Anda di halaman 1dari 12

PAPER SACKS SENTENCE COMPLETION TEST (SSCT) &

MINNESOTA MULTIPHASIC PERSONALITY INVENTORY (MMPI)


Kelompok 7:
Syalaisha Salsabila (1511421113)
Kasanah (1511421114)
Naafi Restiana (1511421127)
Sofyan Bagus Andreano (1511421128)
Dimas Adryan Surya Nugraha (1511421129)
Alfaqih Hidayatullah (1511421152)

A. PENDAHULUAN
Tes kepribadian adalah tes yang membuktikan bahwa setiap manusia memiliki
kepribadian yang berbeda-beda sehingga setiap individu memiliki perbedaan dalam
kepribadian dan kepribadian sifatnya individu, maksudnya tidak ada individu yang
memiliki suatu kepribadian yang sama (Anastasi & Urbina, 2016). Tes kepribadian
memiliki banyak jenis dan memiliki teknik serta fokusnya masing-masing, namun
kelompok kami mendapatkan tes SSCT (Sacks Sentence Completion Test) dan MMPI
(Minnesota Multiphasic Personality Inventory).
Tes SSCT dan MMPI merupakan tes psikologis yang memiliki fokus dan tujuan
yang berbeda, SSCT merupakan tes kepribadian yang mengukur kognisi dan
kemampuan berpikir dalam situasi tertentu untuk mengungkapkan individu mengenai
hubungan interpersonal dan hubungan individu dengan lingkungan sekitar, sedangkan
MMPI merupakan tes yang dibentuk untuk mengukur struktur kepribadian dan
gangguan mental atau lebih dominan ke klinis yang melibatkan pertanyaan yang identik
dengan perilaku, emosi, dan pikiran seseorang.

B. PEMBAHASAN
a. Pengertian Sacks Sentence Completion Test (SSCT)
SSCT (Sacks Sentence Completion Test) adalah salah satu tes kepribadian yang
menggunakan teknik proyektif yang berguna untuk mengungkap dinamika kepribadian.
Makna dari teknik proyektif yaitu dalam tes psikologis dapat dikategorikan
menggunakan stimulus ambigius, maka dari itu tes ini berbentuk sebuah kalimat yang
tidak sempurna dan nantinya klien atau subjek yang akan menyempurnakan.
b. Tujuan Sacks Sentence Completion Test (SSCT)
SSCT merupakan salah satu tes kepribadian yang bertujuan untuk
mengungkapkan dinamika kepribadian. Tes ini berbentuk sebuah kalimat yang tidak
sempurna dan bersifat proyektif guna agar subjek dapat memproyeksikan dirinya
sendiri dengan baik, maka dari itu jawaban dari masing-masing subjek nantinya akan
berbeda karena menyempurnakan kalimat tersebut dengan atas apa yang dirasakan. Tes
ini biasanya diberikan pada orang dewasa yang mampu untuk memproyeksikan dirinya
dari kalimat-kalimat yang tidak sempurna tersebut. Selain itu SSCT bertujuan untuk
mengungkap atau mengetahui subjek dalam hubungan interpersonal dan hubungan
individu dengan lingkungannya.
c. Sejarah dan Konstruk Teori Sacks Sentence Completion Test (SSCT)
Metode sentence completion pertama kali ada sebagai upaya pengukuran
terhadap intelegensi anak dalam psikologi. Kemudian, muncullah ide bahwa sentence
completion ini turut berkontribusi dalam mengukur kepribadian, sama halnya dengan
fungsi intelektual melalui beberapa pengamatan yang dilaksanakan oleh Carl Jung.
