Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
Kelompok 8
TULUNGAGUNG
2022
DAFTAR ISI
ii
LATAR BELAKANG
1
Tangerang, Kutoarjo dan Blitar berhasil diidentifikasi lima jenis kenakalan
terbanyak secara berturut-turut adalah : (1) Pencurian (60%), (2) Narkoba (9, 5%),
(3) Kecelakaan lalu lintas fatal (5%), (4) Perkosaan atau pencabulan (4%), (5)
Penganiayaan (4%). Hasil studi menjelaskan bahwa faktor pendorong terjadinya
perilaku nakal adalah dorongan kebutuhan uang atau barang dan pengaruh teman
(Anjaswarni et al, 2019). Tingkat provinsi khususnya di Jawa Timur hasil studi di
Lembaga Permasyarakat Khusus Anak (LPKA) Kota Blitar pada tahun 2018,
didapatkan bahwa dari 60 remaja di LPKA didapatkan 5 jenis kenakalan terbanyak,
yaitu penggunaan zat (NAPZA) (26, 7%), perampokan atau pencurian (25%),
perkelahian atau tawuran atau tindak kekerasan (20%), selanjutnya pencabulan (13,
3), dan pembunuhan (13, 3%) (Anjaswarni et al, 2019).
Fenomena yang terjadi pada anak remaja ini menunjukkan bahwa ada
kesenjangan antara harapan dan kenyataan dalam proses tumbuh kembang remaja.
Remaja yang berhasil dalam proses tumbuh kembang akan menunjukkan perilaku
adaptif, asertif, komunikatif, produktif, dan mampu menjalankan peran sosial
dengan baik. Kenyataannya,banyak remaja bermasalah yang bersinggungan dengan
hukum dan termasuk dalam juvenile delinquency.
2
TUJUAN
Setelah siswa memahami beberapa aitem diatas, siswa kita ajak untuk studi
kasus yakni apakah mereka pernah menemukan kasus patologi sosial dalam
keseharian mereka, baik sebagai pelaku, korban, maupun sebagai orang yang hanya
mengetahui saja. Setelah itu kita berikan pemahaman mengenai upaya pencegahan
serta penanganan terhadap kasus patologi sosial. Siswa dapat memahami tindakan
apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah kenakalan remaja di lingkungan
sekitar atau tindakan apa yang harus dilakukan jika menemukan kasus kenakalan
remaja tersebut di lingkungan sekitar.
Tahap akhir yang diharapkan dari pemberian psikoedukasi ini adalah
tertanamnya mindset bahwa patologi sosial adalah tindakan yang tidak perlu
dilakukan oleh remaja, diharapkan dapat belajar untuk memperoleh pengetahuan
melalui penguasaan dan pengalaman, yang mana sebagai perubahan menetap yang
relatif pada potensi perilaku yang terjadi sebagai akibat atau hasil perbuatan yang
diperkuat.
3
MATERI
4
Terlalu banyak berorganisasi atau berbagai kursus-kursus akan
menyebabkan belajar anak akan menjadi terbengkalai. Pengaruh
lingkungan, terutama lingkungan sosial secara terbuka tidak hanya berupa
hal-hal yang positif saja, melainkan juga meliputi efek yang negatif. Efek
negatif yang timbul akibat pengaruh lingkungan sosial salah satunya adalah
kepribadian yang tidak selaras atau menyimpang dari lingkungan sosial
dalam bentuk kenakalan remaja, kejahatan, rendahnya rasa tanggungjawab,
dan lain sebagainya yang dapat dilakukan oleh masing masing individu.
d. Lingkungan Keluarga
Keluarga yang utuh adalah keluarga yang dilengkapi dengan anggota-
anggota keluarga seperti ayah, ibu, dan anak. Sebaliknya keluarga yang
pecah atau broken home terjadi karena tidak hadirnya salah satu orangtua
yang disebabkan oleh kematian atau perceraian, atau tidak hadir kedua-
duanya.
5
dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan. Menurut Simanjuntak,
sebagaimana yang dikutip oleh Sudarsono, suatu perbuatan disebut delinquency
apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma yang
ada dalam masyarakat dimana ia hidup atau suatu perbuatan yang anti sosial
dimana didalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif. Dimana dalam hal ini
yang dapat dijadikan sebagai unsur-unsur dari kenakalan (delinquency) adalah.
1. Adanya suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan seseorang.
2. Tindakan atau perbuatan itu bertentangan dengan ketentuan hukum,
bertentangan dengan hukum tertulis maupun dengan hukum tidak tertulis,
sehingga sifat melawan hukumnya disini harus ditafsirkan sebagai sifat
melawan hukum yang materil.
3. Dirasakan serta ditafsirkan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang tercela.
Mengenai hal ini ada dua macam, yaitu:
6
pembuat ribut, pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjana dan
dursila.
7
D. Karakteristik Remaja Nakal
Karakteristik merupakan sifat khusus sesuai dengan watak atau
kepribadian dari suatu individu. Menurut Kartono (2003), remaja nakal
mempunyai karakteristik umum yang sangat berbeda dengan remaja tidak nakal.
