Anda di halaman 1dari 21

Dosen Pengampu:

1. Dr. Sitti Murdiana, S. Psi., M. Psi., Psikolog


2. Harlina Hamid, S. Psi., M.Si., M. Psi., Psikolog

MAKALAH
ANXIETY DISORDERS, TRAUMA- AND STRESSOR RELATED, AND
OBSESSIVE COMPULSIVE AND RELATED DISORDERS

KELOMPOK III

Asrini (200701502112)
Nur Azizah (200701501010)
Annisa Yuliandari Ruslan (200701502032)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat limpahan rahmat, inayah, taufik dan
hidayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat terbatas. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca tentang Anxiety Disorders, Trauma- and
Stressor Related, and Obsessive Compulsive and Related Disorders .

Harapan penyusun semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga penyusun dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penyusun miliki
sangat kurang. Oleh karena itu diharapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Makassar,24 Agustus 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................
C. Tujuan...........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Anxiety Disorders...........................................................................................
B. Jenis-Jenis Anxiety Disorders......................................................................................
C. Definisi Post-Traumatic Stress Disorder....................................................................
D. Ciri-Ciri Post-Traumatic Stress Disorder (Ptsd)..........................................................
E. Definisi Obsessive Compulsive....................................................................................
F. Ciri-Ciri Obsessive Compulsive...................................................................................
G. Gangguan Dismorfik Tubuh.........................................................................................
H. Persamaan Dan Perbedaan Antara Serangan Kecemasan, Takut, Dan Panic..............
BAB III KESIMPULAN........................................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................
Bab 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang

Anxiety dalam bahasa Indonesia memiliki arti yakni Kecemasan. Kecemasan


adalah respon umum tubuh kita dalam menghadapi stres, tetapi kecemasan akan
menjadi abnormal apabila kecemasan yang kita hadapi berlebihan, sehingga kita
menjadi sulit untuk mengatasinya. Munculnya serangan panik adalah ciri utama dari
jenis gangguan kecemasan parah yang biasa disebut dengan Anxiety Disorders.
Seseorang yang mengalami kecemasan dibagi menjadi beberapa kategori secara klinis
yakni gangguan cemas (anxiety disorder), gangguan cemas menyeluruh (generalized
anxiety disorder/GAD), gangguan panik (panic disorder), gangguan fobia (phobic
disorder) dan gangguan obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive disorder).

B. Rumusan Masalah
A. Apa Definisi Anxiety Disorders?
B. Apa Saja Jenis-Jenis Anxiety Disorders?
C. Apa Yang Dimaksud Post-Traumatic Stress Disorder?
D. Apa Saja Ciri-Ciri Post-Traumatic Stress Disorder?
E. Apa Yang Dimaksud Obsessive Compulsive?
F. Apa Saja Ciri-Ciri Obsessive Compulsive?
G. Apa Yang Dimaksud Gangguan Dismorfik Tubuh?
H. Apa Persamaan Dan Perbedaan Antara Serangan Kecemasan, Takut, Dan
Panik?

C. Tujuan

A. Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Anxiety Disorders


B. Mengetahui Jenis-Jenis Anxiety Disorders
C. Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Trauma- And Stressor Related
D. Mengetahui Ciri-Ciri Trauma And Stressor Related
E. Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Obsessive Compulsive
F. Mengetahui Ciri-Ciri Obsessive Compulsive
G. Mengetahui Apa Yang Dimaksud Gangguan Dismorfik Tubuh
H. Mengetahui Persamaan Dan Perbedaan Antara Serangan Kecemasan, Takut,
Dan Panik
Bab II
Pembahasan

A. Definisi Gangguan Kecemasan

Kecemasan (anxiety) merupakan kondisi umum dari sebuah ketakutan atau


perasaan tidak nyaman. Namun, Kecemasan juga bermanfaat bagi kita karena
kecemasan membuat kita rutin melakukan pemeriksaan medis atau dapat memotivasi
kita untuk belajar menghadapi ujian. Jadi, kecemasan adalah respons normal terhadap
ancaman, tetapi kecemasan menjadi abnormal ketika kecemasan melebihi proporsi
dari ancaman yang sebenarnya, atau ketika kecemasan muncul tanpa sebab-yakni, bila
bukan merupakan respons terhadap perubahan lingkungan.

