Anda di halaman 1dari 22

MODUL

UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KENAKALAN REMAJA

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikoedukasi

Dosen Pengampu:

Afinia Sandya Rini, M.Psi.

Disusun oleh:

Kelompok 8

1. Muhammad Affandi (12308193207)


2. Lisa Hanifah (12308193209)
3. Atma Witikaa Dewi (12308193210)
4. Canny Agustina (12308193227)
5. Putri Yulistiani (12308193232)

JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM 6-E

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SAYYID ALI RAHMATULLAH

TULUNGAGUNG

2022
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
LATAR BELAKANG ......................................................................................... 1
TUJUAN ............................................................................................................. 3
MATERI ............................................................................................................. 4
RUNDOWN ACARA .......................................................................................... 12
KESIMPULAN .................................................................................................... 18
SARAN . .............................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20

ii
LATAR BELAKANG

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju tahap


dewasa. Dunia remaja adalah dunia yang penuh mimpi, angan-angan, cita-cita,
potensi, energi, gairah, pergolakan, dan pemberontakan. Pada saat itu, seorang anak
tidak saja mengalami perubahan fisik, melainkan juga psikis. Status pun berubah
karena adanya perubahan sebutan anak-anak menjadi remaja. Status sebagai remaja
memunculkan kebanggaan karena sebagai remaja keberadaan komunitasnya harus
selalu diperhitungkan. Dengan kata lain, status remaja membuat eksistensi mereka
pun harus diperhitungkan dalam keluarga dan masyarakat. Anak dan remaja juga
adalah aset bangsa dan merupakan salah satu sumber daya manusia yang penting
untuk meneruskan cita-cita bangsa. Hal ini sesuai dengan undang-undang
kesejahteraan anak yang menyatakan bahwa anak adalah potensi serta penerus serta
penerus cita-cita yang dasar-dasarnya telah dilakukan oleh generasi sebelumnya
(Presiden Republik Indonesia, 1979). James Kenny & Marry Kenny menyebutkan
bahwa masa remaja itu berusia 16-18 tahun. Para remaja ini nampak lebih yakin
dengan dirinya sendiri. Melalui perilaku dan perbuatannya ia akan berusaha
mencapai suatu tujuan. Anak remaja, orang dewasa pun akan belajar terus. Belajar
adalah untuk memperoleh pengetahuan melalui penguasaan dan pengalaman
(comprehension). Belajar merupakan perubahan menetap (permanent) yang relatif
pada potensi perilaku yang terjadi sebagai akibat/hasil perbuatan yang diperkuat
(results of reinforced practice).
Pada kenyataannya, selama proses pendewasaan, tidak semua remaja dapat
melaluinya dengan baik. Tidak sedikit dari mereka yang gagal dalam
menyelesaikan tugas perkembangannya sehingga mereka gagal mencapai
kompetisi yang diharapkan, bahkan dapat terjadinya penyimpangan perilaku
(Anjaswarni, Nursalam, Widati, & Yusuf, 2019). Salah satu masalah perilaku serius
dan perlu mendapat perhatian adalah kenakalan remaja yang melibatkan hukum
atau menjurus kepada tindakan kriminal yang dikenal sebagai juvenile delinquency.
Juvenile delinquency tidak hanya menjadi permasalah di Indonesia melainkan juga
menjadi permasalahan di dunia. Mengutip hasil studi Badan Pusat Statistik (2010)
yang dilakukan di empat lembaga Pemasyarakatan (LP) Anak di Palembang,

