FAMILY THERAPY
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Teori dan Teknik Konseling
Dosen Pengampu : Karyanti, M.Pd & Istiqomah Hafid, M.Psi
Disusun oleh :
Tika Oktaviyanti 18.21.019825
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, kekuatan dan petunjuk-Nya. Dimana dengan izin-Nyalah saya dapat
menyelesaikan makalah saya yang berjudul “Pendekatan Famili Therapy”.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena
itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Saya berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat.
Wassalmu’alaikum Wr. Wb
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar
Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan
Masalah...................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
A. Tokoh......................................................................................................................3
B. Sejarah……….………...........................................................................................4
C. Hakikat Manusia.....................................................................................................4
D. Pembinaan Hubungan.............................................................................................6
E. Asesmen.................................................................................................................7
F. Masalah Konseli.....................................................................................................8
G. Tujuan.....................................................................................................................9
H. Teknik-Teknik........................................................................................................9
I. Prosedur................................................................................................................11
J. Terminasi dan Tindak
Lanjut................................................................................13
Simpulan......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga adalah sekelompok orang yang diikat oleh darah, perkawinan, atau
adopsi yang lantas membentuk satu rumah tangga tunggal tempat mereka
menjalankan peran sebagai suami, istri, anak, ayah atau ibu dan membentuk kultur
bersama. Terapi keluarga pada dasarnya adalah setiap penanganan psikoterapi bagi
keluarga untuk meningkatkan kohesivitas antar anggota keluarga.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,maka dapat disimpulkan beberapa rumusan
masalah yang ada sebagai berikut :
iii
C. Tujuan Masalah
iv
BAB II
PEMBAHASAN
2. Jay Haley
Ketika Bateson Project berakhir tahun 1962, Jay Haley bergabung dengan
Satir dan Jackson di MRI. Sementara itu ia mengajar mahasiswanya mengenai
proses komunikasi antar manusia dan aplikasi ide-ide ini dalam interaksi di
keluarga. Ia juga terlibat juga dalam berbagai riset dalam bidang ini yang banyak
menyumbang pengembangan bidang family therapy. Haley menyarankan ketika
terapis membangun suatu kerangka yang penuh kebaikan di mana perubahan
sedang berlangsung, si terapis juga membolehkan kliennya melanjutkan perilaku
yang tak berubah dan membiarkan paradoks itu selama perilaku tanpa perubahan
itu masih ada.
3. Salvadore Minuchin
Keluar dari Mental Research Institute (MRI), Haley bergabung dengan
Minuchin di Klinik Bimbingan Anak Philadhelpia (tahun 60-an). Menurut
Minuchin, faktor-faktor penting yang menentukan pola interaksi dalam keluarga
ialah: struktur keluarga, batas-batas wewenang, anggota keluarga, proses system
keluarga, dan pembagian tugas dalam keluarga.
v
B. SEJARAH FAMILY THERAPY
Dekade 60-an adalah dekade anak dan remaja dalam gerakan family therapy
(Olso et. A 1980). Jelasnya pada decade ini muncul pengujian ide-ide dalam literature
dan perkembangan family therapy secara nasional di AS. Muncullah Psikiatris
Donald Jackson, dan kemudian Bateson Project sampai tahun 1962. Jackson
mendirikan Mental Research Institute (MRI) di Palo Alto. Kemudian bersamaan
dengan Ackerman tahun 1981 ia menerbitkan jurnal “family process” yang
merupakan jurnal pertama yang berisi teori tentang family therapy, juga tentang
terapi dan risetnya. Jackson menaruh kepedulian terhadap komunikasi antara
penelitian klinis dengan masalah-masalah keluarga. MRI menaruh kepedulian utama
terhadap family therapy itu.
C. HAKIKAT MANUSIA
1. Pandangan Psikoanalitik
vi
2. Pandangan Humanistik
Dalam hal ini manusia dianggap sebagai makhluk individu dan juga sebagai
makhluk sosial.
2. Pandangan Behavioristik
vii
c) Manusia pada hakikatnya dalam proses ‘menjadi’, dan terus berkembang.
d) Manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif, mampu
mengatur dan mengendalikan dirinya dan mampu menentukan nasibnya
sendiri.
e) Dalam dinamika kehidupan individu selalu melibatkan dirinya dalam usaha
untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain, dan membuat
dunia menjadi lebih baik.
f) Manusia merupakan suatu keberadaan yang berpotensi yang
perwujudannya merupakan ketakterdugaan. Namun potensi itu bersifat
terbatas.
g) Manusia adalah makhluk Tuhan, yang yang kemungkinan menjadi ‘baik’
atau’buruk’.
h) Lingkungan adalah penentu tingkah laku manusia dan tingkah laku itu
merupakan kemampuan yang dipelajari.