Dalam kasus Michael, dimana serangan panik yang terjadi secara tiba-tiba,
tanpa ada tanda atau pemicunya, Jenis reaksi kecemasan yang maladaptif ini, yang
dapat menyebabkan distres emosional yang signifikan atau mengganggu kemampuan
sesorang untuk berfungsi, maka hal itu disebut gangguan kecemasan (anxiety
disorder).

Gangguan kecemasan diklasifikasikan sebagai neurosis hampir sepanjang


abad ke-19. Istilah neurosis berasal dari makna “kondisi abnormal atau penyakit dari
sistem saraf”William Cullen, menggunakan istilah neurosis pada abad-18. Neurosis
dapat dilihat sebagai suatu penyakit yang terdapat pada sistem saraf. Kemudian
digantikan dengan pendapat dari Freud pada abad ke-20. Freud berpendapat bahwa
tingkah laku neurotik terjadi karena adanya ancaman bahwa ide-ide pembangkit
kecemasan yang tidak dapat diterima akan muncul ke dalam alam sadar. Menurut
Freud, gangguan yang melibatkan kecemasan merepresentasikan cara ego berusaha
mempertahankan dirinya dari kecemasan. Menurut Freud, asal usul masalah-masalah
ini menyatukan mereka dalam kategori umum ganggguan saraf. Konsep daasar Freud
diterima luas oleh banyak orang pada awal 1900an sehingga menjadi dasar sistem
klasifikasi yang ditemukan pada dua edisi awal DSM.
B. Jenis-jenis Anxiety Disorders
1. GAD (generalized anxiety disorder)

GAD yakni generalized anxiety disorders atau yang biasa disebut dengan
kecemasan umum. Gejala fisik yang berhubungan dengan kecemasan umum
ditandai dengan ketegangan otot, agitasi mental, kerentanan mudah lelah
(mungkin akibat dari kelelahan kronis yang berlebihan) ketegangan otot),
cepat marah, dan sulit tidur. Sulit memusatkan perhatian, karena pikiran cepat
beralih. Orang dengan GAD kebanyakan khawatir tentang hal-hal kecil, setiap
hari peristiwa kehidupan, karakteristik yang membedakan GAD dari gangguan
kecemasan lainnya. Penderita GAD Ketika ditanya, “Apakah Anda khawatir
berlebihan tentang hal-hal kecil?” 100% individu dengan yang menderita
GAD menjawab "ya," dibandingkan dengan sekitar 50% dari individu yang
gangguan kecemasannya termasuk dalam kategori lain (Barlow, 2002). Ciri
utama dari GAD sendiri yakni kekhawatiran yang berlebih. GAD biasanya
lazim dikalangan orang dewasa sekitar usia 45 tahun dan paling tidak umum
pada kelompok usia termuda yakni usia 15 tahun

Bentuk penanganan utama terhadap gangguan ini yakni obat-obatan


psikiatris, seperti benzodiazepin. Obat tersebut terbukti menunjukkan bahwa
obat tersebut memberikan kelegaan, meskipun dalam jangka pendek dan efek
obat ini memberikan efek untuk jangka waktu yang lebih lama sekitar delapan
minggu. Namun, perlu diingat bahwa meskipun obat-obat psikiatris dapat
membantu meredakan kecemasan, obat tersebut tidak dapat menyembuhkan
masalah yang mendasarinya. Jika obat berhenti diberikan, maka simtom-
simton tersebut bisa kembali muncul.

2. Gangguan Panik dan Agorafobia

Gangguan panik (panic disorder) biasanya ditandai dengan serangan


panik yang berulang yang datang secara tidak terduga. Serangan panik
merupakan reaksi kecemasan intens yang muncul bersamaan dengan simtom
fisik, seperti jantung berdebar kencang, sesak nafas, tersengal-sengal, atau
sulit bernapas; berkeringat; dan merasa lemah atau pusing. Terdapat
komponen kebutuhan yang lebih kuat pada serangan panik dibandingkan pada
bentuk kecemasan lainnya. Serangan panik disertai dengan perasaan takut
yang luar biasa dan munculnya perasaan yang merasa terancam atau bahaya
yang akan menimpanya, serta paksaan untuk melarikan diri dari kondisi
tersebut. Simtom-simtom tersebut biasanya juga disertai dengan pikiran
kehilangan kendali, "akan gila", atau sekarat.