Penerapan metode sentence completion pertama kali oleh Arthur Payne pada tahun
1928 dalam pengukuran kepribadian. Pada tahun 1930, Alexander Tandler menerapkan
metode ini untuk mempelajari reaksi emosional. Pada tes yang dilaksanakan, kalimat-
kalimatnya selalu diawali kata “saya” dan mengungkap sesuatu yang berkorelasi
dengan kekesalan, keterikatan, ketertarikan, ketakutan. Contoh item yang digunakan
Tendler dalam jenis tes ini misalnya: (2) saya marah ketika … (4) Saya suka... ; (12)
Saya memiliki dendam terhadap…
Pada tahun 1940-an sampai 1950-an Rohde Sentence Completion Test disajikan
sebagai model yang mirip dengan instrumen yang berkembang saat itu. Rohde Sentence
Completion Test merupakan tes yang dibuat dengan hati-hati, telah tervalidasi, dan
item-itemnya termasuk rentang permasalahan personal dan pengalaman.
SSCT (Sacks Sentence Completion Test) merupakan salah satu teknik proyeksi
yang dipakai dalam mengungkap dinamika kepribadian, di mana hal ini dapat
memperlihatkan diri individu dalam interpretasi terhadap lingkungan dan hubungan
interpersonalnya. Tes ini di kembangkan pada tahun 1950 oleh Dr. Joseph M Sack, Dr.
Sidney Levy, dan beberapa Psikolog lain dari New York Veterans Administration
Mental Hygiene Service. Tes ini berupa kalimat-kalimat tidak sempurna yang harus
dilengkapi oleh testee sehingga menjadi kalimat utuh (completion task). Kalimat-
kalimat tidak sempurna (incomplete sentences) dapat merangsang seseorang untuk
memproyeksikan psikisnya atau keadaan sesuai dengan rangsang yang terdapat atau
berkaitan dengan isi kalimat tersebut (aufforderung character). Tes ini bertujuan untuk
mengetahui struktur kepribadian orang dewasa. Pada SSCT akan termuat beberapa hasil
jawaban materi klinis dari empat area yang mewakili penyesuaian diri, yaitu hubungan
keluarga, seks, hubungan dengan orang lain, dan konsep diri.
d. Aspek Sacks Sentence Completion Test (SSCT)
Beberapa aspek yang diukur dalam SSCT adalah sebagai berikut:
1. Keluarga
Bagian ini mengungkap bagaimana sikap testee terhadap ayah, ibu, serta
unit keluarga yang lain), bagian ini terdapat 12 item. Dengan rincian no. item
sebagai berikut:
Sikap terhadap (1) Ayah, (2) Ibu, serta (3) Unit Keluarga
(1) item no. 14, 29, 44, 59
(2) item no. 1, 16, 31, 46
(3) item no. 12, 27, 42, 57
2. Seks
Bagian ini mengungkap bagaimana sikap testeee terhadap wanita serta
hubungan dengan lawan jenis atau heteroseksualitas) bagian ini terdiri dari 8 item.
Dengan rincian no. item sebagai berikut:
Sikap terhadap (1) wanita dan (2) lawan jenis/heteroseksual)
(1) item no. 10, 25, 40, 55
(2) item no. 11, 26, 41, 56
3. Hubungan Interpersonal
Bagian ini mengungkap bagaimana sikap testee terhadap teman dan
kenalan, atasan atau bawahan, dan sejawat sekolah, kantor atau di tempat kuliah).
Bagian ini terdiri dari 16 item. Adapun rincian no. itemnya sebagai berikut:
sikap terhadap (1) teman & kenalan, (2) atasan atau bawahan, serta (3) sejawat di
sekolah, (4) kantor atau di tempat kuliah)
(1) item no. 8, 23, 38, 53
(2) item no. 6, 21, 36, 51
(3) item no. 4, 19, 34, 48
(4) item no. 13, 28, 43, 58
4. Konsep diri
Bagian ini mengungkap perasaan ketakutan, perasaan bersalah, sikap
terhadap kemampuan diri, sikap terhadap masa lalu, masa depan, cita-cita/tujuan
hidup). Bagian ini terdiri dari 24 item. Adapun rincian no. itemnya sebagai berikut:
(1) ketakutan, (2) perasaan bersalah, (3) sikap seseorang terhadap kemampuannya,
(4) terhadap masa lalu, (5) masa depan, (6) cita-cita/tujuan hidup.