Perbedaan itu mencakup:
1. Perbedaan Struktur Intelektual
Pada umumnya inteligensi remaja nakal tidak berbeda dengan inteligensi
remaja yang normal, namun jelas terdapat fungsi- fungsi kognitif khusus
yang berbeda biasanya remaja nakal ini mendapatkan nilai lebih tinggi
untuk tugas-tugas prestasi daripada nilai untuk ketrampilan verbal (tes
Wechsler). Remaja nakal kurang toleran terhadap hal-hal yang ambigius
pada umumnya remaja kurang mampu memperhitungkan tingkah laku
orang lain bahkan tidak menghargai pribadi lain dan menganggap orang lain
sebagai cerminan dari diri sendiri.
2. Perbedaan Fisik dan Psikis
Remaja yang nakal ini lebih “idiot secara moral” dan memiliki perbedaan
ciri karakteristik yang jasmaniah sejak lahir jika dibandingkan dengan
remaja normal. Pada umumnya remaja nakal bersikap lebih agresif.
3. Ciri Karakteristi Individual
Remaja nakal mempunyai sifat kepribadian khusus yang menyimpang,
antara lain:
Rata-rata remaja nakal ini hanya berorientasi pada masa sekarang,
bersenangsenang dan puas pada hari ini tanpa memikirkan masa depan.
Kebanyakan dari remaja nakal terganggu secara emosional.
Remaja nakal kurang bisa bersosialisasi dengan masyarakat normal
sehingga tidak mampu mengenal norma-norma kesusilaan, dan tidak
bertanggung jawab secara sosial.
Remaja nakal senang andil dalam kegiatan tanpa berpikir yang
merangsang rasa kejantanan, walaupun mereka menyadari
besarnya risiko dan bahaya yang terkandung di dalamnya.
8
Pada umumnya remaja nakal sangat impulsif dan suka tantangan dan
bahaya.
Hati nurani tidak atau kurang lancar fungsinya.
Kurang memiliki disiplin diri dan kontrol diri sehingga remaja menjadi
liar dan jahat
9
broken-home, rumah tangga yang berantakan disebabkan oleh kematian
ayah atau ibunya, keluarga yang diliputi konflik keras, ekonomi keluarga
yang kurang, semua itu merupakan sumber yang subur untuk memunculkan
delinkuensi remaja
Dari pernyataan faktor penyebab kenakalan remaja oleh para ahli dapat
diketahui salah satunya yakni faktor eksternal atau faktor dari luar atau
lingkungan sosial. Lingkungan sosial ini tidak dapat dihindari karena manusia
sebagai makhluk sosial. Maka dari itu bisa dilakukan beberapa hal untuk terhidar
atau meminimalisir dari lingkungan sosial yang buruk yang mengarah pada
kenakalan remaja yakni:
1. Menyibukkan diri atau membuat kegiatan yang positif (menekuni hobi)
2. Buat visi, misi, dan target tujuan hidup kedepan
3. Memahami diri sendiri dan memaksimalkan potensi yang ada dalam diri.
10
4. Selalu berikan pengertian atau pemahaman yang mudah dipahami oleh
anak, dll.
11
RUNDOWN ACARA
A. JADWAL KEGIATAN
Kegiatan psikoedukasi tentang Upaya Pencegahan terhadap Kenakalan
Remaja oleh mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung dilaksanakan pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 30 Maret 2022
Pukul : 10.00 – 11.30 WIB
Pelaksana : Muhammad Affandi, Putri Yulistiani, dan Lisa Hanifah
No Waktu Sesi Tujuan Metode Durasi Pelaksana Keterangan
1. 10.00- Pembukaan Perkenalan Ceramah 15 Afandi Audiens
10.15 Menjelaskan menit Putri mengisi
tujuan pemateri Lisa lembar
Memberikan soal
soal pretest pretest
Sebelum Ice
penyampaian breaking
materi dimulai, tepuk
melakukan ice tangan
breaking untuk bernada
mencairkan
suasana
2. 10.15- Materi 1 Agar audiens Ceramah 20 Afandi Menjelaska
10.35 mengerti dan paham menit n materi
tentang pengertian tentang
lingkungan social, lingkungan
kenakalan remaja, social,
serta bentuk dan kenakalan
aspek kenakalan remaja,
remaja serta bentuk
dan aspek
12
kenakalan
remaja
3. 10.35- Ice Melakukan ice Ceramah 5 menit Lisa Melakukan
10.40 breaking breaking agar kembali ice
audiens tidak merasa breaking
bosan tepuk
tangan
bernada dan
game
konsentrasi
ikuti apa
yang saya
ucapkan
4. 10.40- Materi 2 Agar audiens Ceramah 20 Putri Agar
11.00 mengerti dan paham menit audiens
tentang karakteristik mengerti
remaja nakal, faktor dan paham
yang mempengaruhi tentang
kecenderungan karakteristik
kenakalan remaja, remaja
dan hal yang harus nakal, faktor
dilakukan jika yang
berada di lingkungan mempengar
social yang negative uhi
yang mengarah pada kecenderun
kenakalan remaja gan
kenakalan
remaja, dan
hal yang
harus
dilakukan
jika berada
13
di
lingkungan
social yang
negative
yang
mengarah
pada
kenakalan
remaja
5. 11.00- Ice Mencairkan Ceramah 15 Lisa Melaku
11.15 breaking suasana setelah menit kan
pemberian kembali
materi agar ice
audiens kembali breaking
bersemangat tepuk
Memberikan bernada
soal post test dan
game
konsentr
asi ikuti
apa
yang
saya
ucapkan
Audiens
mengisi
soal post
test
6. 11.15- Penutupan Menyimpulkan Ceramah 15 Afandi
11.30 tentang menit Putri
psikoedukasi
14
yang sudah
dilakukan,
Pemateri
menutup sesi
psikoedukasi
dengan doa
B. Prosedur Kegiatan
Sesi 1: Pembukaan
Tujuan
Sebagai tahap pengenalan antara pemateri dan audiens, serta pengenalan
mengenai materi yang akan disampaikan. Pemberian soal pretest untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan atau pemahaman audiens tentang
kenakalan remaja sebelum pelatihan diberikan. Kemudian diselingi dengan
ice breaking untuk mencairkan suasana sebelum materi diberikan.