Ketika seseorang yang mengalami serangan panik, orang tersebut


cenderung menyadari perubahan detak jantungnya dan mungkin berpikir ia
mengalami serangan jantung, meskipun jantungnya baik-baik saja. Namun,
karena simtom serangan panik dapat terlihat seperti simtom serangan jantung
atau bahkan reaksi alergi yang parah, maka evaluasi medis yang harus
dilakukan.

Serangan panik pertama muncul secara spontan atau tanpa diduga,


tetapi seiring waktu, serangan-serangan ini dapat dihubungkan dengan situasi
atau isyarat tertentu, seperti memasuki toko yang ramai atau menaiki pesawat
atau kereta. Orang tersebut dapat menghubungkan situasi ini dengan serangan
panik di masa lalu atau mungkin merasa sulit untuk melarikan diri ketika
serangan lain terjadi.

Seseorang sering menganggap serangan panik sebagai pengalaman


terburuk dalam hidup mereka. Sehingga, Kemampuan coping mereka hancur.
Mereka mungkin merasa harus melarikan diri. Jika mereka tidak bisa
melarikan diri, mereka dapat "berbaur/bergabung". Terdapat kecenderungan
untuk bergantung pada orang lain untuk mendapatkan bantuan atau dukungan.
Beberapa orang dengan serangan panik takut untuk pergi keluar sendiri.
Serangan panik yang terjadi secara berulang dapat menjadi sulit ditangani
sehingga penderitanya mencoba bunuh diri. Orang dengan gangguan panik
mungkin menghindari aktivitas, seperti olahraga atau pergi ke tempat ramai
atau tempat yang mereka takuti yang dapat memunculkan serangan panik, atau
tempat di mana mereka tidak memiliki perlindungan. Akibatnya, Gangguan
panik dapat berujung pada agorafobia (agoraphobia) dimana perasaan takut
yang berlebihan untuk berada di tempat publik, di mana seseorang sulit untuk
melarikan diri atau tidak tersedianya bantuan. Agorafobia berasal dari bahasa
Yunani yang berarti takut akan pasar. yang menunjukkan ketakutan pada
daerah yang terbuka dan ramai.

Maka dapat disimpulkan, serangan panik tanpa disertai agorafobia


lebih umum ditemukan daripada serangan panik dengan. Tidak semua
karakteristik harus muncul selama terjadinya serangan panik. Begitu pula,
tidak semua serangan panik merupakan tanda dari gangguan panik: sekitar
10% orang yang sebenarnya sehat mengalami sebuah serangan panik pada
periode tertentu dalam hidupnya. Agar bisa didiagnosis dengan gangguan
panik, seseorang perlu mengalami serangan panik berulang yang tidak
diinginkan dan setidaknya satu serangan harus disertai dengan salah satu ciri-
ciri berikut selama kurang lebih satu bulan:

a. Ketakutan yang persisten akan serangan beruntun atau takut akan


konsekuensi dari suatu serangan, seperti hilang kendali, mengalami
serangan jantung, atau menjadi gila.
b. Perubahan maladaptif yang signifikan pada perilaku, seperti membatasi
aktivitas atau menolak meninggalkan rumah atau pergi ke tempat
umum karena takut akan kembali mengalami serangan panik.

Menurut survei terkini berskala nasional. 5,1% dari populasi umum AS


mengalami gangguan panik pada beberapa titik kehidupannya. Gangguan
panik biasa tejadi pada masa akhir remaja sampai pertengahan umur 30-an dan
muncul sekitar dua kali lebih sering pada wanita daripada pria

3. Gangguan Fobia Spesifik

Kata fobia (phobia) berasal dari bahasa Yunani phobos, yang berarti
"takut". Konsep rasa takut dan kecemasan sangat berhubungan. Ketakutan
adalah kecemasan yang dialami atau situasi yang tidak sepadan dengan
ancaman yang dimilikinya. Misalnya, Merasa takut saat mobil Anda tidak bisa
dikendalikan bukanlah fobia karena Anda memang berada di dalam bahaya.
Tetapi, biasanya orang yang mengalami gangguan fobia, rasa takut yang
dirasakan akan suatu bahaya melampaui penilaian rasional. Orang dengan
fobia berkendara, contohnya, mungkin akan merasa takut bahkan ketika
berkendara di bawah batas kecepatan maksimal di jalan tol yang lengang dan
di hari yang cerah. Atau, mereka mungkin merasa sangat takut sehingga
mereka tidak mau berkendara atau bahkan menaiki mobil. Sebagian besar,
tetapi tidak semua, orang dengan gangguan fobia menganggap ketakutan
mereka berlebihan atau tidak masuk akal.

