Anda di halaman 1dari 19

Gangguan Penyesuaian Dan Gangguan Kecemasan

Mata Kuliah :
Psikopatologi
Dosen Pengampu :
Rizka Kurniawati,S. Psi, M. Si
Penulis (Kelompok 8) :
1. M. Farian Faijel (2220901056)
2. Uswatun Hasanah (2220901041)
3. Dianti Ria Saputri (2220901043)
4. Riska Herlinda (2220901070)
5. Alvient Primadana Putra (2220901072)

FAKULTAS PSIKOLOGI
PRODI PSIKOLOGI ISLAM
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Gangguan
Penyesuaian Dan Gangguan Kecemasan” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok dari Ibu Rizka
Kurniawati dalam mata kuliah Psikopatologi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rizka Kurniawati selaku dosen
pengampu mata kuliah Psikopatologi yang telah memberikan tugas kelompok ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 17 Maret 2024

Penulis Makalah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2
BAB I ............................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang .................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
C. Tujuan.................................................................................................................. 4
BAB II............................................................................................................................ 5
ISI................................................................................................................................... 5
A. Definisi Gangguan Penyesuaian Dan Gangguan Kecemasan ............................. 5
B. Kriteria Diagnosis Gangguan Penyesuaian Dan Gangguan Kecemasan ............ 7
C. Gejala Gangguan Penyesuaian Dan Gangguan Kecemasan................................ 9
D. Ciri – Ciri Gangguan Penyesuaian Dan Kecemasan ......................................... 11
E. Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Gangguan Penyesuaian Dan Gangguan
Kecemasan ................................................................................................................ 11
F. Terapi Gangguan Kecemasan Dan Penyesuaian ............................................... 14
BAB III ........................................................................................................................ 18
PENUTUP ................................................................................................................... 18
A. Kesimpulan........................................................................................................ 18
B. Saran .................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini, gangguan psikologis merupakan permasalahan yang marak terjadi
di lingkungan sekitar kita. Tak terkecuali gangguan penyesuaian maupun gangguan
kecemasan. Oleh sebab itu kita perlu untuk menumbuhkan kepedulian kita terhadap
tipe-tipe gangguan tersebut supaya dapat mengantisipasi kejadian yang tidak
diinginkan. Maka kami selaku penulis memberikan beberapa informasi mengenai
gangguan penyesuaian dan gangguan kecemasan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu gangguan penyesuaian dan gangguan kecemasan?
2. Apa saja kriteria dari gangguan penyesuaian dan gangguan kecemasan?
3. Apa saja gejala yang ditimbulkan oleh gangguan penyesuaian dan gangguan
kecemasan?
4. Apa ciri-ciri gangguan penyesuaian dan gangguan kecemasan?
5. Terapi apa saja yang dapat digunakan untuk gangguan penyesuaian dan gangguan
kecemasan?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari gangguan penyesuaian dan gangguan kecemasan
2. Mengetahui kriteria dari gangguan penyesuaian dan gangguan kecemasan
3. Mengetahui gejala dari gangguan penyesuaian dan gangguan kecemasan
4. Dapat mengenal ciri-ciri dari gangguan penyesuaian dan gangguan kecemasan
5. Dapat mengenal terapi apa saja yang dapat digunakan untuk gangguan
penyesuaian dan gangguan kecemasan.
BAB II
ISI
A. Definisi Gangguan Penyesuaian Dan Gangguan Kecemasan
Pengertian Gangguan Penyesuaian
Halgin & Whitbourne (1994) mengungkapkan bahwa gangguan penyesuaian
