Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

ALL DI RUANG TURSINA 1


RUMAH SAKIT UMUM ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH

DISUSUN

OLEH:

MUKTHI
NIM:22900035

STIKes MEDIKA NURUL ISLAM


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022

1
A. PENGERTIAN
Leukemia adalah keganasan organ pembuat darah, sehingga
sumsum tulang didominasi oleh limfoblas yang abnormal. Leukemia
limfoblastik akut adalah keganasan yang sering ditemukan pada masa
anak-anak (25-30% dari seluruh keganasan pada anak), anak laki lebih
sering ditemukan dari pada anak perempuan, dan terbanyak pada anak usia
3-4 tahun. Faktor risiko terjadi leukimia adalah faktor kelainan kromosom,
bahan kimia, radiasi faktor hormonal,infeksi virus (Ribera, 2009).
Leukemia  lymphoblastic akut (ALL atau juga disebut akut
leukemia limfotik) adalah kanker darah dan sumsum tulang. Kanker jenis
ini biasanya semakin memburuk dengan cepat jika tidak diobati. ALL
adalah jenis kanker yang paling umum pada anak-anak. Pada anak yang
sehat, sumsum tulang membuat sel-sel induk darah ( sel yang belum
matang ) yang menjadi sel-sel darah dewasa dari waktu ke waktu. Sebuah
sel induk  dapat menjadi sel induk myeloid atau sel induk limfoid
(National Cancer Institute, 2014).
Leukemia lymphoblstik akut merupakan penyakit keganasan sel-
sel darah yang berasal dari sum-sum tulang dan ditandai dengan proliferasi
maligna sel leukosit immaturea, pada darah tapi terlihat adanya
pertumbuhan sel-sel yang abnormal (Friehlig et al, 2015). Sel leukosit
dalam darah penderita leukemia berproliferasi secara tidak teratur dan
menyebabkan perubahan fungsi menjadi tidak normal sehingga
mengganggu fungsi sel normal lain (Permono, 2012).

B. ANATOMI FISIOLOGI
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam
pembuluh darah yang warnanya merah. Pada tubuh yang sehat atau orang
dewasa  terdapat darah sebanyak kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-
kira 4 sampai 5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap organ0organ tidak
sama tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jatung atau pembuluh
darah.

2
 Fungsi darah terdiri atas:
1)  Sebagai alat pengangkut
2)  Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan
racun  yang akan membunuh tubuh dengan perantaraan leukosit, anti
bodi / zat-zat anti racun
3)      Menyebarkan panas ke seluruh tubuh
 Bagian-bagian darah:
1.   Air                :  91%
2.   Protein          :  8% (albumin, globulin, protombi dan fibrinogen)
3.   Mineral         :  0,9% (Natrium Klorida, Natrium Bikarbonat, Garam,
Posphatt, Magnesium dan Asam Amino)
 Darah terdiri dari 2 bagian yaitu:
1) Sel darah ada 3 macam yaitu:
       a.  Eritrosit (sel darah merah)
       b.  Leukosit (sel darah putih)
       c.  Trombosit (sel pembeku darah)
2) Plasma darah
a. Eritrosit
Ialah bentuknya seperti cakram / bikonkap dan tidak
mempunyai inti. Ukurannya kira-kira 7,7 unit (0,007 mm) diameter
tidak dapat bergerak. Banyaknya kira-kira 5 juta dalam 1 mm3 (4 ½
- 4 juta). Warnanya kuning kemerah-merahan, karena di dalamnya
mengandug suatu zat yang disebut hemoglobin. Warna ini akan
bertambah merah jika di dalamnya banyak mengandung O2.
Fungsinya mengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh
jaringan tubuh dan mengikat CO2 dari jaringan tubuh dikeluarkan
melalui paru-paru.
Jumlah eritrosit normal pada orang dewasa kira-kira 11,5 –
15 gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb
laki-laki 13,0%. Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini
bisa berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel
darah merah. Apabila keduanya berkurang maka keadaan ini

3
disebut anemia, yang biasanya hal ini disebabkan oleh karena
pendarahan yang hebat, hama-hama penyakit yang menghanyutkan
eritrosit dan tempat pembuatan eritrosit sendiri terganggu.
b. Leukosit
Ialah keadaan bentuk dan sifat-sifat leukosit berlainan
dengan eritrosit dan apabila kita periksa dan kita lihat bahwa di
bawah mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang dapat
berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu
(pseudopodia), mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga ia
dapat dibedakan menurut inti selnya. Warnanya bening (tidak
berwarna), banyaknya dalam 1 mm3 kira-kira 6.000 sampai 9.000
 Fungsinya:
- Sebagai serdadu tubuh yaitu, membunuh dan memakan
bibit penyakit  / bakteri yang masuk ke dalam tubuh
jaringan RES (System Retikulo Endotel), tempat
pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe.
- Sebagai pengangkut yaitu, mengangkut / membawa zat
lemak dari dinding usus melalui limpa uterus ke pembuluh
darah.
Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam
kelenjar limfe, sekarang beredar di dalam darah untuk mempertahankan
tubuh terhadap serangan bibit penyakit tersebut. Jika jumlah leukosit
dalam darah melebihi 10.000/mm3 disebut leukotosis dan kurang 5.000 /
mm3 leukopenia.
 Macam-macam leukosit meliputi:
1. Agranulosit
Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya, yang terdiri dari:
a. Limfosit
Macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar
limfe, bentuknya ada yang besar dan ada yang kecil, di dalam
sitoplasmanya tidak terdapat granula dan intinya besar, banyaknya 20

