Anda di halaman 1dari 12

Nama : Desy Putri Pertiwi

Nim : 111611133148
Kelas : B-1
Tema : Kesadaran dan Otak

Gangguan Pola Jam Tidur terhadap Prestasi dan Konsentrasi Belajar,


Adakah Pengaruhnya ?

Kenapa kita membutuhkan tidur? Dan mengapa kita tertidur? Kegiatan


tersebut ialah kegiatan yang selalu kita lakukan sehari-hari namun apakah kita
mengetahui sebenarnya mengenai apa itu tidur? Tidur didefinisikan sebagai suatu
hal yang teratur, kambuhan, mudah dalam reversible dengan ada tanda keadaan
relatif diam serta terdapat peningkatan dalam ambang respon pada rangsangan
luar relative pada kondisi terjaga [CITATION Mau03 \l 1033 ]. Tidur juga
merupakan kebutuhan dasar dari makhluk hidup yang tidak terkecuali manusia
yang tentu membutuhkan istirahat atau tidur yang cukup untuk mengembalikan
keadaan fungsi tubuh kembali pada kondisi normal dikarenakan proses
pemulihan, pertumbuhan, pengembalian stamina tubuh, proses penyembuhan,
konsolidasi memori yang semuanya dilakukan pada saat proses tidur terjadi
(Curcio, Ferrara, & Gennaro, 2006). [ CITATION Sin13 \l 1033 ].
Tidur yang merupakan kebutuhan fisiologis juga sering dikatakan
Universal dikarenakan semua makhluk hidup yang ada di bumi membutuhkan
tidur yang membuktikan bahwa tidur memiliki peran yang sangat penting bagi
kehidupan manusia yang salah satunya ialah peranan pentingnya dalam proses
belajar dimana peranan dari adanya konsolidasi memori berpengaruh kepada
proses mengingat pelajaran yang diterima. Dalam kategori anak, anak sendiri
membutuhkan waktu normal untuk tidur yang paling panjang dari semua waktu
tidur yang manusia butuhkan yaitu 10 jam per hari (Kozier, Erb, & Berman,
2002). [ CITATION Sin13 \l 1033 ]. Variasi pola tidur menurut usia sendiri dibagi
menjadi anak-anak dengan waktu 10-11 jam/ hari, remaja dengan waktu 8,5-10
jam/hari dan sekita 20% adalah tidur REM (Rapid Eye Movement), lalu masa
dewasa yang membutuhkan waktu tidur 7,5-9 jam/hari namun bervariasi, 20%-
25% adalah tidur REM (Rapid Eye Movement) [CITATION Joh \l 1033 ]. Menurut
penelitian dari Lugaresi dkk. 1986 dalam buku Psikologi edisi 9 jilid 1
mengatakan saat waktu tidur tidak didapatkan dengan cukup atau bahkan tidak
tidur, tubuh tidak dapat bekerja secara normal meskipun beberapa orang tetap
dapat melakukan aktivitas sebagai mana mestinya ataupun berinteraksi masih
dengan baik namun setelah satu ataupun dua hari tanpa tidur atau kekurangan
tidur yang kiranya mencapai empat hari maupun lebih akan berakibat pada rasa
tidak nyaman bahkan pada hewan sekalipun tidak melakukan tidur secara paksa
dapat berakibat dengan munculnya infeksi maupun kematian [CITATION Car \l
1033 ].
Berdasarkan hasil dari suatu penelitian yang dilakukan oleh National Sleep
Foundation di Amerika pada tahun 2006, pada dewasa muda usia 18-29 tahun
terdapat lebih dari 36% yang mengalami kesulitan untuk dapat bagun di pagi hari,
pada usia 30-64 tahun terdapat 20% dan pada umur diatas 64 tahun terdapat 9%
mereka biasanya mengeluh mengenai sulitnya untuk bangun pagi dan rasa kantuk
yang datang pada siang hari dimana saat itu mereka harus beraktivitas. Tidak
terkecuali pada anak, menurut laporan yang ada terdapat 14% pada anak usia 3
tahun yang mengalami sulit tidur dan 50%-80% mendapatkan dampak yaitu
gangguan dalam belajar yang diakibatkan kualitas tidur pada anak tidak baik
[ CITATION BKP11 \l 1033 ].
Tidur berkualitas tidak hanya dipegaruhi oleh lamanya waktu tidur saja
namun juga pola tidur yang baik dan benar juga sangat menentukan kualitas
dalam tidur, lalu apa yang dimaksud dengan pola tidur? Apa yang membuat pola
tidur sangatlah penting? Pola Tidur sendiri ialah suatu model atau corak dalam
tidur seseorang pada jangka waktu yang tetap serta mengikuti jadwal masuknya
tidur ataupun bangun, irama, frekuensi tidur yang dilakukan dalam sehari, dan
kondisi dan kepuasaan tidur yang dipertahankan[ CITATION Sia10 \l 1033 ].
Susunan yang terjadi didalamnya yang harus terpenuhi ialah REM (Rapid Eye
