Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Darah

2.1.1 Pengertian darah

Darah adalah cairan didalam pembuluh darah yang mempunyai


fungsi transportasi oksigen, karbohidrat dan metabolit, mengatur
keseimbangan asam dan basa, mengatur suhu tubuh dengan cara
konduksi (hantaran), membawa panas tubuh dari pusat produksi panas
(hepar dan otot) untuk didistribusikan ke seluruh tubuh, pengaturan
hormon dengan membawa dan menghantarkan dari kelenjar sasaran.

Darah adalah cairan didalam pembuluh darah yang berwarna


merah. Warna merah ini keadaanya tidak tetap, bergantung pada
banyaknya oksigen dan karbon dioksida di dalamnya. Darah berada
dalam tubuh karena adanya kerja pompa jantung. Selama darah berada
dalam pembuluh, darah akan membeku. Tetapi bila berada di luar
pembuluh darah akan membeku. Pembekuan ini dapat di cegah dengan
mencampurkan sedikit sitras natrikus atau anti pembeku darah. Darah
terdiri dari dua komponen yaitu komponen padat yang terdiri dari sel darah
(sel darah merah [eritrosit], sel darah putih [leukosit], sel pembeku darah
(trombosit])

2.1.2 Fungsi darah secara umum

1. Sebagai alat pengangkut, membawa darah sebagai substansi untuk


fungsi metabolisme:
a) Respirasi: Gas oksigen dan karbon dioksida dibawa oleh
hemoglobin dalam sel darah merah dan plasma darah
kemudian terjadi pertukaran gas di paru.
b) Nutrisi zat gizi yang diabsorpsi dari usus, dibawa plasma ke hati
dan jaringan-jaringan tubuh, dan digunakan untuk metabolisme.
c) Mempertahankan air, elektrolit, keseimbangan asam basa, dan
peran dalam homeostasis.
d) Sekresi hasil metabolisme di bawa plasma keluar tubuh oleh
ginjal.
e) Regulasi metabolisme: Hormon dan enzim mempunyai efek
dalam aktivitas metabolisme sel di bawa dalam plasma.
2. Proteksi tubuh terhadap bahaya mikroorganisme yang merupakan
fungsi dari sel darah putih.
3. Proteksi terhadap cedera dan peredaran: Proteksi terhdap respons
peradangan lokal karena cedera jaringan. Pencegahan perdarahan
merupakan fungsi trombosit karena adanya faktor pembekuan,
fibrinolitik (mempercepat pelaturan trombin) yang ada dalam
plasma.
4. Mempertahankan temperatur tubuh: Darah membawa panas dan
bersirkulasi ke seluruh tubuh. Hasil metabolis juga menghasilkan
energi dalam bentuk panas.
2.1.3 Komposisi darah
Jumlah darah dalam tubuh manusia bervariasi, tergantung dari
berat badan seseorang. Pada orang dewasa 1/13 BB atau kira-kira 4,5-5
liter. Faktor lain yang menentukan banyak darah adalah umur, pekerjaan,
keadaan jantung, dan pembuluh darah.
Pada orang dewasa dan anak-anak, sel darah merah, sel darah
putih, dan sel pembeku darah di bentuk dalam sumsum tulang. Sumsum
seluler yang aktif di namakan sumsum merah, dan sumsum yang tidak
aktif di namakan sumsum kuning. Sumsum tulang merupakan salah satu
organ yang terbesar dalam tubuh, ukuran dan beratnya hampir sama
dengan hati.
2.1.4 Komponen padat darah
1. Sel darah merah
Bila di lihat di bawah mikroskop, bentuk sel darah merah (eritrosit)
seperti cakram/bikonkaf, tidak mempunyai inti, ukurannya 0,007
mm, tidak bergerak, banyaknya kira-kira 4,5-5 juta/mm3, warnanya
kuning kemerah-merahan, sifatnya kenyal sehingga dapat berubah
bentuk sesuai dengan pembuluh darah yang di lalui. Oleh karena di
dalamnya mengandung hemoglobin yang berfungsi mengikat
oksigen (O2), eritrosit membawa oksigen dari paru ke jaringan dan
karbon dioksida (CO2) di bawa dari jaringan ke paru untuk di
keluarkan melalui jalan pernapasan. Jumlah hemoglobin dalam
masing-masing sel adalah normal, darah mengandung rata-rata 15
gram, dan tiap mampu mengikat 1,39 ml oksigen. Pada orang
normal hemoglobin dapat mengangkut 20 ml oksigen dalam 100 ml
darah.
2. Sel darah putih
Bentuk dan sifat dari sel darah putih (leukosit) berbeda dengan
eritrosit. Bentuknya bening, tidak berwarna, lebih besar dari
eritrosit, dapat berubah dan bergerak dengan perantaraan kaki
palsu (pseudopodia), mempunyai bermacam-macam inti sel,
banyaknya antara 6000-9000/mm3. Fungsi utamanya sel darah
putih adalah sebagai pertahanan tubuh dengan cara
menghancurkan antigen (kuman, virus, dan toksin). Sebagai
pertahanan tubuh dikerahkan ke tempat-tempat infeksi dengan
jumlah berlipat ganda.

