Anda di halaman 1dari 21

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KECEMASAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Profesi Ners stase Keperawatan Jiwa

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:


Anisa Dwiyanti 220112180
Gilang Guntara Eka P 220112180
Gita Septericha R 220112180525
Hanifa Iqomatulhaq 220112180
Renie Nurcholivatun 22011218051
Risna Risela A 220112180527
Rizkiana Samarind 220112180

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXVII


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kecemasan adalah suatu hal yang wajar berada didalam kehidupan karena kecemasan
sangat dibutuhkan sebagai pertanda akan bahaya yang mengancam. Namun ketika
kecemasan terjadi terus-menerus, tidak rasional dan intensitasnya meningkat, maka
kecemasan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan disebut sebagai gangguan
kecemasan (ADAA, 2010). Gangguan kecemasan adalah salah satu gangguan mental yang
umum dengan prevalensi seumur hidup yaitu 16%-29% (Katz, et al., 2013).
Dilaporkan bahwa perkiraan gangguan kecemasan pada dewasa muda di Amerika
adalah sekitar 18,1% atau sekitar 42 juta orang hidup dengan gangguan kecemasan, seperti
gangguan panik, gangguan obsesiv-kompulsif, gangguan stres pasca trauma, gangguan
kecemasan umum dan fobia (Duckworth, 2013). Sedangkan gangguan kecemasan terkait
jenis kelamin dilaporkan bahwa prevalensi gangguan kecemasan seumur hidup pada wanita
sebesar 60% lebih tinggi dibandingkan pria (NIMH dalam Donner & Lowry, 2013).
Di Indonesia prevalensi terkait gangguan kecemasan menurut hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke
atas atau sekitar 14 juta penduduk di Indonesia mengalami gangguan mental emosional yang
ditunjukkan dengan gejala-gejala kecemasan dan depresi (Depkes, 2014). Angka tersebut
cukup tinggi dan berpotensi dapat meningkat setiap tahunnya. Maka dari itu sangat penting
bagi petugas kesehatan untuk mengetahui apa itu kecemasan dan cara menanggulanginya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kesemasan


Kecemasan merupakan perwujudan tingkah laku psikologis dan berbagai pola perilaku
dari berbagai emosi yang terjadi karena seseorang mengalami tekanan perasaan dan
tekanan batin. Kecemasan timbul dari perasaan kekhawatiran subjektif dan ketegangan
karena adanya sesuatu yang tidak jelas atau tidak diketahui. Kondisi tersebut membutuhkan
penyelesaian yang tepat sehingga individu akan merasa aman. Namun, pada kenyataannya
tidak semua masalah dapat diselesaikan dengan baik oleh individu bahkan ada yang
cenderung di hindari. Situasi ini menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan dalam
bentuk perasaan tidak tenang, rasa khawatir, gelisah, takut atau bersalah (Rachmad, 2009;
Supriyantini, 2010; Ratih, 2012; Basuki, 2015).