Fobia spesifik (specific phobia) adalah ketakutan berlebih yang persisten


terhadap objek atau situasi tertentu yang tidak sesuai dengan bahaya yang
sebenarnya dimiliki objek atau situasi ini. Dibawah ini merupakan jenis dari
fobia (APA, 2013):

a. Ketakutan akan hewan, seperti ketakutan akan laba-laba, serangga, dan


anjing
b. Ketakutan akan lingkungan alami, seperti ketakutan akan ketinggian
(akrofobia), badai, atau air
c. Ketakutan akan luka yang berdarah, seperti ketakutan akan jarum suntik
atau prosedur medis yang invasif
d. Ketakutan akan situasi tertentu, seperti ketakutan akan ruangan tertutup
(klaustrofobia), lift, atau pesawat

Ciri-ciri fobia spesifik adalah sebagai berikut:

a. Ketakutan atau kecemasan yang nyata tentang objek atau situasi tertentu
biasanya berlangsung selama enam bulan atau lebih.
b. Objek atau situasi fobia hampir selalu memprovokasi ketakutan atau
kecemasan langsung dan dihindari atau dialami dengan ketakutan atau
kecemasan yang intens.
c. Ketakutan atau kecemasan yang tidak sesuai dengan kenyataan bahaya
yang sebenarnya ditimbulkan oleh objek atau situasi tertentu, dan terhadap
konteks sosial budaya.
d. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran menyebabkan signifikan secara
klinis penderitaan atau gangguan dalam sosial, pekerjaan atau lainnya area
fungsi yang penting.
e. Gangguan tidak lebih baik dijelaskan oleh gejala-gejala gangguan jiwa
lainnya.
4. Gangguan Kecemasan Sosial
Gangguan Kecemasan Sosial (SAD) merupakan lebih dari rasa malu yang
berlebihan saja. Gangguan kecemasan sosial ini merupakan ketakutan yang
melibatkan interaksi dengan orang lain. Penyebab dari kecemasan sosial ini
adalah faktor keturunan, beberapa seseorang dapat mewarisi gangguan fobia
sosial ini. Kedua yakni saat seseorang di bawah tekanan, seseorang mungkin
mengalami kepanikan yang menyerang secara tidak terduga dan menjadi
cemas karena mengalami serangan panik. Ketiga, seseorang yang mengalami
trauma sosial. Pengalaman sosial yang traumatis juga sangat menyulitkan di
masa kanak-kanak. Saat anak-anak diejek oleh rekan-rekannya, ini akan
menjadi pengalaman yang dapat berujung pada kecemasan dan kepanikan di
masa depannya.

Ciri-ciri gangguan kecemasan sosial adalah sebagai berikut:


a. Ketakutan atau kecemasan yang nyata tentang satu atau lebih situasi sosial
dimana orang tersebut terkena kemungkinan pengawasan oleh orang lain,
dengan ketakutan bahwa seseorang akan bertindak dengan cara tertentu,
atau menunjukkan kecemasan gejala yang akan dievaluasi secara negatif.
b. Situasi sosial hampir selalu menimbulkan ketakutan atau kecemasan, dan
dihindari atau dialami dengan ketakutan atau kecemasan yang intens.
c. Ketakutan atau kecemasan yang tidak sebanding dengan ancaman yang
sebenarnya ditimbulkan oleh situasi sosial, dan konteks sosiokultural.
d. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran terus-menerus, biasanya
berlangsung selama enam bulan atau lebih, dan menyebabkan penderitaan
yang signifikan secara klinis atau gangguan dalam bidang sosial,
pekerjaan atau bidang penting lainnya berfungsi.
e. Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran tidak disebabkan oleh efeknya
zat atau kondisi medis lain dan tidak lebih baik dijelaskan oleh gejala
gangguan mental lain atau kondisi.