Movement) sleep dan NREM (Non-REM) sleep [ CITATION Nad09 \l 1033 ]. 2
fase tersebut yaitu REM dan NREM terjadi secara bergantian antara 4-7 siklus
dalam satu malam. Tidur NREM dibagi atas 4 tahapan yaitu: tahap 1, fase ini
yaitu fase terjaga dan juga tidur terjadi, saat itu kelopak mata tertutup serta terlihat
pergerakan pada bola mata kearah kanan dan kiri. Voltase pada gelombang di otak
terbilang rendah namun frekuensi yang ada tinggi. Gambaran pada EEG terdiri
dari campuran antara gelombang theta dan alfa. Tahap 2, pada fase ini diketahui
pergerakan pada bola mata berhenti untuk bergerak. Voltase gelombang pada otak
berlahan-lahan mengalami peningkatan namun mengalami penurunan pada
frekuensinya. Tahap ini juga khas ditandai dengan munculnya 2 bentuk dari
gelombang otak yaitu sleep spindle dan k complex. Gambaran EEG pada fase ini
ialah gelombang theta yang perlahan menuju gelombang delta. Tahap 3 ialah
percampuran dari gelombang theta dan juga delta dan yang terakhir ialah tahap 4
dimana gelombang EEG yang tergambar adalah gelombang delta. Voltase
gelombang pada otak terus mengalami peningkatan diikuti dengan penurunan
pada frekuensinya. Ciri khas yang sangat terlihat pada fase ini ialah gelombang
EEG yang cukup besar serta lambat. Tahapan tersebut lalu berulang kembali
namun pada tahap 1 berikutnya (emergent 1 stage EEG) berbeda dengan pada
saat tahap 1 yang pertama (intial stage 1 EEG) dikarenakan adanya perubahan
yang terjadi pada electromyographic dan electrooculograpic lalu dilanjutkan
masuk pada fase REM. Pola tidur REM memiliki tanda dengan gerakan pada bola
mata secara cepat, otot lemas atau relax, serta gelombang EEG cepat dengan
voltase gelombang yang rendah.[ CITATION Joh \l 1033 ].
Pola tidur yang normal sendiri dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu gaya
hidup seseorang yang banyak dipengaruhi oleh faktor stress, hubungan dengan
keluarga, aktivitas sosial yang membuat perilaku mengarah kepada insomnia serta
adanya penggunaan medikasi. Penggunaan medikasi yang dilakukan jangka
panjang dapat membuat pola tidur seseorang terganggu serta yang sebelumnya
telah memiliki masalah dalam tidur akan dapat semakin memperburuk masalah
yang ada (Potter &Perry, 2003) [CITATION Sus \l 1033 ]
Walaupun tidur ialah kebutuhan yang terbilang pokok namun tidak semua
orang dapat merasakan nikmatnya. Beberapa orang mengalami kesulitan saat
berniat untuk tidur namun mata tidak dapat memejam atau tidak adanya rasa
kantuk. Ada pula yang telah tidur cukup selama 8 jam namun tetap terus
merasakan kantuk, sering mengantuk di lingkungan yang ramai sekalipun atau
tidak datangnya rasa ngantuk sedikitpun.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas tidur seseorang diantaranya
ialah penyakit dimana rasa nyeri yang ditimbulkan oleh penyakit membuat
ketidaknyaman salah satunya ialah sulit untuk bernafas, cemas serta depresi.
Latihan , obat-obatan, lingkungan, motivasi, kelelahan yaitu manusia memiliki
waktu utnuk bekerja yaitu selama 8 jam lalu untuk pekerjaan ringan selama 8 jam
dan selebihnya ialah waktu dimana tubuh diberikan istirahat total dan salah satu
faktor yang terakhir sangat mempengaruhi kualitas tidur seseorang ialah usia
(kozier et al., 2002). [ CITATION Sin13 \l 1033 ]. dan kebutuhan tidur itu pun harus
terpenuhi dengan cukup agar aktifitas sehari-hari dapat berjalan dengan baik
sebab pola tidur yang tidak sesuai dapat menggangu keseimbangan fisiologi
maupun psikologi anak. Dalam fisiologi gangguan tedapat pada penurunan pada
aktifitas sehari-hari, mudah lelah, daya tahan tubuh menurun, lemah dan lemas,
serta ketidakstabilan vital (Potter & Perry, 2010)[CITATION Jak \l 1033 ].
Contohnya waktu tidur 10 jam yang seharusnya dibutuhkan pada anak
dikategorikan terganggu apabila kurang dari waktu yang dibutuhkan seperti dapat
dilihat dari saat sekarang jumlah waktu tidur pada anak sekolah terbilang berada
pada kategori kurang dari 9 jam per harinya [CITATION NLP12 \l 1033 ]. rata-rata
