Anda di halaman 1dari 13

GANGGUAN MENTAL PADA LANSIA

1.1 LATAR BELAKANG


Masa lansia buka hanya dihadapkan pada permasalahan kesehatan jasmaniah saja,
tapi juga permasalahan gangguan mental dalam menghadapi usia senja. Sejalan dengan
semakin tinggi, sehingga mengakibatkan jumlah lansia juga semakin bertambah.
Saat ini jumlah lansia yang ada di indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik
mencapai 18, 7 juta orang (8,5%)dari jumlah penduduk indonesia.jumlh ini akan
menjadikan indonesia menempati urutan ke – 4 terbanyak negara berpopulasi lansia
setelah cina, india, dan amerika. Berdasarkan survei Kesehatan Depkes RI, menyatakan,
ganguan mental pada usia 55-64 tahun mencapai 7,9% sedangkan yang berusia diatas 65
tahun 12,3 %. Angka yang diperkirakan semakin meningkat pada tahun- tahun
berikutnya. Karenanya pengenalan masalah mental sejak dini merupakan hal yang
penting, sehingga beberapa gannguan masalah mental pada lansia dapat dicegah,
dihilangkan atau dipulihkan.
Jika tidak didiagnosis dan diobati tepat waktu kondisi tersebut dapat mengalami
perburukan dan membutuhkan penanganan yang kompleks. Kepandaian menyiasati dapat
menjadikan masa tua yang menyenangkan, produktif dan energiktanpa harus merasa
tuadan tidak berdaya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apa pengertian dari lansia dan mental?
1.2.2 Apa saja aspek-aspek mental?
1.2.3 Apa saja aspek-aspek yang memepengaruhi perubahan fungsi mental pada lanjut usia?
1.2.4 Apa saja faktor-faktor yang memepengaruhi perubahan mental?
1.2.5 Apa saja masalah yang ada dibidang psikogearrtri?
1.2.6 Bagaimana apendekatan pada lanjut usia?
1.2.7 Bagaimana asuhan keperwatan pada gangguan jiwa lansia?
1.3 TUJUAN
1.3.1 mahasiswa mampu memahami pengertian dari lansia dan mental
1.3.2 mahasiswa mampu mengetahui dan memahami aspek-aspek mental
1.3.3 mahasiswa mampu mengetahui dan memahami aspek-aspek yang mempengaruhi
perubahan fungsi mental pada lanjut usia
1.3.4 mahasiswa mampu mengetahui dan mamahami faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan mental

1
1.3.5 mahasiswa mampu mengetahui dan memahami masalah yang ada pada bidang
psikogerartri
1.3.6 mahasiswa mampu mengetahui dan memahami bagaimana pendekatan pada lansia
1.3.7 mahasiswa mampu mengetahui dan memhami bagaimana asuhan keperawatan pada
gangguan jiwa lanjut usia.

2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN

Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur (usia 60 tahun ke atas) pada
manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada kelompok yang
dikategorikan lansi ini akan terjadi suatu proses yang disebut aging proses.

Mental berasal dari kata latin yaitu mens, mentis yang artinya: jiwa, nyawa, sukma,
roh, semnagat (kartini, kartono 1987:3).

Sedangkan dalam kamus psikologi, mental adalah yang berkenaan dengan jiwa,
batin , dan ruhaniah.

Pengertian mental dalam kamus besar bahasa indonesia. Adalah berkenaan dengan
watak dan batinmanusia yang bukan bersifat badan atau tenaga, bukan hanya pembangun
fisik yangdiperhatikan melainkan juga pembanguna watak dan batak.

Mental dalam istilah dapat diartikan dengan semnagat jiwa yang tegar, yang aktif,
yang memepengaruhi perilaku hidup dan kehidupan manusia (Mawardi Labay El- Sulthani,
2001 :2).

Melihat pernyataan diatas , maka mental bisa diartikan sesuatu yang berada dalam
tubuh fisik manusia yang dapat mempengaruhi perilaku, watak dan sifatmanusia didalam
kehidupan pribadi dan lingkungan.

2.2 ASPEK-ASPEK MENTAL

Manusia adalah mahluk yang pada dasarnya baik dan selalu ingin kembali pada
kebenaran yang sejati, karena pada diir manusia menpunyai. aspek-aspek jiwa yang bisa
mempengaruhi segala sikap dan tingkah laku manusia. Bertolak dari pernyataan maka
aspek-aspek manusia dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Kartini Kartono (2006:2) mengemukakan bahwa aspek mental yang ada dalam diri
manusia adalah keinginan, tindakan, tujuan, usaha-usaha, dan perasaan.
1) Keinginan: perihal yang diinginkan
2) Tindakan: perbuatan sesuatu yang dilakukanuntuk mengatasi sesuatu.
3) Tujuan: arah yang dituju

3
4) Usaha: kegiatan untuk mengarahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk
mencapai suatu maksud.
5) Perasaan: hasil atau perbuatan merasa dengan panca indra. Rasa atau keadaan
batin dalam menghadapi sesuatu.
2. Mawardi Labay El-Shuthani (2001:3) memandang bahwa aspek mental yang ada
dalam diri manusia adalah segala sesuatu yang menentukan sifat dan karakter
manusia.
1) Sifat: keadaan yang nampak pada suatu benda.
2) Karakter: sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dari yang lain, tabiat, watak dan mempunyai kepribadian.
3. Hanna Djuhamham Bastaman (2001:64) memandang bahwa aspek mental yang ada
dalam diri manusia adalah berpikir, berkehendak, merasa, dan berangan-angan.
1) Berpikir: menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan
sesuatu, menimbang-nimbang.
2) Berkehendak: kemauan, keinginan dan harapan yang keras.
3) Merasa: mengalami rangsangan yang mengenai indra
4) Berangan-angan: mempunyai angan-angan.

2.3 ASPEK-ASPEK YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN FUNGSI MENTAL


PADA LANJUT USIA

Masalah kesehatan mental pada lansia dapat berasal dari 4 aspek yaitu fisik,
psikologik, sosial dan ekonomi. Masalah tersebut dapat berupa emosi tidak labil, mudah
tersinggung, gampang merasa dilecehkan, kecewa, tidak bahagia, perasaan kehilangan, dan
tidak berguna. Lansia dengan problem tersebut menjadi rentan mengalami gangguan
psikiatrik seperti depresi, ansietas (kecemasan), psikosis (kegilaan), atau kecanduan obat.
Pada umumnya masalah kesehatan mental lansia adalah masalah penyesuaian. Penyesuaian
tersebut karena adanya perubahan dari keadaan sebelumnya (fisik masih kuat, bekerja dan
berpenghasilan) menjadi kemunduran.

Aspek psikologi merupakan faktor pentig dalam kehidupan seseorang dan menjadi
sangat penting dalam kehidupan lansia. Pada umumnya lansia mengharapkan panjang umur,
semangat hidup, tetap berperan sosial, tetap berwibawa, kematian dalam ketenangan dan
diterima di sisi-nya, dan masuk surga merupakan kebutuhan lansia. Proses menua yang tidak
sesuai dengan harapan tersebut, dirasakan sebagai beban mental yang cukup berat.

4
Aspek sosial yang terjadi pada individu lansia, meliputi kematian pasangan hidupnya,
teman-temannya, perubahan peran seorang ayah atau ibu menjadi kkek atau nenek,
perubahan peran dari seorang pekerja menjadi pensiunan yang sebagian besar hidupnya
dihabiskan dirumah.

Aspek ekonomi berkaitan dengan status sosial dan prestise. Dalam masyarakat
sebagai seorang pensiunan, perubahan pendapatan karena hidupnya bergantung pada
tunjangan. Kondisi-kondisi ini khas yang berupa penurunan kemampuan ini akan
memunculkan gejala umum pada individu lansia yaitu perasaan takut untuk menjadi tua.

Pernyataan diatas menunjukan bahwa aspek mental yang ada pada diri manusia
adalah aspek-aspek yang dapat menentukan sifat dan karakteristik manusia itu sendiri.
Perbuatan dan tingkah laku manusia sangat ditentukan oleh keadaan jiwanya yang merupakan
motor penggerak suatu perbuatan. Oleh sebab itu aspek-aspek mental tersebut manusia
kendalikan melalui pendidikan.

2.4 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN MENTAL

1. perubahan fisik
a. Sel: jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan intraseluler
menurun.
b. Kadiovaskuler: katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah
menurun, elasitisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya retensi pembuluh
darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.
c. Persyarafan: Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat
dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stress.
Berkurang atau hilangnya lapisan mielin akson, sehingga menyebabkan berkurangnya
respon motorik dan reflek.
d. Pendengaran: membran timpani atrofi, terjadi gangguan pendengaran, tulang tulang
pendengaran mengalami kekakuan.
e. Penglihatan: respon terhadap cahaya atau sinar menurun, adaptasi terhadap gelap
menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun, katarak.
f. Belajar dan memori: kemampuan belajar masih ada namun menurun. Memori menurun
karena proses encoding menurun.
g. Intelgensi: secara umum tidak berubah.
2. kesehatan umum

5
keadaan fisik lemah dan tiak berdaya sehingga harus bergantung pada orang lain.
Terjadi banyak perubahan dalam penampilan lansia, seperti pada bagian kepala dengan
rambut yang menipis dan berubah menjadi putih atau abu-abu, tubuh yang membungkuk dan
tampak mengecil, bagian persendian dengan pangkal tangan menjadi kendur dan terasa berat,
sedangkan ujung tangan tampak mengerut.
Selain itu, fungsi pancaindra terjadi penurunan dan pada kemampuan motorik lansia
mengalami penurunan kekuatan yang paling nyata, yaitu pada kelenturan otot-otot yang
menopang tegaknya tubuh, lansia pun cepat merasa lelah.
3. Lingkungan
Berkaitan dengan lingkungan, seperti keluarga dan teman lansia sering merasa
emptiness (kesendirian, kehampaan) ketika keluarganya tidak ada yang memperhatikannya.
Selain itu, ketika ada lansia meninggal maka akan muncul perasaan pada lansia kapan iya
meninggal.

2.5 MASALAH di BIDANG PSIKOGERARTRI

1. kecemasan
Gangguan kecemasan pada lansia adalah berupa gangguan panik, fobia,
gangguan obsesif kondlusif, gangguan kecemasan umum, gangguan stress akut,
gangguan stress pasca traumatic.
Gejala kecemasan:
a. Perasaan khawatir atau takut yang tidak rasional terhadap kejadian yang akan terjadi.
b. Sulit tidur sepanjang malam.
c. Rasa tegang dan cepat marah.
d. Sering membayangkan hal-hal yang menakutkan.
e. Merasa panik terhadap masalah yang ringan.

Tindakan untuk mengatasi:

a. Bicaralah tentang rasa khawatir lansia dan cobalah untuk menentukan penyebab
mendasar (dengan memandang lansia secara holistic).
b. Cobalah untuk mengalihkan penyebab dan berikan rasa aman dengan penuh empati
c. Bila penyebabnya tidak mendasar berikan alasan-alasan yang dapat diterima.
d. Konsultasikan dengan dokter bila penyebabnya tidak dapat ditentukan.
2. depresi

6
Adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen psikologis seperti
rasa sedih, susah, merasa tidak berguna, gagal, putus asa.
Tipe depresi:
1. Depresi edogen: individu dengan depresi endogen betul-brtul dapat mengalami
gangguan mental bahkan mengalami delusi, dan sering kali mencoba bunuh diri.
2. Depresi eksogen: individu dengan depresi eksogen biasanya mendapat dukungan
yang cukup pada kondisi depresi.

Penyebab depresi pada lansia:

a. Penyakit fisik
b. Penuaan
c. Kurangnya perhatian dari keluarga
d. Gangguan pada otak ( cerebrovaskular)
e. Zat-zat kimia pada otak (neutrotransmitter) tidak seimbang.

Faktor pencetus depresi pada lansia:

a. Faktor biologis: misalnya faktor genetik, kelemahan fisik


b. Faktor psikologik: misalnya kesulitan ekonomi, perubahan situasi, dan stress
kronis dan penggunaan obat-obatan.

Gejala depresi pada lansia:

a. Secara umum tidak pernahmerasa bahagia


b. Keluhan fisik: distorsi dalam perilaku makan, nyeri (nyeri otot dan kepala),
berat badan berubah drastis, gangguan tidur, sulit berkonsentrasi, keluarnya
keringat berlebihan, sesak nafas, kejang usus, muntah, diare, berdebar-debar.
c. Secara psikologik: kehilangan harga diri, perilaku merusak diri tidak langsung,
merasa putus asa dan tidak berarti, ingin bunuh diri.
3. Insomnia
Perubahan pola tidur dapat berubah tak bisa tidur sepanjang malamdan sering
terbangun pada malam hari.
Penyebab insomnia pada lansia:
a. Tertidur sebentar- sebentar setiap hari.
b. Sering berkemih pada malam hari karena banyak minum pada malam hari.
c. Infeksi saluran kemih.

7
4. Paranoid
Lansia terkadang merasa bahwa ada orang yang mengancam mereka, membicarakan
mereka, serta berkomplot ingin mencuri atau melukainya.
Gejala paranoid:
a. Perasaan curiga dan memusuhi anggota keluarga, teman-teman, dan anggota
sekelilingnya.
b. Lupa akan barang-barang yang disembunyikanya dan menuduh orang- orang
telah mencuri barangnya.
5. Dimensia
Kemunduran fungsi mental umum, terutama intelegensi, disebabkan oleh kerusakan
jaringan otak yang tidak dapat kembali lagi.
Jenis dimensia:
1) Demensia jenis alzheimer
Patofisiologi: otopsi menunjukan adanya plak amiloid (plak senil atau
neukritik) dijaringan otak atau adanya kekusutan neurofibriler (akumulasi
simpul flamen saran pada neuron). Adanya plak dan kekusutan tersebut
berkaitan dengan sel saraf, hilangnyasambungan antara neuron dan akhirnya
atrofi serebral.
Penyebab:
a. Genetika:
adanya gen abnormal saja tidak cukupuntuk memprediksi
dimesia jenis ini. Penyakit ini memiliki awitan sangat dini (usia 30-40
tahun) dan beratnggung jawab atas 20% dari semua kasus dimensia
jenis ini. Pemyakit ini berkaitan dengan gen-gen abnormal
dikromosom 1,14 dan 21 adanya apolipoprotein E 4 (apo, E 4)
dikromosom 19 terjadi 2 kali lebih banyak pada penderita dimensia ini
dibanding populasi umum.
Modal toksin, sebagian peneliti meyakini bahwa akumulasi
alumunium pada otak akibatpajanan alat-alat dan produk alumunium
dapat menyebabkan demensia ini.
Abnormalitas neutrotransmiter atau kehilangan asetil kolin
berkaitan dengan gejala-gejala gangguan kognitif.

Tahap perilaku afek perubahan kognitif ringan:

8
1. Sulit menyelesaikan tugas
2. Cemas
3. Depresi
4. Frustasi
5. Curiga
6. Ketakutan
7. Disorientasi waktu
8. Sulit mengambil keputusan
9. Kemampuan penilaian buruk

Tahap perilaku efek sedang:

1. Hiperoralitas
2. Apatis
3. Agitasi
4. Sedikit agnosia, apraksia, dan afasia
5. Kurang perawatan diri

Tahap perilaku efek berat:

1. Penurunan kemampuan menelan


2. Penurunan kemampuan ambulansi dan aktivitas motorik

2.demensia vaskular ditandai dengan gejala-gejala demensia pada tahun pertama terjadinya
gejala neurologik fokal. Klien diketahui mengalami faktor resiko penyakit vaskuler (misalnya
hipertensi, fibrilasi atrium, diabetes).

3. Jenis demensia yang lain berkaitan dengan kondisi medis umum, seperti penyakit
parkinson, penyakit pick, koreahuntingtown dan penyakit Creutzfeldt-jakob. Demensia yang
disebabkan kondisi-kondisi tersebut dicatat sesuai penyakitnya yang spesifik.

  Gejala demensia:

1. Afasia: kehilangan kemampuan berbahasa; kemampuan berbicara memburuk dan


klien sulit "menemukan" kata-kata.
2. Apraksia: rusaknya kemampuan melakukan aktivitas motorik sekalipun fungsi
sensoriknya tidak mengalami kerusakan.

9
3. Agnosia: kegagalan mengenali atau mengidentifikasi objek atau benda urnurn
walaupun fungsi sensoriknya tidak mengalami kerusakan.
4. Konfabulasi: mengisi celah-celah ingatannya dengan fantasi yang diyakini oleh
individu yang terkena.
5. Sundown sindrom: memburuknya disorientasi di malam hari.
6. Reaksi katastrofik: respon takut atau panik dengan potensi kuat inenyakiti diri
sendiri atau orang lain.
7. Perseveration phenomenon: perilaku berulang, meliputi mengulangi kata-kata
orang lain.
8. Hiperoralitas: kebutuhan untuk mencicipi dan mengunyah benda-benda yang
cukup kecil untuk dimasukkan ke mulut.
9. Kehilangan memori: awalnya hanya kehilangan memori tentang hal-hal yang baru
terjadi, dan akhirnya gangguan ingatan masa lalu.

Etiologi demensia:

1. Kondisi akut yang tidak diobati atau tidak dapat disembuhkan. Bila kondisi akut
yang menyebabkan delirium tidak atau tidak dapat diobati, terdapat kemungkinan
bahwa kondisi ini akan menjadi kronik dan karenanya dapat dianggap sebagai
demensia.
2. Penyakit vaskuler, seperti hipertensi, arteriosklerosis, dan aterosklerosis dapat
menyebabkan stroke
3. Penyakit parkinson: demensia menyerang 40% dari pasien-pasien ini.
4. Gangguan genetika: koreahuntington atau penyakit pick.
5. Penyakit prior (protein yang terdapat dalam proses infeksi penyakit Creutzfeldt-
jakob).
6. lnfeksi Human Imunodefisiensi Virus (HIV) dapat menyerang Sistem saraf pusat
(SSP), menyebabkan ensefalopati HIV atau kompleks demensia AIDS
7. Gangguan struktur jaringan otak, seperti tekanan normal, hidrocephalus dan cidera
akibat trauma kepala.

2.6 PENDEKATAN PERAWATAN LANJUT USIA


Dalam pendekatan pelayanan kesehatan pada kelompok lanjut usia sangat perlu
ditekankan pendekatan yang dapat mencakup sehat fisik, psikologis, spiritual dan
sosial. Hal tersebut karena pendekatan dari satu aspek saja tidak akan menunjang

10
pelayanan kesehatan pada lanjut usia yang membutuhkan suatu pelayanan yang
komprehensif. Pendekatan inilah yang dalam bidang kesehatan jiwa (mental health)
disebut pendekatan eklektik holistik.
1. Pendekatan fisik
Perawat mempunyai peranan penting untuk mencegah terjadinya cedera
sehingga diharapkan melakukan pendekatan fisik, seperti berdiri disamping klien,
menghilangkan sumber bahaya dilingkungan, memberikan perhatian dan sentuhan,
bantu klien menemukan hal yang salah dalam penempatannya, memberikan label
gambar atau hal yang diinginkan klien.
2. Pendekatan psikologis
Disini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter
terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan
sebagai sahabat yang akrab.
3. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungan lansia dengan Tuhan atau agama yang dianutnya dalam keadaan sakit atau
mendeteksi kematian. Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia
yang menghadapi kematian.
4. Pendekatan social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama
dengan sesama klien usia berarti menciptakan sosialisasi mereka.

11
DAFTAR PUSTAKA

Kusharyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika
Maryam, R. Siti. 2008. Mengenal Usi Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Nugroho, Wahjudi. 1995. Perawatan Lanjut Usia.Jakarta: EGC
Tamher, S., Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta: EGC
Stuart & Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psychiatric Nursing Fifth Edition. United
State of America : Mosby.
Carpenito, L. “ Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis”, Edisi ke-6, EGC,
Jakarta, 2000.
Nugroho, Wahjudi. “Keperawatan Gerontik”, Edisi ke-2, EGC, Jakarta 2000.
Leeckenotte, Annete Glesler. “Pengkajian Gerontologi”, Edisi ke-2, EGC, Jakarta, 1997.
Watson, Roger. “Perawatan Lansia”, Edisi ke-3, EGC, Jakarta 2003.

12
Identifikasi Tingkat Depresi
Dengan menggunakan GDS (Geriatric Depression Scale)

Jawaban
No. Pertanyaan
Ya Tidak
Apakah bapak/ibu pada dasarnya puas dengan kehidupan
1.
bapak/ibu?
Apakah bapak/ibu sudah menghentikan banyak kegiatan dan
2.
hal-hal yang menarik minat bapak/ibu?
Apakah bapak/ibu merasa kehidupan bapak/ibu
3.
kosong/hampa?
4. Apakah bapak/ibu sering merasa bosan?

5. Apakah bapak/ibu biasanya bersemangat?


Apakah bapak/ibu khawatir bahwa sesuatu yang buruk akan
6.
terjadi pada bapak/ibu?
7. Apakah bapak/ibu biasanya merasa bahagia?

8. Apakah bapak/ibu sering merasa tidak berdaya?


Apakah bapak/ibu lebih senang tinggal di rumah daripada
9.
keluar dan mengerjakan aktivitas yang lain?
Apakah bapak/ibu merasa mengalami kesulitan untuk
10.
mengingat daripada biasannya?
Apakah bapak/ibu pikir bahwa hidup bapak/ibu sekarang ini
11.
menyenangkan?
Apakah keadaan bapak/ibu sekarang rasanya kurang
12.
bahagia?
13. Apakah bapak/ibu merasa penuh semangat?
Apakah bapak/ibu merasa keadaan bapak/ibu tidak ada
14.
harapan?
Apakah bapak/ibu pikir bahwa orang lain lebih baik
15.
keadaannya dari bapak/ibu?
Jumlah Skor
Interpretasi hasil :
Nilai 0-4 : tidak ada gejala depresi;
Nilai 5-9 : gejala depresi ringan;
Nilai 10-15 : gejala depresi sedang sampai berat

13

Anda mungkin juga menyukai