Jenis leukosit
Neutrofil polimorfonuklear 62%
Eosinofil Polimorfonuklear 2,3%
Basofil polimorfonuklear 0,4%
Monosit 5,3%
Limsofit 30%
Leukosit dapat bergerak dari pembuluh darah menuju jaringan,
saluran limfe, dan kembali lagi ke dalam aliran darah. Leukosit
bersama sistem makrofag jaringan atau sel retikuloendotel dari
hepar, limpa, sumsum tulang, alveoli paru mikroglina otak, dan
kelenjar getah bening melakukan fagositosis terhadap kuman dan
virus yang masuk setelah di dalam sel kuman/virus dicerna dan
dihancurkan oleh enzim pencerna

2.2 Konsep Leukimia

2.2.1 Pengertian Leukimia

Leukimia adalah poliferasi sel lekosit yang abnormal, ganas, sering


disertai bentuk leukosit yang lain dari pada normal, jumlahnya berlebihan
dan dapat menyebabkan anemia, trombisitopeni dan diakhir dengan
kematian. (Hasan, R) secara sederhana leukimia dapat diklasifikasikan
berdasarkan maturasi sel dan tipe sel asal yaitu :

1. Leukimia Akut
Leukimia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang
berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah
abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebaran ke organ-organ
lain. Leukimia akut memiliki perjalanan klinis yang cepat, tanpa
pengobatan penderita akan meninggal rata-rata dalam 4-6 bulan.
a) Leukimia Limfositik Akut (LLA); LLA merupakan jenis leukimia
dengan karakteristik adanya proliferasi dan akumulasi sel-sel
patologis dari sistem limfopoetik yang mengakibatkan
organomegali (pembesaran organ dalam) dan kegagalan
organ. LLA lebih seing ditemukan pada anak-anak (82%)
daripada umur dewasa (18%). Insiden LLA akan mencapai
puncaknya pada umur 3-7 tahun. Tanpa pengobatan sebagian
anak-anak akan hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosis terutama
diakibatkan oleh kegagalan dari sumsum tulang.
b) Leukimia Meilositik Akut (LMA); LMA merupakan leukimia yang
mengenai sel stem hematopoetik yang akan berdiferensiasi ke
semua sel meiloid. LMA merupakan leukimia nonlimfositik yang
paling sering terjadi. Lebih sering ditemukan pada orang
dewasa (85%) dibandingkan anak-anak (15%). Permulaanya
mendadak dan progresif dalam masa 1-3 bulan dengan durasi
gejala yang singkat. Jika tidak diobati, LNLA fatal dalam waktu
3-6 bulan.