hal tersebut disebabkan oleh salah satunya ialah perkembangan teknologi yang
ada. Kasus yang paling terlihat jelas ialah terutama pada negara-negara maju
dimana anak lebih cendrung untuk terus memainkan ponsel pintar maupun
komputer yang mereka miliki hingga lewat tengah malam masuknya waktu tidur
yang tentu berakibat pada berkurangnya waktu tidur yang mereka miliki
disebabkan oleh keharusan mereka untuk dapat bangun pada pagi hari dan
berangkat ke sekolah serta menjalankan aktifitas (BBC Indonesia, 2013). Tidak
hanya pada negara maju, negara berkembang seperti indonesia pun juga mendapat
dampak negatif dari kemajuan terknologi tersebut yang berawal dari kehadiran
televisi pada setiap rumah yang membuat kecenderungan untuk menyaksikan
acara televisi hingga larut malam pada masyarakat tidak terkecuali pada anak.
Dampak yang dirasakan dari pola tidur malam yang buruk tersebut tidak
dirasakan pada malam hari namun sangat terasa ketika siang hari dikarenakan
kurangnya waktu tidur pada malam hari (sleep deprivation) setelah saat
kurangnya waktu untuk tidur tersebut berakhir maka tidur yang terlewatkan
tersebut akan digantikan [ CITATION Joh \l 1033 ].
Dapat diperhatikan disini bahwa terdapat hal yang cukup unik yaitu terjadinya
pergeseran ritme circadian yang ada pada rata-rata anak ataupun orang dewasa.
Didalam ritme circadian terdapat istilah zeitgebers yaitu isyarat dari lingkungan
yang berfungsi mengendalikan ritme circadian dan yang merupakan fungsi dari
zeitgebers adalah gelap dan terang (light-dark cycle)[ CITATION Joh \l 1033 ].
Pada anak atau remaja pergeseran ritme circadian ini pun juga terjadi yang
menjadikan jam tidur pun mengalami pergeseran disebabkan perubahan hormonal
yang ada biasanya dialami pada anak yang menginjak masa pubertas dimana
waktu tidur yang dibutuhkan meningkat namun waktu untuk tidur pada waktu
malam nya berubah dimana pada malam hari justru semangat untuk melakukan
aktivitas lebih tinggi contohnya ialah untuk belajar. Pola tidur yang berubah-ubah
ini pada orang dewasa tidak memiliki efek yang begitu mengganggu pada mental
ataupun kemampuan pada konsentrasinya. Ini berbeda dengan anak atau remaja
dimana hal ini dapat mempengaruhi perkembangan serta kemampuan pada otak
dikarenakan pada saat anak tidur organ-organ tubuh pada anak sedang
berkembang secara pesat (Prasadja, 2009).[ CITATION Jak \l 1033 ]. Yang pada
kasus ini berakibat pada siang hari secara fisik ataupun emosi menjadi terganggu
pula yang dimana menurut hasil survey di inggris ditemukan bahwa orang dengan
pola tidur yang tidak teratur akan cenderung 3 kali lebih besar mengalami
gangguan pada konsentrasi, 2 kali mengalami rasa lelah, mood terganggu, ataupun
produktivitas yang menurun [ CITATION PPM13 \l 1033 ].
Lalu adakah pengaruhnya terhadap kosentrasi belajar pada anak ?
sebagaimana fungsi tidur yang berguna sebagai pelepas hormon pertumbuhan
yang terjadi pada saat memasuki tahap ke empat pada fase tidur yaitu NREM
dimana saat itu terjadi perbaikan serta pembaharuan sel epitel dan bagian khusus
yang contohnya adalah sel otak (Horne, 1983; Mandleson, 1987; Born, Muth, &
Fehm, 1988) [ CITATION Sin13 \l 1033 ]. Lalu pada periode fase REM berakibat
pada perubahan aliran darah selebral, aktivitas kortikal meningkat, konsumsi
oksigen meningkat, dan pelepasan epinefrin. Hal–hal tersebut memiliki pengaruh
dalam hal penyimpanan memori belajar selama terjadinya tidur dan otak bekerja
menyaring informasi mengenai aktivitas yang terjadi pada hari itu (Potter et al.,
2006). [ CITATION Sin13 \l 1033 ]. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa fungsi
tidur memiliki peranan dalam proses belajar terutama pada anak yang dimana otak
pada anak masih mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang pesat.
Definisi belajar sendiri ialah proses kegiatan yang seseorang dimana ia
mencerna suatu hal yang baru lalu dipelajari agar dapat menjelaskan kembali pada