2.2 Teori Terkait Kecemasan


a) Teori Psikoanalitik
Teori Psikoanalitik menjelaskan tentang konflik emosional yang terjadi antara dua
elemen kepribadian diantaranya Id dan Ego. Id mempunyai dorongan naluri dan impuls
primitive seseorang, sedangkan Ego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Fungsi kecemasan dalam ego
adalah mengingatkan ego bahwa adanya bahaya yang akan datang (Stuart, 2013).
b) Teori Interpersonal
Kecemasan merupakan perwujudan penolakan dari individu yang menimbulkan
perasaan takut (Stuart, 2013). Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan
trauma, seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kecemasan. Individu
dengan harga diri yang rendah akan mudah mengalami kecemasan.
c) Teori perilaku
Pada teori ini, kecemasan timbul karena adanya stimulus lingkungan spesifik, pola
berpikir yang salah, atau tidak produktif dapat menyebabkan perilaku maladaptif.
Menurut Stuart (2013), penilaian yang berlebihan terhadap adanya bahaya dalam
situasi tertentu dan menilai rendah kemampuan dirinya untuk mengatasi ancaman
merupakan penyebab kecemasan pada seseorang.
d) Teori biologis
Teori biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus yang dapat
meningkatkan neuroregulator inhibisi (GABA) yang berperan penting dalam
mekanisme biologis yang berkaitan dengan kecemasan. Gangguan fisik dan penurunan
kemampuan individu untuk mengatasi stressor merupakan penyerta dari kecemasan.
e) Teori Kognitif
Perasaan subyektif terhadap kecemasan secara langsung berkaitan dengan pikiran
individu tersebut tentang dirinya sendiri, masa depannya dan dunia. Pola kognitif yang
salah dapat menyebabkan kesalahan persepsi tentang makna berbagai hal yang terjadi
f) Teori Humanistik
Kecemasan berkaitan dengan hilangnya arti dalam kehidupan seseorang (Issacs, 2005).
2.3 Faktor-faktor penyebab Kecemasan
Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian besar
tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa-peristiwa atau situasi
khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan. Menurut Savitri Ramaiah
(2003) ada beberapa faktor yang menunujukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu:
a. Lingkungan
Adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga,
sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman
terhadap lingkungannya.
b. Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar untuk
perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika dirinya menekan rasa
marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.
c. Fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya
kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan, semasa remaja
dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-
perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.
2.4 Gejala Kecemasan
Menurut Kandouw (2006) gejala kecemasan sebagai berikut:
a. Gejala Fisik
1) Otot, kaku, tegang, terasa pegal
2) Panca indra, otot mata yang mengatur lensa bekerja berlebihan sehingga mata
lelah, telinga berdenging
3) Sistem kardiovaskular, jantung berdebar-debar, tekanan darah meningkat.
4) Sistem pencernaan, mules, mual, diare
5) Sistem saluran kemih, sering berkemih
6) Sistem reproduksi, pada wanita berupa gangguan menstruasi, pada pria berupa
disfungsi ereksi & gairah terganggu
7) Kulit, terasa panas, dingin, gatal.
b. Gejala Psikis
1) Sangat mengantisipasi segala sesuatu
2) Iritabel (mudah marah)
3) Tertekan, gelisah, sulit relaks, mudah lelah, dan terkejut
4) Takut
5) Gangguan tidur
Menurut Shah (dalam M. Nur Ghufron & Rini Risnawita, S, 2014: 144) membagi gejala
kecemasan menjadi tiga aspek, yaitu:
1) Aspek fisik, seperti pusing, sakit kepala, tangan mengeluarkan keringat,
menimbulkan rasa mual pada perut, mulut kering, grogi, dan lain-lain.
2) Aspek emosional, seperti timbulnya rasa panik dan rasa takut.
3) Aspek mental atau kognitif, timbulnya gangguan terhadap perhatian dan
memori, rasa khawatir, ketidakteraturan dalam berpikir, dan bingung.
2.5 Jenis-jenis Kecemasan
Mustamir Pedak (2009) membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu :
a. Kecemasan Rasional
Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang mengancam, misalnya
ketika menunggu hasil ujian.Ketakutan ini dianggap sebagai suatu unsur pokok normal
dari mekanisme pertahanan dasariah kita.
b. Kecemasan Irrasional
Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini dibawah keadaankeadaan spesifik
yang biasanya tidak dipandang mengancam
c. Kecemasan Fundamental
Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa dirinya, untuk apa
hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan ini disebut
sebagai kecemasan eksistensial yang mempunyai peran fundamental bagi kehidupan
manusia.

2.6 Tingkat Kecemasan


Kecemasan (Anxiety) memiliki tingkatan Gail W. Stuart (2006: 144) mengemukakan
tingkat ansietas, diantaranya.
a) Ansietas ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, ansietas ini
menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas
ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
b) Ansietas sedang
Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan
yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian,
individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak
area jika diarahkan untuk melakukannya.
c) Ansietas berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu
yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus
pada area lain.
d) Tingkat panik
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah dari
proporsinya karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi
kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan
untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan
pemikiran yang rasional.
2.7 Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki ciri kecemasan atau
ketakutan yang tidak realistik, juga irrasional, dan tidak dapat secara intensif ditampilkan
dalam cara-cara yang jelas.. Fitri Fauziah & Julianti Widuri (2007) membagi gangguan
kecemasan dalam beberapa jenis, yaitu :
a. Fobia Spesifik
Ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau antisipasi terhadap obyek atau
situasi yang spesifik.
b. Fobia Sosial
Suatu ketakutan yang tidak rasional dan menetap, biasanya berhubungan dengan kehadiran
orang lain. Individu menghindari situasi dimana dirinya dievaluasi atau dikritik, yang
membuatnya merasa terhina atau dipermalukan, dan menunjukkan tanda-tanda kecemasan
atau menampilkan perilaku lain yang memalukan.
c. Gangguan Panik
Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya serangan panik yang spontan dan tidak
terduga. Beberapa gejala yang dapat muncul pada gangguan panik antara lain ; sulit
bernafas, jantung berdetak kencang, mual, rasa sakit di dada, berkeringat dingin, dan
gemetar. Hal lain yang penting dalam diagnosa gangguan panik adalah bahwa individu
merasa setiap serangan panik merupakan pertanda datangnya kematian atau kecacatan.
d. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder)
Kekhawatiran yang berlebihan dan bersifat pervasif, disertai dengan berbagai simtom
somatik, yang menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan sosial atau pekerjaan
pada penderita, atau menimbulkan stres yang nyata.