Fase ini amat penting di dalam proses konseling, dan keberhasilan tujuan
konseling secara efektif ditentukan oleh keberhasilan konselor dalam membina
hubungan konseling itu. Fase ini harus terjadi ditahap awal dan tahap berikutnya dari
konseling yang ditandai dengan adanya rapport sebagai kunci lancarnya hubungan
konseling itu. Di samping itu, sikap konselor amat penting selain teknik konseling.
Sikap-sikap yang penting dari konselor adalah:
viii
E. ASESMEN
Intervensi dirancang sebanyak tiga sesi dilakukan selama 60-90 menit. Selama
lima sesi dilakukan secara bertahap, di mana satu sesi terdiri dari socialstage, terapis
memperkenalkan diri dan perannya sebagai seorang terapis. Setelah dilakukan
asesmen terpisah masing-masing subjek, terapis mengumpulkan semua anggota
keluarga untuk hadir. Terapis membangun report pada anggota keluarga agar merasa
nyaman mengikuti terapi. Sesi dua problem stage, terapis menjelaskan tujuan dari
terapi keluarga yang akan dilaksanakan bersama, selanjutnya terapis meminta dari
masing-masing subjek untuk menyampaikam pendapat mengenai permasalahan yang
dihadapi. Masing-masing anggota menyampaikan pendapatnya mengenai
permasalahan yang terjadi.
ix
F. MASALAH KONSELI
Anak di dalam keluarga sering kali mengalami masalah dan berada dalam
kondisi yang tidak berdaya di bawah tekanan dan kekuasaan orang tua. Permasalahan
anak ada kalanya diketahui orang tua. Permasalahan yang diketahui orang tua jika
fungsi-fungsi psikososial dan pendidikannya terganggu. Orang tua akan
menghantarkan anaknya ke konselor jika mereka memahami bahwa anaknya sedang
menghadapi maslah atau sedang mengalami gangguan yang berat. Karena itu
terapi/konseling keluarga lebih banyak memberikan pelayanan terhadap keluarga
dengan anak yang mengalami gangguan.
Hal kedua berhubungan dengan keadaan orng tua. Banyak dijumpai orang tua
tidak berkemampuan dalam mengelola rumah tangngganya, menelantarkan kehidupan
rumah tangganya sehingga tidak terjadi kondisi yang berkeseimbangan dan penuh
konflik, atau memberi perlakuan secara salah (abuse) kepada anggota keluarga lain,
dan sebagainya merupakan keluarga yang memiliki berbagai masalah. Jika engerti
dan berkeinginan untuk membangun kehidupan keluarga yang stabil, mereka
membutuhkan konseling.
x
Tujuan terapi keluarga oleh para ahli dirumuskan secara berbeda. Bowen
menegaskan bahwa tujuan terapi keluarga adalah membantu konseli (anggota
keluarga) untuk mencapai individualitas, menjadi dirinya sebagai hal yang berbeda
dari sistem keluarga. Tujuan demikian ini relevan dengan pandangannya tentang
masalah keluarga yang berkaitan dengan kehilangan kebebasan anggota keluarga
akibat dari peraturan dan kekuasaan keluarga.
Satir menekankan pada tujuan mereduksi sikap defensif di dalam dan antar
anggota keluarga. Pada saat yang sama terapi diharapkan dapat mempermudah
komunikasi yang efektif dalam kontak hubungan antar anggota keluarga. Oleh karena
itu anggota keluarga perlu membuka inner experience (pengalaman dalamnya)
dengan tidak “membekukan” interaksi antar anggota keluarga.
xi
miskin, karena orang tua tak mau bekerja keras, sehingga keluarganya berantakan. Ide
anak yang seperti ini menyebabkan ia terganggu emosionalnya sehingga berperilaku
yang merugikan dirinya sendiri dan keluarganya, misalnya malas sekolah, merokok,
dan lain lain. Contoh lain di pihak orang tua, mereka melihat anak gadisnya yang
berperilaku aneh. Misalnya merokok, keluar malam-malam, jarang di rumah. Orang
tua menjadi terganggu, marah dan frustasi, karena menurut pikirannya anak
perempuan harus bersikap patuh dan tidak bertingkah laku seperti itu. Konselor
rational-emotive therapy mengadakan pendekatan orang tua ini dengan tantangan
bahwa mereka tak akan dapat mengubah pikiran anak gadisnya secara langsung, tapi
mereka dapat mengubah reaksi emosionalnya terhadap anaknya sehingga terganggu
perilakunya. Perbaiki reaksi negative orang tua, dengan reaksi manis yang positif
membangun dengan cara berdiskusi dengan anak.
Teknik adalah dasar dari rational-emotive therapy. Anggota keluarga diberi tugas-
tugas pekerjaan rumah yang harus dikerjakan pada situasi nyata di keluarga, dan
buikan hanya dikhayalkan saja. Untuk menghindarkan keadaan keluarga yang tidak
xii
menyenangkan, maka orang tua mengusahakan agar anggota keluarga menghadapi
situasi dan mencoba untuk mengubah cara-cara yang tidak sesuai. Penggunaan
kontrak dengan konselor perlu untuk menjamin agar pekerjaan rumah dikerjakan oleh
keluarga tersebut.