orang lain atau digunakan pada kehidupan sehari-hari yang dimana belajar juga
dapat berdampak pada berubahnya aspek fisiologis serta psikologis (Sunaryo,
2002). [ CITATION Sin13 \l 1033 ]. Belajar juga merupakan suatu usaha seseorang
yang dilakukan agar dapat melakukan perubahan pada tingkah laku secara
menyeluruh dengan maksud yang awalnya tidak mengetahui menjadi tau ataupun
yang tidak bisa menjadi bisa dan merupakan hasil dari pengalaman sendiri berupa
interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2010:2). [ CITATION Sin13 \l 1033 ]. lalu
dapat disimpulkan belajar ialah suatu proses dalam usaha memperoleh perubahan
pada tingkah laku secara menyeluruh baik disengaja atau disadari serta perubahan
yang ada merupakan perubahan yang memberikan manfaat bagi pengembangan
diri baik dalam sikap, aspek kognitif ataupun psikomotorik.
Sedangkan prestasi belajar ialah hasil yang didapat dari akibat dalam
proses atau kegiatan dalam belajar yang telah dilakukan (Listiani, 2005).
[ CITATION Sus \l 1033 ]. serta dapat diartikan sebagai akhir dari apa yang didapat
dalam aktivitas belajar yang dilaksanakan dengan dasar pengukuran dan penilaian
dengan hasil yang ditunjukan dalam bentuk angaka maupun indeks prestasi siswa
(Aiyuda, 2009). [ CITATION Sus \l 1033 ].
Hal ini sendiri telah dibuktikan dari beberapa jurnal yang ada seperti jurnal
penelitian yang berjudul “Gambaran Lama Tidur terhadap Prestasi Belajar Siswa”
yang menggunakan objek penelitian pada siswa SMA Binsus Manado. Dari hasil
yang didapatkan menunjukan bahwa siswa yang mendapatkan cukup tidur juga
berhasil mendapatkan prestasi yang tinggi dalam nilai akademik di sekolah
dengan presentrase 49,1% serta prevalensi lama waktu tidur berkisar 6-7 jam pada
siswa kelas 3 SMA Binsus Manado yang mengartikan waktu lama tidur pada
siswa baik dan tingkat prestasi yang ada masuk dalam kategori memuaskan
[ CITATION PPM13 \l 1033 ].
Lalu terdapat jurnal penelitian lain yang mendukung hal ini yaitu jurnal
penelitian yang dilaksanakan di Akademik Mahasiswa Aktif Paduan Suara Voca
Erudita UNS, dari hasi yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa terdapat hal yang
berhubungan positif serta signifikat antara kualitas tidur serta kestabilan emosi
dengan prestasi yang di raih dalam akdemik para mahasiswa aktif Akademik
Mahasiswa Aktif Paduan Suara Voca Erudita UNS [ CITATION Jak \l 1033 ].
Serta terdapat pula jurnal yang berjudul kualitas tidur mahasiswa
pendidikatan dokter angkatan 2010 FK UNAND yang dimana hasil yang ada
ialah jumlah kualitas tidur yang baik dengan yang buruk adalah imbang dan
prestasi akademik yang ditunjukan ialah baik sebanyak lebih dari setengah dan
terbilang sebanding pula dengan yang mendapatkan nilai akademik kurang baik
atau buruk [CITATION Han16 \l 1033 ].
Hasil penelitian oleh David Dinges yang berasal dari University of
Pennsylvania school of Medicine in Philadelphia juga menyatakan bahwa
pengaruh tidur yang kurang bagi proses belajar bukanlah satu-satunya penyebab
proses belajar terganggu namun terjaga dengan waktu yang cukuo lama juga dapat
mengikis proses biologis yang terdapat pada otak yang berguna bagis proses
mengingat dan belajar [CITATION Lil08 \l 1033 ].
Pengaruhnya pada otak juga dijelaskan oleh seorang penulis bernama
Sarah Ledoux pada sebuah bukunya yang berjudul “The Effects of Sleep
Deprivation on Brain and Behavior” dimana pada buku tersebut dituliskan setelah
satu periode waktu kita untuk bangun atau terjaga dengan waktu panjang atau
berkurangnya waktu untuk tidur, sel saraf (neuron) akan mengalami penurunan
fungsi yang jelas akan mempengaruhi perilaku pada manusia, fungsi kognitif pada
otak terutama pada celebral cortex akan mengalami keadaan semi siaga ataupun
tidak mendapatkan istirahat yang dimana saat tidur yang baik cerebral cortex
mengalami perbaikan dan pembentukan ingatan baru serta hubungan sinaptik
yang baru pula namun dengan adanya gangguan pola tidur tersebut kegiatan