4
– 25% dan fungsinya membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke
dalam jaringan tubuh.
b. Monosit
Terbanyak dibuat di sum-sum tulang merah, besarnya lebih besar
dari limfosit, fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 38%. Di bawah
mikroskop terlihat bahwa protoplasmanya lebar, warnanya biru sedikit
abu-abu, mempunyai bintik-bintik sedikit kemerah-merahan. Inti
selnya bulat dan panjang warnanya lembayung muda.
2. Granulosit
        Disebut juga leukosit granular terdiri dari:
a. Neutrofil atau pulmor nuclear leukosit, mempunyai inti sel yang
berangkai kadang-kadang seperti terpisahpisah, protoplasmanya
banyak bintik-bintik halus / granula, banyaknya 60 – 70%
b. Eosinofil, ukuran dan bentuknya hampir sama dengan netrofil
tetapi granula dalam sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-
kira 2 – 4%
c. Basofil, sel inti kecil dan pada eosinifil tetapi mempunyai inti yang
bentuknya teratur, di dalam protoplasmanya terdapat granula-
granula besar. Banyaknya ½ %. Dibuat di sum-sum merah,
fungsinya tidak diketahui
d. Trombosit ialah merupakan benda-benda kecil yang mati yang
bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat, ada yang
lonjong, warnanya putih, banyaknya normal pada orang dewasa
200.000 – 300.000 mm3.
Fungsinya memegang peranan penting di dalam pembekuan
darah. Jika banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada luka
darah tidak lekas membeku sehingga timbul pendarahan yang
terus-menerus. Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis.
Trombosit yang kurang dari 200.000 disebut trombositopenia.
Terjadinya pembekuan darah di dalam plasma darah
terdapat suatu zat yang turut membantu terjadinya peristiwa

5
pembekuan darah yaitu Ca2+ dan fibrinogen mulai bekerja apabila
tubuh medapat luka.
Hemoglobin ialah protein yang kaya akan zat besi. Jumlah
hemoglobin dalam darah normal ialah kira-kira 15 gram setiap ml
darah, dan ini jumlahnya biasa disebut 100 persen.
Plasma darah ialah bagian darah yang encer tanpa sel-sel
darah, warnanya bening kekuning-kuningan. Hampir 90% dari
plasma darah terdiri dari air, disamping itu terdapat pula zat-zat
lain yang terlarut di dalamnya.
 Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah:
1. Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.
2. Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium dan
lain-lain) yang berguna dalam metabolisme dan juga
mengadakan osmotil
3. Protein darah (albumin, globulin) meninggalkan viskositosis
darah dan juga menimbukan tekanan osmotic untuk memelihara
keseimbangan cairan dalam tubuh
4. Zat makanan (asam amino, glukosa, mineral dan vitamin)
5. Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh
6. Anti bodi / anti toksin. (Drs. Syaifuddin, B. Ac, 1992)

C. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
1) Faktor genetik : virus tertntu menyebabkan terjadinya perubahan
struktur gen (Tcell Leukimia-Lhympoma virus/HLTV)
2) Radiasi
3) Obat–obat imunosupresi, obat-obat kardiogenik seperti diet
hylstilbestrol
4) Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
5) Kelainan kromoson missal nya pada down sindrom leukemia biasanya
mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar jenis

6
leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran radiasi dan
bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakain obat anti
kanker, meningalkan resoko terjadinya leukemia. Orang yang
memiliki kelainan genetic tertentu (misalnya down sindrom dan
sindrom fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.