(1) 7, 22, 37, 52
(2) 15, 30, 45, 60
(3) 2, 17, 32, 47
(4) 9, 24, 39, 54
(5) 5, 20, 35, 50
(6) 3, 18, 33, 49
e. Prosedur Sacks Sentence Completion Test (SSCT)
Adapun administrasi dalam melakukan tes SSCT adalah sebagai berikut:
1. Bisa dilakukan untuk individu atau kelompok
2. Biasanya berlangsung 20-40 menit, tetapi digunakan untuk klinis dan
klasik biasanya 1 jam
3. Tes ini berjumlah 60 item
4. jawaban terhadap item harus merupakan jawaban secara spontan
5. Jika ada soal yang tidak terjawab atau dirasa sulit, lewati saja tapi
ditandai
6. Semua jawaban benar
7. Dapat dilakukan inquiry atau menanyakan lebih lanjut tentang jawaban
subjek yang kurang jelas
8. Kadang-kadang testee menggunakan tes SSCT sebagai ventilasi untuk
katarsis yaitu mengungkapkan hal-hal yang sukar diungkap secara oral
f. Skoring dan Contoh Interpretasi Sacks Sentence Completion Test (SSCT)
Interpretasi SSCT dilakukan dengan melihat lembar jawaban yang dibuat
subjek kemudian dibedakan tingkat gangguannya, yakni sebagai berikut:
2: Sangat terganggu (memerlukan terapis untuk mengontrol konflik emosi pada
subjek)
1: Agak terganggu (masih dapat menyelesaikan konflik tanpa bantuan luar)
0: Tidak ada tanda-tanda gangguan dalam daerah sikap tersebut
X: tidak diketahui atau kurang cukup bukti adanya gangguan dalam daerah sikap
tersebut
Contoh : Sikap terhadap ayah
1. aku merasa kalau ayahku jarang bekerja
16. jika ayahku mau berbuat lebih baik
31. aku berharap ayahku sudah mati
46. aku merasa ayahku tidak baik
Kata yang bercetak miring merupakan respon dari subjek. Empat respon
tersebut dipertimbangkan bersama dan ringkasan interpretasi dibuat berdasarkan
realisasi pengaruh klinis dari perilaku subjek dalam hal tersebut. Dalam hal ini,
ringkasan tersebut berisikan ‘permusuhan yang berlebihan dan berharap kematian’.
Menurut tingkatannya, testee masuk ke dalam skor 2 (sangat mengganggu,
dibutuhkan terapis untuk mengontrol konflik emosinya)
g. Kelebihan dan Kekurangan SSCT
Kelebihan:
a) Tes ini memungkinkan subjek untuk merespon item secara bebas sebagai
stimulus
b) Mudah untuk pemberian penjelasan tentang tes
c) Menyenangkan bagi subjek dalam mengerjakan tes
d) Tujuan dikaburkan pada beberapa proyeksi respon item
e) Memungkinkan untuk menjadikan bagian dari wawancara klinis
Kelemahan:
a) Mempunyai reliabilitas dan validitas yang rendah karena pengukurannya
dilakukan dengan interpretasi langsung dari psikolog, dimana setiap psikolog
mempunyai kemampuan khusus masing-masing yang mempengaruhi hasil
interpretasi dari psikolog tersebut.
b) Gaya respon yang diberikan subjek berperan penting dalam hasil interpretasi
c) Interpretasi memungkinkan menghabiskan waktu yang lama
d) Perlu mengetahui gaya bahasa subjek
h. Pengertian MMPI
MMPI-2 merupakan tes kesehatan mental untuk mengetahui fungsi
kepribadian, keadaan emosi, tingkat keparahan penyakit mental, dan
merekomendasikan tindakan/pengobatan. MMPI-2 banyak digunakan di seluruh
dunia untuk memeriksa kondisi kesehatan mental seseorang. MMPI-2 dikenal
sebagai alat ukur obyektif gangguan kepribadian dan psikologis, artinya hasil
interpretasinya konsisten dengan penilaian yang dilaporkan oleh responden sendiri.
