapat
dilihat dari 4 subtes pertama (SE, WA, AN, GE) yang tampak pada grafik. Jika
grafik menunjukkan bentuk huruf M pada 4 subtes pertama maka profilnya adalah
M (verbal-teoritis), jika yang tampak adalah bentuk huruf W maka profilnya
adalah W (praktis-konkrit).
2.8 Norma Hasil Penyekoran Tes IST
Norma tes IST diperlukan untuk mengubah skor kasar maupun skor total
ke dalam weighted score yang akan menghasilkan nilai inteligensi seseorang
dalam bentuk angka dan apabila nilai inteligensi ini dibandingkan dengan norma
kelompok akan diketahui kategori inteligensi seseorang tersebut yaitu:
a. Very superior yaitu subyek yang memperoleh weighted score sebesar 119
keatas.
b. Tinggi yaitu subyek yang memperoleh weighted score sebesar antara 105
sampai dengan 118.
c. Cukup yaitu subyek yang memperoleh weighted score sebesar antara 100
sampai dengan 104.

12
d. Sedang yaitu subyek yang memperoleh weighted score sebesar antara 95
sampai dengan.
e. Rendah yaitu subyek yang memperoleh weighted score sebesar antara 81
sampai dengan.
f. Rendah sekali yaitu subyek yang memperoleh weighted score sebesar 80
kebawah.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tes IST (Intelligenz Struktur Test) merupakan salah satu tes psikologi
untuk mengukur tingkat intelegensi seseorang. Tes IST sangat familiar digunakan
oleh biro-biro psikologi saat ini. Tes ini dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di
Frankfurt, Jerman pada tahun 1953. Semenjak diciptakan, IST terus
dikembangkan oleh Amthauer dengan bantuan dari para koleganya, berikut adalah
perkembangan tes IST dari tahun 1953 hingga tahun 2000-an. Amthauer
mendefinisikan inteligensi sebagai keseluruhan struktur dari kemampuan jiwa-
rohani manusia yang akan tampak jelas dalam hasil tes.
Tes ini dipandang sebagai gestalt (menyeluruh), yang terdiri dari bagian-
bagian yang saling berhubungan secara makna (struktur). Dimana struktur
intelegensi tertentu meggambarkan pola kerja tertentu, sehingga akan cocok untuk
profesi atau pekerjaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut IST umum digunakan
untuk memahami diri dan pengembangan pribadi, merencanakan pendidikan dan
karier serta membantu pengambilan keputusan dalam hidup individu.
3.2 Saran
Pada saat pembuatan makalah kami menyadari bahwasanya banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisa
dipertanggung jawabkan dari banyaknya sumber, kami akan memperbaiki
makalah tersebut. Oleh sebab itu penulis harapan kritik serta sarannya mengenai
pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sari, D. P & Ulum, N. N. 1999. Pengenalan Instrumen Diagnostik (Materi


Praktikum Psikodiagnostik I). Malang: Laboratorium Psikologi UMM
Kumolohadi, R., & Niâ, M. (2012). Intelligenz struktur test dan standard
progressive matrices: (dari konsep inteligensi yang berbeda menghasilkan
tingkat inteligensi yang sama). Asian Journal of Innovation and
Entrepreneurship (AJIE), 1(02), 79-85.

15

Anda mungkin juga menyukai