Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesainya makalah yang berjudul “trend dan issue terkait gangguan sistem
hematologi”.

Sebagian besar makalah yang berjudul “trend dan issue terkait


gangguan sistem hematologi”. ini dapat terselesaikan atas bimbingan dari dosen
dan kerjasama antara mahasiswa/i, anggota kelompok.Untuk itu, kami
mengucapkan terima kasih atas partipasinya.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mohon maaf atas ketidaksempurnaan
makalah ini, baik dari segi penulisan maupun isinya.Untuk penyempurnaan lebih
lanjut, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami sebagai penyusun


khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.

sigli, november 2019

penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI. .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar belakang ..................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORI .......................................................................... 3

A. Definisi. ............................................................................................... 3
B. Anatomi dan fisiologi........ .................................................................
C. etiologi........ ........................................................................................ 3
D. Patofisiologi. ....................................................................................... 5
E. Tanda dan gejala. ................................................................................ 6
F. Pemeriksaan Diagnostik ......................................................................
G. Penatalaksanaan .................................................................................. 6

BAB III PENUTUP. ....................................................................................... 13

A. kesimpulan. .........................................................................................
B. saran. ...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum-
sum tulang yang ditandai oleh proliforasi sel-sel darah putih dengan manifestasi
adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi. Pada leukemia ada gangguan dalam
pengaturan sel leukosit. Leuksit dalam darah berproliferasi secara tidak teratur dan
tidak terkendali dan fungsinyapun menjadi normal. Oleh karena proses tersebut
fungsi-fungsi lain dari sel darah merah normal terganggu hingga menimbulkan
gejala leukemia yang dikenal dalam klinik.
Leukemia limfosit akut merupakan keganasan pada alat pembuat sel darah
berupa proliforasi sel hemafosit muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-
sum tulang dan membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan
tubuh lainnya.
Leukemia akut pada masa kanak-kanak merupakan 30 – 40% dari keganasan,
insiden rata-rata 4 – 4,5 kasus / tahun / 100.000 anak di bawah 15 tahun di negara
berkembang, angka kejadian ALL mencapai 83%. Rasio laki-laki dan perempuan
adalah 1 : 1,5.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Defenisi
Leukemia adalah kanker sel darah yang memburuk. Pasien yang menderita
penyakit ini akan memproduksi sel darah putih yang belum matang dalam jumlah
besar, sehingga mencegah sel darah untuk melakukan tugas mereka.
Kondisi ini dapat menimpa anak-anak dan orang dewasa. Meskipun
diagnosa lebih banyak ditemukan pada orang dewasa, mereka yang berusia diatas
20 tahun memiliki hasil perawatan (prognosa) yang lebih baik.

B. Anatomi Fisiologi
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah
yang warnanya merah. Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah
sebanyak kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4 sampai 5 liter. Keadaan
jumlah tersebut pada tiap organ0organ tidak sama tergantung pada umur,
pekerjaan, keadaan jatung atau pembuluh darah.
Fungsi darah terdiri atas:
1. Sebagai alat pengangkut
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang
akan membunuh tubuh dengan perantaraan leukosit, anti bodi / zat-zat anti
racun
3. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh
Bagian-bagian darah:
1. Air : 91%
2. Protein : 8% (albumin, globulin, protombi dan fibrinogen)
3. Mineral : 0,9% (Natrium Klorida, Natrium Bikarbonat, Garam,
Posphatt, Magnesium dan Asam Amino)
Darah terdiri dari 2 bagian yaitu:
1. Sel darah ada 3 macam yaitu:
a. Eritrosit (sel darah merah)

4
b. Leukosit (sel darah putih)
c. Trombosit (sel pembeku darah)
2. Plasma darah
a. Eritrosit
Ialah bentuknya seperti cakram / bikonkap dan tidak mempunyai inti.
Ukurannya kira-kira 7,7 unit (0,007 mm) diameter tidak dapat bergerak.
Banyaknya kira-kira 5 juta dalam 1 mm3 (4 ½ - 4 juta). Warnanya kuning
kemerah-merahan, karena di dalamnya mengandug suatu zat yang disebut
hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah jika di dalamnya banyak
mengandung O2.
Fungsinya mengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh
jaringan tubuh dan mengikat CO2 dari jaringan tubuh dikeluarkan melalui
paru-paru.
Jumlah eritrosit normal pada orang dewasa kira-kira 11,5 – 15 gram dalam
100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0%. Di
dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang, demikian juga
banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila keduanya
berkurang maka keadaan ini disebut anemia, yang biasanya hal ini
disebabkan oleh karena pendarahan yang hebat, hama-hama penyakit yang
menghanyutkan eritrosit dan tempat pembuatan eritrosit sendiri terganggu.
b. Leukosit
Ialah keadaan bentuk dan sifat-sifat leukosit berlainan dengan eritrosit
dan apabila kita periksa dan kita lihat bahwa di bawah mikroskop maka
akan terlihat bentuknya yang dapat berubah-ubah dan dapat bergerak
dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia), mempunyai bermacam-
macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya. Warnanya
bening (tidak berwarna), banyaknya dalam 1 mm3 kira-kira 6.000 sampai
9.000

Fungsinya:

5
1. Sebagai serdadu tubuh yaitu, membunuh dan memakan bibit penyakit / bakteri
yang masuk ke dalam tubuh jaringan RES (System Retikulo Endotel), tempat
pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe.
Sebagai pengangkut yaitu, mengangkut / membawa zat lemak dari dinding
usus melalui limpa uterus ke pembuluh darah.
2. Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe,
sekarang beredar di dalam darah untuk mempertahankan tubuh terhadap
serangan bibit penyakit tersebut. Jika jumlah leukosit dalam darah melebihi
10.000/mm3 disebut leukotosis dan kurang 5.000 / mm3 leukopenia.

