Anda di halaman 1dari 4

Teori yang mendasari

Salah satu jenis tes grafis yang peka terhadap kecenderungan kepribadian seseorang
secara personal adalah tes DAP (Draw A Person) (Etikawati, komunikasi pribadi, 10 Mei
2010; Anindita, 2012). Interpretasi tes DAP awalnya bermula dari penelitian ribuan gambar
dalam konteks klinis yang menggunakan metode–metode proyektif dari analisis kepribadian
dan teori psikoanalisis (Anindita, 2012). Prinsip dasar dalam menginterpretasi DAP adalah
dengan memperhatikan dimensi-dimensi yang ada pada gambar subjek. Hal ini dikarenakan
masing-masing dimensi DAP memiliki arti yang akan mempengaruhi hasil interpretasi
gambar subjek. Konsep dasar interpretasi tes DAP yaitu gambar orang yang digambar oleh
testee erat hubungannya dengan impuls–impuls, kecemasan–kecemasan, konflik–konflik, dan
ciri–ciri dari individu tersebut (Machover, 1965; Nurhayanti & Santoso, 2018). Testee dalam
menggambar seseorang berarti ia telah menggambar gambaran dirinya sendiri secara
keseluruhan, adapun kertas yang digunakan dapat dianggap sebagai lingkungan yang
ditempati oleh testee.

Penggambaran diri tersebut terjadi sebab ketika testee menggambar figur berupa
manusia, secara sadar atau tidak sadar maka ia dihadapkan pada suat masalah yang
membutuhkan kemampuan memproyeksikan diri ke dalam semua arti tubuh dan sikap–sikap
yang ditampilkan dalam figur manusia yang digambar (Rangga, 2012). Oleh sebab itu, tester
dapat melakukan interpretasi terhadap manusia yang digambar oleh testee berupa aspek–
aspek yang mencerminkan masalah–masalah dan tingkah laku dari testee yang menggambar.
Dalam menginterpretasi gambar manusia, perlu memperhatikan kriteria-kriteria interpretasi
yang ada dalam DAP (Machover, 1965).

Tes Draw a Person (DAP) diadaptasi dari teori dan tes Goodenough-Harris yang
dapat mengungkap kemampuan IQ seseorang. Hal tersebut didasari bahwa sebelum manusia
dapat membaca dan menulis, yang bisa ia lakukan yaitu menggambar atau mencoret-coret
pada suat media seperti kertas. Adapun pada tersebut individu diminta untuk menggambar
figur manusia, hal ini berdasarkan adanya asumsi bahwa gambar yang mudah dikenali dari
suatu objek adalah bentuk manusia dan semenjak dini individu sudah seringkali menggambar
orang dibandingkan menggambar bentuk atau objek lain (Elbas, 2020). Florence Laura
Goodenough berpendapat bahwa individu mencoret-coret disebabkan karena adanya proses
mental yang terjadi terkait perkembangan intelektual yang dimiliki oleh individu. Menurut
Goodenough gambaran anak kecil memiliki hubungan yang erat dan terjadi di antara konsep
perkembangan mental dan kemampuan intelegensi secara umum. Goresan atau coretan anak
menunjukkan ekspresi diri dibandingkan keindahan. Gambar yang dibuat cenderung apa yang
diketahui dan bukan apa yang dilihat. Aspek-aspek yang ada pada tes ini antara lain adalah :
kepala, kaki, tangan, tubuh, bahu, leher, muka, telinga, kening, mata, bulu mata, pupil, dagu,
hidung, mulut, bibir, lubang hidung, rambut, pakaian, bagian-bagian pakaian, jari, lengan,
tumit, dll (Elbas, 2020).

Berdasarkan teori Machover (1949). Versi Machover lebih mengungkap kondisi


psikis berdasarkan teori psikoanalisa. Machover berasumsi bahwa individu menggambar
orang adalah cerminan atau persepsi diri dengan berbagai atribut yang melatarbelakangi. Ada
aspek yang dapat diintepretasikan dari hasil coretan, yaitu : Cara subjek menggambar, posisi
gambar, tekanan, arsiran atau bayangan bentuk gambar, detil, penyimpangan dan
penggabungan objek, ukuran (Elbas, 2020).

Selain itu, menurut Machover (1950) dalam bukunya berjudul “Personality Projection in the
Drawing of The Human Figure” mengungkapkan teori-teori mengenai DAP yang dijabarkan
sebagai berikut :

Fenomena Proyeksi

Kepribadian tidak berkembang dalam kekosongan, tetapi melalui gerakan, perasaan,


dan pemikiran tentang suatu tubuh. Metode proyektif untuk mengeksplorasi motivasi telah
berulang kali mengungkap lebih dalam dan mungkin ketidaksadaran dapat menjadi penentu
ekspresi diri yang tidak dapat terwujud dalam komunikasi langsung. Oleh karena itu dapat
diasumsikan bahwa semua aktivitas kreatif mengandung konflik yang spesifik dan perlu
ditekan oleh individu. Kegiatan yang ditimbulkan dalam menanggapi menggambar seseorang
memang merupakan pengalaman kreatif, seperti yang akan disaksikan oleh individu yang
menggambar. Pengalaman yang luas dan terkonsentrasi dengan gambar-gambar sosok
manusia menunjukkan sebuah ikatan erat antara sosok yang digambar dan kepribadian
individu yang menggambar (Machover, 1950).

