Anda di halaman 1dari 4

SEJARAH DAN RUANG LINGKUP PSIKOLOGI MILITER

oleh :
Martop Yudha Pratama
7111181120
6C
Dosen Pengampu Muhammad Hadras, M.Si

Fakultas Psikologi
Universitas Jenderal Achmad Yani

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa sekarang, ilmu psikologi sangat bermanfaat bagi manusia dan penting
untuk berbagai bidang dalam kehidupan manusia, hal ini terjadi karena masyarakat pada umumnya
sudah mulai peduli terhadap kesehatan mental, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.
Ilmu Psikologi juga memiliki Spesifikasi yang beragam, ada Psikologi industri atau PIO, Klinis,
Massa, Forensik, Militer, dll.
Psikologi militer menjadi sebuah kajian yang sangat penting di dunia militer,
sejarahnya pun banyak dan sangat menarik untuk di pelajari lebih dalam. Dari dulu sampai
sekarang psikologi militer sangat di butuhkan perannya, diantaranya guna mendukung aktifitas
seleksi atau rekrutment para prajurit baru, pendidikan, dan kesejahtaraan mental para prajurit
dalam melakoni berbagai macam penugasan.

1.2 Kajian

1.2.1 Sejarah
Menurut kamus besar bahasa indonesia, sejarah dapat diartika sebagai kejadian atau
peristiwa yang memang benar-benar terjadi pada masa lampau atau jaman dahulu.

1.2.2 Ruang Lingkup


Menurut kamus besar bahasa indonesia, ruang lingkup memiliki arti luasnya subjek
yang tercakup. Sehingga ruang lingkup memiliki arti penjelasan tentang batasan sebuah subjek
yang terdapat di sebuah masalah atau sebuah metode untuk pembatasan ilmu yang dikaji.

1.2.3 Psikologi Militer


Psikologi Militer adalah rancangan, penelitian dan terapan teori dari experimen-
experimen psikologi dalam meramalkan dan memahami sebuah perilaku manusia, baik itu dalam
situasi bersahabat atau musuh, maupun dalam situasi sipil yang boleh jadi tidak dikehendak,
mengancam, atau bahkan bisa saja akan membahayakan untuk pelaksanaan ataupun kegiatan
operasi militer.
BAB II

Tinjauan Teori

2.1 Sejarah Psikologi Militer

Dikutip dari diktat psikologi militer fakultas Psikologi Unjani. Psikologi menjadi ilmu
yang digunakan militer Awalnya Yunani, rowawi dan sparta telah menggunakan prinsip psikologi
untuk melakukan seleksi personel legiun perangnya. Seperti yang kita tau pasukan militer sparta
adalah pasukan yang sangat kuat dan ditakuti oleh bangsa lain pada masa itu. Hal ini dikarenakan
mereka sudah mendidik, dan membiasakan para calon prajutrinya sedari balita dengan pendidikan
dan pelatihan khas militer yang cenderung keras. Di Cina kuno memanfaatkan perang psikologi
untuk membuat rasa takut dan gelisah dikalangan musuh-musuhnya. Tahun 1885 ST. Elizabeth
Hospital di Washington DC adalah rumah sakit pertama yang melayani pasien dengan kasus
psikiatri. Tahun 1890 James Mekeen Cattel melakukan mental test pertama yang menggunakan
metode statistik yang diterapkan pada perang dunia pertama. Tahun 1896 Lightner mendirikan
klinik psikologi pertama di Universitas Pennsyvania. Tahun 1907 Lightner Witner menerbitkan
jurnal The Psychological Clinic. Pada tahun 1911 seorang dokter AL Amerika serikat yang
bernama Hebert Butts mempublikasikan protokol seleksi untuk anggota angkatan laut US. Tahun
1916 L.M Terman melakukan revisi terhadap test stanford binet yang mereka gunakan untuk
menyeleksi 170.000 calon tentara pada PD , yang kemudian diadakan Army Alpha test yang
dikembangkan oleh pria bernama Arthur sinton otis pada tahun 28 juli 1886 sampai januari 1964.
Perang Dunia Pertama (PD I), tepatnya 1917, menandakan formalitas aliansi psikologi
dengan militer dengan implementasi Angkatan Darat Tes Alpha untuk pemilihan orang untuk
Angkatan Bersenjata. Pada test Alpha ini dapat mengukur tingkat kecerdasan, ketelitian dan
kosentrasi calon serdadu AS. Model test Alpha ini berbentuk pilihan ganda dan dapat diikuti oleh
banyak peserta sekaligus, sedangkan untuk Army Beta test digunakan untuk menyeleksi serdadu
yang tidak bisa bahasa inggris dan buta huruf. Konsekuensinya adalah untuk pertama kalinya
prinsip psikologis yaitu prilaku manusia diterapkan pada kinerja militer secara ilmiah. Dengan
demikian, disiplin psikologi militer telah berkembang di masa lalu 100 tahun melewati berbagai
rintangan dan memikat banyak disiplin ilmu lainnya. PD 2 psikologi AS berkembang pada test
kemampuan individu, psi sosial terapan, psi klinis, pelatihan dan intruksi. Pada PD 2 AS
melakukan pengembangan test AGCT (Army General Classfication test) dan NGCT (Navy).
Terjadi perkembangan cabang-cabang psikologi militer, psikologi pertempuran, seleksi pasukan
khusus, motivasi, moral anggota, dll.

2.2 Ruang Lingkup Psikologi Militer

Ruang lingkup dari psikologi militer ini mengalami banyak perubahan-perubahan.