Macam-macam leukosit meliputi:


1. Agranulosit
Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya, yang terdiri dari:
a. Limfosit
Macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar limfe,
bentuknya ada yang besar dan ada yang kecil, di dalam sitoplasmanya
tidak terdapat granula dan intinya besar, banyaknya 20 – 25% dan
fungsinya membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam jaringan
tubuh.
b. Monosit
Terbanyak dibuat di sum-sum tulang merah, besarnya lebih besar dari
limfosit, fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 38%.
Di bawah mikroskop terlihat bahwa protoplasmanya lebar, warnanya biru
sedikit abu-abu, mempunyai bintik-bintik sedikit kemerah-merahan. Inti
selnya bulat dan panjang warnanya lembayung muda.
2. Granulosit
Disebut juga leukosit granular terdiri dari:
a. Neutrofil atau pulmor nuclear leukosit, mempunyai inti sel yang berangkai
kadang-kadang seperti terpisahpisah, protoplasmanya banyak bintik-bintik
halus / granula, banyaknya 60 – 70%

6
b. Eosinofil, ukuran dan bentuknya hampir sama dengan netrofil tetapi granula
dalam sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-kira 2 – 4%
c. Basofil, sel inti kecil dan pada eosinifil tetapi mempunyai inti yang
bentuknya teratur, di dalam protoplasmanya terdapat granula-granula besar.
Banyaknya ½ %. Dibuat di sum-sum merah, fungsinya tidak diketahui
d. Trombosit ialah merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan
ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat, ada yang lonjong, warnanya
putih, banyaknya normal pada orang dewasa 200.000 – 300.000 mm3.
e. Fungsinya memegang peranan penting di dalam pembekuan darah. Jika
banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas
membeku sehingga timbul pendarahan yang terus-menerus. Trombosit lebih
dari 300.000 disebut trombositosis. Trombosit yang kurang dari 200.000
disebut trombositopenia.
f. Terjadinya pembekuan darah di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang
turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah yaitu Ca2+ dan
fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh medapat luka.
g. Hemoglobin ialah protein yang kaya akan zat besi. Jumlah hemoglobin
dalam darah normal ialah kira-kira 15 gram setiap ml darah, dan ini
jumlahnya biasa disebut 100 persen.
h. Plasma darah ialah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya
bening kekuning-kuningan. Hampir 90% dari plasma darah terdiri dari air,
disamping itu terdapat pula zat-zat lain yang terlarut di dalamnya.
Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah:
1. Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.
2. Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium dan lain-lain) yang
berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotil
3. Protein darah (albumin, globulin) meninggalkan viskositosis darah dan
juga menimbukan tekanan osmotic untuk memelihara keseimbangan
cairan dalam tubuh
4. Zat makanan (asam amino, glukosa, mineral dan vitamin)
5. Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh

7
6. Anti bodi / anti toksin

3. Etiologi
Penyebab leukemia tidak diketahui. Ini dapat diakibatkan interaksi
sejumlah faktor.
1. Neoplasia
Ada persamaan jelas antara leukemia dan penyakit neoplastik lain,
misalnya proliferasi sel yang tidak terkendali, abnormalitas morfologis sel
dan infiltrasi organ. Lebih dari itu kelainan sum-sum kronis lain dapat
berubah bentuk akhirnya menjadi leukemia akut, misalnya polisefemia
vera, mielosklerosis atau anemia aplastik.
2. Infeksi
Leukemia pada tikus dan unggas dapat ditransnamsi oleh filtrate bebas
sel. Partikel virus dapat ditunjukkan dengan mikroskop elektron. Pada
manusia terdapat bukti kuat untuk etiologi baik pada satu jenis leukemia /
limfoma sel T dan pada limfoma burkit.
3. Radiasi
Radiasi khususnya sum-sum tulang bersifat leukomogenik. Terdapat
insiden leukemia tinggi pada orang yang tetap hidup. Setelah bom atom di
Jepang, pada pasien ankylosing pandylitis yang telah menerima
penyinaran sporal dan pada anak-anak yang ibunya menerima sinar x
abdomen selama hamil.
4. Keturunan
Ada laporan beberapa kasus yang terjadi pada satu keluarga dan pada
kembar identik ada insiden yang meningkat pada beberapa penyakit
herediter, khususnya sindroma down (dimana leukemia terjadi dengan
peningkatan frekuensi 20 – 30 kali lipat) anemia panca sindroma down
dan ataksia – talangiektasia.
5. Zat kimia

8
Terkena bensin kronis yang dapat menyebabkan displasma sum-sum
tulang dan perubahan kromosom, merupakan penyebab leukemia yang
tidak biasa.
6. Perubahan kromosom.