2.8 Dampak Kecemasan


Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun situasi yang betul-
betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi ini tumbuh berlebihan dibandingkan
dengan bahaya yang sesungguhnya, emosi ini menjadi tidak adaptif. Kecemasan yang
berlebihan dapat mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran serta tubuh bahkan dapat
menimbulkan penyakitpenyakit fisik (Cutler, 2004).
Kecemasan dibagi dalam beberapa simtom (Yustinus Semiun, 2006):
a. Simtom Suasana Hati
Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya hukuman dan
bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak diketahui. Orang yang
mengalami kecemasan tidak bisa tidur, dan dengan demikian dapat menyebabkan sifat
mudah marah.
b. Simtom kognitif
Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada individu mengenai
hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu tersebut tidak
memperhatikan masalah-masalah real yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja
atau belajar secara efektif, dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.
c. Simtom motorik
Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup, kegiatan
motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat
kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom motor merupakan gambaran
rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk melindungi
dirinya dari apa saja yang dirasanya mengancam.

2.9 Alat Ukur Kecemasan


Cheung dan Sim (2014) menyatakan bahwa tes kecemasan telah dikonseptualisasikan
dalam berbagai cara sepanjang tahun. Beberapa peneliti merujuk pada gangguan kognitif
yang terlibat dan orang lain untuk reaksi emosional. Ada kesepakatan bahwa kecemasan
dapat diklasifikasikan menjadi dua komponen, keadaan dan ciri kecemasan.
Hawari (2011) mempopulerkan alat ukur kecemasan yaitu Hamilton Rating Scale for
Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing
kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok
gejala diberi penilaian angka antara 0-4, yang artinya adalah nilai 0 tidak ada gejala
(keluhan), nilai 1 gejala ringan, nilai 2 gejala sedang, nilai 3 gejala berat, dan nilai 4 gejala
berat sekali. Kemudian masing-masing nilai angka dari 14 kelompok gejala tersebut
dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan
seseorang, yaitu total nilai kurang dari 14 tidak ada kecemasan, 14-20 kecemasan ringan,
21-27 kecemasan sedang, nilai 28-41 kecemasan berat dan nilai 42-56 kecemasan berat
sekali.
Counsulting Psychologis Press (1980) dalam Zlomke (2007), menyatakan alat ukur
kecemasan yang lain yaitu The Test Anxiety Inventory (TAI). TAI terdiri dari 20 item
pertanyaan yang ditujukan kepada responden untuk dijawab berdasarkan perasaan yang
mereka alami sesuai dengan pilihan yang telah ada pada instrumen tersebut dalam waktu
8-10 menit. TAI digunakan untuk mengukur skala psychometric individu. Test ini spesifik
di gunakan pada respon takut terhadap situasi yang mengikuti mahasiswa saat di evaluasi.
Individu yang mendapatkan skor tertinggi merupakan individu yang terancam mengalami
kecemasan.
Yang, et al (2014), menyebutkan bahwa alat ukur tingkat kecemasan bagi mahasiswa
yang hendak menghadapi skills test yaitu menggunakan Nursing Skills Test Anxiety Scale
(NSTAS) yang terdiri dari enam item pertanyaan yang merupakan faktor pemicu
kecemasan dan instrumen ini telah diuji valliditas dan reliabilitas.
Instrument Zung Self Rating Scale (ZSAS) yang dikembangkan oleh William W. K
Zung 1971, dimana terdapat 20 pertanyaan mengenai perasaan dan pengalaman yang
dialami seseorang menjelang ujian dengan penilaian berdasarkan gejala kecemasan dalam
diagnostic and static mental disorders ( DSMII ), dimana setiap pertanyaan di nilai 1-4 (
1: tidak pernah; 2: kadang-kadang; 3: sebagian waktu; 4: hampir setiap waktu ). Terdapat
15 pertanyaan mengarah ke peningkatan kecemasan dan 5 pertanyaan ke arah penurunan
kecemasan. Dengan rentang penilaian 20-80 untuk skor 20-44: kecemasan ringan, skor 45-
59: kecemasan sedang; skor 60-74: kecemasan berat dan skor 75-80 panik (Mc dowell,
2006).
2.10 Strategi dan Mekanisme Koping
Koping adalah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang
diterima tubuh dan beban tersebut menimbulkan respon tubuh yang sifatnya non spesifik yaitu