D. MANIFESTASI KLINIS
Leukemia limfositik akut menyerupai leukemia granulositik akut
dengan tanda dan gejala dikaitkan dengan penekanan unsur sumsum
tulang normal (kegagalan sumsum tulang) atau keterlibatan ekstramedular
oleh sel leukemia. Akumulasi sel-sel limfoblas ganas di sumsum tulang
menyebabkan berkurangnya sel-sel normal di darah perifer dengan
manifestasi utama berupa infeksi, perdarahan, dan anemia. Gejala lain
yang dapat ditemukan yaitu:

- Anemia: mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada


- Anoreksia, kehilangan berat badan, malaise
- Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel
leukemia), biasanya terjadi pada anak
- Demam, banyak berkeringat pada malam hari(hipermetabolisme)
- Infeksi mulut, saluran napas, selulitis, atau sepsis. Penyebab tersering
adalah gramnegatif usus
- Stafilokokus, streptokokus, serta jamur
- Perdarahan kulit, gusi, otak, saluran cerna, hematuria
- Hepatomegali, splenomegali, limfadenopati
- Massa di mediastinum (T-ALL)
Leukemia SSP (Leukemia cerebral); nyeri kepala, tekanan intrakranial
naik, muntah,kelumpuhan saraf otak (VI dan VII), kelainan neurologik
fokal, dan perubahan statusmental.

E. PATOFISIOLOGI
Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah
(RBC) dan leukosit atau sel darah putih (WBC) serta trombosit atau

7
platelet. Seluruh sel darah normal diperoleh dari sel batang tunggal yang
terdapat pada seluruh sumsum tulang. Sel batang dapat dibagi ke dalam
lymphpoid dan sel batang darah (myeloid), dimana pada kebalikannya
menjadi cikal bakal sel yang terbagi sepanjang jalur tunggal khusus.
Proses ini dikenal sebagai hematopoiesis dan terjadi di dalam sumsum
tulang tengkorak, tulang belakang., panggul, tulang dada, dan pada
proximal epifisis pada tulang-tulang yang panjang.
ALL meningkat dari sel batang lymphoid tungal dengan
kematangan lemah dan pengumpulan sel-sel penyebab kerusakan di dalam
sumsum tulang. Biasanya dijumpai tingkat pengembangan lymphoid yang
berbeda dalam sumsum tulang mulai dari yang sangat mentah hingga
hampir menjadi sel normal. Derajat kementahannya merupakan petunjuk
untuk menentukan/meramalkan kelanjutannya. Pada pemeriksaan darah
tepi ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya ada leukositosis, kadang-
kadang leukopenia (25%). Jumlah leukosit neutrofil seringkali rendah,
demikian pula kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan
sumsum tulang biasanya menunjukkan sel-sel blas yang dominan.
Pematangan limfosit B dimulai dari sel stem pluripoten, kemudian sel stem
limfoid, pre pre-B, early B, sel B intermedia, sel B matang, sel
plasmasitoid dan sel plasma. Limfosit T juga berasal dari sel stem
pluripoten, berkembang menjadi sel stem limfoid, sel timosit imatur,
cimmom thymosit, timosit matur, dan menjadi sel limfosit T helper dan
limfosit T supresor.
Peningkatan prosuksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat
ekstramedular sehingga anak-anak menderita pembesaran kelenjar limfe
dan hepatosplenomegali. Sakit tulang juga sering dijumpai. Juga timbul
serangan pada susunan saraf pusat, yaitu sakit kepala, muntah-muntah,
“seizures” dan gangguan penglihatan.
Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam
jumlah yang berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ,
termasuk sumsum tulang dan menggantikan unsur-unsur sel yang normal.
Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer

8
sehingga mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan
haemopoesis normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah
leucosit, sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke berbagai
organ menyebabkan pembersaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala,
muntah, dan nyeri tulang serta persendian.
Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan
jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis,
perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi
sistem retikuloendotelial yang dapat menyebabkan gangguan sistem
pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kaker
juga mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan makanan.
(Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001,
Betz & Sowden, 2002).

9
PATHWAY

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang mengenai leukemia adalah :
1. Hitung darah lengkap menunjukkan normositik, anemia normositik.
2. Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/100 ml
3. Retikulosit : jumlah biasanya rendah
4. Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (<50.000/mm)
5. SDP : mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP yang
imatur (mungkin menyimpang ke kiri). Mungkin ada sel blast
leukemia.
6. PT/PTT : memanjang
7. LDH : mungkin meningkat

10
8. Asam urat serum/urine : mungkin meningkat
9. Muramidase serum (lisozim) : penigkatabn pada leukimia monositik
akut dan mielomonositik.
10. Copper serum : meningkat
11. Zinc serum : meningkat/ menurun
12. Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50 % atau
lebih dari SDP pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari blast,
dengan prekusor eritroid, sel matur, dan megakariositis menurun.
13. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat
keterlibatan

G. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
Akibat defisiensi trombosit (trombositopenia). Angka trombosit yang
rendah ditandai dengan:
a. Memar (ekimosis)
b. Petekia (bintik perdarahan kemerahan atau keabuan sebesar ujung
jarum dipermukaan kulit) Perdarahan berat jika angka trombosit <
20.000 mm3 darah. Demam dan infeksi dapat memperberat
perdarahan
2. Infeksi
Akibat kekurangan granulosit matur dan normal. Meningkat sesuai
derajat netropenia dan disfungsi imun.
3. Pembentukan batu ginjal dan kolik ginjal.
Akibat penghancuran sel besar-besaran saat kemoterapi meningkatkan
kadar asam urat sehingga perlu asupan cairan yang tinggi.
4. Anemia
5. Masalah gastrointestinal.
6. Mual
7. Muntah
8. Anoreksia
9. Diare dan lesi mukosa mulut