4. Patofisiologi
Neoplasma
Infeksi usus
Radiasi
Keturunan
Zat kimia

Sel neoplasma berproliferasi di dalam sum-sum tulang

Kerusakan sum-sum tulang

Haematopoesi terhambat
Leukosit normal menurun eritrosit normal menurun
Trombosit normal menurun – leukosit imatur meningkat

Infiltrasi organ

Nyeri tulang dan Hipertopi danPucat, letargi Demam malaise Memar


Limfodenipaty diare ulsarasi dyspnea, infeksi mulut, respira Dan kelainan karena
anemia tenggorokan, kulitpendarahan pada kulit, pernafasan, gusi dan soptikemia
ponsironia.

9
5. Tanda dan Gejala
1. Yang disebabkan kegagalan sum-sum tulang
a. Pucat, alergi, dispnea karena anemia
b.Demam, malaise, gambaran infeksi mulut, tenggorokan, kulit,
pernafasan dan infeksi lain termasuk septikaemia biasa ditemukan.
Organisme tersangkut dibicarakan terinci di bawah.
c. Memar, pendarahan gusi spontan dan pendarahan dari tempat fungsi
vena yang disebabkan oleh trombositopeia biasa ditemukan kadang-
kadang ada pendarahan internal yang banyak.

2. Yang disebabkan infiltrasi organ


a. Nyeri tulang, teristimewa pada anak-anak
b.Limfadenopati superficial pada ALL
c. Siplenomegali dan hepatomegali sedang khusus pada ALL
d.Hipertropi dan infiltrasi gusi, ulserasi rectum, kelainan kulit (khusus
pada tipe mielomonosetik, M4 dan Monositik M5)
e. Sindroma meningeal (khusus pada ALL) sakit kepala, erek (neusia) dan
muntah-muntah, penglihatan kabur dan diplopra. Pemeriksaan fundus
menyingkap adanya uderma pupil dan kadang-kadang pendarahan.

6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah tepi
Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sum-sum
tulang berupa adanya pansitupenia, limfositosis yang kadang-kadang
menyebabkan gambaran darah tepi menonton dan terdapat sel blas.
Terdapatnya sel blas dalam darah tepi merupakan gejala patonomenik
untuk leukemia.
b. Kimia darah
Kolesterol mungkin rendah, asam urat dapat meningkat,
hipogamaglobinemia.

10
c. Sum-sum tulang
Dari pemeriksaan sum-sum tulang akan diketemukan gambaran yang
menonton, yaitu hanya terdiri dari sel limfopuetik patologis sedangkan
system lain terdesak (obplasia sekunder). Pada LMA selain gambaran
yang menonton terlihat pula adanya liatus leukemia ialah keadaan yang
diperlihatkan sel blas (mie blas), beberapa sel tua (segmen) dan sangat
kurang bentuk pemotongan sel yang berada diantaranya (promielost,
mielosil, metamielosit dan sel batang).
2. Biopsi limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliperasi sel leukemia dan sel yang
berasal dari jaringan limpa yang terdesak seperti: limposit mormal, RES,
granulosit, pulp cell.
3. Cairan serebropinalis
Bila terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein, berarti suatu
leukemia meningeal. Kelainan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan
penyakit baik dalam keadaan remisi maupun keadaan kambuh. Untuk
mencegahnya diberikan metroteksat (NAX) secara antratekal secara rutin
pada setiap pasien yang meragukan gejala TIK meninggi.
4. Sistogenik

7. Penatalaksanaan
1. Transfusi darah, biasanya jika kadar Hb kurang dari 6 gr% pada
trombositopenia yang berat dan pendarahan massif, dapat diberikan
transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan
heparin.
2. Kortikosteroid (prednisone, kartison, deksametason, dan lain-lain).
Setelah dicapa remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya
dihentikan.
3. Sistostatika
Selain sitostatika yang lama (6 – merkaptopurin atau 6 – MP meotreksa
atau MTX), rubidomisin (daunolubycine) dan berbagai nama obat lainnya.

11
Pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih paten seperti vinkristein
(ancovin).
Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan
prednisone. Pada pemberian obat ini sering terdapat efek samping berupa
alopsia (batuk), stomatit leukemia, infeksi, sekunder atau kandidiasis.
Bila jumlah leukosit kurang dari 200.000 / mm3 pemberiannya harus hati-
hati.
Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat di kamar yang
suci hama).
4. Imunoterapi
Merupakan cara pengobatan yang terbaru, setelah tercapai remisi dan
jumlah sel leukemia cukup rendah (105 – 106).
5. Imunoterapi mulai diberikan (mengenai cara pengobatan yang terbaru
yang masih dalam pengembangan).

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

13
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Reny Yuli. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskular Aplikasi NIC&NOC. Jakarta: EGC.
Bakta, I Made. 2018. Hematologi Klinik Ringkas. jakarta: EGC

14

Anda mungkin juga menyukai