diri adalah reaksi terhadap satu atau beberapa perubahan (stressor) dalam kehidupan
seseorang yang lebih ekstrem dibandingkan dengan reaksi normal orang pada
umumnya, terhadap perubahan (stressor) yang sama. Gangguan penyesuaian
(adjustment disorder) juga merupakan reaksi maladaptif untuk stressor psikososial dan
terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan secara signifikan dalam menyesuaikan
diri.Reaksi maladaptif terlihat dari adanya hendaya yang bermakna (signifikan) dalam
fungsi sosial, pekerjaan, akademis, atau adanya kondisi distress emosional yang
melebihi batas normal. Hendaya tersebut muncul dalam 3 bulan setelah adanya stressor.
Reaksi maladaptif dalam bentuk gangguan penyesuaian ini, mungkin teratasi bila
stressor dipindahkan atau individu belajar mengatasi stressor. Bila reaksi maladaptif ini
berlangsung lebih dari enam bulan setelah stressor (konsekuensinya) dialihkan,
diagnosis gangguan penyesuaian perlu diubah (Rathus & Nevid, 1991).
Berdasarkan ICD-X dan DSM-IV mendefenisikan gangguan penyesuaian
sebagai keadaan sementara dari tekanan dan gangguan emosional, yang timbul dalam
proses beradaptasi dengan perubahan hidup yang signifikan, kehidupan yang stress,
penyakit fisik yang serius, atau kemungkinan penyakit serius. Stressor dapat hanya
libatkan individu bahkan mempengaruhi masyarakat luas. Orang yang mengalami
gannguan penyesuaian biasanya terlihat berlebihan dalam memberikan respon terhadap
stimulus yang diberikan. Aksi responnya dapat berupa reaksi emosional atau perilaku
terhadap suatu peristiwa stress atau perubahan dalam hidup seseorang; misal pada
populasi anak, peristiwa dapat berupa perceraian kedua orang tua, kelahiran anggota
keluarga baru, atau kehilangan figur atau benda (misal hewan peliharaan).
Pengertian Gangguan Kecemasan
Pada dasarnya kecemasan adalah kondisi psikologis seseorang yang penuh
dengan rasa takut dan khawatir, dimana perasaan takut dan khawatir akan sesuatu hal
yang belum pasti akan terjadi. Kecemasan berasal dari bahasa Latin (anxius) dan dari
bahasa Jerman (anst), yaitu suatu kata yang digunakan untuk menggambarkan efek
negatif dan rangsangan fisiologis (Muyasaroh et al. 2020). Gazalbha dalam Prasetya
(2009: 2) menjelaskan kecemasan dapat diartikan sebagai suatu reaksi emosi seseorang.
Kecemasan dapat didefinisikan sebagai manifestasi dari berbagai proses emosi yang
bercampur baur yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan dan
pertentangan. Hal ini muncul karena beberapa situasi yang mengancam diri manusia
sebagai mahluk sosial.
Sedangkan Husdarta (2010: 73) mengatakan bahwa kecemasan didefinisikan
sebagai suatu perasaan terhadap sesuatu yang ditandai dengan kekhawatiran.
Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan
datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.
Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan
memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang
tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan. Singer dalam Supriyono
(2012: 4) juga mendefinisikan kecemasan adalah reaksi dari rasa takut terhadap atau
didalam suatu situasi. Secara lebih jelas Singer mengatakan bahwa kecemasan
menunjukkan suatu kecederungan untuk mempersepsikan suatu situasi sebagai
ancaman atau stressful (situasi yang menekan). Kecemasan dianggap sebagai akibat dari
stress yang sanggup untuk mempengaruhi tingkah laku.
Definisi yang paling menekankan mengenai kecemasan dipaparkan juga oleh
Jeffrey S. Nevid, dkk (2005:163) yaitu kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang
mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan,
dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Berdasarkan beberapa
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah reaksi dari rasa takut
terhadap atau didalam suatu situasi kondisi kesehatan mental yang membutuhkan
pengobatan yang dimunculkan karena gejalan psikologi akbiat keadaan yang baru saja
muncul. Gejala-gejala kecemasan biasanya ditandai dengan munculnya kekakuan,
gemetar dan perasaan takut.

