Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

A. ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi Darah
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup
(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat
dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-
bahan kimia hasil metabolisme dan juga sebagai pertahanan tubuh
terhadap virus atau bakteri (Larasuci, 2018).
Darah merupakan komponen esensial mahluk hidup yang berada
dalam ruang vaskuler, karena perannya sebagai media komunikasi
antar sel ke berbagai bagian tubuh dengan dunia luar karena fungsinya
membawa oksigen dari paru-paru kejaringan dan karbondioksida dari
jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan, membawa zat nutrien dari
saluran cerna ke jaringan kemudian menghantarkan hormon dan materi-
materi pembekuan darah (Larasuci, 2018).
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh dimana fungsi
utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh selsel di
seluruh tubuh. Darah juga mensuplai tubuh dengan nutrisi, mengangkut
zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun
sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai
penyakit (Nurarif, 2015).

2. Karakteristik Darah
Karakteristik umum darah meliputi warna, vsikositas, pH, volume,
dan komposisinya (Larasuci, 2018).
a. Darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigen yang
berkaitan dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Darah vena
berwarna merah tua/gelap karena kurang oksigen dibandingkan
dengan darah arteri.
b. Viskositas darah ¾ lebih tinggi dari pada viskositas air yaitu sekitar
1.048 sampai 1.066.
c. pH darah bersifat alkaline dengan pH 7.35 sampai 7.45 (netral 7.00).
d. Volume darah pada orang dewasa sekitar 70 sampai 75 ml/kg BB,
atau sekitar 4 sampai 5 liter darah.
e. Komposisi darah tersusun atas dua komponen utama yaitu :
1) Plasma darah yaitu bagian cair darah (55%) yang sebagian terdiri
dari 92% air, 7% protein, 1% nutrien, hasil metabolisme, gas
pernapasan, enzim, hormon-hormon, faktor pembekuan dan
garam-garam organik. Proteinprotein dalam plasma terdiri dari
serum albumin (alpha-1 globulin, alpha-2 globulin, beta globulin
dan gamma globulin), fibrinogen, protombin, dan protein esensial
untuk koagulasi. Serum albumin dan gamma globulin sangat
penting untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid dan
gamma globulin juga mengandung antibodi (immunoglobulin)
seperti IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE untuk mempertahankan tubuh
terhadap mikroorganisme.
2) Sel-sel darah/butir darah (bagian padat) kira-kira 45%, terdiri atas
eritrosit atau sel darah merah (SDM) atau red blood cell (RBC),
leukosit atau sel darah putih (SDP) atau white blood cell (WBC),
dan trombosit atau platelet. Sel darah merah merupakan unsur
terbanyak dari sel darah (44%) sedangkan sel darah putih dan
trombosit 1%. Sel darah putih terdiri dari Basofil, Eusinofil,
Neutrofil, Limfosit dan Monosit.

3. Struktur Sel
a. Sel darah merah (Eritrosit)
Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter
sekitar 7,6 mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian tengahnya 1
mikron atau kurang, tersusun atas membran yang sangat tipis
sehingga sangat mudah terjadi difusi oksigen, karbondioksida dan
sitoplasma, tetapi tidak mempunyai inti sel. Produksi eritrosit
(eritropoisis) dimulai dari munculnya eritroblas dari sel sistem primitif
dalam sumsum tulang. Eritroblas adalah sel berinti dalam proses
pematangan disumsum tulang menimbun hemoglobin dan secara
bertahap kehilangan intinya yang disebut retikulosit, kemudian
selanjutnya mengalami penyusutan ukuran dan menghilangnya
material berwarna gelap (Desmawati, 2013).
b. Sel darah putih (Leukosit)
Sel darah putih (leukosit) jauh lebih besar daripada sel darah
merah. Pada orang dewasa setiap 1 mm3 datah terdapat 6.000-9.000
sel darah putih, tidak seperti sel darah merah, sel darah putih
memiliki inti (nukleus). Sebagian besar sel darah putih bisa bergerak
seperti amoeba dan dapat menembus dinding kepiler. Sel darah putih
diproduksi di dalam sumsum merah, kelenjar limfa, dan limpa (kura).
Sel darah putih memiliki ciri-ciri antara lain tidak berwarna (bening),
bentuk tidak tetap (ameboid), berinti dan ukurannya lebih besar dari
pada sel darah merah (eritrosit) (Desmawati, 2013).