Alat Psikometri ini juga dapat mendeteksi serangkaian tanggapan yang
diinginkan seseorang secara sosial untuk dapat melihat seseorang berusaha
menampilkan dirinya dengan cara yang baik atau berpura-pura. 13 Terdapat skala
yang digunakan dalam MMPI-2 antara lain : validity scales, basic scales, content
scales, dan supplementary. Setiap skala mempunyai fungsi dan tujuannya masing-
masing. Untuk mengetahui dan menilai potensi psikopatologi dalam diri seseorang
mengacu pada skala tambahan. Dari supplementary scales tersebut terdapat 15
skala; Setiap skala mempunyai nilai yang menilai potensi psikologis seseorang
i. Tujuan MMPI
Tujuan dari terbentuknya MMPI yaitu sebagai sarana untuk mengetahui
gambaran mengenai dimensi psikologis pada manusia, selain itu terdapat tujuan lain
MMPI ini diantaranya Penilaian Kepribadian: MMPI dipergunakan untuk
mengukur beragam dimensi kepribadian, seperti cara berpikir, ekspresi emosi, dan
tindakan individu. Hal ini berguna bagi psikolog dan tenaga kesehatan mental untuk
menggambarkan bagaimana seseorang berinteraksi dengan lingkungan dan orang
lain.
Pengidentifikasian Gangguan Mental: MMPI dapat membantu mengidentifikasi
apakah seseorang mengalami gangguan mental tertentu, seperti depresi,
skizofrenia, atau gangguan kecemasan. Tes ini mencakup berbagai indikator yang
dirancang untuk mendeteksi gejala klinis yang mungkin muncul pada individu.
Perencanaan Intervensi: Hasil dari MMPI dapat mendukung profesional
kesehatan mental dalam merancang perawatan yang sesuai untuk pasien. Dengan
pemahaman yang lebih dalam tentang kepribadian dan masalah psikologis yang
mendasarinya, mereka dapat merancang intervensi yang efektif.
Pemantauan Perkembangan: MMPI juga dapat digunakan untuk memonitor
perubahan pada pasien selama periode perawatan. Dengan melakukan pengukuran
ulang setelah jangka waktu tertentu, profesional kesehatan mental dapat menilai
apakah ada perubahan signifikan dalam kondisi pasien.
Penelitian Psikologis: MMPI sering digunakan dalam penelitian psikologis
untuk mengumpulkan data tentang berbagai aspek kepribadian dan masalah
psikologis. Ini dapat membantu para peneliti dalam memahami dan menyelidiki
berbagai fenomena psikologis.
j. Sejarah dan Konstruk Teori MMPI
Awal MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory) dimulai pada 1939
di University of Minnesota oleh Starke R. Hathaway dan J. Charnley McKinley,
Keduanya adalah staf pada University of Minnesota dan merupakan instrumen
penelitian yang paling banyak digunakan di amerika tes ini bertujuan untuk
mengidentifikasi psikopatologi yang berisi pertanyaan “ya” atau “tidak”. MMPI
(Minnesota Multiphasic Personality Inventory) memiliki 13 skala standar, tiga
diantaranya berhubungan dengan validitas dan 10 lainnya berhubungan dengan
indeks-indeks klinis atau kepribadian. Dimana skala klinis MMPI terdiri dari
sepuluh skala yang digunakan dalam penilaian psikologis dan psikiatri. Skala-skala
ini membantu mengidentifikasi berbagai aspek psikologis dan emosional dalam
individu yang menjalani tes MMPI. Dua di antaranya, yaitu Skala 5 (Masculinity-
femininity/Mf) dan Skala 0 (Social introversion/Si), merupakan tambahan yang
memberikan informasi lebih lanjut tentang aspek tertentu dari kepribadian
seseorang.
Berikut adalah penjelasan singkat tentang masing-masing skala klinis MMPI:
● Skala 1 (Hypochondriasis/Hs): Mengukur kecenderungan individu untuk
mengalami kecemasan dan obsesi terkait kesehatan fisik mereka sendiri.
● Skala 2 (Depression/D): Mengidentifikasi tingkat depresi dan perasaan sedih
dalam individu.