B. Kriteria Diagnosis Gangguan Penyesuaian Dan Gangguan Kecemasan


Kriteria Diagnosis Gangguan Penyesuaian
Kriteria diagnosis berdasarkan diagnostic and statistical manual of mental
disorder (DSM-IV-TR) untuk gangguan penyesuaian adalah sebagai berikut :
1. Adanya gejala emosional atau perilaku sebagai respon atas stressor yang muncul
dalam jangka waktu 3 bulan setelah onset stressor.
2. Gejala atau perilaku sesuai dengan salah satu gejala klinis
berikut:
• Penderitaan yang jelas melebihi apa yang diharapkan dari pemaparan stresor
• Penurunan fungsi sosial dan pekerjaan (akademik) yang signifikan.
• Gangguan berhubungan dengan stress tidak memenuhi kriteria untuk gangguan
Aksis I spesifik lain dan tidak semata-mata suatu eksaserbasi gangguan Aksis I atau
Aksis II yang telah ada sebelumnya.
• Gejala-gejala tidak mencerminkan kondisi berkabung
• Berdasarkan definisi, gangguan penyesuaian seharusnya sembuh dalam jangka
waktu 6 bulan setelah stressor hilang.

Gejala pada gangguan penyesuaian dikatakan akut jika berlangsungnya tidak lebih
dari 6 bulan dan dikatakan kronik jika berlangsung dalam jangka waktu lebih dari 6
bulan dengan stressor yang lama.
Ada 6 tipe gangguan penyesuaian dengan gejala-gejala yang predominan:
1. Dengan afek depresif; manifestasi yang menonjol adalah gejala-gejala afek depresif,
putus harapan dan mudah menangis.
2. Dengan ansietas: adanya gejala-gejala gelisah, khawatir, cemas dan tidak tenang.
Pada anak-anak ada ketakutan berpisah dari orang tua, menolak untuk tidur sendiri
dan masuk sekolah.
3. Dengan campuran ansietas dan afek depresi
4. Dengan gangguan tingkah laku: mencakup gangguan tingkah laku seperti
membolos, mencuri, mengebut, perilaku merusak, seks yang tidak wajar dan tidak
pada tempatnya. Mereka melanggar hak-hak azasi orang lain, pelanggaran aturan
dan hukum
5. Dengan campuran gangguan emosi dan tingkah laku mencakup gabungan antara
perubahan tingkah laku dan perasaan depresi dan ansietas.
6. YTT (yang tak tergolongkan): mencakup mereka yang kurang dapat beradaptasi
terhadap stress dan gejala-gejala yang tidak dapat dimasukkan ke dalam salah satu
kategori spesifik di atas.

Kriteria Diagnosis Gangguan Kecemasan


Kriteria diagnosis gangguan cemas menyeluruh menurut DSM V adalah
(Redayanti, 2014 : 17-21) :
1) Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap hari,
sepanjang hari, terjadi selama sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah aktivitas atau
kejadian (seperti pekerjaan atau aktivitas sekolah).
2) Penderita merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.
3) Kecemasan dan kekhawatirannya disertai tiga atau lebih dari enam gejala berikut ini
(dengan sekurangnya beberapa gejala lebih banyak terjadi dibandingkan tidak
terjadi selama enam bulan terakhir). Pada anak hanya diperlukan satu gejala. Gejala
tersebut adalah:
• Kegelisahan
• Merasa mudah lelah
• Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
• Iritabilitas
• Ketegangan otot
• Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur gelisah dan tidak
memuaskan).
4) Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan gangguan yang bermakna
secara klinis, atau gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi kehidupan
penting lainnya.
5) Gangguan yang terjadi adalah bukan terjadi karena efek fisiologis langsung dari
suatu zat atau obat seperti pada penyalahgunaan obat, atau kondisi medis umum
seperti hipertiroidisme.
6) Gangguan tidak lebih baik dijelaskan dengan kondisi medis lainnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat kriteria diagnosis kecemasan
menurut DSM, yaitu cemas atau khawatir, terhadap semua aktivitas atau kejadian,
pasien merasa sulit untuk mengendalikan kekhawatirannya, kemudian cemas dan
khawatir tersebut disertai dengan tiga atau lebih dari 6 gejala berikut ini dengan paling
sedikit beberapa gejala lebih banyak muncul daripada tidak selama 6 bulan terakhir,
Kecemasan, Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menimbulkan gangguan yang
cukup signifikan secara klinis, atau gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi
kehidupan penting lainnya, Gangguan tersebut bukan disebabkan oleh efek fisiologis
langsung dari suatu zat atau obat seperti pada penyalahgunaan obat, atau kondisi medis
umum seperti hipertiroidisme, Gangguan tersebut tidak dapat dijelaskan dengan lebih
baik oleh kondisi medis lain.