Konstansi Proyeksi

Dalam teori ini, dalam studi yang mempelajari menggambar (dua atau lebih) yang
diperoleh selama periode waktu tertentu, telah diamati bahwa struktural dan aspek formal
dari suatu gambar seperti ukuran, garis, dan penempatan, tidak terlalu terpengaruh oleh
variabilitas daripada kontennya, seperti detail tubuh, pakaian, dan aksesori. Hal tersebut
terkait penggambaran individu dalam menggambar orang yang sosoknya besar atau kecil, di
mana dia meletakkannya di halaman, apakah dia menggambar dengan garis panjang yang
terus menerus atau pendek, bergerigi, apakah gambar itu memiliki sifat agresif, apakah itu
kaku atau cair, apa proporsi esensial tubuh, apakah bentuk simetri diamati, apakah ada
kecenderungan untuk tidak tuntas dalam menggambar, cara menghapus, ataupun
bayangannya. Semua pertanyaan tersebut jawabannya yakni semua hal tersebut merujuk pada
struktur kepribadian individu (Machover, 1950).

Suasana Gambar

Dalam menginterpretasikan citra tubuh, atau model postural dalam bentuk grafik,
gambaran yang dibuat oleh individu dilihat juga dari ekspresinya, seperti bahagia, ramah,
pendiam, dan sebagainya. Subjek selanjutnya akan diminta untuk menggambar satu gambar
yang memberikan kesan tentang diri mereka sendiri dan satu gambar yang menunjukkan
bagaimana mereka memandang teman-temannya. Ekspresi dari manusia yang digambar
merupakan pandangan ia terhadap teman-temannya (Machover, 1950)

Tujuan dan Pengaplikasian

Tujuan tes DAP menurut Machover, DAP yaitu tes ini digunakan untuk mengungkap
beberapa hal yang terkait dengan subjek secara spesifik, antara lain umur, sekolah, ambisi,
karakteristik kepribadian, kehidupan serta perilaku di dalam kehidupan keluarga pada subjek
yang menggambar (Groth-Marnat & Robert, 1984). Melengkapi pernyataan Machover,
Sidney Levy menambahi bahwa DAP juga dianggap mampu mengungkap simbol ekspresi
atau ekspresi yang dituangkan subyek pada hasil gambarannya (Edwin & Bellak, 1950).

Pengaplikasian DAP salah satunya yaitu untuk melihat indikasi agresi pada anak. Tes
grafis dilakukan untuk mengetahui gambaran perkembangan kepribadian anak, emosi, dan
perilaku (Nurhayati & Santoso, 2018). Selain itu, tes grafis juga digunakan untuk melihat
indikasi agresi pada anak (Machover, 1949). Analisa gambar dilakukan berdasarkan beberapa
prinsip interpretasi Ogdon (1974). Berdasarkan jurnal Penerapan Group Anger Management
dan Problem Solving Training dalam Menurunkan Agresi Pada Remaja di LPKA, tes DAP
dapat digunakan untuk mengetahui kecenderungan perilaku agresif pada siswa meskipun tes
DAP didampingi oleh tes BAUM. Berdasarkan hasil anamnesa dengan kelima partisipan
diketahui bahwa kelima partisipan memang memiliki latar belakang perilaku agresi sejak usia
kanak-kanak hingga remaja. Hal yang memicu perilaku agresi para partisipan adalah adanya
suatu situasi atau orang yang mengancam atau mengganggu mereka, perasaan frustrasi, serta
pengaruh lingkungan tempat tinggal dan kelompok pertemanan yang marak dengan perilaku
agresi. Hal tersebut dapat diketahui berdasarkan gambaran dari individu yang tampak dari
gambaran figur orang dan pohon yang digambar oleh para partisipan berdasarkan ukuran,
letak, bentuk, arah, dan coretan garis (Ivonika & Verauli, 2020).

Daftar Pustaka
Anindita, R. H. (2012). Validasi Tes Draw A Person (Dap) dengan Menggunakan Tes Papi-Kostick.

Elbas, F. (2020). Sejarah dan Teori Singkat tentang Tes Proyektif. Retrieved from Academia.

Ivonika, G., & Verauli, R. (2020). Penerapan Group Anger Management dan Problem Solving Training
dalam Menurunkan Agresi Pada Remaja di LPKA. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan
Seni, 4(1), 1-8.

Machover, K. (1950). Personality Projection in The Drawing of The Human Figure (A Method of
Personality Investigation). Illinois: Charles C Thomas.

Nurhayanto, R., & Santoso, A. (2018). Hubungan antara Ekspresi Gambar Orang dan Faktor-Faktor
Kepribadian 16PF. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 23(2), 165-182.

Anda mungkin juga menyukai