Gambar 1. Sel-sel darah


Sumber: Larasuci (2018)

4. Fungsi Darah
Menurut Gaol (2015) dalam Larasuci (2018) fungsi darah adalah
sebagai berikut:
a. Membawa nutrien yang telah disiapkan oleh saluran pencernaan
menuju ke jaringan tubuh.
b. Mengantarkan oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh.
c. Mengangkut produk buang dari berbagai jaringan menuju ginjal untuk
di ekskresikan.
d. Mengangkut hasil sekresi kelenjar endokrin (hormon) dan enzim dari
organ ke organ.
e. Ikut berperan dalam mempertahankan keseimbangan air, sistem
buffer seperti bicarbonat di dalam darah, membantu
mempertahankan pH yang konstan pada jaringan dan cairan tubuh.
f. Berperan penting dalam pengendalian suhu tubuh dengan cara
mengangkut panas dari struktur yang lebih dalam menuju ke
permukaan tubuh.
g. Mengatur konsentrasi ion hydrogen dalam tubuh (keseimbangan
asam dan basa).
h. Membantu pertahanan tubuh terhadap penyakit.
i. Pembekuan darah pada luka, mencegah terjadinya kehilangan darah
yang berlebihan pada waktu luka, serta mengandung faktor-faktor
penting untuk pertahanan tubuh terhadap penyakit.

B. KONSEP DASAR PENYAKIT LEUKEMIA


1. Definisi
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos (putih) dan
haima (darah). Leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi
sumsum tulang dan jaringan getah bening. Semua kanker bermula di
sel, yang membuat darah dan jaringan lainnya. Biasanya, sel-sel akan
tumbuh dan membelah diri untuk membentuk sel-sel baru yang
dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut akan mati
dan sel-sel baru akan menggantikannya. Tetapi terkadang proses yang
teratur ini berjalan menyimpang, sel-sel baru ini terbentuk meski tubuh
tidak membutuhkannya dan sel-sel lama tidak mati seperti seharusnya.
Kejanggalan ini disebut leukemia, di mana sumsum tulang
menghasilkan sel-sel darah putih secara abnormal yang akhirnya
mendesak sel-sel lain (Andayani, 2019).
Leukemia adalah kanker yang mulai dari sel-sel darah.
Penyakit ini terjadi ketika sel darah memiliki sifat kanker yaitu membelah
tidak terkontrol dan menggangu pembelahan sel darah normal.
Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang
sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow)
(Padila, 2013). Leukemia adalah poliferasi sel lekosit yang abnormal,
ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain dari pada normal,
jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan anemia, trombisitopeni
dan diakhiri dengan kematian (Nurarif & Kusuma, 2015).

2. Klasifikasi
Menurut Arif (2002) dalam Anisa (2017) leukemia diklasifikasikan
menjadi 4 bagian, diantaranya yaitu sebagai berikut:
a. Leukemia Meilogenus Akut
LMA mengenai sel system hematopeotik yang kelak
berdiferensiasi ke semua sel myeloid, monosit, granulosit, eritrosit
dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena, insidensi
meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia
nonlimpositik yang paling sering terjadi.
b. Leukemia Mielogenus Kronik
LMC juga dimasukan dalam sistem keganasan sel myeloid.
Namun banyak sel normal dibandingkan bentuk akut, sehingga
penyakit ini lebih ringan. LMC jarang menyerang individu dibawah 30
tahun. Manifestasi mirip dengan LMA, tetapi tanda dan gejala lebih
ringan, pasien menunjukan tanpa gejala selama bertahun-tahun,
peningkatan leukosit sampai jumlah yang luar biasa, limpa
membesar.
c. Leukemia Limfositik Akut
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering
terjadi pada anakanak, laki-laki lebih banyak dibandingkan
perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah 15 tahun LLA
jarang terjadi. Manifestasi limfosit berproliferasi dalam sumsum tulang
dan jaringan perifer sehingga menggangu perkembangan sel normal.
d. Leukemia Limfositik Kronik
LLC merupakan kelainan ringan mengenail individu usia 50
sampai 70 tahun. Manifestasi pasien tidak menunjukan gejala, baru
terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penangan penyakit lain.

3. Etiologi
Penyebab dari leukemia masih diketahui secara pasti, namun
beberapa faktor predisposisi atau faktor yang berperan telah diketahui
oleh beberapa ahli. Para ahli mengemukakakn faktor lingkungan,
genetik dan keadaan imunodefisiensi dapat menjadi pencetus leukemia
(Ni Ketut & Agus, 2016).
Faktor lingkungan dapat didapatkan dari terpaparnya
medan magnet seperti medan magnet kecil yang digunakan dalam
pemeriksaan kesehatan, efek samping radioterapi dari penyakit
sebelum terdiagnosis (American Cancer, Society, 2015).
Faktor genetik sendiri karena adanya kelainan genetik. Pada
kelainan genetik tersebut individu mempunyai kromosom defek atau
kelainan genetik tertentu yang mempunyai resiko lebih besar
terhadap leukemia. Misalnya, seseorang dengan gejala down’s
syndrome mempunyai resiko tinggi terhadap kejadian leukemia
(Hanifah, 2019).
Penyebab leukemia juga dapat berasal pada seseorang
yang sebelumnya memiliki kanker selain leukemia, yang
mendapatkan terapi chemotherapy maupun pengobatan yang menekan
sistem imun tubuh juga dapat beresiko terkena leukemia di masa yang
akan datang (Hanifah, 2019).

