Anda di halaman 1dari 5

Aska Primardi, S.Psi, M.A.

Sejarah, ruang lingkup, kode etik


Materi kuliah modifikasi perilaku pertemuan 2

A. Sejarah modifikasi perilaku


1. Ivan P. Pavlov (1848 -1936)
Kondisi sebelum perlakuan :
Anjing lapar, melihat makanan  mengeluarkan air liur (UCR)
Suara bel (UCS)  telinga bergerak (UCR)

Proses :
CS1 + UCS1………………………………..R1 (UCR)
CS2 + UCS2………………………………..R2 (UCR)
CS3 + UCS3………………………………..R3 (UCR)
CS4 + UCS4………………………………..R4 (UCR)
……………………………………………………….
CSn-1 + UCSn-1…………………………..Rn-1 (UCR +CR)
CSn (CS)…………………………………...Rn (CR)

Tujuan : membentuk perilaku apabila anjing mendengar bunyi bel, lantas mengeluarkan air liur.
Cara : CS (bunyi bel) diberikan sebelum atau bersamaan dengan UCS (makanan), akan
membentuk CR (air liur)

Extinction : Pemberian CS tanpa disertai makanan secara terus menerus, akan mengembalikan
anjing pada keadaan semula.
Spontaneous recovery : sekali waktu diberi makanan kembali, maka respon terbentuk secara
cepat.

2. Edward L. Thorndike (1874-1949)


a. Hukum kesiapan (the law of readiness)
• Organisme memiliki kesiapan untuk melakukan suatu aktivitas, dapat melaksanakan kesiapan
tersebut, maka muncul kepuasan.
• Organisme memiliki kesiapan untuk melakukan aktivitas, namun tidak dapat melakukannya,
maka muncul kekecewaan, frustasi.
• Organisme tidak memiliki kesiapan untuk melakukan aktivitas, tetapi diminta melakukannya,
maka muncul keadaan yang tidak memuaskan.
b. Hukum latihan (the law of exercise)
• The law of use : hubungan stimulus-respon menjadi kuat bila digunakan.
• The law of disuse : hubungan stimulus respon melemah saat tidak ada latihan.

c. Hukum efek (the law of effect)


Hubungan antara stimulus-repon tergantung dari bagaimana hasil dari repon yang
bersangkutan. Reward akan meningkatkan hubungan stimulus-respon, namun punishment belum
tentu melemahkan hubungan S-R, karena tidak ada efek simetris antara reward-punishment.

3. John B. Watson (1878-1958)


Watson melakukan ekspreimen pada anak bernama Albert, dengan tikus putih & gong
beserta pemukulnya. Albert tidak takut dengan tikus putih. Saat ia memegang tikus, muncul
stimulus suara keras gong. Suara keras membuat albert takut. Keadaan diulang berkali-kali,
sehingga terbentuk rasa takut pada tikus. Rasa takut tersebut dihilangkan dan Albert
dikembalikan pada kondisi semula dengan menghadirkan tikus tersebut secara bertahap pada
situasi yang menyenangkan. Misal saat makan. Terjadilah proses pengkondisian & extinction.

4. B.F. Skinner (1904-1990)


Skinner membedakan perilaku menjadi :
a. Perilaku yang alami (innate behavior) : ditimbulkan oleh stimulus yang jelas, perilaku
bersifat refleksif.
b. Perilaku operan (operant behavior) : ditimbukan oleh stimulus yang tidak diketahui, tetapi
semata-mata ditimbulkan oleh organisme itu sendiri, dan belum tentu didahului oleh stimulus
dari luar.

Dalam pengkondisian operan, organisme harus membuat respons sedemikian rupa untuk
memperoleh reinforcement. Pada pengkondisian klasik, organisme tidak perlu membuat repons
atau aktivitas untuk memperoleh reward atau punishment.
Perilaku merupakan rangkaian perilaku-perilaku yang lebih kecil atau lebih sederhana. Misal
: perilaku tidak terlambat masuk sekolah (bangun pagi, mandi pagi, sarapan pagi, dst). Metode
ini disebut shaping.

  2  
B. Ruang lingkup aplikasi

1. Developmental disabilities
Masalah : self-injurious behaviors, perilaku agresif, perilaku destruktif. Intervensi
keperilakuan bertujuan untuk mengontrol dan mengurang perilaku bermasalah tersebut.
2. Mental illness
Modifikasi perilaku untuk permasalahan : skill kehidupan sehari-hari, perilaku sosial,
perilaku agresif, skill pekerjaan, psychotic behavior.
3. Education & special education
Contoh penerapan : memperbaiki teknik memberi instruksi pada guru & mengatasi
permasalahan keperilakuan dalam sebuah kelas.
4. Rehabilitation
Membentuk perilaku sehat, mengelola rasa sakit, melatih skill baru untuk mengganti
skill lama yang hilang akibat cedera.
5. Community psychology
Modifikasi perilaku masyarakat luas demi kepentingan bersama : mengurangi
konsumsi energi, penggunaan sabuk pengaman, mengurangi kecepatan, meningkatkan
daur ulang.
6. Clinical psychology
Behavior therapy untuk mengatasi masalah-masalah klinis, seperti eating disorders,
fobia, dll.
7. Business, Industry, and human services
Tujuan : meningkatkan performa kerja, keamanan pekerjaan, , meminimalisir
kecelakaan kerja.
8. Self-management
Setiap orang dapat menggunakan prosedur modifikasi perilaku untuk mengontrol
kebiasaan, perilaku sehat, perilaku professional, dan permasalahan individu.
9. Child management
Memodifikasi perilaku anak-anak yang bermasalah.
10. Prevention
Modifikasi perilaku dilakukan untuk mencegah masalah-masalah kekerasan seksual,
kecelakaan saat bermain, dll.
11. Sports psychology
Manfaat : memodifikasi perilaku atlet untuk meningkatkan performance-nya dalam
latihan maupun kejuaraan, modifikasi perilaku pelatih.
12. Health-related behaviors
Membentuk perilaku sehat : gaya hidup sehat, menghindari rokok, minuman keras,
mengkonsumsi makanan berlebihan, mamajemen stress.
13. Gerontology
Memodifikasi perilaku orang-orang lanjut usia agar dapat beradaptasi dengan
kondisinya.