C. Gejala Gangguan Penyesuaian Dan Gangguan Kecemasan


Gejala Gangguan Penyesuaian
Gangguan penyesuaian dapat didiagnosa pada saat individu memiliki gejala
kejiwaaan saat menyesuaikan diri terhadap kondisi yang baru. Gejala yang muncul
sangatlah beragam. Beberapa gejala gangguan penyesuaian, antara lain:
1. Psikologis
Gejala ini mencakup perasaan cemas, khawatir, kurang konsentrasi, mudah
tersinggung atau bahkan depresi
2. Fisik
Meliputi, jantung berdebar-debar, nafas lebih cepat, diare dan tremor
3. Perilaku
Gejala ini mencakup perilaku agresif, ingin menyakiti diri sendiri, penyalahgunaan
obat dan alkohol, kesulitan sosial dan permasalahan dalam pekerjaan.

Gejala Gangguan Kecemasan


Gangguan kecemasan disebabkan oleh mekanisme pertahanan diri alami yang
digunakan manusia ketika dihadapkan pada situasi yang menegangkan atau berbahaya.
Kecemasan dalam situasi seperti itu mendorong manusia untuk mengambil taktik
pertahanan diri untuk menghindari atau mengurangi risiko atau ancaman.Gejala atau
bentuk timbulnya kecemasann dappat dibedakan sebagai berikut:
1) Gejala Fisiologis. Gejala fisiologis yaitu reaksi tubuh terutama organn-organ yang
diasuh oleh syaraf otonom simpatik sperti jantung, peredaran darah,kelenjar, pupil
mata , sistem sekresi. Jika emosi atau perasaan cemassedang meningkat, maka satu
atu lebih fungsi dari organ tersebut juga akanmeningkat, sehingga jumpai
meningkatkanya detak jantung dalammemompa darah, seriing buang air atau sekresi
berlebihan. Menurut Fahmigejala fisiologi dari kecemasan yaitu ujung kaki dann
tanggan dingin,banyak mengeluarkan keringat, gangguan pencernaan, tidur tidak
nyenyak,kepala pusing, nafsu makan hilang dan pernaasan terganggu.
2) Gejala Psikologi. Gejala psikologi yaitu reaksi yang biasanya disertai dengan reaksi
fisiologi, misalnya adanya perasaan tegang, biingung atau perasaan tidak menentu,
terancam, tidak berdaya, rendah diri, kurang percayya diri, tidak dapat menimbulkan
perhatian dan adaanya gerakan yang tidk terarah tidak pasti (Zhhiifar , 2015 : 18-
19).
D. Ciri – Ciri Gangguan Penyesuaian Dan Kecemasan
Ciri – Ciri Gangguan Kecemasan
Menurut Maramis (2000) bahwa seorang akan menderita gangguan cemas mana
kala yang bersangkutan tidak mampu mengatasi stressor psikososial yang dihadapinya.
Tetapi pada orang – orang tertentu meskipun tidak ada stressor psikososial yang
bersangkutan menjukkan kecemasan juga ditandai dengan corak atau tipe kepribadian
pencemas, yaitu :
1. Memandang masa depan dengan khawatir
2. Kurang percaya diri, gugup di depan banyak umum
3. Sering merasa tidak bersalah
4. Gangguan konstrasi dan daya ingat
5. Gerakan serba salah dan tidak tenang bila duduk
Ciri – Ciri Gangguan Penyesuaian
1. Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan atau peristiwa
stres
2. Gejala kecemasan atau depresi, seperti ketegangan, cemas berlebihan dan rasa
khawatir
3. Perubahan dalam perilaku seperti peningkatan ketagangan, perasaan marah yang
berlebihan
4. Gejala fisik seperti sakit kepala, masalah tidur atau ketidaknyamanan
gastrointestinal tanpa penyebab medis yang jelas
5. Gangguan dalam hubungan sosial seperti kesulitan dalam menjaga hubungan yang
sosial atau pekerjaan karena gejala yang mengganggu aktivtas sehari – hari.

E. Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Gangguan Penyesuaian Dan


Gangguan Kecemasan
Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Kecemasan
Menurut Haryono (2000). Berikut faktor yang mempengaruhi terjadinya
gangguan kecemasan:
1. Umur
Secara spesifik usia dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu: dibawah 20 tahun
(tergolong muda), 20 – 30 tahun (tergolong menengah), lebih dari 30 tahun
(tergolong dewasa akhir). Semakin tua seseorang semakin memiliki kecemasan
yang lebih dari pada seorang anak muda.
2. Keadaan fisik
Penyakit merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kecemasan.
Seseorang yang menderita penyakit cenderung mudah mengalami kecemasan
dibandingkan dengan orang yang tidak menderita penyakit.
3. Sosial budaya
Cara hidup dalam bermasyarakat juga menimbulkan kondisi munculnya
stress. Individu dengan pola teratur akan memiliki filosofi hidup yang jelas sehingga
secara umum lebih sukar menghadapi stress, demikian juga dengan orang yang
memiliki keyakinan agama rendah.
4. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi reaksinya dalam memberikan
respon terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun luar. Orang yang
memiliki pendidikan tinggi akan memberikan respon yang rasional dibandingkan
orang yang tidak berpendidikan. Oleh karena itu rendahnya tingkat pendidikan akan
menjadi faktor penyebab kecemasan.
5. Tingkat pengetahuan
Mengatakan bahwa pengetahuan yang rendah mengakibatkan seseorang mudah
mengalami stress. Ketidaktahuan terhadap suatu hal mengakibatkan krisis dan dapat
menimbulkan kecemasan.
Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Penyesuaian
1. Peran Stress
Paykel et al mengklasifikasikan kejadian hidup menjadi desirable / undesirable
(seperti kemajuan karir / penyakit), penerimaan / kehilangan ( seperti pernikahan /
kematian seseorang yang dicintai)
Gangguan penyesuaian juga dapat muncul pada konteks kelompok atau
komunitas, dimana sumber stresnya mempengaruhi beberapa orang sekaligus, seperti
yang terjadi pada komunitas yang mengalami bencana alam. Selain itu tahap
perkembangan tertentu seperti mulai masuk sekolah, meninggalkan rumah untuk
merantau, menikah, menjadi ayah / ibu, gagal dalam meraih cita – cita (Kaplan & sadock
2007).
2. Vulnerabilitas individu
Setiap individu memiliki tingkat kerentanan yang berbeda terhadap gangguan
penyesuaian, berdasarkan ciri kepribadian dan keadaannya. Tidak semua orang yang
stres akan mengalami gangguan penyesuaian.
Dibawah ini faktor yang mempengaruhi kerentanan seseorang terhadap stress:
a. Variabilitas individu : Usia, jenis kelamin, tingkat status kesehatan
b. Faktor hubungan : Seperti tingkat instruksi : etik, politik, kepercayaan
c. Lingkungan keluarga : keberadaan dukungan, kekuatan hubungan, dan status
ekonomi
d. Level pendidikan : level pendidikan yang tinggi dapat melindungi diri dari distress
psikologis
e. Kejadian di masa kecil: seorang ibu yang mengontrol anaknya atau seorang ayah
yang suka meng-abuse anaknya, berhubungan dengan peningkatan risiko gangguan
penyesuaian. Faktor personal dari tingginya neurotisme dan rendahnya ekstraversi
mungkin berhubungan dengan gangguan penyesuaian.
Faktor predisposisi dan presipitasi kecemasan, menurut Stuart (2012) meliputi:
1. Faktor Predisposisi
Terdapat beberapa teori yang mendukung munculnya kecemasan antara lain:
a. Pandangan psikoanalitis, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara
dua elemen kepribadian dengan id mewakili dorongan insting dan implusif primitif,
sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh bahaya norma
budaya. Ego atau aku, menengahi tuntutan dari kedua elemen yang bertentangan
tersebut, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Pandangan interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap
ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan
perkembangan trauma seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan
kelemahan tertentu. Individu dengan harga diri rendah lebih rentan mengalami
ansietas yang berat. Pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan
yang diharapkan.
2. Faktor Presipitasi
Stresor pencetus kecemasan dapat berasal dari sumber internal maupun eksternal
yang dapat dikelompokkan dalam dua kategori:
a. Ancaman terhadap integritas diri
Meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari guna pemenuhan terhadap kebutuhan dasarnya.
b. Ancaman terhadap sistem diri
Meliputi adanya sesuatu yang dapat mengancam terhadap kebutuhan dasarnya.
c. Ancaman terhadap sistem diri
Meliputi adanya sesuatu yang dapat mengancam terhadap intensitas diri, harga diri,
kehilangan status, peran diri, dan hubungan interpersonal