1
Tangerang, Kutoarjo dan Blitar berhasil diidentifikasi lima jenis kenakalan
terbanyak secara berturut-turut adalah : (1) Pencurian (60%), (2) Narkoba (9, 5%),
(3) Kecelakaan lalu lintas fatal (5%), (4) Perkosaan atau pencabulan (4%), (5)
Penganiayaan (4%). Hasil studi menjelaskan bahwa faktor pendorong terjadinya
perilaku nakal adalah dorongan kebutuhan uang atau barang dan pengaruh teman
(Anjaswarni et al, 2019). Tingkat provinsi khususnya di Jawa Timur hasil studi di
Lembaga Permasyarakat Khusus Anak (LPKA) Kota Blitar pada tahun 2018,
didapatkan bahwa dari 60 remaja di LPKA didapatkan 5 jenis kenakalan terbanyak,
yaitu penggunaan zat (NAPZA) (26, 7%), perampokan atau pencurian (25%),
perkelahian atau tawuran atau tindak kekerasan (20%), selanjutnya pencabulan (13,
3), dan pembunuhan (13, 3%) (Anjaswarni et al, 2019).
Fenomena yang terjadi pada anak remaja ini menunjukkan bahwa ada
kesenjangan antara harapan dan kenyataan dalam proses tumbuh kembang remaja.
Remaja yang berhasil dalam proses tumbuh kembang akan menunjukkan perilaku
adaptif, asertif, komunikatif, produktif, dan mampu menjalankan peran sosial
dengan baik. Kenyataannya,banyak remaja bermasalah yang bersinggungan dengan
hukum dan termasuk dalam juvenile delinquency.

2
TUJUAN

Kegiatan psikoedukasi dari Psikologi Universitas Islam Negeri Sayyid Ali


Rahmatullah Tulungagung dengan tema Patologi Sosial pada remaja ini memiliki
beberapa tujuan diantaranya adalah:
1. Memberikan pemahaman tentang lingkungan sosial
2. Memberikan pemahaman mengenai kenakalan remaja
3. Memberikan pemahaman mengenai bentuk dan aspek kenakalan remaja
4. Memberikan pemahaman mengenai karakteristik remaja nakal
5. Memberikan pemahaman mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kecenderungan kenakalan remaja
6. Memberikan pemahaman mengenai hal apa saja yang harus dilakukan jika
berada di lingkungan sosial negatif yang mengarah pada kenakalan remaja

Setelah siswa memahami beberapa aitem diatas, siswa kita ajak untuk studi
kasus yakni apakah mereka pernah menemukan kasus patologi sosial dalam
keseharian mereka, baik sebagai pelaku, korban, maupun sebagai orang yang hanya
mengetahui saja. Setelah itu kita berikan pemahaman mengenai upaya pencegahan
serta penanganan terhadap kasus patologi sosial. Siswa dapat memahami tindakan
apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah kenakalan remaja di lingkungan
sekitar atau tindakan apa yang harus dilakukan jika menemukan kasus kenakalan
remaja tersebut di lingkungan sekitar.
Tahap akhir yang diharapkan dari pemberian psikoedukasi ini adalah
tertanamnya mindset bahwa patologi sosial adalah tindakan yang tidak perlu
dilakukan oleh remaja, diharapkan dapat belajar untuk memperoleh pengetahuan
melalui penguasaan dan pengalaman, yang mana sebagai perubahan menetap yang
relatif pada potensi perilaku yang terjadi sebagai akibat atau hasil perbuatan yang
diperkuat.

3
MATERI

A. Pengertian Lingkungan Sosial


Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk melakukan sesuatu tindakan
ataupun perubahan-perubahan perilaku setiap individu. Lingkungan sosial
meliputi, lingkungan keluarga, lingkungan teman sebaya, dan lingkungan
tetangga. Lingkungan Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama kali
dikenal oleh individu sejak lahir. Dimana ayah, ibu, dan anggota keluarga
lainnya merupakan lingkungan sosial yang secara langsung berhubungan dengan
individu, sedangkan masyarakat adalah lingkungan sosial yang dikenal dan
mempengaruhi pembentukan kepribadian anak, yang salah satu diantaranya
adalah teman sepermainan.
Menurut Abdulsyani “seseorang melakukan tindakan karena faktor dari
dalam dan dari luar lingkungan”. Seseorang melakuan tindakan yang merugikan
disebabkan oleh adanya pengaruh dan perkembangan yang tidak selaras dengan
kondisi seseorang tersebut dengan masyarakat. Menurut Dalyono Lingkungan
social terdiri dari:
a. Teman bergaul.
Teman bergaul mempunyai pengaruh sangat besar dan lebih cepat masuk
dalam jiwa anak, Apabila anak bergaul dengan teman yang senang membaca
otomatis anak tersebutmempunyai minat membaca dan apabila anak suka
bergaul dengan mereka yang tidak sekolah maka ia akan malas belajar,
sebab cara hidup mereka yang bersekolah berlainan dengan anak yang tidak
bersekolah.
b. Lingkungan tetangga
Ragam kehidupan tetangga, misalnya suka main judi, mengkonsumsi
minuman keras, menganggur, tidak suka belajar, dsb, akan mempengaruhi
anak-anak yang bersekolah minimal tidak ada motivasi bagi anak untuk
belajar. Sebaliknya jika tetangga terdiri dari pelajar, mahasiswa, dokter dll
akan mendorong semangat belajar anak.
c. Aktivitas dalam masyarakat

