Diajuakan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Dasar-dasar Psikologi
Dosen Pengampu: Dra. Neneng Munajah, M.A
Disusun Oleh:
Renaldi Putra Ismail ( 3120210091 )
Soniyah Handayani ( 3120210085 )
Yasif Maulana Safikri ( 1120210016 )
i
ُعلَيْك ُْم َوبَ َر َكاتهُ للاهُ َو َر ْح َمة
َ ُسالَم
َّ ال
KATA PENGANTAR
Kelompok 10
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
1. Gangguan Kecemasan (anxiety disorder)
2. Gangguan Phobia (phobic disorder)
3. gangguan Obsesif – kompulsif (obsessive-compulsisive disorder)
C. Tujuan Masalah
Memberi wawasan mengenai beberapa macam gangguan psikologis diantaranya:
gangguan kecemasan, gangguan phobia, gangguan obsesif-kompulsif mulai dari
pengertian, gejala-gelaja, faktor penyebab dan cara penanganannya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Gejala-gejala Gangguan Kecemasan
Kecemasan berasal dari perasaan tidak sadar yang berada didalam kepribadian
sendiri, dan tidak berhubungan dengan objek yang nyata atau keadaan yang
benar-benar ada. Kholil Lur Rochman, (2010:103).
Mengemukakan beberapa gejala-gejala dari kecemasan antara lain :
a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian
menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan bentuk
ketidak beranian terhadap hal-hal yang tidak jelas.
b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan sering
dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat irritable, akan tetapi
sering juga dihinggapi depresi.
c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of persecution
(delusi yang dikejar-kejar).
d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah, banyak
berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.
e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan
jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.
4
3. Faktor Gejala Gangguan Kecemasan
Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian besar
tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa-peristiwa atau
situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan. Menurut
Savitri Ramaiah ( 2003:11 ) ada beberapa faktor yang menunjukan reaksi
kecemasan, antara lain:
a. Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir individu
tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya
pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat,
ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman
terhadap lingkunganya.
b. Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar
untuk perasaanya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika dirinya
menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.
c. Sebab-sebab fisik
Pirian dan tubuh senantiasa saling berintraksi dan dapat menyebabkan timbulnya
kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan, semasa
remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi
ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan.
Menurut DSM IV, fobia dapat digolongkan dalam 2 jenis, yaitu fobia spesifik
dan fobia sosial.
1. Fobia Spesifik
Fobia Spesifik merupakan sebuah ketakutan yang tidak diinginkan karena
suatu kehadiran atau antisipasi terhadap obyek atau situasi yang spesifik
(Davidson & Neatle, 2001).
2. Fobia Sosial
Merupakan ketakutan yang tidak rasional dan menetap, biasanya
berhubungan dengan kehadiran orang lain. Individu menghindari situasi dimana
ia mungkin dieavaluasi dan dikritik, yang membuatnya merasa terhina dan
dipermalukan dan menunjukkan perilaku kecemasan atau menampilkan
perilaku lain yang memalukan (Kaplan, Sadock, & Grebb, 1994; Davison dan
Neale, 2001).
3. Agorafobia
merupakan salah satu dari macam-macam atau jenis-jenis fobia yang
ditandai dengan ketakutan berada di ruang publik di mana penderita biasanya
akan merasa kesulitan dan malu jika pergi atau meninggalkan tempat secara
mendadak.
3. Pendekatan Kognitif
untuk mengubah kebiasaan pemikiran yang negatif, dan menggantinya
menjadi pemikiran yang lebih konstruktif. Selain itu pendekatan
kognitif efektif untuk mengembangkan perilaku positif dan mengurangi
pemikiran irasional yang menimbulkan perilaku kriminal (Pearson, dkk, 2002).
4. Pendekatan Biologis
Penanganan biologis untuk fobia adalah pemberian obat-obatan sedatif,
tranqulizer, atau anxiolytics yang dapat mengurangi kecemasan dan
kebanyakan obat-obat yang digunakan sekarang adalah obat-obat anti depresi.
9
C. Gangguan Obsesif Kompulsif (OCD)
1. Pengertian Gangguan Obsesif Kompulsif
Gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan cemas, dimana pikiran
seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak terkontrol, dan
ia dipaksa untuk meakukan tindakan tertentu berulang-ulang, sehingga
menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya dalam kehidupan sehari-hari
(Davison & Neale, 2012).