4. Patofisiologi
Leukemia terjadi dari proses mutasi tunggal dari sel progenitor
pada sistem hematopoiesis yang meneyebabkan sel mampu
untuk berproliferasi secara tidak terkontrol yang dapat menjadi suatu
keganasan dan sel prekursor yang tidak mampu berdiferensiasi
pada sistem hematopoiesis (Hanifah, 2019).
Pada leukemia, terjadi keganasan sel darah pada fase
limphoid. Penyebab dari hal ini belum sepenuhnya belum diketahui.
Namun didiga hal ini berhubungan dengan genetik lingkungan dan
keadaan imunodefisiensi. Perubahan susunan dari kromosom
mungkin dapat mempengaruhi struktur atau pengaturan dari sel-sel
onkogen. Leukemia pada sel limfosit B terjadi translokasi dari
kromosom pada gen yang normal berproliferasi menjadi gen yang
aktif untuk berproliferasi. Hal ini menyebabkan limfoblas memenuhi
tubuh dan menyebabkan sumsum tulang gagal untuk berproduksi
dan akhirnya menjadi pansitopenia. Seiring sumsum tulang gagal, sel-
sel yang abnormal bersirkulasi dalam tubuh dan masuk keorgan-
organ lain, seperti hati, limpa, extramedullary invasion, dan SSP.
Gangguan pada sistemik ini menyebabkan perubahan pada kadar
hematologi tubuh, pembesaran limpa, spleen, dan hepar (Hanifah,
2019).
Pathway

Faktor pencetus (Genetik, lingkungan dan keadaan imunodefisiensi)

Sel-sel abnormal

Proliferasi sel-sel abnormal

LEUKEMIA

Depresi sum-sum tulang

Eritrosit ↓ Leukosit ↓ Faktor pembekuan↓ Dilakukan tindakan Inflitrasi ektra medular


kemoterapi
Metabolisme
Anemia Infeksi Perdarahan Efek kemoterapi Pembesaran limpa, liver, nodus, limfe, tulang

Sel kekurangan makanan


Intoleransi Peningkatan Trombositopneia Rambut rontok, Nyeri tulang dan persendian Tulang mengecil Menekan
Aktivitas suhu mulut kering dan lemah lambung
Resiko syok Defisit Nutrisi
hipovolemik Nyeri akut
Hipertermia Gangguan Fraktur ↑HCL
citra tubuh fisiologi
Resiko
Kadar hemoglobin↓ cedera Gangguan mobilitas Perasaan mual Muntah
fisik

Perfusi perifer Nausea


tidak efektif

Gambar 2.1 Pathway Leukemia

Sumber: PPNI (2017) dan Hanifah (2019)


5. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala pada leukemia akut yang nampak dan memburuk
secara cepat antara lain muntah, bingung, kehilangan kontrol otot, dan
epilepsi. Leukemia juga dapat mempengaruhi saluran pencernaan,
ginjal, dan paru-paru. Gejala-gejalanya antara lain yaitu kulit pucat
(karena anemia), infeksi yang berulang-ulang seperti sakit tenggorokan,
pendarahan normal yang keluar dari gusi dan kulit, periode yang berat
pada wanita, kehilangan nafsu makan dan berat badan, gejala-gejala
seperti flu antara lain kecapekan dan tidak enak badan, luka di tulang
sendi, perdarahan hidung dan lebih mudah mendapat memar dari
biasanya tanpa sebab yang jelas (Anisa, 2017).

6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Anisa (2017) dan Hanifah (2019) pemeriksaan
penunjang pada leukemia adalah:
a. Darah Tepi
Gejala yang terlihat pada darah tepi sebenarnya berdasarkan
pada kelainan sumsum tulang, yaitu berupa pansitopenia, limfositosis
yang kadangkadang menyebabkan gambaran darah tepi monoton
dan terdapatnya sel blas. Terdapat sel blas pada darah tepi yang
merupakan gejala leukemia.
b. Sumsum Tulang
Dari pemeriksaan sumsum tulang ditemukan gambaran yang
monoton yaitu hanya terdiri dari sel lomfopoetik patologis sedangkan
sistem lain menjadi terdesak (aplasia sekunder). Hiperselular, hampir
semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia (blast), tampak
monoton oleh sel blast, dengan adanya leukemia gap (terdapat
perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang, tanpa
sel antara). Sistem hemopoesis normal mengalami depresi. Jumlah
blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang (dalam
hitungan 500 sel pada asupan sumsum tulang).
c. Biopsy Limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferasi sel-sel yang berasal
dari jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit normal, ranulosit,
pulp cell.
d. Kimia Darah
Kolesterol mungkin merendah, asam urat dapat meningkat,
hipogamaglobulinemia.
e. Cairan Serebrospinal
Bila terjadi peninggian jumlah sel (sel patologis) dan protein,
maka hal ini menunjukkan suatu leukemia meningeal. Kelainan ini
dapat terjadi setiap saat dari perjalanan penyakit baik pada keadaan
remisi maupun pada keadaan kambuh. Untuk mencegahnya
dilakukan fungsi lumbal dan pemberian metotreksat (MTX) intratekal
secara rutin pada setiap penderita baru atau pada mereka yang
menunjukkan gejala tekanan intracranial yang meninggi.
f. Sitogenik
70-90% dari kasus LMK menunjukkan kelainan kromosom,
yaitu pada kromosom 21 (kromosom Phiadelphia atau Phl) 50-70%
dari penderita LLA dan LMA mempunyai kelainan berupa :
1) Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), haploid (2n-a),
hiperploid (2n+a).
2) Kariotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom
yang diploid.
g. Pemeriksaan Immuniphenotyping
Pemeriksaan ini sangat penting untuk menentukan klasifikasi
imunologik leukemia akut. Pemeriksaan ini dikerjakan untuk
pemeriksaan surface marker guna membedakan jenis leukemia.