stres. Apabila mekanisme koping ini berhasil seseorang akan dapat beradaptasi terhadap
perubahan atau beban tersebut (Ahyar, 2010).
Mekanisme koping dapat dikategorikan sebagai berfokus pada masalah atau tugas dan
berfokus pada emosi atau ego. Mekanisme koping yang berorientasi pada tugas digunakan
untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan konflik dan memenuhi kebutuhan dasar.
Macam-macam reaksi mekanisme koping berorientasi pada tugas yaitu perilaku menyerah
(usaha seseorang mencoba untuk menghilangkan atau mengatasi hambatan dalam rangka
memenuhi kebutuhan), perilaku menarik diri (baik secara fisik atau psikologis) dan kompromi
melibatkan perubahan cara berpikir seseorang yang biasa tentang hal-hal tertentu, mengganti
tujuan atau mengorbankan aspek kebutuhan pribadi. Sedangkan mekanisme koping yang
berfokus emosi atau ego, dikenal sebagai mekanisme pertahanan, melindungi orang dari
perasaan tidak mampu dan tidak berharga serta mencegah kesadaran ansietas. Koping ini dapat
digunakan pada tingkat ansietas yang lebih tinggi sehingga dapat mendistorsi realitas,
mengganggu hubungan interpersonal dan membatasi kemampuan dalam bekerja secara
produktif (Suliswati, 2014).
Menurut Stuart dan Sundeen (2013) mekanisme koping juga dibedakan menjadi dua
yaitu mekanisme koping adaptif dan maladaptif. Mekanisme koping adaptif merupakan
mekanisme yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan belajar dan mencapai tujuan.
Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, tehnik
relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif. Mekanisme koping maladaptif adalah
mekanisme yang menghambat fungsi integrasi, menurunkan otonomi dan cenderung
menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan/tidak makan, bekerja berlebihan,
menghindar dan aktivitas destruktif.
Strategi koping adalah cara yang dilakukan untuk mengubah lingkungan atau situasi
atau menyelesaikan masalah yang sedang dirasakan atau dihadapi (Rasmun, 2009). Cara yang
terbaik untuk menghilangkan kecemasan ialah dengan jalan menghilangkan sebeb-sebabnya.
Menurut Zakiah Daradjat (1988: 29) adapun cara-cara yang dapat dilakukan, antaralain.
1. Pembelaan
Usaha yang dilakukan untuk mencari alasan-alasan yang masuk akal bagi tindakan yang
sesungguhnya tidak masuk akal, dinamakan pembelaan. Pembelaan ini tidak dimaksudkan agar
tindakan yang tidak masuk akal itu dijadikan masuk akal, akan tetapi membelanya, sehingga
terlihat masuk akal. Pembelaan ini tidak dimaksudkan untuk membujuk atau membohongi
orang lain, akan tetapi membujuk dirinya sendiri, supaya tindakan yang tidak bisa diterima itu
masih tetap dalam batas-batas yang diingini oleh dirinya.
2. Proyeksi
Proyeksi adalah menimpakan sesuatu yang terasa dalam dirinya kepada orang lain,
terutama tindakan, fikiran atau dorongan-dorongan yang tidak masuk akal sehingga dapat
diterima dan kelihatannya masuk akal.
3. Identifikasi
Identifikasi adalah kebalikan dari proyeksi, dimana orang turut merasakan sebagian dari
tindakan atau sukses yang dicapai oleh orang lain. Apabila ia melihat orang berhasil dalam
usahanya ia gembira seolah-olah ia yang sukses dan apabila ia melihat orang kecewa ia juga
ikut merasa sedih.
4. Hilang hubungan (disasosiasi)
Seharusnya perbuatan, fikiran dan perasaan orang berhubungan satu sama lain. Apabila
orang merasa bahwa ada seseorang yang dengan sengaja menyinggung perasaannya, maka ia
akan marah dan menghadapinya dengan balasan yang sama. Dalam hal ini perasaan, fikiran
dan tindakannya adalah saling berhubungan dengan harmonis. Akan tetapi keharmonisan
mungkin hilang akibat pengalamanpengalaman pahit yang dilalui waktu kecil.
5. Represi
Represi adalah tekanan untuk melupakan hal-hal, dan keinginan-keinginan yang tidak
disetujui oleh hati nuraninya. Semacam usaha untuk memelihara diri supaya jangan terasa
dorongan-dorongan yang tidak sesuai dengan hatinya. Proses itu terjadi secara tidak disadari.
6. Subsitusi
Substitusi adalah cara pembelaan diri yang paling baik diantara cara-cara yang tidak
disadari dalam menghadapi kesukaran. Dalam substitusi orang melakukan sesuatu, karena
tujuan-tujuan yang baik, yang berbeda sama sekali dari tujuan asli yang mudah dapat diterima,
dan berusaha mencapai sukses dalam hal itu.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS

1. IDENTITAS KLIEN

Nama/ Jenis Kelamin : Umur :-

Tanggal masuk RS :- No.CM :-

Tanggal Lahir :- Pendidikan :-

Alamat : :- Pekerjaan :-

Status Perkawinan :- Sumber Data : -

Bentuk Tubuh :- Agama :-

No. Medrek :- Kultur/suku :-

2. PENGKAJIAN
Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala
atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan. Menurut Stuart dan
Sundeen (1995), data fokus yang perlu dikaji pada klien yang mengalami ansietas adalah
sebagai berikut :
A. Masalah psikologis yang dikeluhkan:
Klien biasanya akan mengeluhkan berbagai kondisi yang berhubungan dengan respon
saraf parasimpatis dan simpatis .

Karakteristik Respon
Perilaku  Gelisah
 Ketgangan fisik
 Tremor
 Gugup
 Bicara cepat
 Tidak ada koordinasi
 Kecenderungan untuk celaka
 Menarik diri
 Menghindar
 Terhambat melakukan aktifitas
Kognitif  Gangguan perhatian
 Konsentrasi hilang
 Pelupa
 Salah tafsir
 Adanya bloking pada pikiran
 Menurunnya lahan persepsi
 Kreatif dan produktif menurun
 Bingung
 Khawatir yang berlebihan
 Hilang menilai objektifitas
 Takut akan kehilangan kendali
 Takut yang berlebihan
Afektif  Mudah terganggu
 Tidak sabar
 Gelisah
 Tegang
 Nerveus
 Ketakutan
 Alarm
 Tremor
 Gugup
 Gelisah

B. Faktor Presdisposisi
( Kepribadian, genetic,pola asuh, tumbuh kembang, trauma, pengalaman)
Dalam pengkajian seorang perawat dapat mengetahui faktor predisposisi dari
kecemasan . Menurut Sheila L.Videbeck tahun 2008 kecemasan seseorang dapat
bersumber dari berbagai hal yaitu:
a. Stres
b. Teori genetic
c. Teori Psikoanalitik
d. Teori Interpersonal
e. Teori perilaku
f. Kajian keluarga
g. Kajian biologis

C. Faktor Presipitasi
Saat melakukan pengkajian seorang perawat dapat menganalisi faktor presipitasi
yaitu Stressor berasal dari sumber internal dan eksternal.
D. PERSEPSI DAN HARAPAN KLIEN DAN KELUARGA
a. Persepsi klien atas masalahnya
-
b. Persepsi keluarga atas masalahnya
-
c. Harapan klien sehubungan dengan pemecahan masalah
-
d. Harapan keluarga sehubungan dengan pemecahan masalah
-
E. Koping dan sumber koping klien/Keluarga
a. Sumber Koping klien
b. Mekanisme Koping klien