perbaikan ittu tidak dapat dilakukan dengan optimal [CITATION Lil08 \l 1033 ].
Hasil yang didapat oleh penelitian yang dilakukan mahasiswa………
mengenai pola tidur terhadap belajar juga menyatakan bahwa siswa yang
memiliki pola tidur buruk atau skor pada pola tidurnya tinggi memperlihatkan
hasil pada prestasi belajar “cukup” lebih banyak dari kategori “baik” . lalu pada
siswa yang pola tidurnya baik hasil belajar “baik” lebih dominan daripada
“cukup”. Hal tersebut menunjukan siswa yang memiliki pola tidur baik
mendapatkan skor nilai lebih baik dari mereka yang pola tidurnya buruk. Terdapat
pula penelitian yang dilakukan oleh BaHammam,et al. (2006) yang pada
penelitiannnya menyatakan bahwa siswa dengan masalah pola tidur memiliki hasil
prestasi pada belajar yang terbilang lebih rendah daripada yang memiliki kualitas
atau pola tidur yang baik. Maka disimpulkan pola tidur baik serta teratur memiliki
pengaruh pada prestasi belajar atau konsentrasi pada saat pembelajaraan.
[ CITATION Sin13 \l 1033 ].
Saya sendiri sebagai mahasiswa yang mengalami atau merasakan pola
tidur yang terganggu juga merasakan dampak negatif dari hal tersebut dalam
proses belajar saya terutama pada hal berkonsentrasi, saya sendiri berpendapat
bahwa pola tidur yang baik harus diterapkan sebagai mana mestinya. Saya
mendukung apa yang dikatakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yang
mengatakan pola tidur yang baik harus diterapakan demi kesehatan diri dan
pengoptimalan proses dalam belajar dikarenakan dalam pengoptimalan proses
belajar tersebut tentu dibutuhkan konsentrasi yang cukup yang dapat didapatkan
dengan perbaikan pola tidur yang baik dan benar.
Dari beberapa kasus yang ada dalam jurnal serta hasil serta studi yang ada
dapat menyatakan bahwa kebutuhan waktu tidur yang tidak dapat terpenuhi akan
berpengaruh kepada pencapaian terhadap prestasi serta pola jam tidur yang
berantakan juga akan sangat mempengaruhi jam biologis tubuh. Maka dari itu
memperbaiki kebiasaan pola tidur sehari-hari, membuat lingkungan tidur baik,
serta mempersiapkan diri menjelang tidur ialah langkah-langkah sederhana yang
penting untuk dapat menciptakan tidur yang baik.
Kesimpulannya ialah pola tidur yang baik sangatlah penting bagi manusia
dikarenakan sistem dalam tubuh juga harus mendapatkan haknya untuk
beristirahat agar mengembalikan stamina serta membuat manusia jauh lebih
produktif, baik dalam berinteraksi, mengambil keputusan, dan menerima
informasi. Tidur yang memiliki peran dalam penggabungan informasi baru yang
dipelajari pada hari sebelumnya yang pada fase REM ekspresi pada gen
mengkontrol modifikasi antar hubungan dengan neuron. Setiap orang pula
memiliki jam tidur biologis yang berbeda namun saat terdapat gangguan pada
pola tidur juga pasti akan berpengaruh pula dengan perilaku yang berhubungan
dengan cerebral cortex[CITATION Lil08 \l 1033 ]. Yang sangat jelas berhubungan
dan berpengaruh dalam hal konsentrasi belajar, dimana akan menjadi sulit dan
tidak efisien dikarenakan kurangnya kemampuan untuk mengingat apa yang telah
dipelajari dan kurangnya energi serta terganggunya metabolisme tubuh. Membuat
tubuh mudah lelah dan tidak bersemangat [ CITATION Sus11 \l 1033 ].
Secara keseluruhan penelitian menyatakan bahwa pola tidur memiliki
pengaruh pada prestasi belajar walaupun pengaruh yang ada terbilang cukup kecil
namun bukanlah berarti tidak berdampak pada prestasi. Seperti pada penetian
yang ada sebelumnya tidur memiliki peran penting dalam proses pembelajaraan
serta kondolisasi memori (Curcio et al.2006). [ CITATION Sin13 \l 1033 ].
Dari hal yang sudah dijelaskan tersebut ada beberapa cara untuk
pengoptimalan perbaikan pola jam tidur, sebaiknya tidak tidur larut malam dan
juga mengurangi kandungan kafein pada pengkonsumsian minuman.[CITATION
adi15 \l 1033 ]. Mulailah hidup sehat dari cara yang sederhana, perbaiki pola tidur
sebagai penunjang mengukir prestasi yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber berita