7. Komplikasi
Komplikasi menurut Zelly (2012) dalam Fitriana (2017) leukemia
yaitu:
a. Trombositopenia
Berkurangnya jumlah trombosit pada leukemia akut biasanya
merupakan akibat infiltrasi sumsum tulang atau kemoterapi.
b. Koagulasi Intravaskuler Diseminata (KID)
Koagulasi intravaskuler diseminata (KID) adalah suatu sindrom
yang ditandai dengan aktivasi koagulasi intravaskuler sistemik berupa
pembentukan dan penyebaran deposit fibrin dalam sirkulasi sehingga
menimbulkan trombus mikrovaskuler pada berbagai organ yang
dapat mengakibatkan kegagalan multiorgan.
c. Fibrinolisis Primer
Beberapa peneliti menemukan bahwa leukosit pada leukemia
akut memiliki aktivitas fibrinolitik yang dapat menyebabkan fibrinolisis
primer terutama pada leukemia promielositik akut. Pada fibrinolisis
primer, perdarahan disebabkan oleh degradasi faktor pembekuan
yang diinduksi plasmin seperti fibrinogen.

8. Penatalaksanaan
Menurut Anisa (2017) dan Hanifah (2019) terapi pengobatan yang
dapat diberikan pada pasien leukemia adalah:
a. Transfusi Darah
Biasanya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6%. Pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan masih, dapat diberikan
tranfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan
heparin.
b. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya)
Setelah tercapai, remisi dosis dapat dikurangi sedikit demi
sedikit dan akhirnya dihentikan.
c. Sitostika
Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp,
metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan
lebih paten seperti vinkristin (oncovin), rubidomisin (daunorubycine)
dan berbagai nama obat lainnya. Umumnya sistostatika diberikan
dalam kombinasi bersama-sama dengan prednison. Pada pemberian
obat-obatan ini sering terdapat akibat samping berupa alopsia
(botak), stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiasis.
d. Imunoterapi
Merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapainya
remisi dan jumlah sel leukemia yang cukup rendah, kemudian
imunoterapi mulai diberikan (mengenai cara pengobatan yang terbaru
masih dalam pengembangan).
e. Kemoterapi
Merupakan cara yang lebih baik untuk pengobatan kanker.
Bahan kimia yang dipakai diharapkan dapat menghancurkan sel-sel
yang oleh pembedahan atau penyinaran tidak dapat dicapai.
f. Terapi Radiasi
Beberapa klien leukemia mungkin membutuhkan terapi
radiasi untuk mendampingi kemoterapi, terapi ini menggunakan sinar
berenergi tinggi yang diarahkan pada titik yang terdapat sejumlah sel
besar leukemia seperti massa kelenjar getah bening atau limfa
oleh ahli onkologi radiasi
g. Transplatasi Sumsum Tulang
Terapi sumsum tulang adalah bentuk terapi paling agresif
untuk leukemia dan merupakan prosedur yang kompleks
yang memerlukan sebuah tim multidisplinir. Hal ini digunakan
untuk menghasilkan efek imunologi yang bekerja untuk membunuh
sel-sel leukemia.