E. PEMERIKSAAN FISIK
a. Sistem Tubuh
Sistem Tubuh Respon
Kardiovaskular  Palpitasi
 Jantung berdebar
 Tekanan darah meningkat dan denyut nadi
menurun
 Rasa mau pingsan dan pada akhirnya
pingsan
Pernafasan  Napas cepat
 Pernapasan dangkal
 Rasa tertekan pada dada
 Pembengkakan pada tenggorokan
 Rasa tercekik
 Terengah engah
Neuromuskular  Peningkatan reflek
 Reaksi kejutan
 Insomnia
 Ketakutan
 Gelisah
 Wajah tegang
 Kelemahan secara umum
 Gerakan lambat
 Gerakan yang janggal
Gastrointestinal  Kehilangan nafsu makan
 Menolak makan
 Rasa tidak nyaman pada abdominal
 Rasa terbakar pada jantung
 Nausea
 Diare
Perkemihan  Tidak dapat menahan kencing
 Sering kencing
Kulit  Rasa terbakar pada mukosa
 Berkeringat banyak pada telapak tangan
 Gatal – gatal
 Perasaan panas atau dingin pada kulit
 Muka pucat dan berkeirngat diseluruh tubuh

F. Makan dan minum:


Tidak berselera tethadap makanan, disfungsi pola makan mislanya respon terhadap
isyarat internals erring lapar
G. Neurosensori
- Ketegangan motorik: gemetar, gelisah, gugup, menggigil, otot tegang, mudha terkejut,
pusing, pening, tangan dan kaki kesemutan
- Kemungkinan kekhawatiran: ansietas, khawatir, takut,selalu merenung, antisipasi
ketidakberuntungan pada diri sendiri atau orang lain, ketidakmampuan berperilaku
berbeda.
- Kewaspadaan berlebihan/hiperatensif mengakibatkan distraktibilitas, kesulitan
berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong, iritabilitas, tidak sabar.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan dilaksanakan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain mislanya
EKG pada nyeri dada berat.
I. Diagnosa Keperawatan
Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan, status
kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, status peran), perasaan terancam atau ancaman
nyata terhadap integritas fisik atau konsep diri, konflik yang tidak disadari tentang nilai
–nilai keyakinan yang penting dan tujuan hidup:kebutuhan tidak terpenuhi, Terpajan
toksin, Hubungan keluarga/hereditas, Transmisi dan penularan interpersonal, Krisis
situasi dan maturasi, Stres, penyalahgunaan zat, Ancaman kematian, Ancaman atau
perubahan pada status peran, fungsi peran, lingkungan, status kesehatan, status
ekonomi atau pola interaksi, Ancaman terhadap konsep diri, Konflik yang tidak disadari
tentang nilai dan tujuan hidup yang esensial. Kebutuhan yang tidak terpenuhi
J. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No. Diagnosa NOC NIC
1. Ansietas berhubungan dengan perubahan Anxiety self control Anxiety reduction
dalam (status ekonomi, lingkungan, status Anxiety level 1.Gunakan pendektan yang menenangkan
kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, Coping 2.Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
status peran) perasaan terancam atau Kriteria hasil: pelaku pasien
ancaman nyata terhadap integritas fisik -Klien mampu 3.Jelaskan semua prosedur dan apa yang
atau konsep diri, konflik yang tidak mengidentifikasi dan dirasakan selama prosedur
disadari tentang nilai –nilai keyakinan mengungkapkan gejala 4.Pahami prespektif pasien terhadap situasi
yang penting dan tujuan hidup:kebutuhan cemas stress
tidak terpenuhi, Terpajan toksin, -Mengidentfikasi, 5.Temani pasien untuk memberikan keamanan
Hubungan keluarga/hereditas, Transmisi menggungkapkan dan dan mengurangi rasa takut
dan penularan interpersonal, Krisis situasi menunjukan teknik untuk 6.Dengarkan dengan penuh perhatian
dan maturasi, Stres, penyalahgunaan zat, mengontrol cemas 7.Identifikasi tingkat kecemasan
Ancaman kematian, Ancaman atau -Vital sign dalam batas 8.Bantu pasien mengenal situasi yang
perubahan pada status peran, fungsi peran, normal menimbulkan kecemasan
lingkungan, status kesehatan, status Postur tubuh, ekspresi 9.Dorong pasien untuk mengungkapkan
ekonomi atau pola interaksi, Ancaman wajah, bahasa tubuh dan perasaan ketakutan, perasaan, ketakutan,
terhadap konsep diri, Konflik yang tidak tingkat aktivitas persepsi instrusksikan pasien menggunakan
disadari tentang nilai dan tujuan hidup menunjukan berkurangnya teknik relaksasi
yang esensial. Kebutuhan yang tidak kecemasan 10.Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
terpenuhi
No. Diagnosa Intervensi Rasional

1. Ansietas berhubungan dengan perubahan Mandiri:


dalam (status ekonomi, lingkungan, status 1. Bentuk dan pertahankan 1. Klien dapat menerima perawat
kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, hubungan percaya melalui sebagai suatu ancaman yang dapat
status peran) perasaan terancam atau penggunaan kehangatan, menigkatkan ansietas klien.
ancaman nyata terhadap integritas fisik empati, dan menghargai. Beri Perlilaku mendampingi dapat
atau konsep diri, konflik yang tidak waktu yang adekuat untuk meningkkan kenyamanan klien
disadari tentang nilai –nilai keyakinan berespons. Komunikasikan selama terlibat dengan perawat.
yang penting dan tujuan hidup:kebutuhan dukungan dan ekspresi diri
tidak terpenuhi, Terpajan toksin, klien.
Hubungan keluarga/hereditas, Transmisi 2. Identifikasi perilaku klien 2. Meningkatkan perkembangan dan
dan penularan interpersonal, Krisis situasi yang dapat menimbulkan perubahan serta membantu klien
dan maturasi, Stres, penyalahgunaan zat, ansietas perawat. Gali menyadari bagaimana perilakunya
Ancaman kematian, Ancaman atau perilaku setelah terbentuknya mempengaruhi orang lain.
perubahan pada status peran, fungsi peran, hubungan dengan klien.
lingkungan, status kesehatan, status 3. Buat klien mengidentifikasi 3. Untuk mengadopsi respons koping
ekonomi atau pola interaksi, Ancaman dan menggambarkan sensasi baru, penurunan ansietas 5 R.
terhadap konsep diri, Konflik yang tidak perasaan emosi dan fisik. Kebutuhan pertama klien untuk
disadari tentang nilai dan tujuan hidup Bantu klien menghubungkan mengenali ansietas waspada
yang esensial. Kebutuhan yang tidak perilaku dan perasaan. terhadap perasaan, bagaimana
terpenuhi Validasi semua kesimpulan mereka menghubungkan pada
dan asumsi dengan klien. respons koping maladaptive
4. Minta klien untuk mengingat tertentu, dan tanggung jawabnya
saat ia membayangkan hal dalam mempelajari perilaku
yang terburuk dan hal tersebut control.
tidak terjadi. Fokuskan 4. Berguna untuk membantu klien
perhatian pada situasi memahami dinamika pikiran
tersebut. negatif dan hubunganya dengan
5. Hadapkan klien perlahan pada perasaan ansietas.
situasi pencetus ansietas
gunakan bermain peran yang
sesuai. 5. Memberi waktu kepada klien untuk
6. Anjurkan klien mengguakan mengidentifikasi/menerapkan dan
teknik relaksasi mislanya melatih respon koping adaptif yang
meditasi, masase, teknik baru dan menjai nyaman dalam
napas dalam, olahraga menggunakan koping tersebut.
imajinasi terbimbing 6. Relaksasi dapat menurunkan
7. Kolaborasi denyut jantung, menurunkan
Beri obat sesuai indikasi metabolism, dan menurunkan laju
mislanya pernapasan.
bisopuron,benzodiazepine, 7. Dapat menurunkan kecemasan
alprazolam, klonazepam,
klorazepat

K. Strategi Pelaksanaan
1. Strategi Pelaksanaan 1

Diagnosa Keperawatan Tindakan Keperawatan Tindakan keperawatan pada keluarga


pada pasien
Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam SP I P SP I K
(status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, 1. Identifikasi stressor 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
pola interaksi, fungsi peran, status peran) cemas keluarga dalam merawat pasien
perasaan terancam atau ancaman nyata terhadap 2. Identifikasi koping 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
integritas fisik atau konsep diri, konflik yang maladaptif dan gejala ansietas sedang yang dialami
tidak disadari tentang nilai –nilai keyakinan yang akibatnya pasien beserta proses terjadinya
penting dan tujuan hidup:kebutuhan tidak 3. Bantu perluas lapang 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
terpenuhi, Terpajan toksin, Hubungan persepsi cemas
keluarga/hereditas, Transmisi dan penularan 4. Konfrontasi positif
interpersonal, Krisis situasi dan maturasi, Stres, (jika perlu).
penyalahgunaan zat, Ancaman kematian,
Ancaman atau perubahan pada status peran,
fungsi peran, lingkungan, status kesehatan, status 5. Latih teknik
ekonomi atau pola interaksi, Ancaman terhadap relaksasi : nafas
konsep diri, Konflik yang tidak disadari tentang dalam
nilai dan tujuan hidup yang esensial. Kebutuhan 6. Membimbing
yang tidak terpenuhi memasukan dalam
jadwal kegiatan.
SP II P SP II K
1. Validasi masalah 1. Melatih keluarga mepraktekan cara
dan latihan merawat pasien cemas sedang
sebelumnya 2. Melatih keluarga melakukan cara
2. Latih koping : merawat langsung pasien cemas sedang
olahraga
3. Membimbing
memasukkan dalam
jadwal kegiatan
SP III P SP III K
1. Validasi masalah 1. Membantu keluarga membuat jadwal
dan latihan aktivitas di rumah termasuk minum
sebelumnya obat
2. Latih koping : 2. Mendiskusikan sumber rujukan yang
olahraga bisa dijangkau oleh keluarga
3. Membimbing
memasukkan dalam
jadwal kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
Aan Issacs. 2005. Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatri Edisi 3. Jakarta: EGC
Ahyar. 2010. Konsep Diri dan Mekanisme Koping. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Doenges,E Marilyn, Townsend, C Mary, Moorhouse, F Mary. 2007. Rencana
Asuhan Psikiatri Edisi 3. Jakarta:EGC
Cutler, Howard, C. 2004. Seni Hidup Bahagia ( Alih Bahasa: Alex Tri Kantjono
Widodo). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Cheung, H.S & Sim, T.N. 2014. Social Support from Parents and Friends for
Chinese Adolescents in Singapore. Youth and Society. 1-7
Fitri Fauziah & Julianty Widuri. 2007. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta:
Universitas Indonesia (UI-Press)
Ghufron, M. Nur dan Rini Risnawita S. 2010. Teori-teori Psikologi. Yogyakarta:
Ar-ruzz Media
Hawari,Dadang. 2011. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: FKUI
Kaplan, Hrold I, dkk. 1998. Ilmu kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta : Widya Medika.
Lynda juall carpenito dan moyet. 2007. Buku saku diagnosis keperawatan, EGC :
Jakata
Mallapiang. 2003. Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta
Musfir Az-zahrani. 2005. Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani.
Mustamir, Pedak. 2009. Metode Supernol Menaklukan Stres. Jakarta.: Hikmah
Publishing House
Mansjoer, A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Penerbit
Aesculapius : Jakarta.
Nevid, Jeffrey, S,dkk. 2005. Psikologi Abnormal edisi kelima jilid 1.Jakarta:
Erlangga
Ramaiah, Savitri. 2003. Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta:
Pustaka Populer Obor
Ratih, AN. 2012. Hubungan Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi Ujian
Nasional. Jurnal Psikologi. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang. http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jop/article/view/1441.
Rasmun. 2009. Stres Koping dan Adaptasi: Teori dan Pohon Masalah Keperawatan
.CV Sagung Seto: Jakarta
Rufaidhah, Elina Raharisti. 2009. Efektivitas Terapi Kognitif Perilaku terhadap
Penurunan Tingkat Kecerdasan pada Penderita Asma, Tesis. Universitas
Gadjah Mada.
Stuart, G.W dan Sundden, S.J. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, EGC
: Jakarta
Stuart, G.W. 2013. Principle and Practice of Psichyatric Nursing 10th Edition.
St.Louis: Mosby
Supriyantini,S. 2010. Perbedaan Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian antara
Siswa Program Reguler dengan Siswa Program Akselerasi (Skripsi). Medan:
Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara
Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Videbeck, S.J. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa, EGC : Jakarta
Videbeck, L Sheila.2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC
Wilkinson, Judith M & Ahern, Nancy R. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Edisi 9 Nanda Nic Noc. Jakarta : EGC
Yustinus Semium. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius
Zlomke, J.M. 2007. Test Anxiety in Nursing Students. University of Wyoming.

Anda mungkin juga menyukai