C. Definisi Post-traumatic Stress Disorder

Gangguan Stres Pascatrauma adalah yang paling terkenal pada gangguan


ini. Gangguan Stres Pascatrauma (PTSD) adalah gangguan penyesuaian yang
ditandai dengan kecemasan yang persisten dan depresi setelah peristiwa
kehidupan yang penuh tekanan, dan reaksi terhadap trauma seperti gangguan
stres pasca trauma dan gangguan stres. individu dengan PTSD yang mengalami
disosiasi memiliki gairah yang lebih sedikit dari biasanya bersama dengan
(disosiatif) perasaan tidak nyata.

Hampir semua orang yang mengalami trauma mengalami stress, bahkan


seringkali terjadi pada tingkat yang sangat berat. Gangguan stress pasca trauma
adalah gangguan kecemasan akibat kejadian traumatis seperti bencana alam,
pemerkosaan, dan kejadian buruk lainnya.

D. Ciri-ciri Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)

1. Secara langsung mengalami atau menyaksikan peristiwa traumatis. Peristiwa


traumatis yang dialami biasanya seringkali muncul dalam mimpi buruk,
sehingga penderitanya tertekan secara emosional.

2. Tredapat satu (atau lebih) dari gejala intrusi yang terkait dengan peristiwa
traumatis, dimulai setelah peristiwa traumatis terjadi:
a. Berulang, tidak disengaja dan kenangan menyedihkan yang mengganggu
dari peristiwa traumatis,
b. Mengalami mimpi yang menyedihkan dan berulang dengan isi dan/atau
pengaruh mimpi terkait dengan peristiwa traumatis,
c. reaksi disosiatif di mana individu merasa atau bertindak seolah-olah
peristiwa traumatis itu berulang, atau
d. reaksi fisiologis yang ditandai terhadap isyarat internal atau eksternal yang
melambangkan atau menyerupai aspek dari peristiwa traumatis.

3. Pencegahan yang terus-menerus dari dorongan yang terkait dengan trauma


peristiwa, dimulai setelah peristiwa traumatis terjadi, dimana dibuktikan
dengan salah satu atau dua hal, sebagai berikut:

a. Berusaha menghindar atau upaya untuk menghindari ingatan, pikiran,


perasaan, atau percakapan tentang atau terkait erat dengan trauma peristiwa,
b. Penghindaran atau upaya untuk menghindari pengingat eksternal yang
membangkitkan ingatan, pikiran, atau perasaan yang menyedihkan tentang
atau terkait erat dengan peristiwa traumatis,
c. Adanya ketidakmampuan dalam mengingat aspek penting dari trauma,
d. Sangat berkurang minat atau partisipasi dalam aktivitas yang signifikan,
e. Perasaan keterasingan atau keterasingan dari orang lain.
f. Jangkauan terbatas mempengaruhi, atau
g. Rasa masa depan yang diperpendek.

4. Perubahan negatif dalam kognisi dan suasana hati yang terkait dengan peristiwa
traumatis, dimulai atau memburuk setelah peristiwa traumatis terjadi,
sebagaimana dibuktikan oleh dua (atau lebih) berikut ini:

a. Ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari peristiwa traumatis,


b. Gigih dan berlebihannya keyakinan atau harapan negatif tentang diri
sendiri, orang lain, atau dunia,
c. Kognisi terdistorsi terus-menerus tentang penyebabnya atau konsekuensi
dari peristiwa traumatis yang menyebabkan individu untuk menyalahkan
dirinya sendiri atau orang lain,
d. Gigih keadaan emosi negatif,
e. Minat yang sangat berkurang atau partisipasi dalam aktivitas yang
signifikan,
f. Perasaan tidak terikat atau keterasingan dari orang lain, atau
g. Ketidakmampuan terus-menerus untuk mengalami emosi positif.

5. Durasi gangguan lebih dari satu bulan dan menyebabkan penderitaan yang
signifikan secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau
area fungsi penting lainnya.

E. Definisi Obsessive Compulsive

Orang dengan gangguan OCD memiliki masalah dengan obsesi atau kompulsi
secara berulang. OCD adalah kulminasi yang menghancurkan dari gangguan
kecemasan. Tidak jarang seseorang dengan OCD mengalami kecemasan umum
yang parah, serangan panik yang berulang, penghindaran yang melemahkan, dan
depresi berat, semua terjadi bersamaan dengan obsesif-kompulsif gangguan
penyesuaian Emosi dan perilaku yang signifikan secara klinis gejala sebagai
respons terhadap satu atau lebih stressor tertentu. Obsesi (obsession) adalah sebuah
pikiran secara berulang yang tidak diinginkan dan tampak diluar kendali seseorang.
Biasanya obsesi menyebabkan kecemasan atau distres. Kompulsi (compulsion)
merupakan perilaku berulang kali. Sebagian besar Kompulsi terbagi menjadi 2
yakni pengecekan (memeriksa kunci pintu) dan ritual bersih-bersih (membersihkan
tangan). Kompulsi seringkali menyertai obsesi dan setidaknya bisa sedikit
melegakan kecemasan yang ditimbulkan oleh penderita pemikiran obsesif. Dengan
mencuci tangan secara berkali-kali dan secara berturut-turut setiap hari mampu
membuat si penderita sedikit terbebas dari rasa cemas.

F. Ciri-ciri Obsessive Compulsive

1. Adanya obsesi, kompulsi atau keduanya:

• Obsesi: Pikiran, desakan, atau gambaran yang dialami, pada suatu waktu selama
gangguan, sebagai mengganggu dan tidak pantas dan di sebagian besar individu
menyebabkan kecemasan atau kesusahan yang nyata; individu mencoba untuk
mengabaikan atau menekan pikiran, impuls, atau gambar, atau untuk
menetralisirnya dengan pemikiran lain atau tindakan.

• Kompulsif: Perilaku berulang (misalnya, mencuci tangan, memeriksa) atau


tindakan mental (misalnya, menghitung, mengulangi kata-kata diam-diam)
bahwa individu merasa terdorong untuk tampil di respons terhadap obsesi, atau
menurut aturan yang harus diterapkan secara kaku; perilaku atau tindakan
mental ditujukan untuk mencegah atau mengurangi kesusahan atau mencegah
beberapa yang ditakuti peristiwa atau situasi; namun, perilaku atau tindakan
mental ini keduanya tidak terhubung secara realistis dengan apa adanya
dirancang untuk menetralisir atau mencegah, atau jelas berlebihan.

2. Obsesi atau kompulsi memakan waktu (misalnya lebih dari satu jam per hari),
atau menyebabkan signifikan secara klinis distres atau hendaya pada area fungsi
yang penting.

3. Gangguan tersebut bisa terjadi bukan karena efek fisiologis langsung zat atau
kondisi medis lain
G. Gangguan Dismorfik Tubuh

Gangguan dismorfik tubuh (BDD) adalah suatu gangguan yang dimana seseorang
disibukkan dengan fisiknya dengan melebih-lebihkan fisiknya. Contohnya seperti
kerutan wajah, jerawat, luka, merasa jelek atau bahkan cacat pada tubuhnya. Orang
yang memiliki gangguan dismorfik ini memiliki obsesi, mereka bisa menghabiskan
waktu lama di depan cermin untuk memeriksa tubuh mereka. Orang yang terkena
BDD akan percaya bahwa orang melihat mereka sebagai orang yang tidak
berpenampilan bagus dan buruk.

ciri-ciri dari pengidap BDD yakni:

1. Preokupasi mengenai kecacatan penampilannya yang dibayangkan dalam


penampilan fisik.
2. Perilaku berulang (misalnya, memeriksa cermin) atau tindakan mental
(Misalnya, membandingkan penampilannya dengan orang lain)

Di klinik kesehatan mental, gangguan ini juga jarang terjadi karena kebanyakan orang
dengan BDD mencari tenaga profesional kesehatan lain, seperti ahli bedah plastik dan
ahli matologi.

H. Persamaan dan perbedaan antara serangan kecemasan, takut, dan


panik

Kecemasan adalah pengalaman yang umum dan normal. Ini adalah keadaan
mood aktif yang ditandai dengan gejala tubuh ketegangan fisik dan ketakutan tentang
masa depan. Jika terjadi pada manusia, bisa menjadi rasa kegelisahan subjektif, satu
set perilaku (tampak khawatir dan cemas atau gelisah), atau respons fisiologis yang
berasal dari otak dan tercermin dalam peningkatan denyut jantung dan ketegangan
otot. Karena kecemasan sulit dipelajari pada manusia, banyak dari penelitian telah
dilakukan dengan hewan seperti tikus. Tetapi apakah pengalaman kecemasan tikus
sama dengan pengalaman manusia? Sepertinya mirip, tapi kita tidak tahu pasti.

Anehnya, kecemasan itu baik untuk kita, setidaknya dalam kadar sedang. Para
psikolog telah mengetahui selama lebih dari satu abad bahwa kita tampil lebih baik
ketika kita sedikit cemas. Bahkan, Howard Liddell (1949) menyebut kecemasan yaitu
"bayangan kecerdasan." Dia pikir manusia kemampuan untuk merencanakan beberapa
detail untuk masa depan terhubung dengan perasaan menggerogoti bahwa segala
sesuatunya bisa salah dan kami sebaiknya bersiaplah untuk mereka. Inilah sebabnya
mengapa kecemasan adalah keadaan mood berorientasi masa depan.

Tapi apa jadinya jika Anda terlalu cemas?

Anda mungkin benar-benar gagal dalam ujian yang Anda cemaskan karena
Anda tidak dapat berkonsentrasi pada pertanyaan. Kalian semua bisa memikirkan
ketika Anda terlalu cemas adalah bagaimana hebatnya ble itu akan jika Anda gagal.
Terlalu banyak hal yang baik bisa terjadi berbahaya, dan sedikit sensasi lebih
berbahaya daripada yang parah kecemasan yang tidak terkendali. Apa yang membuat
situasi? yang lebih buruk adalah kecemasan yang parah biasanya tidak hilang — itu
adalah, bahkan jika kita "tahu" tidak ada yang perlu ditakuti, kita tetap cemas.

Ketakutan adalah reaksi alarm langsung untuk bahaya. Seperti kecemasan,


ketakutan bisa baik untuk kita. Ini melindungi kami dengan mengaktifkan respons
besar-besaran dari otonom sistem saraf (peningkatan denyut jantung dan tekanan
darah, misalnya), yang, bersama dengan perasaan subjektif kita tentang teror,
memotivasi kita untuk melarikan diri (melarikan diri) atau, mungkin, menyerang
(bertarung). Karena itu, reaksi darurat ini sering disebut respon terbang atau melawan.

Ada banyak bukti bahwa reaksi ketakutan dan kecemasan berbeda secara
psikologis dan fisiologis (Durand, V. M., & Barlow, D. H. (2018)). Seperti disebutkan
sebelumnya, kecemasan adalah keadaan suasana hati yang berorientasi masa depan,
ditandai dengan kekhawatiran karena kami tidak dapat memprediksi atau mengontrol
acara mendatang. Ketakutan, di sisi lain, adalah reaksi emosional langsung untuk
bahaya saat ini yang ditandai dengan tindakan pelarian yang kuat kecenderungan dan,
seringkali, lonjakan cabang simpatik dari sistem saraf otonom (Durand, V. M., &
Barlow, D. H. (2018)). Apa yang terjadi jika Anda mengalami respons alarm dari
takut ketika tidak ada yang perlu ditakuti—yaitu, jika Anda memiliki alarm palsu?
Pertimbangkan kasus Gretchen, yang muncul di salah satu klinik kami.

Ingatlah bahwa ketakutan adalah alarm emosional yang intens disertai dengan
gelombang energi di saraf otonom. sistem yang memotivasi kita untuk lari dari
bahaya. Melakukan Serangan panik Gretchen terdengar seolah-olah itu adalah emosi
rasa takut? Berbagai bukti menunjukkan (Durand, V. M., & Barlow, D. H. (2018)),
termasuk kesamaan dalam laporan pengalaman ketakutan dan panik, perilaku
serupakecenderungan ioral untuk melarikan diri, dan neurobi- proses-proses logis.

Adapun reaksi luar biasa yang tiba-tiba ini diketahui sebagai panik , setelah
dewa Yunani Pan yang menakuti para pelancong dengan teriakan mengerikan. Dalam
psikopatologi, Serangan panik didefinisikan sebagai pengalaman tiba-tiba dari
ketakutan yang intens atau ketidaknyamanan akut, disertai dengan gejala fisik yang
biasanya termasuk jantung berdebar-debar, nyeri dada, sesak napas, dan, mungkin,
pusing.