4
Terlalu banyak berorganisasi atau berbagai kursus-kursus akan
menyebabkan belajar anak akan menjadi terbengkalai. Pengaruh
lingkungan, terutama lingkungan sosial secara terbuka tidak hanya berupa
hal-hal yang positif saja, melainkan juga meliputi efek yang negatif. Efek
negatif yang timbul akibat pengaruh lingkungan sosial salah satunya adalah
kepribadian yang tidak selaras atau menyimpang dari lingkungan sosial
dalam bentuk kenakalan remaja, kejahatan, rendahnya rasa tanggungjawab,
dan lain sebagainya yang dapat dilakukan oleh masing masing individu.
d. Lingkungan Keluarga
Keluarga yang utuh adalah keluarga yang dilengkapi dengan anggota-
anggota keluarga seperti ayah, ibu, dan anak. Sebaliknya keluarga yang
pecah atau broken home terjadi karena tidak hadirnya salah satu orangtua
yang disebabkan oleh kematian atau perceraian, atau tidak hadir kedua-
duanya.

Dengan hal tersebut dapat dikatakan bahwa lingkungan sosial merupakan


wadah atau media seorang individu atau kelompok untuk berinteraksi dengan
orang lain dan membentuk sebuah kepribadian serta tingkah laku. Lingkungan
sosial yang baik ataupun buruk akan mempengaruhi seorang individu baik secara
perilaku ataupun kepribadiannya.

B. Pengertian Kenakalan Remaja


Kenakalan merupakan perbuatan tidak baik dan bersifat mengganggu
serta melanggar norma masyarakat. Kenakalan remaja merupakan suatu
perbuatan yang melanggar aturan atau norma di masyarakat yang dilakukan oleh
remaja. Remaja adalah mereka yang mengalami masa transisi (peralihan) dari
masa kanak-kanak menuju masa dewasa, yaitu antara usia 12-13 tahun
hingga usia 20-an, perubahan yang terjadi termasuk drastis pada semua aspek
perkembangannya yaitu meliputi perkembangan fisik, kognitif, kepribadian, dan
sosial (Gunarsa, 2006: 196).
Fuad Hasan, definisi kenakalan “delinquency” sebagai perilaku anti
sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang bila mana dilakukan oleh orang

5
dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan. Menurut Simanjuntak,
sebagaimana yang dikutip oleh Sudarsono, suatu perbuatan disebut delinquency
apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma yang
ada dalam masyarakat dimana ia hidup atau suatu perbuatan yang anti sosial
dimana didalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif. Dimana dalam hal ini
yang dapat dijadikan sebagai unsur-unsur dari kenakalan (delinquency) adalah.
1. Adanya suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan seseorang.
2. Tindakan atau perbuatan itu bertentangan dengan ketentuan hukum,
bertentangan dengan hukum tertulis maupun dengan hukum tidak tertulis,
sehingga sifat melawan hukumnya disini harus ditafsirkan sebagai sifat
melawan hukum yang materil.
3. Dirasakan serta ditafsirkan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang tercela.
Mengenai hal ini ada dua macam, yaitu:

a. Perbuatan yang dirasakan tercela yang menurut pendapat masyarakat


dapat merusak dan tataaturan yang berlaku dalam masyarakat itu sendiri,
dan dengan sendirinya menghambat terwujudnya atau pembinaan yang
baik di dalam masyarakat.
b. Perbuatan ditafsirkan tercela atau keliru berhubungan segala sesuatu
penafsiran mengenai baik buruknya tindakan seseorang adalah mengikuti
penilaian dari masyarakat waktu itu.