Peran psikologi militer dapat berguna untuk keperluan yaitu perawatan kesehatan mental sebagai
dampak dari lingkungan militer yang terkadang berdampak yaitu stres tinggi yang dialami oleh
para prajurit pada masa penugasan, perawatan PTSD (post traumatic syndrom disorder), dan
penyaluran kembali pasca tugas (post deployment).

2.2.1 Stres kerja

Kehidupan militer seringkali menimbulkan terkanan terhadap individu yang


bersangkutan dan keluarga mereka. Selain kemungkinan terluka atau terbunuh dalam pertempuran,
dinas militer sering kali melibatkan jam kerja yang panjang, absen lama dari rumah, dan sering
dipindahkan ke seluruh dunia atau penugasan di daerah konflik atau peperangan. Sehingga hal
tersebut mengakibatkan para prajurit tersebut mengalami apa yang dinamakan stres kerja, yang
merupakan hasil dari ketidakseimbangan antara beban kerja dengan kemampuan untuk mengatasi
dan menyelesaikan pekerjaan tersebut. Stres kerja juga berhubungan dengan kehidupan individu
dan organisasi, dimana apabila prajurit mengalami stres kerja akibat beban penugasannya, itu
dapat memberi pengaruh negatif kepada kesatuan tempat prajurit militer itu bertugas.

2.2.2 PTSD
Beberapa tentara yang pernah mengalami berbagai macam pertempuran, serta
beberapa korban bencana atau kejahatan dengan kekerasan kerap menderita gangguan stres pasca-
trauma (PTSD). Seseorang dengan PTSD dapat mengalami kembali peristiwa traumatis secara
kronis, dalam mimpi buruk atau bahkan halusinasi. Penderita PTSD lainnya "close up", menolak
untuk menghadapi trauma emosional mereka tetapi mengungkapkannya dalam penyalahgunaan
zat, depresi, atau pengangguran kronis. Oleh karena itu militer berfokus pada pencegahan PTSD
melalui penanganan CSR (combat stress reaction) yang tepat.

Posttraumatic Stress Disorder (PTSD) Peristiwa yang menimbulkan trauma termasuk


fisik atau pelecehan seksual dan penganiayaan, cedera,kekerasan di jalanan, kecelakaan lalulintas,
trauma perang, luka bakar yang parah, danbencana alam lainnya (Nutt, 2009). Hal inipun kerap
dialami oleh para prajurit AS setelah bertugas di Irak dalam medan pertempuran atau para
pensiunan yang mungkin masih terbawa sikap, maupun kebiasaan sebagai prajurit yang bengis
serta tidak takut akan mati ketika harus berperang, dampaknya mereka mengalami stress dan
bahkan akibat dari stres tersebut para veteran tentara AS itu dapat melukai orang lain.

BAB III

KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari kepribadian manusia dan merambah dunia
militer dengan memalui penggunaan psinsip-prinsip psikologi guna seleksi calon prajurit, yang
menggunakan berbagai macam jenis test. Psikologi militer sendiri dapat diartikan sebagai
penerapan, penelitian teori dari psikologi untuk memahami prilaku sabahat maupun musuh, dan
digunakan dalam pelaksanaan operasi militer. Pada jaman perang dunia pertama Amerika Serikat
pertama kali menggunakan alat test dengan prisip psikologi yaitu Alpha dan Beta test yang
digunakan dalam seleksi calon serdadu mereka pada perang dunia pertama dan pada perang dunia
kedua pun psikologi masih digunakan dalam pengembangan alat tets AGCT dan NGCT.

Psikologi militer memiliki beberapa ruang lingkup atau kerap digunakan untuk keperluan
mengenai perawatan kesehatan mental dari dampak lingkungan militer yang memiliki stres tinggi
yang kerap dialami oleh para prajurit ketika mereka bertugas. Para prajurit pun kerap mengalami
PTSD dikarenakan masa tugas mereka yang terkadang prajurit tersebut melihat para korban di
medan pertempuran, dan terkadang para prajurit tersebut kerap jauh dari keluarga mereka,
sehingga timbulah stres yang mengakibatkan para prajurit tersebut mengalami trauma pasca tugas
di medan pertempuran. sehingga disinilah salah satu peran psikologi untuk mengembalikan
kesehatan psikologi para prajurit setelah masa penugasan berat berakhir.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Psikologi adalah salah satu ilmu yang sangat bermanfaat
dalam kemajuan militer hingga saat ini, melalu ilmu psikologi munculah yang namanya Psikologi
militer yang udah di terapkan sejak jaman dahulu, dan penerapannya pun memiliki berbagai
manfaat ntah itu sebagai perekrutan anggota militer atau prajurit, strategi militer, bahkan
penanganan para prajurit korban dari penugasan yang berat.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://kumparan.com/kumparannews/daftar-kejahatan-tentara-veteran-perang-pengidap-ptsd/full
2. https://psychology.jrank.org/pages/422/Military-Psychology.html
3. Prasetyo Resdasari Anggun, Hurtjahjanti Harlina, Fauziah Nailul, Kustanti Erin Ratna. (2016).
PENURUNAN TINGKAT STRES KERJA PADA PENERBANG MILITER MELALUI
PENERAPAN TERAPI YOGA TAWA. Jurnal Psikologi UNDIP. Vol 15. No 1.
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/view/12988/9727. Tanggal akses 02-03-2021.
4. Maheshwati Nidhi, Kumar Vineeth V. (2016). Military Psychology concepts, trents and interventions:
SAGE publications. New Delhi.
5. Hadras, M. (2016). Psikologi Militer suatu pengantar. Cimahi : Diktat Fakultas Psikologi UNJANI.

Anda mungkin juga menyukai