I. PROSEDUR
Pra Interaksi
1. Menyiapkan diri secara fisik dan psikologis (tidak ada konflik internal yang
dapat mempengaruhi tenang, nyaman, dan aman).
2. Mempelajari rekam medis pasien sebagai data awal.
3. Menyiapkan lingkungan yang tenang, nyaman, dan aman
Orientasi
1. Menyapa pasien sesuai kultur/sosial budaya setempat.
2. Memperkenalkan diri.
3. Melakukan kontrak topik, waktu, dan tempat pertemuan.
4. Menanyakan keluhan utama konseli saat ini.
5. Memvalidasi masalah dialami konseli.
6. Menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan.
7. Mejelaskan prinsip prosedur dari terapi keluarga yang akan dilakukan.
8. Mejelaskan kepada konseli jangka panjang waktu efektif melakukan terapi
keluarga (15-30 menit).
Kerja
1. Meminta kepada konseli dan keluarga duduk setengah lingkaran.
2. Melatih komunikasi, menyelesaikan konflik, mengatasi perilaku dan stress.
3. Memberikan kesempatan kepada konseli untuk memvalidasi perasan dan
pengalaman.
4. Meminta kepada konseli untuk mengungkapkan masalahnya.
5. Meminta keluarga membuat sesuatu keadaan dimana anggota keluarga dapat
melihat bahaya terhadap diri klien dan aktivitasnya.
6. Meminta konseli tidak merasa takut dan bersikap terbuka.
7. Meminta konseli mengidentifikasi keluhan konseli yang dirasakan sebagai
masalah.
xiii
8. Meminta konseli dan keluarga mengidentifikasi harapan konseli dan
keluarganya terhadap terapi keluarga.
9. Meminta Kepada keluarga mengubah cara berfikir konseli.
xiv
di rumah. Saat dicoba dirumah, konselor dapat melakukan kunjungan untuk
mengamati kemajuan yang dicapai. Permasalahan dan pertanyaan yang dihadapi
orang tua dapat ditanyakan pada saat ini. Jika masih diperlukan penjelasan lebih
lanjut, terapis dapat memberi contoh lanjutan di rumah dan diobservasi orangtua,
selanjutnya orang tya mencoba sampai mereka merasa dapat menangani
kesulitannya mengatasi persoalan sehubungan dengan masalah anaknya.
Terminasi
Tindak lanjut :
Menganjurkan anggota keluarga untuk menerapkan cara mengatasi yang telah
diajarkan
xv
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Beberapa tokoh pendekatan family therapy yaitu, Virginia Satir, Jay Haley,
dan Salvadore Minuchin.
2. Pada tahun 1957 dalam siding tahunan American Orthopsychiatric
Association (AOA) oleh Bowen dicatat sebagai munculnya family therapy
tingkat nasional. Dekade 60-an adalah dekade anak dan remaja dalam gerakan
family therapy (Olso et. A 1980). Jelasnya pada decade ini muncul pengujian
ide-ide dalam literature dan perkembangan family therapy secara nasional di
AS.
3. Manusia pada hakikatnya dalam proses ‘menjadi’, dan terus berkembang.
Manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif, mampu
mengatur dan mengendalikan dirinya dan mampu menentukan nasibnya
sendiri.
4. Keberhasilan tujuan konseling secara efektif ditentukan oleh keberhasilan
konselor dalam membina hubungan konseling.
5. Asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam
bentuk apapun untuk memahami, menilai karakteristik, potensi, atau masalah-
masalah yang ada pada individu atau sekelompok individu.
6. Anak di dalam keluarga sering kali mengalami masalah dan berada dalam
kondisi yang tidak berdaya di bawah tekanan dan kekuasaan orang tua,
banyak dijumpai orang tua tidak berkemampuan dalam mengelola rumah
tangngganya, kondisi yang kurang harmoni di dalam keluarga akibat stressor
perubahan-perubahan.
7. Tujuan terapi keluarga adalah untuk memfasilitasi komunikasi pikiran dan
perasaan antar anggota keluarga agar mempermudah komunikasi yang efektif
sehingga menyembuhkan perpecahan antar anggota keluarga.
8. Teknik konseling keluarga menurut Albert Ellis (1982) yaitu, teknik kognitif,
teknik emotive, dan teknik behavioral.
9. Psrosedur dalam terapi terdiri dari pra interaksi, orientasi, dan kerja yang
dilakukan secara berurutan.
10. Mengeksplorasi perasaan konseli setelah terapi keluarga dan menganjurkan
anggota keluarga menerapkan yang telah diajarkan.
xvi
xvii
DAFTAR PUSTAKA
xviii