Kenakalan remaja merupakan perilaku atau perbuatan jahat atau


kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial
pada remaja Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas,
dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status
hingga tindak kriminal.
Istilah kenakalan remaja merupakan kata lain dari kenakalan anak yang
terjemahan dari “juvenile delinquency”. Kata juvenile berasal dari bahasa Latin
“juvenilis” yang artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa
muda, sifat-sifat khas pada periode remaja. Sedangkan kata delinquent juga
berasal dari bahasa Latin “delinquere” yang artinya terabaikan, mengabaikan;
yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, kriminal, pelanggar aturan,

6
pembuat ribut, pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjana dan
dursila.

C. Ciri-Ciri dan Bentuk Kenakalan Remaja


Perilaku nakal atau yang dikenal dengan delinqent adalah perilaku jahat,
kriminal dan melanggara norma-norma sosial dan hukum. Perilaku delinquent
merupakan produk konstitusi mental serta emosi yang sangat labil dan defektif,
sebagai akibat dari proses pengkondisian lingkungan buruk terhadap pribadi
anak yang dilakukan oleh anak usia remaja. ciri-ciri kenakalan remaja menurut
Alder, antara lain:
1. Kebut-kebutan dijalanan yang mengganggu keamananlalu lintas dan
membahayakan diri sendiri serta orang lain.
2. Perilaku ugal-ugalan, berandalan, urakan yang mengacaukan ketentraman
masyarakat sekitar.
3. Perkelahian antar gang, antar kelompok, antar sekolah, antar suku, sehingga
terkadang membawa korban jiwa.
4. Membolos sekolah lalu bergelandangan sepanjang jalan atau bersembunyi
ditempat-tempat terpencil.
5. Kriminalitas anak remaja dan adolesons seperti: memeras, mencuri,
mengancam dan intimidasi.
Adapun beberapa bentuk-bentuk dari kenakalan remaja menurut Jensen, antara
lain :
1. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian,
perkosaan, penganiayaan, dan pembunuhan.
2. Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencopetan,
pemerasan, dan pencurian.
3. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain:
pelacuran, penyalahgunaan obat-obat terlarang, melakukan hubungan seks
di luar nikah.
4. Kenakalan yang melawan status: mengingkari anak sebagai pelajar denan
cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara minggat dan
membantah perintah orang tua.

7
D. Karakteristik Remaja Nakal
Karakteristik merupakan sifat khusus sesuai dengan watak atau
kepribadian dari suatu individu. Menurut Kartono (2003), remaja nakal
mempunyai karakteristik umum yang sangat berbeda dengan remaja tidak nakal.
Perbedaan itu mencakup:
1. Perbedaan Struktur Intelektual
Pada umumnya inteligensi remaja nakal tidak berbeda dengan inteligensi
remaja yang normal, namun jelas terdapat fungsi- fungsi kognitif khusus
yang berbeda biasanya remaja nakal ini mendapatkan nilai lebih tinggi
untuk tugas-tugas prestasi daripada nilai untuk ketrampilan verbal (tes
Wechsler). Remaja nakal kurang toleran terhadap hal-hal yang ambigius
pada umumnya remaja kurang mampu memperhitungkan tingkah laku
orang lain bahkan tidak menghargai pribadi lain dan menganggap orang lain
sebagai cerminan dari diri sendiri.
2. Perbedaan Fisik dan Psikis
Remaja yang nakal ini lebih “idiot secara moral” dan memiliki perbedaan
ciri karakteristik yang jasmaniah sejak lahir jika dibandingkan dengan
remaja normal. Pada umumnya remaja nakal bersikap lebih agresif.
3. Ciri Karakteristi Individual
Remaja nakal mempunyai sifat kepribadian khusus yang menyimpang,
antara lain:
 Rata-rata remaja nakal ini hanya berorientasi pada masa sekarang,
bersenangsenang dan puas pada hari ini tanpa memikirkan masa depan.
 Kebanyakan dari remaja nakal terganggu secara emosional.
 Remaja nakal kurang bisa bersosialisasi dengan masyarakat normal
sehingga tidak mampu mengenal norma-norma kesusilaan, dan tidak
bertanggung jawab secara sosial.
 Remaja nakal senang andil dalam kegiatan tanpa berpikir yang
merangsang rasa kejantanan, walaupun mereka menyadari
besarnya risiko dan bahaya yang terkandung di dalamnya.