2. Leukimia Kronik
Leukimia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai proliferasi
neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena
keganasan hematologi.
a) Leukimia Limsofik Kronis (LLK); LLK adalah suatu keganasan
klonal limsofit B (jarangan pada limsofit T). Perjalanan penyakit
ini biasanya perlahan, dengan akumulasi progresif yang
berjalan lambat dari limsofit kecil yang berumur panjang. LLK
cenderung dikenal sebagai kelainan ringan yang menyerang
individu yang berusia 50-70 tahun dengan perbandingan 2:1
untuk laki-laki.
b) Leukimia Granulositik/ Mielositik Kronik (LGK/LMK); LGK/LMK
adalah sel meiloid (sel granulosit) yang relatif matang.
LGK/LMK mencakup 20% leukimia dan paling sering dijumpai
pada orang dewasa usia pertengahan (40-50 tahun).
Abnormalitas genetik yang dinamakan kromosom philadelphia
ditemukan pada 90-95% penderita LGK/LMK. Sebagian besar
penderita LGK/LMK akan meninggal setelah memasuki fase
akhir yang disebut fase kritis blastik yaitu produksi berlebihan
sel muda leukosit, biasanya berupa meiloblas/ promielosit,
disertai produksi neutrofil, trombosit dan sel darah merah yang
amat kurang.
2.2.2 Faktor predisposisi yang menyebabkan terjanya leukimia
1) Faktor genetik : virus tertentu yang menyebabkan terjadinya
perubahan struktur gen (Tcell-Lhymphoma Virus/HLTV).
2) Radiasi.
3) Obat-obat imunosupresif, obta-obat kardiogenetik seperti
diethylstilbestrol.
4) Faktor hedediter, misalnya pada kembar monozigot.
5) Kelainan kromosom, misalnya down sindrom.

Leukimia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyabab dari


sebagian besar jenis leukimia tidak diketahui. Pemaparan terhadap
penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan
pemakaian obat anti kanker, meningkatkan resiko terjadinya leukimia.
Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma down
dan sindroma fanconi), juga lebih peka terhadap leukimia.

2.2.3 Manifestasi Klinis

1) Leukimia Limfositik Akut


Gejala klinis LA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan
kegagalan sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia
(mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan
perdarahan. Selain itu juga di temukan anoreksi, nyeri tulang dan
sendi, hipermetabolisme. Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada
sternum, tibia dan femur.
2) Leukimia Mielositik Akut
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, pendarahan dan infeksi yang di
sebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. Perdarahan
biasanya terjadi dalam bentuk pura-pura atau petekia. Penderita LMA
dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm 3) biasanya
mengalami gangguan kesadaran, sesak napas, nyeri dada dan
priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu
hiperurisemia dan hipoglikemia.
3) Leukimia Limfositik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK
yang mengalami gejala biasanya di temukan limfadenopati
generalisata, penurun berat badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu
hilangnya nafsu makan dan penurunan kemampuan latihan atau
olahraga. Demam, keringat malam dan infeksi semakin parah sejalan
dengan perjalanan penyakitnya.
4) Leukimia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis
blas. Pada fase kronik di temukan hipermetabolisme, merasa cepat
kenyang akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan
terjadi setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi
ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis
dan demam yang disertai infeksi.

2.2.4 Pemeriksaan penunjang

1. Darah tepi : Adanya pensitopenia, limfositosis yang kadang-kadang


menyebabkan gambaran darah tepi monoton terdapat sl blast, yang
merupakan gejala patogonomik untuk leukemia
2. Sum-sum tulang : dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan
gambaran yang monoton yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik
patologis sedangkan sistem lain terdesak (apabila sekunder). (ilmu
Kesehatan Anak :145).
3. Pemeriksaan lain
1) Biopsi limpa.
2) Kimia darah.
3) Cairan cerebrospinal.
4) Sitogenik.
2.2.5 Penatalaksanaan