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


Menurut Nurarif (2015) dan Hanifah (2019) asuhan keperawatan
leukemia pada anak adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian Kepawatan
a. Identitas
Identitas meliputi nama klien dan orang tua untuk identitas
klien, tanggal lahir & jenis kelamin untuk pemeriksaan fisik
khusus nya pada genitalia, usia, dan alamat. Usia di
perlukan agar pemeriksaan dapat seusia dengan dengan tumbuh
kembang klien, alamat daerah tempat tinggal mempunyai arti
epidemiologis yang dapat menentukan dalam pemeriksaan
berikutnya.
Data identitas orang tua meliputu nama orang tua, usia,
dan pendidikan terkahir, hal itu sangat di perlukan untuk
proses komunikasi dan untuk mengetahui pengetahuan orang tua
dalam tatalaksana selanjutnya. Agama dan suku bangsa orang tua
juga perlu ditanyakan hal ini berkaitan dengan kebiasaan
kepercayaan dan tradisi yang mungkin dapat menghambat perilaku
hidup sehat.
b. Riwayat Imunisasi
Imunisasi perlu ditanyakan guna mendapatkan data kesehatan
penunjang kesehatan. Pada riwayat imunisasi ini, yang di
tanyakan meliputi sudah diberikan imunisasi apa saja dan pada
usia berapa, untuk melihat status perlindungan pediatrik. Pada
anak pre-school ditanyakan apakah anak sudah diberikan
imunisasi yang dwajibkan Polio, DTP, dan Campak. Hal ini perlu
dikaji untuk mengtahui yang berpotensi dapat menyebabkan
penyakit khususnya pada resiko infeksi sendiri.
c. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Pada riwayat kehamilan yang ditanyakan adalah kesehatan
ibu selama hamil, jika ada penyakit bagaimana mana ibu
megatasinya, berpakali kunjungan antenatal, obat-obat apa yang
dikonsumsi ibu , mendapatkan toksoid tetanus tidak, dan
tanyakan gaya hidup orang tua konsumsi alkohol dan merokok
berlebih tidak karena gaya hidup pada masa kehamilan dapat
mempengaruhi faktor anak yang terkena leukemia karena pola hidup
ibu. Pada Riwayat Kelahiran yang ditanyakan anak lahir dengan
proses seperti apa, di tolong siapa, dan keadaan lahir seperti apa.
Hal itu perlu dikaji untuk mengetahui apakah ada masalah kesehatan
pada saat kelahiran dan mendeteksi adanya kemungkinan
kelainan yang berhubungan pada pemeriksaan fisik.
d. Riwayat Tumbuh Kembang
e. Keluhan Utama
Keluhan yang muncul pada saat pengkajian.
f. Riwayat Kesehatan
1) Riwata Kesehatan Saat Ini
Gejala yang dikeluh kan klien pada saat ini, bisa saja dapat
ditemukan adanya perasaan letih, nyeri pada ekstermitas,
berkeringat di malam hari, penurunan selera makan, sakit kepala
dan perasaan tidak enak badan anemia, pucat, sesak, dan
napas cepat, leukopenia, neutropenia, ptheciae, purpura, dan
perdarahan membran mukosa.
2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pada riwayat kesehatan masa lalu perlu dikaji penyakit
yang di derita anak pada masa lalunya, apakah anak
memiliki riwayat penyakit yang menyebabkan harus di berikan
terapi chemo, radioterapi, dan obat-obatan immunosystem
supression karena hal itu dapat menjadi faktor pencetus leukemia.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada pemeriksaan riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji
ada atau tidaknya faktor penyebab leukemia seperti; keluarga
yang memiliki kelainan genetik seperti down syndrome,
saudara kembar identik klien yang memiliki penyakit leukemia
dan keluarga yang memiliki penyakit keganasan.
g. Pola Fungsional Gordon
1) Pola Persepsi Kesehatan
Persepsi keluarga terhadap keluarga yang sakit.
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Mengenai nafsu makan dan minum. Klien dengan leukemi
mungkin ditemukan penurunan nafsu makan dengan adanya
perasaan mual.
3) Pola Eliminasi
Pada klien leukemia mungkin dapat ditemukan BAB
dengan frekuensi berlebihan dan konsistensi bentuk yang lembek,
hal itu dapat terjadi karena kerusakan sel mukosa diusus yang
dapat menyebabkan diare.
4) Pola Istirahat dan Tidur
Pada klien dengan leukemia mungkin akan mengalami
gangguan tidur karena melawan penyakitnya.
5) Pola Aktivitas dan Latihan
Biasanya pada pasien dengan leukemia mungkin ditemukan
anak akan mengalami penurunan aktivitas karena kelemahan,
keletihan, nyeri dan kelemahan pada anggota gerak.
6) Peran dan Hubungan
Lebih mungkin ditemukan anak sering diam dan tidak
berhubungan dengan yang lain karena penyakitnya.
7) Pola Persepsi dan Sensori
8) Pola seksual dan Reproduksi
9) Nilai dan Kepercayaan
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Keadaan mungkin akan ditemukan 5L.
2) Tanda-tanda Vital
3) Status Gizi
Umumnya pada klien leukemia mungkin dapat ditemuakan
penurunan berat badan akibat dari adanya penuruan nafsu
makan dan gangguan metabolisme. Penurunan nafsu makan
klien dapat terjadi karena keluhan mual, dan adanya
membran mukosa yang terinfeksi (mukositis).
4) Rambut
Pada klien leukemia dapat ditemukan mengalami
kerontokan rambut atau alopesia aretra (ketiadaan rambut) yang
dapat disebabkan oleh penyinaran radioterapi dan
kemoterapi.
5) Mata
Pada pemeriksaan mata, klien dengan leukemia dapat
ditemukan gangguan pengelihatan, jika ada kemungkinan
sel leukemik sudah menginvasi hingga ke meningen otak,
konjungtiva umumnya anemis, dan sklera ikterik atau tidak yang
mengidentifikasi adanya gangguan hepar.
6) Hidung
Pada hidung yang dinilai kebersihan hidung baik atau tidak,
adanya perdarahan yang melalui hidung atau tidak.
7) Mulut
Pada pemeriksaan mulut yang dilihat pada pemeriksaan fisik
mulut kebersihan mulut, gigi dan gusi, ada tidaknya
mukositis dan sariawan, dan kelembapan mukosa bibir. Hal
itu penting untuk mengetahui resiko infeksi khususnya pada
daerah mulut. Perdarahan pada gusi, mukositis dan sariawan
mungkin dapat ditemukan pada anak leukemia.
8) Telinga