● Skala 3 (Hysteria/Hy): Menilai tingkat histeria dan kecenderungan untuk
meluapkan emosi secara berlebihan.
● Skala 4 (Psychopathic Deviant/Pd): Mengukur tipe kepribadian yang cenderung
antisosial dan impulsif.
● Skala 5 (Masculinity-femininity/Mf): Skala tambahan yang mengevaluasi
tingkat maskulinitas atau femininitas seseorang dalam kepribadian mereka.
● Skala 6 (Paranoia/Pa): Menilai tingkat kecurigaan dan paranoid dalam perilaku
individu.
● Skala 7 (Psychasthenia/Pt): Mengukur kecenderungan individu terhadap
kecemasan, obsesif, dan kompulsif.
● Skala 8 (Schizophrenia/Sc): Menilai gejala-gejala yang berkaitan dengan
skizofrenia dan ketidakstabilan emosional.
● Skala 9 (Hypomania/Ma): Mengukur tingkat kegembiraan yang berlebihan,
tingkat energi yang tinggi, dan gejala mania ringan.
● Skala 0 (Social Introversion/Si): Skala tambahan yang mengevaluasi tingkat
introvert atau ekstrovert individu dalam hubungannya dengan orang lain.
Setiap skala memberikan informasi khusus mengenai karakteristik psikologis
individu yang dapat membantu dalam diagnosis dan perencanaan penanganan. Tes
MMPI digunakan dalam berbagai konteks, termasuk diagnostik klinis, penelitian
psikologi, dan penilaian psikologis dalam pengaturan hukum atau pekerjaan.
kemudian pada tahun 1989 Dilakukan penambahan item menjadi 566 item.
Kemudian pada tahun 1989 ini juga dilakukan standarisasi untuk mempertahankan
format dasarnya, tetapi menambahkan sejumlah item sehingga menjadi 567 item.
pada tahun 1989 juga dilakukan direvisi MMPI-2, dan versi untuk remaja
dikembangkan menjadi MMPI - A, serta versi singkat yaitu MMPI-3.
k. Aspek MMPI
MMPI asli, khususnya MMPI yang dikembangkan oleh Hathaway dan
McKinley, terdiri dari 504 pernyataan dan 13 skala (10 skala klinis dan 3 skala
potensi). Skala Klinis MMPI meliputi skala 1 (Hypochondriasis/Hs), skala 2
(Depression/D), skala 3 (hysteria/Hy), skala 4 (Psychopathic deviant /Pd), skala 5
Masculinity-femininity/Mf), skala 6 (Paranoia /Pa), skala 7 (Psychastheni /Pt),
skala 8 (Schizophrenia /Sc), skala 9 (Hypomania /Ma) dan skala 0 (Social
introversion/Si). Skala 5 (Masculinityfemininity/Mf) dan skala 0 (Social
introversion/Si) merupakan dua skala yang saling melengkapi.
Sedangkan skala validitas MMPI asli meliputi skala lie scale, infrequency scale
dan correction scale. Berikut penjelasan skala validitas MMPI: A.) Skala
Kebohongan (L-Scale) terdiri dari 15 item yang membantu mendeteksi tingkat
positif dan tidak realistis yang digambarkan oleh klien. Individu dengan skor L
tinggi cenderung menggambarkan dirinya secara perfeksionis dan idealis. B.)
Infrequency Scale (F-Scale), yaitu skala yang mengukur seberapa juah jawaban
attipikal dan menyimpangnya respon seseorang. Kategori skala MMPI dan MMPI-
2 F dipilih berdasarkan penerimaan skala oleh kurang dari 10% populasi. 13 Jadi
dari sudut pandang statistik, mereka mencerminkan cara berpikir yang unik. C.)