http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2013/05/130508_pendidikan_kurangtidur

Dewi, S., & Nursasi, A. Y. (2013). GANGGUAN POLA TIDUR DAN


PRESTASI BELAJAR PADA ANAK USIA SEKOLAH 9-12 TAHUN.

Tarihoran, S. E. (2014). Hubungan Pola Tidur dengan Presstasi Belajar


Mahasiswa Keperawatan di Universitas ADVENT Indonesia Bandung.

Garliah, & Lili. (2009). Pengaruh Tidur Bagi Perilaku Manusia.

Nilifda, H., Nadjmir, & Hardisman. (2016). Hubungan Kualitas Tidur dengan
Prestasi Akademik Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2010
FK Universitas Andalas. Jurnal Kesehatan Andalas. 2016; 5(1) .

Sarfriyanda, J., Karim, D., & Dewi, A. P. (2015). Hubungan Antara Kualitas
Tidur dan Kuantitas Tidur dengan Prestasi Belajar Mahasiswa . JOM Vol. 2 No. 2,
Oktober 2015 .

Siallagan, A. (2010). Pola Tidur Ibu pada Masa Kehamilan. Medan, Sumatera
Utara.

Nadelsul, H. (2009). Resep Mudah Tetap Sehat. Jakarta , DKI Jakarta, Indonesia:
Buku Kompas .

Pinel, J. P. (2009). Biopsychology (7th Ed). United States of America: Pearson


International Education.

Maulany, R., & Setio, M. (2003). Buku Saku Psikiatri. Jakarta, DKI Jakarta,
Indonesia: EGC.
Marpaung, P. P., Supit, S., & Nancy, J. (2013). Gambaran Lama Tidur terhadap
Prestasi Belajar Siswa. Jurnal E-Biomedik (eBM), 1(1), 543–549. .

Puri, B., Laking, P. J., & Treasaden, I. (2011). Buku Ajar Psikiatri (2 ed.).
Jakarta , DKI Jakarta, Indonesia: EGC.

Potts, N. L., & Mandleco, B. L. (2012). Pediatric nursing: caring for children and
their families.

Susilo, & Wulandari. (2011). Cara Jitu Mengatasi Insomnia .

Wade, C., & Tarvis, C. (2008). Psikologi Jilid 1 (9th edition ed.). Erlangga.

Sekarsiwi, A., Putri, D., & Dewi, P. (2015). HUBUNGAN ANTARA


INSOMNIA DENGAN PENURUNAN KONSENTRASI BELAJAR
MAHASISWA/I KEPERAWATAN S1 SEMESTER IV DI SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA PURWOKERTO.

Anda mungkin juga menyukai