  3  
C. Kode etik

Ethics is certain setandards of behavior that are developed by a culture and promote
the survival of that culture (Skinner, 1953, 1971).
Contoh : Hampir di setiap negara, suku, budaya, perilaku berbohong & mencuri
adalah perilaku yang salah & tidak etis, perilaku jujur adalah benar & baik. Berikut ini
beberapa pertanyaan tentang isu-isu etis berkaitan dengan pelayanan terhadap orang lain :
1. Apakah tujuan treatment sudah dipertimbangkan?
2. Apakah pemilihan metode treatment sudah dipertimbangkan?
3. Apakah klien berpartisipasi secara sukarela?
4. Ketika orang lain atau agen lain diberdayakan untuk terlibat dalam terapi, apakah
sudah dipertimbangkan tentang minat dari orang tersebut sebagai subordinated client?
5. Apakah alat-alat pengukuran dalam treatment sudah dievaluasi?
6. Apakah segala kerahasiaan treatment terjaga?
7. Apakah terapis merekomendasikan klien kepada terapis lain saat memang
diperlukan?
8. Apakah terapis memiliki kompetensi untuk melakukan treatment?

1. Prinsip-prinsip etis dari psikolog


a. Kompetensi
Psikolog diharapkan mengenal kompetensi dan keterbatasan keahlian. Psikolog hanya
memberikan pelayanan dan menggunakan teknik sesuai bidangnya.
b. Integritas
Psikolog bersifat jujur, adil, menghormati orang lain. Dalam mendeskripsikan atau
melaporkan penelitian, pelayanan, produk, kualifikasi mereka, diharapkan tidak membuat
pernyataan yang salah atau menipu.
c. Tanggung jawab profesional dan ilmiah
Para psikolog menegakkan standar profesional dan menerima tanggung jawab atas
perilaku mereka.
d. Menghormati hak orang lain
Psikolog menghormati hak-hak klien, menghormati privasi, menjaga kerahasiaan
klien, serta menghormati keputusan klien
e. Peduli pada kesejahteraan orang lain
Psikolog berkontribusi pada kesejahteraan seseorang yang berinteraksi dengannya
secara professonal. Jika menemui konflik berkaitan dengan kewajiban psikolog, maka
diharapkan dapat menyelesaikan konflik tanpa kekerasan.
f. Tanggung jawab sosial
Para psikolog menyadari tanggung jawab professional dan ilmiah kepada komunitas
dan masyarakat dimana mereka bekerja dan tinggal. Psikolog menggunakan ilmunya
untuk memberikan kontribusi pada kesejahteraan masyarakat.

  4  
2. Panduan etis
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a. Kualifikasi dari behavior modifier
Seorang behavior modifier wajib mendapatkan pelatihan akademis, pelatihan praktis
yang dibimbing, untuk mengetahui kompetensi dalam asesmen behavioristik, desain dan
penerapan program treatment, evaluasi hasil, dan memahami benar etika professional.
b. Definisi permasalahan dan penetapan tujuan
Perilaku yang menjadi target untuk dimodifikasi adalah hal yang paling penting bagi
klien. Psikolog menggali info dari klien. Permasalahan harus ditetapkan secara jelas,
rinci, dan klien berhak mengetahuinya. Tujuan treatment harus konsisten dengan hak
dasar klien tentang privasi, martabat, dan kepedulian sesama.
Faktor nilai (value) juga berperan dalam proses terapi. Terapis wajib menghormati
nilai-nilai klien. Klien juga harus aktif berpartisipasi dalam pemilihan tujuan dan
identifikasi perilaku target. Jika kilen tidak mampu, libatkan pihak ketiga.
c. Pemilihan perlakuan (treatment)
Behavior modifiers harus memilih metode yang paling efektif, valid, empiris, cocok
bagi klien, dan minim efek negatifnya. Ada pemberitahuan informed consent bagi klien.
Klien diberi tahu tentang metode alternatif, dan memiliki hak untuk memilih.
Bebrapa pertimbangan ;
• Intervensi dengan reinforcement positif secara umum dirasa lebih cocok daripada
intervensi berdasarkan penolakan (aversive control).
• Terkadang pemilihan pemaksaan (intrusive) dan pembatasan (restrictive) tergantung
dari sedikit banyak klien diberi pilihan dan kebebasan dalam lingkungan terapi.
• Intrusive dan restrictive tergantung dari sedikit banyak konsekuensi yang dikelola
secara hati-hati sebagai kondisi yang berlawanan dengan kondisi natural (di luar
lingkungan treatmen/eksperimen)
d. Selalu merekam dan melakukan evaluasi.
Pengumpulan data dilakukan sejak sebelum intervensi, semasa intervensi, setelah
intervensi, sampai masa evaluasi follow-up. Setelah melakukan evalusi, psikolog
berdiskusi dan meminta feedback dari klien, maupun psikolog lain (dengan izin klien).

Referensi bacaan :

Martin, G., & Pear, J. (2003). Behavior modification : what it is and how to do it (7th
edition). New Jersey : Prentice-Hall
Miltenberger, R. G. (2004). Behavior modification : principles and procedures (3rd
edition). USA : Wadsworth-Thompson Learning, Inc

  5  

Anda mungkin juga menyukai