Correction scale (Skala K), yang digunakan untuk mendeteksi klien yang terlalu
berlebihan mendeskripsikan dirinya. D.) Skala Do Not Speak (Cs) bukan bagian
dari skala resmi tetapi hanya mewakili jumlah item yang tidak ada tanggapan di
halaman profil. Informasi mengenai jumlah soal yang hilang dapat mempengaruhi
validitas tes. Jika ada 30 soal atau lebih yang terlewat, kemungkinan besar tes
tersebut tidak valid dan harus dijelaskan karena soal sudah terjawab. Namun, hanya
ada sedikit informasi yang tersedia untuk membuat penilaian.
l. Prosedur Pengerjaan MMPI
• Dapat dikerjakan secara individu maupun kelompok
• Dapat digunakan menggunakan kertas dan pensil maupun komputer
• Tidak ada batasan minimal atau maksimal durasi pengisian
• MMPI-2 terdiri dari 567 butir pertanyaan, sementara MMPI-A terdiri dari 478
butir pertanyaan.
• Testee tidak disarankan untuk berkonsultasi dengan orang lain selama mengisi
tes.
• Tidak ada jawaban tepat atau tidak tepat, melainkan sesuai apa yang dialami
atau dirasakan oleh testee.
m. Skoring dan Contoh Interpretasi Jawaban MMPI
Skoring dan interpretasi jawaban MMPI membutuhkan proses kompleks
dengan mempertimbangkan bahwa item-item yang ada bersifat multidimensional
dan juga tidak langsung dapat ditembak sebagai dasar diagnosis, melainkan harus
memperhatikan banyak faktor. Groth & Marnat (2003) menjabarkan secara detail
mengenai MMPI dan cara untuk menginterpretasi jawaban yang didapat. Dalam
menginterpretasi jawaban MMPI, berbagai faktor seperti usia, budaya, level intelek,
dan pekerjaan, harus diperhatikan.
1. Waktu pengerjaan
Waktu pengerjaan harus diperhatikan oleh tester. Orang yang berusia di atas 16
dengan IQ rata-rata akan membutuhkan waktu sekitar 90 menit untuk
menyelesaikan tes. Apabila testee membutuhkan waktu sebanyak 3,5 jam atau lebih
dalam mengerjakan MMPI-2 atau sebanyak 3 jam atau lebih dalam MMPI-A, maka
harus dipertimbangkan bahwa ada kemungkinan orang tersebut mengalami
kerusakan bagian otak, kecerdasan di bawah rata-rata, keragu-raguan obsesif, atau
gangguan psikologis berat seperti depresi berat.
Sementara itu, apabila waktu pengerjaan kurang dari satu jam, tester dapat
mencurigai bahwa profil yang ada invalid atau testee memiliki kepribadian
impulsif.
2. Skoring dan Membentuk Profil
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk skoring MMPI, seperti Harri-
Lingoes, Si, atau two-point codes. Tester juga harus memperhitungkan informasi
relevan lainnya seperti skor IQ. Item-item yang kritikal akan diberi skor lalu tester
berusaha untuk mencari pola atau kecenderungan dari jawaban yang diberikan.
Terkadang bertanya pada testee untuk mengelaborasi jawabannya diperlukan,
terutama untuk memastikan bahwa testee memang paham dengan apa yang
ditanyakan oleh butir pertanyaan.
3. Susun Skala dan Identifikasi Tipe Kode
Skor-skor dapat dirangkum sesuai dengan urutan munculnya skor tersebut
dalam lembar profil (L, F, K, 1, 2, 3, dsb) dengan T score di sebelah kanan.
4. Menentukan validitas profil
Validitas profil ditentukan dari pola-pola yang ada dalam skala validitas. Pola-
pola dasar untuk menentukan bahwa profil tidak valid antara lain gaya defensive
dalam menjawab, yang ditandai dengan tingginya L (Lie) atau K (Correction).
Contoh lainnya adalah jawaban melebih-lebihkan patologi yang dialami ditandai
dengan tingginya F (Infrequency) atau F(b) (F back).
5. Menentukan Tingkat Penyesuaian Secara Umum
Skor-skor 65 ke atas di masing-masing skala harus diperhatikan. Semakin tinggi
skornya, maka semakin tinggi kemungkinan adanya patologi yang dialami.
6. Deskripsikan Gejala-Gejala, Perilaku, dan Karakteristik Kepribadian
Merupakan bagian inti dalam interpretasi. Penginterpretasian secara
keseluruhan tidak dapat hanya melihat dari skor masing-masing skala, namun
ditinjau secara keseluruhan dan juga dapat menggunakan content scales untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan dari testee.