Prosedur kegiatan
1. Pembukaan dan pengenalan
- Pemateri membuka kegiatan dengan salam dan doa
- Pemateri memperkenalkan diri satu per satu
2. Pemberian soal pretest
3. Pemateri menjelaskan maksud dan tujuan kedatangannya
4. Memberikan ice breaking pada audiens
Sesi 2: Materi 1
Tujuan
Memberikan pemahaman tentang pengertian lingkungan social, kenakalan
remaja, serta bentuk dan aspek kenakalan remaja.
Prosedur kegiatan
1. Pemateri menanyakan kepada audiens terkait pemahaman mereka
tentang kenakalan remaja
2. Pemateri menjelaskan pengertian lingkungan social, kenakalan remaja,
serta bentuk dan aspek kenakalan remaja.
15
Sesi 3: Ice breaking
Tujuan
Mencairkan suasana agar audiens tidak tegang dan tetap santai ketika
penyampaian materi.
Prosedur kegiatan
1. Fasilitator mengajak audiens untuk berdiri
2. Fasilitator memimpin ice breaking
3. Audiens diminta untuk mengikuti instruksi dari fasilitator dan fokus
4. Ketika ada game konsentrasi, audiens diminta mengikuti apa yang
diucapkan oleh fasilitator
Sesi 4: Materi 2
Tujuan
Memberikan pemahaman tentang karakteristik remaja nakal, faktor yang
mempengaruhi kecenderungan kenakalan remaja, dan hal yang harus
dilakukan jika berada di lingkungan social yang negative yang mengarah
pada kenakalan remaja.
Prosedur kegiatan
1. Pemateri menjelaskan materi tentang karakteristik remaja nakal
2. Pemateri menyebutkan apa saja faktor yang mempengaruhi
kecenderungan kenakalan remaja
3. Pemateri menjelaskan cara-cara yang bisa dilakukan ketika berada di
lingkungan social yang negative terutama yang mengarah pada
kenakalan remaja
16
2. Fasilitator memimpin ice breaking
3. Audiens diminta untuk mengikuti instruksi dari fasilitator dan focus
4. Ketika ada game konsentrasi, audiens diminta mengikuti apa yang
diucapkan oleh fasilitator
Sesi 6: Penutup
Tujuan
Mengakhiri kegiatan psikoedukasi dengan harapan audiens mampu
menangkap edukasi dan memahami materi yang sudah disampaikan.
Prosedur kegiatan
1. Pemateri menyimpulkan keseluruhan materi psikoedukasi yang sudah
disampaikan
2. Pemateri menutup acara psikoedukasi dengan salam dan doa
17
KESIMPULAN
18
SARAN
Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penyusun akan lebih fokus dan rinci dalam menjelaskan tentang materi “Upaya
Pencegahan Terhadap Kenakalan Remaja” dengan menambah sumber-sumber
yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu,
diperlukan kritik atau saran terhadap penulisan modul ini, yang dapat disampaikan
secara langsung maupun melalui email berikut andiaff10@gmail.com. Kritik dan
saran tersebut sangat diperlukan agar penyusun bisa memperbaiki kesalahan dalam
penyusunan modul ini.
19
DAFTAR PUSTAKA
Dadan, S., Humaedi S., & Santoso, M. D. (2017). Kenakalan Remaja dan
Penanganannya. Jurnal Penelitian dan PPM, 4(2), 129-389.
https://doi.org/10.24198/jppm.v4i2.14393
Kartono, Kartini. (2014). Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta:
PT.Rajawali Pers.
Sunaryo dkk. (1980). Remaja dan Masalah-masalahnya. Yogyakarta: Kanisius.
W. Sarwono, Sarlito. (2010). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Press.
20