Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH GANGGUAN PSIKOLOGIS

Diajuakan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Dasar-dasar Psikologi
Dosen Pengampu: Dra. Neneng Munajah, M.A

Disusun Oleh:
Renaldi Putra Ismail ( 3120210091 )
Soniyah Handayani ( 3120210085 )
Yasif Maulana Safikri ( 1120210016 )

FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM (TARBIYAH)


UNIVERSITAS ISLAM AS – SYAFI’IYAH
2021/2021

i
ُ‫علَيْك ُْم َوبَ َر َكاتهُ للاهُ َو َر ْح َمة‬
َ ُ‫سالَم‬
َّ ‫ال‬
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


PujiُsyukurُkitaُpanjatkanُatasُkaruniaُAllahُSubhannallahuُWaُTa’alaُyangُselaluُdanُ
senantiasa mencurahan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah kami .
Sholawat serta salam tak lupa kita selalu curahkan kepada junjungan Nabi Besar Kita
Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam, Yang atas perjuangan beliau kita dapat
menikmati cahaya ilmu dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu ini.
Semoga rahmat tercurahkan untuknya, keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya yang
senantiasa beristiqomah pada apa yang dibawakannya hingga saat ini.
Makalah ini disusun berdasarkan informasi dari berbagai referensi agar dapat menjadi
pembahasan sekaligus materi pembelajaran di masa yang akan datang. Penulis berharap dengan
membaca makalah ini pembaca dapat menambah ilmu dan menjadi pribadi yang lebih baik
untuk kedepannya
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Kami mohon maaf apabila ada
kesalahan dalam penulisan dan penyusunan makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan sarannya untuk dapat terus memberikan yang terbaik dan bekal untuk lebih baik di
masa yang akan datang.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, Oktober 2021

Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI

JUDUL MAKALAH .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah .......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................
A. Gangguan Kecemasan .................................................................................
1. Pengertian Gangguan Kecemasan ........................................................
2. Gejala Gangguan kecemasan ...............................................................
3. Faktor Penyebab Gangguan Kecemasan ..............................................
4. Cara Penanganan Gangguan Kecemasan .............................................
B. Gangguan Phobia .......................................................................................
1. Pengertian Gangguan Phobia ...............................................................
2. Gejala Gangguan Phobia ......................................................................
3. Faktor Penyebab Gangguan Phobia .....................................................
4. Cara Penanganan Gangguan Phobia ....................................................
C. Gangguan Obsesif – Kompulsif .................................................................
1. Pengertian Gangguan Obsesif – Kompulsif .........................................
2. Gejala Gangguan Obsesif – Kompulsif ...............................................
3. Faktor Penyebab Gangguan Obsesif – Kompulsif ...............................
4. Cara Penanganan Gangguan Obsesif – Kompulsif ..............................
BAB III PENUTUP ................................................................................................
A. Kesimpulan ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kesehatan mental sangat penting dalam menentukan bagaimana respons seseorang
menghadapi kondisi tak terduga dalam kehidupan. Namun pada beberapa orang, ada
macam-macam gangguan psikologis yang terjadi karena berbagai faktor, seperti
genetik, lingkungan, kebiasaan, hingga faktor biologis. Meski seseorang terlihat sehat-
sehat saja secara fisik, belum tentu kesehatan mentalnya berada di kondisi serupa. Itulah
mengapa macam-macam gangguan psikologis tidak boleh disepelekan dan harus segera
diperiksakan untuk mendapat pertolongan profesional.

Gangguan psikologis atau gangguan mental adalah kondisi yang memengaruhi


pemikiran, perasaan, suasana hati, dan perilaku. Penyakit psikologis tertentu mungkin
hanya muncul sesekali, dan beberapa dapat bertahan lama (kronis). Penyakit psikologis
dapat memengaruhi kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain dan berfungsi
secara normal setiap harinya.
Istilah penyakit psikologis terkadang digunakan untuk merujuk pada apa yang
lebih sering dikenal sebagai gangguan mental atau gangguan kejiwaan. Gangguan
mental atau gangguan jiwa adalah pola gejala perilaku atau psikologis yang
memengaruhi berbagai bidang kehidupan. Gangguan ini tentu menimbulkan tekanan
bagi orang-orang yang mengalaminya.
Dari berbagai macam gangguan psikologis, di bawah ini akan kami jelaskan
beberapa yaitu gangguan kecemasan (anxiety disorder), gangguan phobia (phobic
disorder) dan gangguan Obsesif – kompulsif (obsessive-compulsisive disorder).

1
B. Rumusan Masalah
1. Gangguan Kecemasan (anxiety disorder)
2. Gangguan Phobia (phobic disorder)
3. gangguan Obsesif – kompulsif (obsessive-compulsisive disorder)

C. Tujuan Masalah
Memberi wawasan mengenai beberapa macam gangguan psikologis diantaranya:
gangguan kecemasan, gangguan phobia, gangguan obsesif-kompulsif mulai dari
pengertian, gejala-gelaja, faktor penyebab dan cara penanganannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gangguan Kecemasan (anxiety disorder)


1. Pengertian Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan (anxietas) merupakan masalah kesehatan pada umumnya
dan masalah kesehatan jiwa pada khususnya. Anxietas dapat menjadi suatu
kekuatan motivasi untuk pertumbuh dan perkembangan pada individu yang
bersangkutan. Ansietas berkaitan dengan stress. Oleh karena itu anxietas timbul
sebagai respon terhadap stres, baik stres fisiologis maupun psikologis. Artinya,
anxietas terjadi ketika seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun
psikologis (Asmadi, 2008).
Karakteristik kecemasan adalah suatu ciri dalam keadaan emosional yang
memiliki keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan,
dan perasaan apreshensif bahwa sesuatu buruk akan terjadi. Kecemasan memiliki
karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan
yang tidak jelas dan tidak menyenangkan. Gejala kecemasan berbeda-beda pada
masing-masing orang. Nevid menjelaskan orang yang mengalami kecemasan
memiliki beberapa karakteristik. Yang pertama adalah karakteristik fisiologis, yaitu
berupa badan dan anggota tubuh lain gemetaran, banyak mengeluarkan keringat,
mengalami kontraksi pada otot perut dan dada, pusing, pening, pingsan, jantung
berdebar keras, sering buang air kecil, diare dan gangguan pencernaan lainya.
Individu yang mengalami kecemasan juga ditandai dengan muculnya karakteristik
behavior seperti perilaku menghindar, perilaku melekat dan dipenden, serta
perilaku yang mencerminkan keterguncangan.
Karakteristik selanjutnya dalam kecemasan adalah fokus pada aspek kognitif
seperti khawatir tentang sesuatu yang tidak jelas, mengalami perasaan terganggu
atau ketakutan, berkeyakinan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi, terpaku pada
sensasi kebutuhan, ketakutan akan kehilanngan kontrol, adanya pikiran bahwa
semuanya tidak berjalan senormalnya, sulit untuk berkonsentrasi dan fokus
terhadap sesuatu yang dianggap penting, serta beberapa karakteristik yang ada
hubunganya dengan aspek kognitif. (Nevid, 2005).

3
2. Gejala-gejala Gangguan Kecemasan
Kecemasan berasal dari perasaan tidak sadar yang berada didalam kepribadian
sendiri, dan tidak berhubungan dengan objek yang nyata atau keadaan yang
benar-benar ada. Kholil Lur Rochman, (2010:103).
Mengemukakan beberapa gejala-gejala dari kecemasan antara lain :
a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian
menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan bentuk
ketidak beranian terhadap hal-hal yang tidak jelas.
b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan sering
dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat irritable, akan tetapi
sering juga dihinggapi depresi.
c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of persecution
(delusi yang dikejar-kejar).
d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah, banyak
berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.
e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan
jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.

Nevid Jeffry S. spencer A, & greene Baverly ( 2005:164 ) mengklasifikasikan


gejala-gejala kecemasan dalam tiga jenis gejala, gejala diantaranya:
a. Gejala fiisik dari kecemasan yaitu: kegelisahan, anggota tubuh bergetar, banyak
keringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa lemas, panas dingin,
mudah marah atau tersinggung.
b. Gejala behavioral dari kecemasan yaitu: berperilaku menghindar, terguncang,
melekat dan dependen.
c. Gejala kognitif dari kecemasan yaitu: khawatir tentang sesuatu, perasaan
terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan,
keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera terjadi, ketakutan akan
ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, pikiran terasa bercampur aduk atau
kebingungan, sulit berkonsentrasi.

4
3. Faktor Gejala Gangguan Kecemasan
Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian besar
tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa-peristiwa atau
situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan. Menurut
Savitri Ramaiah ( 2003:11 ) ada beberapa faktor yang menunjukan reaksi
kecemasan, antara lain:
a. Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir individu
tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya
pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat,
ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman
terhadap lingkunganya.
b. Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar
untuk perasaanya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika dirinya
menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.
c. Sebab-sebab fisik
Pirian dan tubuh senantiasa saling berintraksi dan dapat menyebabkan timbulnya
kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan, semasa
remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi
ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan.