8
 Pada umumnya remaja nakal sangat impulsif dan suka tantangan dan
bahaya.
 Hati nurani tidak atau kurang lancar fungsinya.
 Kurang memiliki disiplin diri dan kontrol diri sehingga remaja menjadi
liar dan jahat

E. Faktor Penyebab Kenakalan Remaja


Banyak hal yang menjadi faktor kenakalan remaja, Dadan (2017)
mengelompokkan faktor penyebab kenakalan remaja menjadi dua kelompok
yakni faktor internal dan faktor eksternal.
1) Faktor internal
a. Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan
terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan
konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran.
Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi
kedua.
b. Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku
yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret
pada perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui
perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa
mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan
pengetahuannya.
2) Faktor eksternal
Kurangnya perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih sayang, keluarga
merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi
perkembangan anak. Sedangkan lingkungan sekitar dan sekolah ikut
memberikan nuansa pada perkembangan anak. Karena itu baik-buruknya
struktur keluarga dan masyarakat sekitar memberikan pengaruh baik atau
buruknya pertumbuhan kepribadian anak. Keadaan lingkungan keluarga
yang menjadi sebab timbulnya kenakalan remaja seperti keluarga yang

9
broken-home, rumah tangga yang berantakan disebabkan oleh kematian
ayah atau ibunya, keluarga yang diliputi konflik keras, ekonomi keluarga
yang kurang, semua itu merupakan sumber yang subur untuk memunculkan
delinkuensi remaja

Dr. Kartini Kartono dalam Dadan berpendapat bahwasannya faktor


penyebab terjadinya kenakalan remaja antara lain:
1. Anak kurang mendapatkan perhatian, kasih sayang dan tuntunan
pendidikan orang tua, terutama bimbingan ayah, karena ayah dan ibunya
masing–masing sibuk mengurusi permasalahan serta konflik batin
sendiri
2. Kebutuhan fisik maupun psikis anak–anak remaja yang tidak terpenuhi,
keinginan dan harapan anak–anak tidak bisa tersalur dengan memuaskan,
atau tidak mendapatkan kompensasinya.
3. Anak tidak pernah mendapatkan latihan fisik dan mental yang sangat
diperlukan untuk hidup normal, mereka tidak dibiasakan dengan disiplin
dan kontrol-diri yang baik.

Dari pernyataan faktor penyebab kenakalan remaja oleh para ahli dapat
diketahui salah satunya yakni faktor eksternal atau faktor dari luar atau
lingkungan sosial. Lingkungan sosial ini tidak dapat dihindari karena manusia
sebagai makhluk sosial. Maka dari itu bisa dilakukan beberapa hal untuk terhidar
atau meminimalisir dari lingkungan sosial yang buruk yang mengarah pada
kenakalan remaja yakni:
1. Menyibukkan diri atau membuat kegiatan yang positif (menekuni hobi)
2. Buat visi, misi, dan target tujuan hidup kedepan
3. Memahami diri sendiri dan memaksimalkan potensi yang ada dalam diri.

Orang tua sebagai lingkungan sosial terdekat anak juga dapat


meminimalisir kenakalan remaja yang disebabkan oleh faktor sosial sekitar
(semisal teman, masyarakat umum, dll) yakni dengan cara.
1. Pendengar yang baik
2. Bersikap terbuka kepada anak
3. Beri batasan yang tidak mengganggunya

10
4. Selalu berikan pengertian atau pemahaman yang mudah dipahami oleh
anak, dll.