7. Memberi Impresi Diagnostik
Meskipun diagnosis tidak bisa diberikan dengan hanya menggunakan MMPI,
kecenderungan patologi yang dialami testee dapat diketahui setelahnya sehingga
pengerjaan MMPI menjadi dasar untuk mengetahui masalah yang dialami klien
sebelum dilakukan tes lebih lanjut dan diagnosis
8. Menjelaskan Interpretasi kepada Testee dan Saran Penanganan
Interpretasi skor tiap skala sebagaimana masuk dalam poin (e,) adalah skala
yang mendapat skor 65 ke atas harus diperhatikan sebagai suatu potensi patologi.
Akan tetapi, elevasi atau tinggi skor dari skala yang lain juga harus
dipertimbangkan. Selain itu, profil jawaban dapat dikatakan valid atau invalid
sesuai skala validitas yang ada. Contohnya adalah apabila skor VRIN mencapai 80
pada MMPI-2 dan 61 pada MMPI-A, maka profil tersebut invalid. Skor 10 ke
bawah dari angka tersebut juga melambangkan tingginya kemungkinan jawaban
yang tidak diisi secara tepat dan kemungkinan invalid tinggi.

C. PENUTUP
Tes kepribadian yang meliputi SSCT (Sacks Sentence Completion Test) dan
MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory) terdapat perbedaan yang
signifikan. Sejarah SSCT menunjukan tujuan serta fokus dalam penggunaan SSCT,
menjelaskan bahwa sebelum SSCT menjadi sebuah tes kepribadian, tes ini digunakan
untuk pengukuran terhadap intelegensi anak pada psikologi namun bermunculan ide
baru dan tentunya sudah mengalami uji yang dapat menjadi SSCT sebagai alat tes
kepribadian seseorang yang berfokus pada kognisi dan kemampuan berpikir dalam
situasi tertentu untuk mengungkapkan individu mengenai hubungan interpersonal dan
hubungan individu dengan lingkungan sekitar.
SSCT menjadi salah satu tes psikologi yang bercirikan tes berbentuk essay serta
menggunakan teknik proyektif , sehingga jawaban yang diberikan dari klien sangat
menggambarkan dirinya sendiri dan ada beberapa aspek pada SSCT yaitu keluarga,
seks, hubungan interpersonal, dan konsep diri. Sedangkan MMPI tidak kalah bagusnya,
MMPI juga memiliki fungsi yang sama yaitu menjadi alat tes kepribadian namun dari
sejarah MMPI menunjukan bahwa MMPI memiliki fokus yang berbeda terhadap SSCT
yaitu mengukur berbagai dimensi kepribadian, seperti cara berpikir, ekspresi emosi,
dan tindakan individu.
Selain itu MMPI juga dimanfaatkan oleh psikolog dan kesehatan mental jadi
masih berhubungan erat dengan klinis. Perbedaan antara SSCT dan MMPI dapat
membantu pembaca untuk mengetahui fungsi serta kegunaanya meskipun masih di
ranah yang sama yaitu tes kepribadian.
DAFTAR PUSTAKA
Ab'ror, R., Kairupan, B. H., & Munayang, H. (2016). Profil supplementary scales Minnesota
multiphasic personality inventory-2 (MMPI-2) adaptasi Indonesia pada komunitas
public united not kingdom (punk) di kawasan Megamas Kota Manado. e-CliniC, 4(2).
Abt, L. E., & Bellak, L. (1959). Projective Psychology. New York: Grove Press Book.
Anastasi, A., & Urbina, S. (2016). Tes Psikologi. Edisi Ketujuh (Terjemahan). Jakarta:
PT Indeks.
America, United States: Pearson Education, Inc.
Groth-Marnat, G. (2003). Handbook of psychological assessment. John Wiley & Sons.
Gregory, R. J. (2014). Psychological Testing: History, Principles, and Application 7th Ed.

Anda mungkin juga menyukai