Pemeriksaan kebersihan telingga.
9) Dada
Pada pemeriksaan ini dilihat paru-paru dan thorak, apakah ada
kelainan pada pemeriksaan.
10) Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen lihat apakah ada kelainan atau
tidak.
11) Kulit dan Kuku
Warna kulit dilihat ikterus, sianosis, pucat, eritema, atau tidak,
kulit umumnya pada leukemia mungkin dapat ditemukan bintik-
bintik merah atau keunguan (ptechiae), CRT dapat
ditemukan dibawah normal karena adanya kekurangan oksigen
dalam tubuh, ada atau tidak yang kulit yang terluka yang dapat
memberbesar resiko infeksi dan perdarahan , turgor kulit,
kelembapan kulit, dan tekstur kulit. Pada pemeriksaan kulit dan
kuku juga dilihat keberisihannya, karena defisit perawatan
diri dapat menyebabkan infeksi.
12) Genitalia
Pada pemeriksaan genetalia dilihat adanya perdarahan di anus
atau tidak, berih atau tidak karena daerah genetalia adalah
daerah yang mudah terkena infeksi, maka dari itu pemeriksaan
perlu dilakukan. Pada anak leukemia mungkin ditemukan anus
berdarah, hal itu disebabkan dimungkinakan nya mengejan
terlalu keras.
13) Pemeriksaan Ekstremitas
Periksa skala otot dan kelemahan pada ekstremitas.
2. Diagnosa
a. Hipertermia b.d proses penyakit (D.0130)
b. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (D.0077)
c. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
(D.0009)
d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik (D.0056)
e. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan muskuloskletal (D.0054)
f. Nausea b.d peningkatan asam lambung (D.0076)
g. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien (D.0019)
h. Gangguan citra tubuh b.d efek pengobatan (D.0083)
i. Resiko syok hipovolemik (D.0039)
j. Resiko cidera (D.0136)
3. Perencanaan
No SDKI SLKI SIKI
1 Hipertermia b.d Setelah dilakukan Tindakan keperawatan Manajemen Hipertermia (I.15506)
proses penyakit selama 1x24 jam, diharapkan Hipertermia Observasi
(D.0130) teratasi dengan kriteria hasil: - Identifikasi penyebab hipertermia
Termoregulasi (L.14134) - Monitor suhu tubuh
1. Kulit merah, dari sedang (3) ke - Monitor komplikasi akibat hipertermia
menurun (5) Terapeutik
2. Pucat , dari sedang (3) ke menurun - Longgarkan atau lepas pakaian
(5) - Basahi dan kipasi permukaan tubuh
3. Suhu tubuh, dari sedang (3) ke - Berikan cairan oral
membaik (5)
- Lakukan pendinginan eksternal
4. Suhu kulit, dari sedang (3) ke
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
membaik (5)
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan elektrolit intravena, jika perlu
2 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri (I.08238)
agen pencedera dalam 1x24 jam diharapkan Nyeri akut Observasi
fisiiologis dapat teratasi dengan kriteria hasil: - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
(D0077) Tingkat Nyeri (L.08066) dan intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri, dari sedang (3) ke - Identifikasi respon non verbal
menurun (5) - Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
2. Meringis, dari sedang (3) ke menurun nyeri
(5) - Monitor keberhasilan terapi yang sudah dilakukan
3. Gelisah, dari sedang (3) ke menurun Terapeutik
(5) - Berikan tehnik non farmakologis dalam melakukan
4. Pola tidur, dari cukup buruk (2) ke penanganan nyeri
cukup membaik (4) - Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, priode dan pemicu nyeri
- Ajarkan strategi meredakan nyeri
- Mengajarkan dan menganjurkan untuk memonitor nyeri
secara mandiri
- Mengajarkan tehnik non farmakologis yang tepat
Kolaborasi
Kolaborasi dalam pemberian analgetik jika perlu
3 Perfusi perifer Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Sirkulasi (I.02079)
tidak efektif b.d selama 1x8 jam masalah keperawatan Observasi
penurunan perfusi perifer tidak efektif dapat teratasi - Periksa sirkulasi perifer
konsentrasi dengan - Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
hemoglobin Perfusi Perifer (L.14125) - Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada
(D.0009) 1. Denyut nadi perifer, dari menurun (1) ekstremitas
ke meningkat (5) Terapeutik
2. Warna kulit pucat, dari meningkat (1) - Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di
ke menurun (5) area keterbatasan perfusi
3. Pengisian kapiler, dari memburuk (1) - Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas
ke membaik (5) dengan keterbatasan perfusi
4. Akral, dari memburuk (1) ke membaik - Lakukan pencegahan infeksi
(5) - Lakukan perawatan kaki dan kuku
5. Turgor kulit, dari memburuk (1) ke - Lakukan hidrasi
membaik (5) Edukasi
6. Tekanan darah sistolik, dari - Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah,
memburuk (1) ke membaik (5) antikoagulan dan penurun kolestrol
7. Tekanan darah diastolik, dari - Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus
memburuk (1) ke membaik (5) dilaporkan
4 Intoleransi Setelah dilakukan Tindakan keperawatan Manajemen Energi (I.05178)
aktivitas b.d selama 1x24 jam diharapkan intoleransi Observasi
kelemahan fisik aktivitas teratasi dengan kriteria hasil: - Identifikasi gangguan fungsi tubuh
(D.0056) Toleransi Aktivitas (L.05047) - Monitor kelelahan fisik dan emosional
1. Frekuensi nadi, dari sedang (3) ke Terapeutik
menurun (5) - Sediakan lingkungan yang nyaman
2. Saturasi oksigen, dari sedang (3) ke - Lakukan latihan rentang gerak aktif/pasif
meningkat (5) - Berikan aktivitas dikstraksi yang menenangkan
3. Keluhan lelah, dari sedang (3) ke Edukasi
menurun (5) - Anjurkan tirah baring
4. Dispnea saat beraktivitas, dari sedang - Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
(3) ke menurun (5) Kolaborasi
5. Dispnea setelah beraktivitas dari Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
sedang (3) ke menurun (5) asupan makanan