11
RUNDOWN ACARA

A. JADWAL KEGIATAN
Kegiatan psikoedukasi tentang Upaya Pencegahan terhadap Kenakalan
Remaja oleh mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung dilaksanakan pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 30 Maret 2022
Pukul : 10.00 – 11.30 WIB
Pelaksana : Muhammad Affandi, Putri Yulistiani, dan Lisa Hanifah
No Waktu Sesi Tujuan Metode Durasi Pelaksana Keterangan
1. 10.00- Pembukaan  Perkenalan Ceramah 15  Afandi  Audiens
10.15  Menjelaskan menit  Putri mengisi
tujuan pemateri  Lisa lembar
 Memberikan soal
soal pretest pretest
 Sebelum  Ice
penyampaian breaking
materi dimulai, tepuk
melakukan ice tangan
breaking untuk bernada
mencairkan
suasana
2. 10.15- Materi 1 Agar audiens Ceramah 20 Afandi Menjelaska
10.35 mengerti dan paham menit n materi
tentang pengertian tentang
lingkungan social, lingkungan
kenakalan remaja, social,
serta bentuk dan kenakalan
aspek kenakalan remaja,
remaja serta bentuk
dan aspek

12
kenakalan
remaja
3. 10.35- Ice Melakukan ice Ceramah 5 menit Lisa Melakukan
10.40 breaking breaking agar kembali ice
audiens tidak merasa breaking
bosan tepuk
tangan
bernada dan
game
konsentrasi
ikuti apa
yang saya
ucapkan
4. 10.40- Materi 2 Agar audiens Ceramah 20 Putri Agar
11.00 mengerti dan paham menit audiens
tentang karakteristik mengerti
remaja nakal, faktor dan paham
yang mempengaruhi tentang
kecenderungan karakteristik
kenakalan remaja, remaja
dan hal yang harus nakal, faktor
dilakukan jika yang
berada di lingkungan mempengar
social yang negative uhi
yang mengarah pada kecenderun
kenakalan remaja gan
kenakalan
remaja, dan
hal yang
harus
dilakukan
jika berada

13
di
lingkungan
social yang
negative
yang
mengarah
pada
kenakalan
remaja
5. 11.00- Ice  Mencairkan Ceramah 15 Lisa  Melaku
11.15 breaking suasana setelah menit kan
pemberian kembali
materi agar ice
audiens kembali breaking
bersemangat tepuk
 Memberikan bernada
soal post test dan
game
konsentr
asi ikuti
apa
yang
saya
ucapkan
 Audiens
mengisi
soal post
test
6. 11.15- Penutupan  Menyimpulkan Ceramah 15  Afandi
11.30 tentang menit  Putri
psikoedukasi

14
yang sudah
dilakukan,
 Pemateri
menutup sesi
psikoedukasi
dengan doa

B. Prosedur Kegiatan
Sesi 1: Pembukaan
 Tujuan
Sebagai tahap pengenalan antara pemateri dan audiens, serta pengenalan
mengenai materi yang akan disampaikan. Pemberian soal pretest untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan atau pemahaman audiens tentang
kenakalan remaja sebelum pelatihan diberikan. Kemudian diselingi dengan
ice breaking untuk mencairkan suasana sebelum materi diberikan.
 Prosedur kegiatan
1. Pembukaan dan pengenalan
- Pemateri membuka kegiatan dengan salam dan doa
- Pemateri memperkenalkan diri satu per satu
2. Pemberian soal pretest
3. Pemateri menjelaskan maksud dan tujuan kedatangannya
4. Memberikan ice breaking pada audiens

Sesi 2: Materi 1
 Tujuan
Memberikan pemahaman tentang pengertian lingkungan social, kenakalan
remaja, serta bentuk dan aspek kenakalan remaja.
 Prosedur kegiatan
1. Pemateri menanyakan kepada audiens terkait pemahaman mereka
tentang kenakalan remaja
2. Pemateri menjelaskan pengertian lingkungan social, kenakalan remaja,
serta bentuk dan aspek kenakalan remaja.