Kecemasan keadaan suasana hati yang ditandai dengan afek negatif yang
nyata dan gejala ketegangan tubuh di mana seseorang dengan cemas mengantisipasi
bahaya atau kemalangan di masa depan. Kecemasan mungkin melibatkan perasaan,
perilaku, dan respon fisiologis. takut Emosi dari reaksi alarm langsung untuk
menghadirkan bahaya atau keadaan darurat yang mengancam jiwa. panik Mendadak,
ketakutan atau teror yang luar biasa. serangan panik Pengalaman tiba-tiba dari
ketakutan atau ketidaknyamanan yang intens disertai oleh beberapa gejala fisik,
seperti pusing atau jantung berdebar.

Adapun perbedaannya :

Kecemasan

● Pengaruh negatif
● Gejala ketegangan somatik
● Berorientasi masa depan
● Perasaan yang tidak dapat diprediksi atau kontrol yang akan datang acara

Ketakutan

● Pengaruh negatif
● Simpatik kuat rangsangan sistem saraf
● Reaksi alarm langsung ditandai dengan kecenderungan kuat untuk melarikan
diri sebagai tanggapan untuk menghadirkan bahaya atau mengancam jiwa
darurat
Serangan Panik

● Ketakutan terjadi pada waktu yang tidak tepat waktu


● Dua jenis : Mengharapkan dan Tidak terduga
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

kecemasan adalah respons normal terhadap ancaman, tetapi kecemasan menjadi


abnormal ketika kecemasan melebihi proporsi dari ancaman yang sebenarnya, atau
ketika kecemasan muncul tanpa sebab-yakni, bila bukan merupakan respons terhadap
perubahan lingkungan. ciri -ciri kecemasan ada GAD (generalized anxiety disorder)
yang dimana Gejala fisik yang berhubungan dengan kecemasan umum ditandai dengan
ketegangan otot, agitasi mental , kerentanan mudah lelah (mungkin akibat dari
kelelahan kronis yang berlebihan) ketegangan otot), cepat marah, dan sulit tidur.
kemudian Gangguan Panik dan Agorafobia yang dimana serangan panik tanpa disertai
agorafobia lebih umum ditemukan daripada serangan panik dengan agorafobia .
kemudian Gangguan Fobia Spesifik yang dimana Ketakutan adalah kecemasan yang
dialami atau situasi yang tidak sepadan dengan ancaman yang dimilikinya.. kemudian
Gangguan Kecemasan Sosial yang Gangguan Kecemasan Sosial (SAD) adalah lebih
dari rasa malu yang berlebihan

Gangguan Stres Pascatrauma adalah yang paling terkenal pada gangguan ini.
Gangguan Stres Pascatrauma (PTSD) adalah gangguan penyesuaian yang ditandai
dengan kecemasan yang persisten dan depresi setelah peristiwa kehidupan yang penuh
tekanan, dan reaksi terhadap trauma seperti gangguan stres pasca trauma dan gangguan
stres. individu dengan PTSD yang mengalami disosiasi memiliki gairah yang lebih
sedikit dari biasanya bersama dengan (disosiatif) perasaan tidak nyata

Adapun gangguan OCD memiliki masalah dengan obsesi atau kompulsi secara
berulang. OCD adalah kulminasi yang menghancurkan dari gangguan kecemasan.
Tidak jarang seseorang dengan OCD mengalami kecemasan umum yang parah,
serangan panik yang berulang, penghindaran yang melemahkan, dan depresi berat,
semua terjadi bersamaan dengan obsesif-kompulsif gangguan penyesuaian Emosi dan
perilaku yang signifikan secara klinis gejala sebagai respons terhadap satu atau lebih
stressor tertentu.
Saran

Secara pribadi sebaiknya Semua gangguan ini mencerminkan usaha ego untuk
mempertahankan dirinya sendiri melawan kecemasan. Saat ini beberapa klini
mengelompokkan masalah tingkah laku yang lebih ringan di mana orang-orang yang
dikelompokkan di neurosis relatif masih mempunyai kontak yang baik dengan realitas
sedangkan psikosis mempunyai ciri kehilangan kontak dengan realitas. dan orang yang
gangguan obsesive kompulsive sebaiknya lakukan aktivitas dengan mencuci tangan
secara berkali-kali dan secara berturut-turut setiap hari mampu membuat si penderita
sedikit terbebas dari rasa cemas.
Daftar Pustaka
Durand, V. M., & Barlow, D. H. (2018). Essentials of Abnormal Psychology. Cengage
learning.

Anda mungkin juga menyukai