F. Terapi Gangguan Kecemasan Dan Penyesuaian


Terapi Gangguan Kecemasan
1. Farmakologi
Obat-obatan yang biasanya diberikan pada penderita kecemasan adalah
benzodiazepine (Fracchione, 2004). Dan yang lazim digunakan adalah Derivat
diazepam, Alprazolam, Propanolol, dan Amitriptilin.
a. Diazepam
Diazepam adalah obat penenang di kelas benzodiazepin dan diperkenalkan pada
tahun 1963. Diazepam termasuk dalam golongan psikotropika, nama dagangnya
antara lain Valium. Indikasinya sebagai obat anti-ansietas, sedatif-hipnotic, dan obat
anti-kejang. Efek sampingnya antara lain menimbulkan rasa kantuk, berkurangnya
daya konsentrasi dan waktu reaksi. Diazepam mempunyai waktu paruh yang
panjang (24 s/d 200 jam).
b. Alprazolam
Adalah sekelompok obat yang disebut benzodiazepines yang bekerja
memperlambat pergerakan zat kimia otak yang menjadi tidak seimbang. Akibat
ketidakseimbangan ini adalah gangguan kecemasan.
Efek samping: Mengantuk, pusing, mudah marah, Amnesia atau pelupa, sulit
berkonsentrasi, Sulit tidur, Otot lemah, hilang keseimbangan atau kordinasi, bicara
ngawur, Pandangan kabur, Mual, muntah, konstipasi, perubahan berat badan atau
nafsu makan, Mulut kering atau basah, berkeringat banyak, Hilang minat pada
aktifitas seksual.
c. Propanolol
Propanolol adalah tipe beta-blocker non-selektif yang umumnya digunakan
dalam pengobatan tekanan darah tinggi. Obat ini adalah beta-blocker pertama yang
sukses dikembangkan.
Indikasi: Digunakan untuk mengobati atau mencegah gangguan yang meliputi
migrain, arrhythmias, angina pectoris, hipertensi, menopause, dan gangguan
kecemasan.
d. Amitriptilin
Amitriptilin merupakan antidepresi trisiklik. Amitriptilin bekerja dengan
menghambat pengambilan kembali neurotransmiter di otak. Amitriptilin
mempunyai 2 gugus metil, termasuk amin tersier sehingga lebih resposif terhadap
depresi akibat kekuranganserotonin. Senyawa ini juga mempunyai aktivitas sedatif
dan antikolinergik yang cukup kuat. Dengan indikasi gejala-gejala utama depresi
terutama bila berkaitan dengan kecemasan, tegang, atau kegelisahan.
2. Non farmakologi
a. Distraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan kecemasan dengan cara
mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap cemas
yang dialami. Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan
endorfin yang bisa menghambat stimulus cemas yang mengakibatkan lebih sedikit
stimuli cemas yang ditransmisikan ke otak (Potter & Perry, 2005).
Salah satu distraksi yang efektif adalah dengan memberikan dukungan spiritual
(membacakan doa sesuai agama dan keyakinannya), sehingga dapat menurunkan
hormon-hormon stressor, mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan
perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang,
memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta
memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang
otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik
menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan
metabolisme yang lebih baik.
b. Relaksasi
Terapi relaksasi yang dilakukan dapat berupa relaksasi, meditasi, relaksasi
imajinasi dan visualisasi serta relaksasi progresif (Isaacs, 2005)

Terapi Gangguan Penyesuaian


1. Psikoterapi
Tujuan utama psikoterapi adalah menganalisis pemicu stres yang
mengganggu pasien dan kemudian mengatasinya, menghilangkannya atau
meminimalkannya. Psikoterapi dapat berupa : terapi perilaku kognitif, terapi
interpersonal, upaya psikodinamik, dan konseling.