Zakiah Daradjat ( Kholil Lur Rochman, 2010:167 ) mengemukakan beberapa


penyebab dari kecemasan yaitu:
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya.
Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat jelas
didalam pikiran.
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang
berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering pula
menyertai gejala-gejala gangguan mental yang kadang-kadang terlihat dalam
bentuk yang umum.
c. Kecemeasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
Kecemasan ini disebabkan oleh yang tidak jelas dan tidak berhubngan dengan
5
apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang mempengaruhi
dengan keseluruhan kepribadian penderitanya.

4. Penanganan Gangguan Kecemasan


“Menurutُpenelitianُditemukanُsuatuُfaktaُyangُsangatُmenarik,ُbahwaُsekitarُ
75% dari semua penyakit fisik yang diderita banyak orang sebenarnya bersumber
dari masalah pikiran dan emosi”.ُ
Dan Hipnoterapi merupakan salah satu cara yang sangat mudah, cepat, efektif
dan efisien dalam menjangkau pikiran bawah sadar, melakukan re-edukasi dan
menyembuhkan pikiran yang sedang bermasalah. ( Gunawan, W.A. 2010 )
Dengan Hipnoterapi, anda akan dibantu untuk menemukan akar masalahnya
dan dibereskan sampai tuntas sehingga bisa mencapai hasil yang anda inginkan dan
harapkan. Dengan perasaan yang tenang dan damai.

B. Gangguan Phobia (phobic disorder)


1. Pengertian Gangguan Phobia
Kata fobia berasal dari kata Yunani phobos,ُberartiُ“takut”ُyangُberartiُobyekُ
atau situasi yang ditakuti (Kaplan, Sadock & Grebb, 1994; psikologi abnormal, Fitri
& Julianti:76).
Istilah phobos sendiri berasal dari nama salah satu dewa Yunani yang
menakutkan musuh-musuhnya. Konsep takut dan cemas bertautan erat. Takut
adalah perasaan cemas dan agitasi sebagai respons terhadap suatu ancaman.
Gangguan fobia adalah rasa takut yang persisten terhadap objek atau situasi dan
rasa takut ini tidak sebanding dengan ancamannya. Untuk mengalami rasa takut
yang mencekam karena kesulitan menjawab soal-soal ujian adalah sebuah situasi
normal pada umumnya karena ada dasar objektif untuk perasaan takut tersebut.
Hal yang aneh tentang fobia adalah biasanya melibatkan ketakutan terhadap
peristiwa yang biasa dalam hidup, bukan yang luar biasa. Orang dengan fobia
mengalami ketakutan untuk hal-hal yang biasa yang untuk orang lain sudah tidak
dipikirkan lagi, seperti naik elevator atau naik mobil di jalan raya. Fobia dapat
mengganggu bila mereka mempengaruhi tugas sehari-hari seperti naik bus, pesawat
terbang, atau kereta api, menyetir, berbelanja, atau pergi keluar rumah.
Menurut Davidson dkk., 2004, fobia didefinisikan sebagai penolakan yang
mengganggu yang diperantarai oleh rasa takut yang tidak proporsional dengan
6
bahaya yang dikandung oleh objek atau situasi tertentu dan diakui oleh si penderita
sebagai sesuatu yang tidak berdasar.

Menurut DSM IV, fobia dapat digolongkan dalam 2 jenis, yaitu fobia spesifik
dan fobia sosial.
1. Fobia Spesifik
Fobia Spesifik merupakan sebuah ketakutan yang tidak diinginkan karena
suatu kehadiran atau antisipasi terhadap obyek atau situasi yang spesifik
(Davidson & Neatle, 2001).
2. Fobia Sosial
Merupakan ketakutan yang tidak rasional dan menetap, biasanya
berhubungan dengan kehadiran orang lain. Individu menghindari situasi dimana
ia mungkin dieavaluasi dan dikritik, yang membuatnya merasa terhina dan
dipermalukan dan menunjukkan perilaku kecemasan atau menampilkan
perilaku lain yang memalukan (Kaplan, Sadock, & Grebb, 1994; Davison dan
Neale, 2001).
3. Agorafobia
merupakan salah satu dari macam-macam atau jenis-jenis fobia yang
ditandai dengan ketakutan berada di ruang publik di mana penderita biasanya
akan merasa kesulitan dan malu jika pergi atau meninggalkan tempat secara
mendadak.

2. Gejala Gangguan Phobia


Fobia dapat menimbulkan gejala fisik
dan mental akibat ketakutan berlebihan yang terjadi. Selain rasa takut dan cemas
yang berlebihan, fobia juga bisa disertai dengan serangan panik yang ditandai
dengan:
- Badan seperti limbung
- Pusing ingin pingsan
- Rasanya seperti tersedak
- Jantung berdebar atau detak jantung cepat
- Sakit dada, dada terasa sesak
- Berkeringat
- Badan terasa panas atau dingin
7
- Sesak napas, susah bernapas
- Mual, muntah, diare
- Mati rasa atau kesemutan Badan gemetar.

3. Faktor Penyebab Gangguan Phobia


Fobia disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan. Seseorang lebih berisiko
mengidap fobia jika ada anggota keluarga yang mengalami gangguan kecemasan.
Peristiwa traumatis, seperti tenggelam, digigit hewan, terjebak dalam lift, dan
lainnya juga bisa menyebabkan fobia

4. Cara Penanganan Gangguan Phobia


Fobia bukan sesuatu yang tak dapat disembuhkan dan sesuai dengan pendekatan
teori-teori psikologi dalam memandang permasalahan fobia, maka pendekatan itu
pula yang dapat diterapkan dalam penanganannya.
1. Pendekatan Psikoanalisa
Tujuan dari terapi psikoanalisa adalah untuk mengungkapkan konflik-
konflik yang dianggap mendasari munculnya kecemasan berupa ketakutan-
ketakutan yang ekstreem dan reaksi menghindar yang menjadi karakteristik
gangguan fobia.
2. Pendekatan Behavioral
Menurut Davison & Neale (2001), pendekatan ini menggunakan
desensitisasi sistematis sebagai metode utam. Individu yang mengalami fobia
membayangkan gambaran sesuatu (stimulus) fobia yang makin lama makin
menakutkannya, sementara mereka dalam keadaaan tenang (ada proses
relaksasi).
Untuk individu yang mengalami fobia sosial dapat dilakukan dengan
mengajarkan keterampilan sosial melalui bermain peran dan pengulangan
interaksi sosial di dalam ruang terapi.
Tekhnik lain yang dapat digunakan untuk menangani fobia spesifik adalah
modelling, floadding dan successive approximation. Melalui modelling individu
menyaksikan orang lain berinteraksi dengan sesuatu yang menjadi objek fobia
tanpa rasa takut. Pada teknik floading klien dihadapkan secara langsung pada
sumber fobianya dengan intensitas penuh. Namun, cara ini sebaiknya digunakan
sebagai alternatif terakhir, karena dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi
8
penderitanya. Dalam tekhnik successive approximation, sumber fobia
ditampilkan sedikit demi sedikit, dan individu mendapatkan imblan setiap kali
berhasil mendekati obyek. Tekhnik merupakan bentuk dari metode shapping
(Davison & Neale, 2001).

3. Pendekatan Kognitif
untuk mengubah kebiasaan pemikiran yang negatif, dan menggantinya
menjadi pemikiran yang lebih konstruktif. Selain itu pendekatan
kognitif efektif untuk mengembangkan perilaku positif dan mengurangi
pemikiran irasional yang menimbulkan perilaku kriminal (Pearson, dkk, 2002).

4. Pendekatan Biologis
Penanganan biologis untuk fobia adalah pemberian obat-obatan sedatif,
tranqulizer, atau anxiolytics yang dapat mengurangi kecemasan dan
kebanyakan obat-obat yang digunakan sekarang adalah obat-obat anti depresi.

9
C. Gangguan Obsesif Kompulsif (OCD)
1. Pengertian Gangguan Obsesif Kompulsif
Gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan cemas, dimana pikiran
seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak terkontrol, dan
ia dipaksa untuk meakukan tindakan tertentu berulang-ulang, sehingga
menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya dalam kehidupan sehari-hari
(Davison & Neale, 2012).
Gangguan ini dapat berbentuk perilaku (misalnya mencuci tangan, memeriksa
keadaan) atau mental (memikirkan tentang kata-kata tertentu dengan jumlah atau
urutan tertentu,menghitung, berdoa dan seterusnya). Penderita gangguan ini
mungkin telah berusaha untuk melawan pikiran-pikiran mengganggu tersebut yang
timbul secara berulang-ulang akan tetapi tidak mampu menahan dorongan
melakukan tindakan berulang untuk memastikan segalanya baikbaik saja.
Gangguan obsesif kompulsif adalah suatu ganguan cemas yang ditandai dengan
adanya suatu ide yang mendesak dan adanya dorongan yang tidak dapat ditahan
untuk melakukan sesuatu dan dilakukan dengan berulang kali. Terdiri dari dua
unsur yaitu obsesi yang diartikan sebagai suatu ide yang mendesak ke dalam pikiran
serta kompulsi yang diartikan sebagai suatu ide yang tak dapat ditahan untuk
melakukan sesuatu. Dalam manifestasinya, setiap individu dapat berbeda-beda,
sebagai contoh perasaan cemas akan kebersihan dirinya, akan terwujud dengan
perilaku mencuci tangan berulang-ulang, perasaan cemas akan keamanan rumah
tempat tinggalnya, terwujud dengan pengecekkan pintu rumahnya berulang-ulang
(Maramis, 2005).

2. Gejala Gangguan Obsesif Kompulsif


Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ-III)
gejala dari gangguan ini adalah sebagai berikut:
a. Disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri.
b. Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan.
c. Bukan merupakan hal yang memberi kesenangan melainkan sebagai pelepasan
atau perasaan lega dari kecemasan jika tidak melakukan tindakan tersebut.
d. Ada pengulangan-pengulangan baik itu tindakan maupun pikiran.

10
Gejala obsesif kompulsif ini jug termanifestasi sekunder pada penderita
skizofrenia, sindrom Tourette, nerosa fobik, depresi dan gangguan mental organik.
Penyebabnya tidak diketahui. Gangguan obsesif kompulsif tidak ada kaitan dengan
bentuk karakteristik kepribadian seseorang, pada individu yang memiliki
kepribadian obsesif kompulsif cenderung untuk bangga dengan ketelitian, kerapian,
dan perhatian terhadap hal-hal kecil, sebaliknya pada gangguan obsesif kompulsif,
individu merasa tertekan dengan kemunculan perilakunya yang tidak dapat
dikontol. Mereka merasa malu bila perilaku-perilaku tersebut dipertanyakan oleh
orang yang melihatnya karena melakukan pekerjaan yang secara berulang-ulang.
Mereka mati-matian untuk menghilangkan kebiasaan tersebut.

3. Faktor Penyebab
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami
gangguan obsesif kompulsif, antara lain:
a. Memiliki orang tua atau saudara kandung yang menderita gangguan obsesif
kompulsif.
b. Menderita gangguan mental lain, seperti gangguan kecemasan, gangguan
bipolar, depresi, atau sindrom Tourette.
c. Pernah mengalami peristiwa yang menyebabkan trauma atau stress, seperti
bullying, kekerasan fisik, atau pelecehan seksual.
d. Memiliki kepribadian yang sangat disiplin, terlalu teliti, serta ingin semua hal
terlihat rapi.

11
4. Cara Penanganan Gangguan Obsesif Kompulsif
Pengobatan gangguan obsesif kompulsif bertujuan untuk mengendalikan
gejala, agar pasien bisa menjalani aktivitas dengan baik. Durasi pengobatan akan
disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala. Metode pengobatan OCD meliputi
terapi perilaku kognitif dan pemberian obat antidepresan. Kedua metode tersebut
dapat dikombinasikan, atau cukup diterapkan sebagai pengobatan tunggal.
• Terapi perilaku kognitif
Pada terapi perilaku kognitif, pasien akan dihadapkan pada kondisi yang
sering kali dihindarinya. Misalnya, psikiater akan meminta penderita yang takut
kuman penyakit untuk menyentuh tanah, kemudian mengajarkan cara
mengatasi rasa takutnya tersebut. Terapi perilaku kognitif bisa dilakukan secara
individu atau berkelompok.
Meskipun terapi ini mungkin terdengar menakutkan bagi penderita, tetapi
kecemasan penderita akan berkurang secara bertahap, seiring jumlah terapi
yang dijalaninya.
Penderita gangguan obsesif kompulsif ringan rata-rata membutuhkan total
waktu 10 jam untuk sesi pertemuan dengan psikiater. Sedangkan untuk gejala
yang lebih parah, dibutuhkan sesi pertemuan yang lebih panjang.
• Obat antidepresan
Obat antidepresan diberikan bila terapi perilaku kognitif tidak membantu
meredakan gejala, atau bila gejala yang dialami cukup parah. Manfaat
antidepresan akan terasa setelah 3 bulan pemakaian. Namun pada banyak kasus,
pasien perlu mengonsumsi obat ini sampai setidaknya 1 tahun.

12

Anda mungkin juga menyukai