11
H. PENATALAKSAAN MEDIS
1. Leukemia Limfoblastik Akut :
Tujuan pengobatan adalah mencapai kesembuhan total dengan
menghancurkan sel-sel leukemik sehingga sel noramal bisa tumbuh
kembali di dalam sumsum tulang. Penderita yang menjalani kemoterapi
perlu dirawat di rumah sakit selama beberapa hari atau beberapa minggu,
tergantung kepada respon yang ditunjukkan oleh sumsum tulang.

Sebelum sumsum tulang kembali berfungsi normal, penderita


mungkin memerlukan: transfusi sel darah merah untuk mengatasi anemia,
transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan, antibiotik untuk
mengatasi infeksi. Beberapa kombinasi dari obat kemoterapi sering
digunakan dan dosisnya diulang selama beberapa hari atau beberapa
minggu. Suatu kombinasi terdiri dari prednison per-oral (ditelan) dan dosis
mingguan dari vinkristin dengan antrasiklin atau asparaginase intravena.

Untuk mengatasi sel leukemik di otak, biasanya diberikan suntikan


metotreksat langsung ke dalam cairan spinal dan terapi penyinaran ke otak.
Beberapa minggu atau beberapa bulan setelah pengobatan awal yang
intensif untuk menghancurkan sel leukemik, diberikan pengobatan
tambahan (kemoterapi konsolidasi) untuk menghancurkan sisa-sisa sel
leukemik. Pengobatan bisa berlangsung selama 2-3 tahun. Sel-sel
leukemik bisa kembali muncul, seringkali di sumsum tulang, otak atau
buah zakar. Pemunculan kembali sel leukemik di sumsum tulang
merupakan masalah yang sangat serius. Penderita harus kembali menjalani
kemoterapi.

Pencangkokan sumsum tulang menjanjikan kesempatan untuk


sembuh pada penderita ini. Jika sel leukemik kembali muncul di otak,
maka obat kemoterapi disuntikkan ke dalam cairan spinal sebanyak 1-2
kali/minggu. Pemunculan kembali sel leukemik di buah zakar, biasanya
diatasi dengan kemoterapi dan terapi penyinaran.

12
2. Pengobatan Leukeumia Limfositik Kronik
Leukemia limfositik kronik berkembang dengan lambat, sehingga
banyak penderita yang tidak memerlukan pengobatan selama bertahun-
tahun sampai jumlah limfosit sangat banyak, kelenjar getah bening
membesar atau terjadi penurunan jumlah eritrosit atau trombosit. Anemia
diatasi dengan transfusi darah dan suntikan eritropoietin (obat yang
merangsang pembentukan sel-sel darah merah). Jika jumlah trombosit
sangat menurun, diberikan transfusi trombosit. Infeksi diatasi dengan
antibiotik.

Terapi penyinaran digunakan untuk memperkecil ukuran kelenjar


getah bening, hati atau limpa. Obat antikanker saja atau ditambah
kortikosteroid diberikan jika jumlah limfositnya sangat banyak. Prednison
dan kortikosteroid lainnya bisa menyebabkan perbaikan pada penderita
leukemia yang sudah menyebar. Tetapi respon ini biasanya berlangsung
singkat dan setelah pemakaian jangka panjang, kortikosteroid
menyebabkan beberapa efek samping. Leukemia sel B diobati dengan
alkylating agent, yang membunuh sel kanker dengan mempengaruhi
DNAnya. Leukemia sel berambut diobati dengan interferon alfa dan
pentostatin.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aster, Jon. 2007. Sistem Hematopoietik dan Limfoid dalam Buku Ajar Patologi
Edisi 7. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC

Atul, Mehta dan A. Victor Hoffbrand. 2006. At a Glance Hematologi.Edisi 2.


Jakarta: Erlangga

Baldy, Catherine M. 2006. Komposisi Darah dan Sistem Makrofag-Monosit


dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC

Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.


(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Landier W, Bhatia S, Eshelman DA, Forte KJ, Sweeney T, Hester AL, et


al.Development of risk-based guidelines for pediatric cancer survivors: the
Children's Oncology Group Long-Term Follow-Up Guidelines from the
Children's Oncology Group Late Effects Committee and Nursing
Discipline. J Clin Oncol. Dec 152004;22(24):4979-90.

Smeltzer Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed.
8. Jakarta : EGC;.2. Tucke

14

Anda mungkin juga menyukai