Psikoterapi, konseling krisis medis, intervensi krisis, terapi keluarga, terapi


kelompok, terapi perilaku-kognitif, dan terapi interpersonal semua mendorong
individu untuk mengekspresikan pengaruh, ketakutan, kecemasan, kemarahan, rasa
tidak berdaya, dan putus asa terhadap stressor. Mereka juga membantu individu
untuk menilai kembali realitas dalam beradaptasi. Sebagai contoh, hilangnya kaki
bukan berarti kehilangan nyawa. Tetapi itu adalah kerugian besar. Psikoterapi
singkat berusaha untuk membingkai makna stressor tersebut, cara
meminimalkannya dan mengurangi defisit psikologis terhadap kejadian tersebut.
2. Farmakoterapi
Penggunaan farmakoterapi oleh penderita gangguan penyesuaian ditujukan
untuk mengurangi gejala seperti insomnia, kecemasan, dan serangan panik. Obat
yang paling sering diresepkan untuk gangguan penyesuaian adalah benzodiazepin
dan antidepresan. Stewart et al merekomendasikan pengujian antidepresan pada
pasien dengan depresi ringan atau berat yang tidak merespon intervensi suportif
lainnya selama 3 bulan.
Dalam sebuah penelitian yang ditujukan untuk membedakan respon terapi
antidepresi pada Depresi Major dengan gangguan penyesuaian dengan mood
depresi, ditemukan hasil bahwa tidak ada perbedaan respon klinis antara keduanya
terhadap antidepresi. Namun kecepatan respon terapinya lebih cepat 2 kali pada
gangguan. penyesuaian dibandingkan pasien depresi biasa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan penyesuaian adalah kondisi yang membuat penderitanya
menunjukkan perilaku yang bermasalah, seperti menyetir sembarangan, bertindak
impulsif, berkelahi, dan lain-lain saat menghadapi situasi yang penuh tekanan.
Sedangkan gangguan kecemasan adalah gangguan mental yang membuat pengidapnya
selalu merasa cemas, khawatir, atau takut sehingga kesulitan menjalani aktivitas sehari-
hari.
B. Saran
Gangguan penyesuaian dan gangguan kecemasan merupakan gangguan
psikologis yang harus segera di obati sebelum mengganggu kegiatan kita sehari-hari.
Selain itu kita juga perlu memperhatikan kondisi psikologis kita dengan
memeriksakannya di psikolog terdekat. Jangan sampai kita tidak aware dengan kondisi
psikologis kita sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Dania E, Muhammad Aditya M & R. Rizal I.(2018). Sistem Pakar Pendiagnosis
Gangguan Kecemasan Menggunakan Metode Forward Chaining Berbasis
Android. Edu komputika jurnal 5(1)
Dona Fitri A & Ifdil.(2016). Konsep Kecemasan (anxiety) pada lanjut usia
(lansia).Konselor 5(2)
Kay J, Tasman A, editors (2006). Essentials of Psychiatry.
Lidia O, dkk.(2022).GANGGUAN KECEMASAN (AXIETY DISORDER) PADA
ANAK USIA DINI. Jurnal Multidisipliner bharasumba 1(1)
Made Ines. S (2017).Profil umum jenis stresor dan gangguan penyesuaian pada
mahasiswa tahun pertama program studi pendidikan dokter fakultas
kedokteran.Skirpsi(Denpasar: Fakultas kedokteran Universitas Udayana)
Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa cetakan kesembilan.
Airlangga University Press : Surabaya
Qori Fanani dan Janes.J. (2021). PENYESUAIAN DIRI : Pembelajaran daring di masa
pandemi Covid -19.Malang.Literasi Nusantara

Anda mungkin juga menyukai