Gangguan ini dapat berbentuk perilaku (misalnya mencuci tangan, memeriksa
keadaan) atau mental (memikirkan tentang kata-kata tertentu dengan jumlah atau
urutan tertentu,menghitung, berdoa dan seterusnya). Penderita gangguan ini
mungkin telah berusaha untuk melawan pikiran-pikiran mengganggu tersebut yang
timbul secara berulang-ulang akan tetapi tidak mampu menahan dorongan
melakukan tindakan berulang untuk memastikan segalanya baikbaik saja.
Gangguan obsesif kompulsif adalah suatu ganguan cemas yang ditandai dengan
adanya suatu ide yang mendesak dan adanya dorongan yang tidak dapat ditahan
untuk melakukan sesuatu dan dilakukan dengan berulang kali. Terdiri dari dua
unsur yaitu obsesi yang diartikan sebagai suatu ide yang mendesak ke dalam pikiran
serta kompulsi yang diartikan sebagai suatu ide yang tak dapat ditahan untuk
melakukan sesuatu. Dalam manifestasinya, setiap individu dapat berbeda-beda,
sebagai contoh perasaan cemas akan kebersihan dirinya, akan terwujud dengan
perilaku mencuci tangan berulang-ulang, perasaan cemas akan keamanan rumah
tempat tinggalnya, terwujud dengan pengecekkan pintu rumahnya berulang-ulang
(Maramis, 2005).
10
Gejala obsesif kompulsif ini jug termanifestasi sekunder pada penderita
skizofrenia, sindrom Tourette, nerosa fobik, depresi dan gangguan mental organik.
Penyebabnya tidak diketahui. Gangguan obsesif kompulsif tidak ada kaitan dengan
bentuk karakteristik kepribadian seseorang, pada individu yang memiliki
kepribadian obsesif kompulsif cenderung untuk bangga dengan ketelitian, kerapian,
dan perhatian terhadap hal-hal kecil, sebaliknya pada gangguan obsesif kompulsif,
individu merasa tertekan dengan kemunculan perilakunya yang tidak dapat
dikontol. Mereka merasa malu bila perilaku-perilaku tersebut dipertanyakan oleh
orang yang melihatnya karena melakukan pekerjaan yang secara berulang-ulang.
Mereka mati-matian untuk menghilangkan kebiasaan tersebut.
3. Faktor Penyebab
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami
gangguan obsesif kompulsif, antara lain:
a. Memiliki orang tua atau saudara kandung yang menderita gangguan obsesif
kompulsif.
b. Menderita gangguan mental lain, seperti gangguan kecemasan, gangguan
bipolar, depresi, atau sindrom Tourette.
c. Pernah mengalami peristiwa yang menyebabkan trauma atau stress, seperti
bullying, kekerasan fisik, atau pelecehan seksual.
d. Memiliki kepribadian yang sangat disiplin, terlalu teliti, serta ingin semua hal
terlihat rapi.
11
4. Cara Penanganan Gangguan Obsesif Kompulsif
Pengobatan gangguan obsesif kompulsif bertujuan untuk mengendalikan
gejala, agar pasien bisa menjalani aktivitas dengan baik. Durasi pengobatan akan
disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala. Metode pengobatan OCD meliputi
terapi perilaku kognitif dan pemberian obat antidepresan. Kedua metode tersebut
dapat dikombinasikan, atau cukup diterapkan sebagai pengobatan tunggal.
• Terapi perilaku kognitif
Pada terapi perilaku kognitif, pasien akan dihadapkan pada kondisi yang
sering kali dihindarinya. Misalnya, psikiater akan meminta penderita yang takut
kuman penyakit untuk menyentuh tanah, kemudian mengajarkan cara
mengatasi rasa takutnya tersebut. Terapi perilaku kognitif bisa dilakukan secara
individu atau berkelompok.
Meskipun terapi ini mungkin terdengar menakutkan bagi penderita, tetapi
kecemasan penderita akan berkurang secara bertahap, seiring jumlah terapi
yang dijalaninya.
Penderita gangguan obsesif kompulsif ringan rata-rata membutuhkan total
waktu 10 jam untuk sesi pertemuan dengan psikiater. Sedangkan untuk gejala
yang lebih parah, dibutuhkan sesi pertemuan yang lebih panjang.
• Obat antidepresan
Obat antidepresan diberikan bila terapi perilaku kognitif tidak membantu
meredakan gejala, atau bila gejala yang dialami cukup parah. Manfaat
antidepresan akan terasa setelah 3 bulan pemakaian. Namun pada banyak kasus,
pasien perlu mengonsumsi obat ini sampai setidaknya 1 tahun.
12