5 Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Mobilisasi (I.05173)


mobilitas fisik b.d selama 3x24 jam masalah keperawatan Observasi
gangguan gangguan mobilitas fisik dapat teratasi - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
muskuloskletal dengan kriteria hasil - Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
(D.0054) Mobilitas Fisik (L.05042) - Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
1. Pergerakan ekstremitas, dari menurun memulai mobilisasi
(1) ke meningkat (5) - Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
2. Kekuatan otot, dari menurun (1) ke Terapeutik
meningkat (5) - Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu/fasilitasi
3. Rentang gerak (ROM), dari menurun melakukan pergerakan
(1) ke meningkat (5) - Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
4. Nyeri, dari meningkat (1) ke menurun meningkatkan pasien dalam meningkatkan pergerakan
(5) Edukasi
5. Kecemasan, dari meningkat (1) ke - Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
menurun (5) - Anjurkan melakukan mobilisasi dini
6. Kaku sendi, dari meningkat (1) ke - Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
menurun (5)
7. Gerakan terbatas, dari meningkat (1)
ke menurun (5)
8. Kelemahan fisik, dari meningkat (1) ke
menurun (5)
6 Nausea b.d Setelah dilakukan Tindakan keperawatan Manajemen Mual (I.03117)
peningkatan selama 1x8 jam, diharapkan nausea Observasi
asam lambung menurun dengan kriteria hasil: - Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup
(D.0076) Kontrol Mual/Muntah (L.10099) - Identifikasi faktor penyebab mual.
1. Kemampuan melakukan tindakan - Monitor mual.
untuk mengontrol mual/muntah, dari Terapeutik
sedang (3) ke meningkat (5) - Kurangi keadaan penyebab mual
2. Melapor mual/muntah terkontrol, dari - Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
sedang (3) ke meningkat (5) Edukasi
Nafsu makan (L.03024) - Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
Keinginan makan, dari cukup menurun - Anjurkan sering membersihkan mulut
(2) ke meningkat (5) - Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual
Manajemen Muntah (I.03118)
Observasi
- Identifikasi karakteristik muntah
- Identifikasi faktor penyebab muntah
- Periksa volume muntah
- Monitor keseimbangan cairan dan erektrolit
Terapeutik
- Kurangi keadaan penyebab mual
- Atur posisi untuk mencegah aspirasi
- Berikan dukungan fisik saat muntah
Edukasi
- Anjurkan membawa kantong plastik untuk menampung
muntah
- Anjurkan memperbanyak istirahat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antiemetik
7 Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 Manajemen Nutrisi (I.03119)
ketidakmampuan x 24 jam diharapkan status nutrisi dapat Observasi
mengabsorbsi membaik dengan kriteria hasil: - Identifikasi status nutrisi
nutrien (D.0019) Status Nutrisi Bayi (L.03031) - Identifikasi makanan yang disukasi
1. Berat bayi, dari menurun (1) ke - Monitor asupan makanan
meningkat (5) Terapeutik
2. Panjang badan, dari menurun (1) ke - Lakukan oral hygiene sebelum makan
meningkat (5) - Sajikan makanan secara menarik dengan suhu yang
3. Membran mukosa kuning, dari sesuai
meningkat (1) ke menurun (5) - Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
4. Pola makan, dari memburuk (1) ke konstipasi
membaik (5) - Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
5. Tebal lipatan kulit, dari memburuk (1) Kolaborasi
ke membaik (5)
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan
8 Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan keperawatan Promosi Citra Tubuh (I.09305)
tubuh b.d efek selama 1x24 jam masalah keperawatan Observasi
pengobatan citra tubuh dapat teratasi dengan kriteria - Identifikasi harapan akan citra tubuh
(D.0083) hasil: - Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin dan