1. Kemoterapi
a) Kemoterapi pada penderita LLA
Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak
semua fase yang digunakan untuk semua orang.
b) Kemoterapi pada penderita LMA
1) Fase induksi; Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang
intensif, bertujuan untuk mengeradikasi sel-sel leukimia
secara maksimal sehingga tercapai remisi komplit.
2) Fase konsolidasi; fase konsolidasi di lakukan sebagai tindak
lanjut dari fase induksi. Kemoterapi konsolidasi biasanya
terdiri dari beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan
obat dengan jenis dan dosis yang sama atau lebih besar
dari dosis yang di gunakan pada fase induksi. Dengan
pengobatan modern, angka remisi 50-75%, tetapi angka
rata-rata hidup masih 2 tahun dan yang dapat hidup lebih
dari 5 tahun hanya 10%.
c) Kemoterapi pada penderita LLK
Derajat penyakit LLK harus di tetapkan karena menentukan
strategi terapi dan prognosis. Salah satu sistem penderajatan
yang di pakai ialah klasifikasi Rai:
1) Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang
2) Stadium I : limfositosis dan limfadenopati
3) Stadium II : limfositosis dan spelnomegali / hepatomegali
4) Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb<11 gr/dl)
5) Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia <100.
000/mm3 dengan/tanpa gejala pembesaran hati, limpa,
kelenjar.
Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan
terapi ini bersifat konvensional, terutama untuk mengendalikan
gejala. Pada stadium I atau II, pengamatan atau kemoterapi
adalah pengobatan biasa. Pada stadium III dan IV di berikan
kemoterapi intensif. Angka ketahanan hidup rata-rata adalah
sekitar 6 tahun dan 25% pasien yang hidup lebih dari 10 tahun.
Pasien dengan stadium 0 atau I dapat bertahan hidup rata-rata
10 tahun. Sedangkan pada pasien dengan stadium III atau IV
rata-rata dapat bertahan hidup kurang dari 2 tahun.
d) Kemoterapi pada penderita LGK/LMK
1) Fase kronik; Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat
pilihan yang mampu menahan pasien bebas dari gejala
untuk jangka waktu yang lama. Regimen dengan
bermacam obat yang intensif merupakan terap pilihan fase
kronis LMK yang tidak di arahkan pada tindakan
transplantasi sumsum tulang.
2) Fase Akselerasi; Sama dengan terapi leukimia akut, tetapi
respons sangat rendah.
3) Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-
sel leukimia.
4) Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang di lakukan untuk mengganti sumsum
tulang yang rusak karena dosis yang tinggi kemoterapi atau terapi
radiasi. Dan transplantasi sumsum tulang berguna untuk mengganti
sel-sel darah yang rusak karena kanker.
5) Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yang di
timbulkan penyakit leukimia dan mengatasi efek samping obat.
Misalnya transfusi darah untuk penderita leukimia dengan keluhan
anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik
untuk mengatasi infeksi.
2.2.6 Masalah yang Lazim Muncul
1. Ketidak seimbangan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai
darah keperifer (anemia).
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
perubahan proliferative gastrointestinal dan efek toksik obat
kemoterapi.
3. Resiko pendarahan b.d penurunan jumlah trombosit.
4. Resiko infeksi b.d menurunnya sistem pertahanan tubuh.
5. Nyeri akut b.d ifiltrasi leukosit jaringan sistematik.
6. Hambatan mobilitas fisik b.d kontraktur, kerusakan integritas struktur
tulang, penurunan kekuatan otot (depresi sumsum tulang).
2.2.7 Discharge Planning
1. Kenali gejala yang ditimbulkan penyakit.
2. Dorong sering mengubah posisi, napas dalam dan batuk.
3. Inspeksi kulit, nyeri tekan, area eritematosus; luka terbuka. Bersihkan
kulit dengan larutan anti bakterial.
4. Tingkatkan kebersihan perianal.
5. Istirahat yang cukup dan makan makanan yang tinggi protein dan
cairan.
2.2.8 cara untuk menyelidiki dan mendiagnosis leukemia
Jika terdapat dugaan leukemia dari riwayat dan pemeriksaan fisik, dokter
akan menetapkan tes kesehatan berikut ini:
1) Gambar Darah Secara Lengkap: Sampel darah dikumpulkan dan
diperiksa untuk mengetahui jumlah sel darah merah, trombosit, sel
darah putih, dan akan adanya sel leukemia.
2) Aspirasi dan biopsi sumsum tulang: Aspirasi dan biopsi sumsum
tulang merupakan prosedur untuk mengumpulkan darah sumsum
tulang dan potongan kecil bagian tulang dengan memasukkan jarum
khusus ke dalam tulang pinggul pasien. Prosedur ini umumnya
dilakukan dengan bantuan anestesi lokal dan akan memakan waktu
sekitar 30 menit. Sampel sumsum tulang yang diperoleh akan
dievaluasi oleh ahli patologi untuk menentukan adanya sel-sel
leukemia dan klasifikasinya. Pasien perlu berbarin terlentang selama
beberapa jam setelah prosedur dilakukan.
3) Uji kromosom atau molekuler: Merupakan tes khusus yang dilakukan
pada perifer darah dan sampel darah sumsum tulang untuk
mendeteksi adanya perubahan yang tidak normal pada kromosom
atau DNA yang berkaitan dengan kehadiran leukemia.

Anda mungkin juga menyukai