15
Sesi 3: Ice breaking
 Tujuan
Mencairkan suasana agar audiens tidak tegang dan tetap santai ketika
penyampaian materi.
 Prosedur kegiatan
1. Fasilitator mengajak audiens untuk berdiri
2. Fasilitator memimpin ice breaking
3. Audiens diminta untuk mengikuti instruksi dari fasilitator dan fokus
4. Ketika ada game konsentrasi, audiens diminta mengikuti apa yang
diucapkan oleh fasilitator

Sesi 4: Materi 2
 Tujuan
Memberikan pemahaman tentang karakteristik remaja nakal, faktor yang
mempengaruhi kecenderungan kenakalan remaja, dan hal yang harus
dilakukan jika berada di lingkungan social yang negative yang mengarah
pada kenakalan remaja.
 Prosedur kegiatan
1. Pemateri menjelaskan materi tentang karakteristik remaja nakal
2. Pemateri menyebutkan apa saja faktor yang mempengaruhi
kecenderungan kenakalan remaja
3. Pemateri menjelaskan cara-cara yang bisa dilakukan ketika berada di
lingkungan social yang negative terutama yang mengarah pada
kenakalan remaja

Sesi 5: Ice breaking


 Tujuan
Mencairkan suasana dan membuat audiens tetap semangat setelah diberikan
materi oleh pemateri.
 Prosedur kegiatan
1. Fasilitator mengajak audiens untuk berdiri

16
2. Fasilitator memimpin ice breaking
3. Audiens diminta untuk mengikuti instruksi dari fasilitator dan focus
4. Ketika ada game konsentrasi, audiens diminta mengikuti apa yang
diucapkan oleh fasilitator

Sesi 6: Penutup
 Tujuan
Mengakhiri kegiatan psikoedukasi dengan harapan audiens mampu
menangkap edukasi dan memahami materi yang sudah disampaikan.
 Prosedur kegiatan
1. Pemateri menyimpulkan keseluruhan materi psikoedukasi yang sudah
disampaikan
2. Pemateri menutup acara psikoedukasi dengan salam dan doa

17
KESIMPULAN

Seseorang melakuan tindakan yang merugikan disebabkan oleh adanya


pengaruh dan perkembangan yang tidak selaras dengan kondisi seseorang tersebut
dengan masyarakat. Kenakalan remaja merupakan perilaku atau perbuatan jahat
atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial
pada remaja Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari
tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga
tindak kriminal. Perilaku delinquent atau nakal merupakan produk konstitusi
mental serta emosi yang sangat labil dan defektif, sebagai akibat dari proses
pengkondisian lingkungan buruk terhadap pribadi anak yang dilakukan oleh anak
usia remaja. Banyak hal yang menjadi faktor kenakalan remaja yakni faktor
internal) Krisis identitas, dan kontrol diri yang lemah) dan faktor eksternal
(Kurangnya perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih sayang). Faktor
penyebab kenakalan remaja yang paling umum yakni faktor dari luar atau
lingkungan sosial. Lingkungan sosial ini tidak dapat dihindari karena manusia
sebagai makhluk sosial. Maka dari itu bisa dilakukan beberapa hal untuk terhidar
atau meminimalisir dari lingkungan sosial yang buruk yang mengarah pada
kenakalan remaja yakni:
1. Menyibukkan diri atau membuat kegiatan yang positif (menekuni hobi)
2. Buat visi, misi, dan target tujuan hidup kedepan
3. Memahami diri sendiri dan memaksimalkan potensi yang ada dalam diri.

18
SARAN

Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penyusun akan lebih fokus dan rinci dalam menjelaskan tentang materi “Upaya
Pencegahan Terhadap Kenakalan Remaja” dengan menambah sumber-sumber
yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu,
diperlukan kritik atau saran terhadap penulisan modul ini, yang dapat disampaikan
secara langsung maupun melalui email berikut andiaff10@gmail.com. Kritik dan
saran tersebut sangat diperlukan agar penyusun bisa memperbaiki kesalahan dalam
penyusunan modul ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

Dadan, S., Humaedi S., & Santoso, M. D. (2017). Kenakalan Remaja dan
Penanganannya. Jurnal Penelitian dan PPM, 4(2), 129-389.
https://doi.org/10.24198/jppm.v4i2.14393
Kartono, Kartini. (2014). Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta:
PT.Rajawali Pers.
Sunaryo dkk. (1980). Remaja dan Masalah-masalahnya. Yogyakarta: Kanisius.
W. Sarwono, Sarlito. (2010). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Press.

20

Anda mungkin juga menyukai