Citra Tubuh (L.09067) pandangan terkait citra tubuh
1. Melihat bagian tubuh, dari menurun Teraupetik
(1) ke meningkat (5) - Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
2. Menyentuh bagian tubuh, dari - Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuh
menurun (1) ke meningkat (5) Edukasi
3. Respon nonverbal pada perubahan - Jelaskan kepada keluarga tentang pengobatan
tubuh, dari memburuk (1) ke - Latih fungsi tubuh
membaik (5) - Latih mengungkapkan kemampuan
9 Resiko syok Setelah dilakukan tindakan keperawatan Management Hipovolemia (I.03114)
hipovolemik dalam 1x60 menit diharapkan Observasi
(D.0039) hipovolemia dapat teratasi dengan kriteria - Periksa tanda gejala hipovolemia
hasil: - Identifikasi penyebab hipovolemia
Keseimbangan cairan (L.03020) - Moitor status hemodinamik
1. Edema, dari sedang (3) ke menurun - Monitor intake dan ouput cairan
(5) Teraupetik
2. Tekanan darah, dari sedang (3) ke - Timbang BB setiap hari
membaik (5) - Batasi asupan cairan dan garam
3. Denyut nadi radial, dari sedang (3) ke - Tinggikan kepala 30-40o
membaik (5) Edukasi
4. Tekanan arteri, dari sedang (3) ke Anjurkan melapor jika BB bertambah lebih dari 1 kg dalam
membaik (5) sehari
Kolaborasi
Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat deuritik
10 Resiko cidera Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Cidera (I.14537)
(D.0136) selama 1x24 jam masala keperawatan Observasi
cidera tridak terjadi dengan kriteria hasil: - Identifikasi area lingkungan yang berpotensi
Tingkat Cedera (L.14136) menyebabkan cedera
1. Kejadian cidera, dari meningkat (1) - Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan
ke menurun (5) cedera
2. Luka/lecet dari meningkat (1) ke Terapeutik
menurun (5) - Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan
3. Ketegangan otot, dari meningkat (1) lingkungan ruang rawat (mis. penggunaan telepon,
ke menurun (5) tempat tidur, penerangan ruangan dan lokasi kamar
4. Perdarahan, dari meningkat (1) ke mandi)
menurun (5) - Pastikan barangbarang pribadi mudah dijangkau
5. Gangguan mobilitas, dari meningkat - Pertahankan posisi tempat tidur di posisi terendah
(1) ke menurun (5) saat digunakan
- Gunakan pengaman tempat tidur sesui dengan
kebijakan fasilits pelayanan kesehatan
- Diskusi mengenai latihan dan terapi fisik yang
diperlukan
Edukasi
Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien
dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Andyani, Ni Nyoman Martha. (2019). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada


Anak Leukemia Myeloid Akut Dengan Naausea Di Ruang Pudak
RSUP Sanglah Tahun 2019. Tesis. Politeknik Kesehatan Kemenkes
Denpasar Jurusan Keperawatan.

Anisa. (2017). Pengaruh Variasi Konsentrasi Perhidrol (H2o2) Terhadap Kualitas


Pengecatan Lepehne Pada Leukemia. Tesis. Universitas Muhammadiyah
Semarang.

Desmawati. (2013). Sistem Hematologi dan Imunologi. Edited by D. Juliastuti.


Jakarta: Penerbit In Media

Fitriana, Mariska. (2017). Pengalaman Ibu Merawat Anak Dengan Leukemia Di


Ruang Hemato-Onkologi RSUD Ulin Banjarmasin (Studi Kualitatif).
Skripsi Keperawatan Sari Mulia

Hanifah, J., (2019). Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman (Patient


Safety) pada Anak Usia Pre-School dengan ALL (Acute Lymphoblastic
Leukemia) di Rumah Singgah Harapan Indonesia Semarang. Skripsi.
Poltekkes Kemenkes Semarang

Larasuci, Ni Made Dwi Kartika. (2018). Pengaruh Perbedaan Waktu


Pemeriksaan Terhadap Kadar Glukosa Darah. Diploma thesis,
Jurusan Analis Kesehatan.

Ni Ketut & Agus Sarwo Prayogi. (2016). Asuhan Keperawatan Anak Sakit dan
Bayi Resiko Tinggi. Yogyakarta : PT. Pustaka Baru.

Nuratif, Kusuma. (2017). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Nanda : Nic-Noc.


Jakarta: MediAction Publishing

Padila. (2013) Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai