Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
Ilmu Kesehatan Anak ini dengan judul “SISTEM ENDOKRIN “.
Dalam menyusun makalah ilmiah ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Dosen Pembimbing dan kepada teman teman yang telah
mendukung terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................
1.1 LATARBELAKANG...............................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................
BAB IV PENUTUP...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
PEMBAHASAN
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar sekresi
internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara
langsung ke dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk
mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh. Jika kelenjar endokrin mengalami
kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah,
sehingga mengganggu fungsi tubuh. Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan
setiap hormon harus diatur dalam batas-batas yang tepat.
Pengukuran
Yang biasanya diukur adalah tinggi dan berat badan anak serta lingkar kepalanya.
Pengukuran yang dilakukan secara rutin ini akan membantu mengidentifikasi apakah
anak Anda tumbuh normal atau mengidap kelainan pertumbuhan. Indikasinya dapat
mencakup pertumbuhan tinggi badan yang tertunda atau ukuran kepala yang tidak
proporsional atau lebih besar daripada ukuran kepala anak seusianya.
Teknologi pencitraan
X-ray atau scan MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat dilakukan untuk
mencari tahu kelainan pertumbuhan yang mungkin dialami anak. Berbagai teknologi
pencitraan ini dapat mengungkapkan pematangan tulang yang tertunda yang
disebabkan oleh defisiensi hormon pertumbuhan dan juga dapat mengungkapkan
kelainan kelenjar pituitaru dan hipotalamus yang berperan penting dalam mengatur
fungsi hormon.
Tes genetic
Tes ini tersedia untuk mendiagnosis banyak penyebab gangguan dwarfisme dan
jenis dwarfisme yang diidap ana, misalnya sindrom Turner.Tes laboratorium khusus
dapat dilakukan untuk menilai keadaan kromosom X yang diambil dari sel darah
merah.Perlu diketahui bahwa tes ini belum tentu memberikan diagnosis yang akurat.
Sejumlah gangguan yang berhubungan dengan dwarfisme dapat mengarah ke
gangguan pertumbuhan dan komplikasi medis lebih lanjut. Pengobatan dan
perawatan yang dilakukan mungkin tidak akan menyembuhkan anak, seperti
memiliki tinggi badan normal, tetapi dapat mengurangi masalah yang disebabkan
oleh komplikasi.
Ada beberapa pengobatan dan perawatan yang tersedia, antara lain:
Bedah
Sering kali bedah dilakukan untuk mengoreksi tulang. Beberapa prosedur
bedah yang dapat dilakukan mencakup memasukkan staples logam untuk
mengoreksi arah bertumbuhnya tulang, memasukkan batang logam untuk
mengoreksi bentuk tulang belakang, meluruskan tulang dengan bantuan pelat
logam, dan memperbesar ukuran pembukaan pada tulang belakang untuk
mengurangi tekanan pada sumsum tulang belakang. Selain itu, bedah juga dapat
dilakukan untuk memanjangkan anggota badan walaupun agak lebih berisiko
dibandingkan dengan bedah yang bertujuan untuk mengoreksi tulang.
Terapi hormon
Kekurangan hormon pertumbuhan dapat diobati dengan memberikan suntikan
hormon sintetis.Anak yang mengidap dwarfisme disarankan menerima suntikan
harian selama beberapa tahun sampai dia mencapai rata-rata tinggi badan orang
dewasa di keluarganya. Pengobatan ini disarankan berlanjut terus sepanjang masa
remaja dan dewasa muda untuk memastikan pertumbuhan yang seimbang,
termasuk massa otot dan lemak yang sewajarnya. Terapi ini juga dapat mencakup
hormon lainnya, misalnya hormon estrogen untuk anak perempuan yang mengidap
sindrom Turner untuk memastikan dia mencapai pubertas dan pertumbuhan seksual
yang diperlukan ketika dia dewasa kelak.
2. Gigantisme
Gigantisme terjadi karena hipersekresi growth hormone (GH) selama masa
remaja dan sebelum penutupan lempeng lempeng epifisis mengakibatkan
pertumbuhan tulang panjang yang berlebihan (gigantisme hipofisis).Jenis sekresi
berlebihan ini biasanya disebabkan oleh tumor hipofisis yang jarang terjadi.
3. Akromegali
Akromegali terjadi karena hipersekresigrowth hormone (GH) setelah penutupan
lempeng epifisis tidak menyebabkan penambahan panjang tulang panjang, tetapi
menyebabkan pembesaran yang tidak proporsional pada jaringan, penambahan
ketebalan tulang pipih dan wajah, dan memperbesar ukuran tangan dan kaki.
Sasaran pengobatan akromegali /gigantisme adalah mengendalikan pertumbuhan /
menormalkan sekresi GH dan mengangkat massa tumor. Sasaran biokimiawi : IGF-1
normal dan kadar GH < 1 ng/ml setelah beban glukosa ( 13 ).
Terdapat 3 macam pengobatan akromegali yaitu pengobatan medis, bedah dan radiasi.
Pengobatan medis.
Pengobatan medis / farmakologis sangat pesat akhir-akhir ini. Tujuan
pengobatan medis adalah menghilangkan keluhan / gejala efek lokal dari tumor dan
/ atau kelebihan GH / IGF-1. Untuk itu sasaran pengobatan adalah kadar GH < 2
ng/ml pada pemeriksaan setelah pebebanan dengan glukosa ( < 1 mcg / l dengan
cara IRMA), disamping tercapainya kadar IGF-1 normal.
Pengobatan medisutama adalah dengan analog somatostatin dan analog
dopamin. Oleh karena somatostatin, penghambat sekresi GH, mempunyai waktu
paruh pendek maka yang digunakan adalah analog kerja panjang yang dapat
diberikan 1 kali sebulan.Yang banyak digunakan adalah octreotide yang bekerja
pada reseptor somatostatin sub tipe II dan V dan menghambat sekresi GH.
Pengobatan dengan octreotide dapat menurunkan kadar GH sampai < 5 ng/ml pada
50% pasien dan menormalkan kadar IGF-1 pada 60% pasien akromegali.
Lanreotide, suatu analog somatostatin “sustained-release” yang dapat diberikan
satu kali dua minggu ternyata efektif dan aman untuk pengobatan akromegali.
Bromokriptin merupakan suatu antagonist dopamin yang banyak digunakan
dalam menekan kadar GH / IGF-1, akan tetapi kurang efektif dibandingkan dengan
oktreotid. Suatu agonist dopamin yang baru, yaitu cabergoline ternyata lebih
efektif dan lebih dapat ditolerir dalam menekan GH terutama apabila terdapat
kombinasi dengan hiperprolatinemia.
Akhir-akhir ini pegvisomant, suatu antagonist reseptor GH terbukti dapat
menormalkan kadar IGF-1 dan memperbaiki gejala klinis.
Pembedahan
Untuk adenoma hipofisis, pembedahan transsphenoid merupakan pilihan dan
dapat menyembuhkan.Laws dkk. (2000) melaporkan hasil terapi pembedahan
transsphenoid pada 86 pasien akromegali : IGF-1 mencapai normal pada 67%,
kadar GH dapat disupresi sampai < 1 ng/ml oleh beban glukosa pada 52%.
Walaupun pembedahan tidak dapat menyembuhkan pada sejumlah pasien, namun
terapi perbedahan disepakati sebagai terapi lini pertama.Pada pasien-pasien dengan
gejala sisa setelah pembedahan dapat diberikan pengobatan penunjang (medis dan
radiasi). Hipofisektomi transsfenoid akan segera menghilangkan keluhan-keluhan
akibat efek lokal massa tumor sekaligus menekan / menormalkan kadar GH / IGF-
1. Remisi tergantung pada besarnya tumor, kadar GH dan keterampilan ahli
bedahnya. Angka remisi mencapai 80 – 85% pada mikroadenoma dan 50 – 65%
pada makroadenomia. Pembedahan hipofisis transsphenoid berhasil pada 80 – 90%
pasien dengan tumor < 2 cm dan kadar GH < 50 ng/ml.
Radiasi.
Untuk tercapainya hasil yang diharapkan dengan terapi radiasi diperlukan waktu
bertahun-tahun.Terapi radiasi konvensional saja menghasilkan remisi sekitar 40%
setelah 2 tahun dan 75% setelah 5 tahun terapi, namun disertai efek negatif berupa
pan hipopituitarisme.Di samping itu studi Ariel dkk (1997) pada 140 pasien
akromegali mendapatkan terapi radiasi tidak dapat menormalkan kadar IGF-1
walaupun kadar GH sudah dapat dikontrol. Oleh karena kekurangannya tersebut,
terapi radiasi hanya diberikan sebagai terapi penunjang untuk tumor besar dan
invasif dan apabila terdapat kontraindikasi operasi.Apabila mungkin, terapi radiasi
harus dihindari untuk pengobatan gigantisme.
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
a. Aktivitas / istrahat.
Tanda :
1. Lemah, letih, susah, bergerak / susah berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
2. Tachicardi, tachipnea pada keadaan istrahat/daya aktivitas.
3. Letargi / disorientasi, koma.
b. Sirkulasi
Tanda :
1. Adanya riwayat hipertensi : infark miokard akut, kesemutan pada ekstremitas dan
tachicardia.
2. Perubahan tekanan darah postural : hipertensi, nadi yang menurun / tidak ada.
3. Disritmia, krekel : DVJ
c. Neurosensori
Gejala :
Pusing / pening, gangguan penglihatan, disorientasi : mengantuk, lifargi, stuport / koma
(tahap lanjut). Sakit kepala, kesemutan, kelemahan pada otot, parestesia, gangguan
penglihatan, gangguan memori (baru, masa lalu) : kacau mental, refleks fendo dalam
(RTD) menurun (koma), aktifitas kejang.
d. Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat), wajah meringis dengan palpitasi : tampak
sangat berhati – hati.
e. Keamanan
Gejala :
1. Kulit kering, gatal : ulkus kulit, demam diaporesis.
2. Menurunnya kekuatan immune / rentang gerak, parastesia / paralysis otot termasuk
otot – otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam).
3. Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria / anuria jika
terjadi hipololemia barat).
4. Abdomen keras, bising usus lemah dan menurun : hiperaktif (diare).
f. Pemeriksaan Diagnostik
Gejala :
1. Glukosa darah : meningkat 100 – 200 mg/dl atau lebih.
2. Aseton plasma : positif secara menyolok.
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
4. Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 m osm/l.
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan
fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis
tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan
karakteristik tertentu. Sistem endokrin memiliki fungsi untuk mempertahankan hemoestatis,
membatu mensekresikan hormon-hormon yang bekerja dalam sistem persyarafan, pengaturan
pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol perkembangan seksual dan reproduksi.
4.2 SARAN
Pada sistem endokrin ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan, baik karena
bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan mengkonsumsi makanan.
Untuk itu jagalah kesehatan anda agar selalu dapat beraktivitas dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bare & Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 (Edisi 8).
Jakarta: ECG
Corwin J. Elizabeth. 2001. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan (Edisi 2).
Jakarta: ECG
Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan
(Edisi III). Jakarta: ECG