2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan
karunia-nya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya dengan judul “Gangguan Kecemasan”. Makalah ini kami susun untuk
memenuhi tugas mata kuliah psikologi abnormal.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk bisa semakin
baik kedepannya dan dapat bermanfaat untuk pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
Dengan rumusan masalah yang dipaparkan diatas, tujuan pembuatan
makalah ini yaitu :
1.3.1 Mengetahui definisi gangguan kecemasan.
1.3.2 Mengetahui aspek gangguan kecemasan.
1.3.3 Mengenal jenis-jenis dan tingkatan gangguan kecemasan.
1.3.4 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dan cara menanganinya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.3 Tipe-Tipe Gangguan Kecemasan
1. Gangguan Panik
Gangguan ini menyebabkan reaksi kecemasan yang intens
disertai dengan gejala-gejala fisik, seperti jantung yang berdebar cepat,
nafas cepat dan tersengal atau kesulitan bernafas, dan merasakan
lemas serta pusing. Gangguan panik terjadi kepada orang yang
memiliki kecemasan tinggi.
2. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder)
Adalah gangguan kecemasan yang ditandai dengan perasaan
cemas dan menduga bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi sehingga
terjadi keterangsangan tubuh. Gangguan ini ditandai dengan
kecemasan yang terjadi secara terus menerus tanpa sebab.
Sebenarnya GAD merupakan gangguan yang stabil, biasanya
muncul pada pertengahan remaja sampai pertengahan umur dua puluh
tahunan dan kemudian berlangsung sepanjang hidup (Rapee dalam
Nevid, dkk, 2005). Gangguan ini muncul dua kali lebih banyak
dialami oleh perempuan dibandingkan dengan laki-laki.
GAD biasanya muncul bersama dengan gangguan lain seperti
depresi atau gangguan kecemasan lainnya seperti agoraphobia dan
obsesif-kompulsif.
3. Gangguan Obsesif Kompulsif (OCD)
Obsesif kompulsif adalah istilah gangguan kecemasan yang tidak
terkendali dan dilakukan secara berulang. Contohnya individu yang
berpikir bahwa tangannya tetap kotor meskipun telah dicuci berkali-
kali atau individu yang terus menerus mengecek kembali pekerjaan
secara berulang-ulang.
Mataix-Cols, do Rosario-Campos dan Leckman (dalam Halin
dan Whitbourne, 2012) menyebutkan bahwa terdapat empat dimensi
utama dalam gejala OCD yaitu sebagai berikut:
4
a. Obsesi yang diasosiasikan dengan kompulsi untuk memeriksa
sesuatu.
b. Kebutuhan akan hal yang simetris dan meletakkan sesuatu sesuai
dengan urutannya.
c. Obsesi terhadap kebersihan yang kemudian diasosiasikan dengan
kompulsi untuk membersihkan.
d. Perilaku individu yang menumpuk barang.
Dalam teori psikoanalisa, obsesif dan kompulsif dipandang
sebagai hal yang sama-sama disebabkan oleh dorongan instingtual,
seksual, atau agresif yang tidak dapat dikendalikan. Gejala ini muncul
dan dianggap sebagai pencerminan dari hasil perjuangan antara id dan
superego.
Alfred Adler memandang gangguan obsesif kompulsif sebagai
akibat dari rasa tidak kompeten. Adler percaya bahwa ketika anak-
anak tidak didorong untuk mengembangkan suatu perasaan kompeten
oleh orangtua yang terlalu memanjakan atau sangat dominan, mereka
mengalami kompleks inferioritas dan secara tidak sadar melakukan
sikap kompulsif untuk menciptakan suatu wilayah di mana mereka
dapat menggunakan kendali dan merasa terampil.
4. Fobia
Fobia adalah perasaan cemas dan takut sebagai respon terhadap
ancaman. Gangguan fobia adalah rasa takut berlebih terhadap objek
atau situasi yang tidak sebanding dengan ancamannya. Orang dengan
gangguan fobia tidak kehilangan kontak dengan reallitas, mereka
biasanya tahu bahwa ketakutan mereka itu berlebihan dan tidak pada
tempatnya (Nevid, dkk, 2005). Beberapa jenis gangguan fobia
diantaranya acrophobia (takut ketinggian), mysophobia (takut kuman
dan bakteri), dan entomophobia (takut serangga).
5
5. Gangguan Stress Akut dan Gangguan Stres Pasca Trauma
Gangguan stress akut adalah reaksi seseorang yang mengalami
suatu trauma berat. Gangguan stress akut secara khas akan menghilang
setelah 1 sampai 2 minggu, tetapi apabila berlanjut lebih dari satu
bulan, maka diagnosa perlu diubah menjadi gangguan stress pasca
trauma. Berbeda dengan ASD (Autism Spectrum Disorder), PTSD
(Post Traumatic Disorder) bisa berlangsung berbulan-bulan, bertahun-
tahun, atau sampai beberapa dekade dan mungkin baru muncul setelah
beberapa bulan atau tahun setelah kejadian traumatis.
Sedangkan gangguan pasca trauma atau PTSD adalah reaksi
maladaptif yang berkelanjutan terhadap suatu pengalaman traumatis.
ASD adalah faktor resiko besar untuk PTSD karena banyak orang
dengan ASD yang kemungkinan mengembangkan PTSD.
6
c. Kecemasan berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung
berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir
tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk
berfokus pada area lain.
d. Tingkat panik
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan terror. Individu
yang mengalami ini akan panik dan tidak mampu melakukan sesuatu
walaupun dengan arahan.
7
c. Persetujuan.
d. Generalisasi yang tidak tepat, yaitu generalisasi yang
berlebihan, ini terjadi pada orang yang memiliki sedikit
pengalaman.
Meski masing-masing gangguan kecemasan memiliki faktor dan
karakteristik yang berbeda, umumnya kecemasan dapat ditangani
dengan psikoterapi dan obat-obatan.
Bentuk psikoterapi yang paling umum adalah terapi perilaku
kognitif. Terapi ini akan mengarahkan ke cara berpikir, bereaksi, dan
berperilaku yang dapat membantunya mengurangi gejala kecemasan.
Salah satu upaya mudah yang dapat dilakukan untuk mengurangi
kecemasan diantaranya senantiasa untuk berpikir positif, olahraga, dan
bercerita kepada orang terdekat.
8
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
Fitri Annisa, Dona & Ifdil. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia
(Lansia) 5(2). 94-97.
10