Anda di halaman 1dari 45

Gagal Ginjal Akut dan Gagal Ginjal Kronik

Struktur Ginjal Normal Gagal Ginjal


Definisi
 Gagal ginjal akut adalah penurunan fungsi ginjal yang terjadi dengan cepat akibat
kerusakan pada ginjal
(smeltzer, 2015)
 Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan hampir lengkap
akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi tubular dan glomerular.
(smeltzer, 2002)
 Gagal ginjal akut (acute renal failure, ARF) merupakan suatu sindrom klinis yang
ditandai dengan fungsi ginjal yang menurun secara cepat (biasanya dalam beberapa
hari) yang menyebabkan azotemia yang berkembang cepat.
(Prince & wilson, 2005)
Etiologi
 Prarenal (hipoperfusi ginjal)
kondisi prarenal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan turunnya
laju filtrasi glomerulus.
 Intrarenal (kerusakan aktual jaringan ginjal)
penyebab intrarenal gagal ginjal akut adalah akibat dari kerusakan struktur
glomerulus atau tubulus ginjal.
 Pascarenal (obstruksi aliran urin)
pascarenal yang menyebabkan gagal ginjal akut biasanya akibat dari obstruksi
dibagian distal ginjal. Tekanan di tubulus meningkat akhirya laju filtrasi glomerulus
meningkat.
(Smeltzer, 2002)
Manifestasi klinik
 Anuria (produksi urin < 50 ml/hr)
 Oliguria (produksi urin < 400 ml/hr)
 Mengalami peningkatan kadar nitrogen urea darah (BUN) dan kreatin serum
 Letargi disertai mual, muntah dan diare
 Kulit dan membran mukosa kering
 Hiperkalemia
 Anemia
(smeltzer, 2002)
Tahapan Gagal Ginjal Akut
 Periode awal
dengan awitan awal dan di akhiri dgn terjadinya oliguria
 Periode oliguria
periode oliguria (volume urin < 400 ml/hr) disertai dgn peningkatan konsentrasi serum
dari substansi yang biasanya diekskresikan oleh ginjal (urea, kreatinin, asam urat, kation
intraseluler-kalium dan magnesium).
 Periode diuresis
pasien menunjukkan peningkatan jumlah urin secara bertahap, disertai tanda
perbaikan filtrasi glomerulus.
 Periode penyembuhan
periode ini merupakan tanda perbaikan fungsi ginjal dang berlangsung selama 3-12
bulan.
(smeltzer, 2002)
Faktor Resiko
Trauma atau bedah mayor
Infeksi
 Hemoragi
Gagal jantung berat
Penyakit hati berat
Obstruksi saluran kemih bawah
Obat-obatan
Media kontras radiologi yang bersifat toksik bagi ginjal
Lansia
(Lemon, Burke &, Bauldoff, 2015)
PATOFISIOLOGI GAGAL GINJAL
AKUT
Pra renal Renal Post renal

Gagal ginjal akut

Gangguan filtrasi Gangguan reabsorbsi Disfungsi ekskresi amonia

Hipofiltrasi Hipernatremia Permeabilitas kapiler terganggu Retensi amonia

pH turun
Penurunan ekskresi urine Kadar H2O meningkat Penurunan oksigen sirkulasi

Asidosis metabolik
Oliguria, anuria Oedema Hipoksemia

Gangguan eliminasi urine Kelebihan vol. cairan Hipoksia sel Mekanisme kompensasi

Ketidakefektifan perfusi jaringan


perifer Hiperventilasi
Akumulasi residual urine

Ketidakefektifan pola napas


Timbunan zat sisa metabolisme Ketidakseimbangan energi Kerja otot meningkat

Intoksikasi Ketidakseimbangan O2 dan CO2


Timbunan asam laktat
Intoleransi aktifitas
meningkat
Sirkulasi

Keletihan Gangguan pertukaran gas


Kulit kering, gatal, pucat, purpura Kerusakan integritas kulit
(Prabowo dan Pranata, 2014)
Pemeriksaan Penunjang Gagal Ginjal Akut
1. Kadar kimia darah
• Penurunan Natrium <20mmol/L
• Peningkatan Urea >8
2. Urinalisis
3. Ultrasonografi (USG)

4. Darah lengkap
• Peningkatan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN)
• Peningkatan serum kreatinin
• Peningkatan kadar kalium
• Penurunan PH darah
• Penurunan kadar bikarbonat
• Penurunan kadar hematokrit dan hemoglobin
5. ECG (electrocardiography)

 (Prabowo&Pranata, 2014 )
Penatalaksanaan Gagal Ginjal Akut
Pantau adanya komplikasi
Bantu penanganan kondisi kedaruratan gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit
Kaji respons terhadap pengobatan dan perkembangan kondisi pasien,
berikan dukungan fisik dan emosi
Berikan informasi kepada keluarga tentang kondisi pasien dan beri
dukungan

(smeltzer, 2013)
Penatalaksanaan Farmakologis
Furosemid (20 sampai 100 mg per IV setiap 6 jam)
Kalsium glukonat (pemberian 10 ml/ 10% dalam cairan solut infus (IV)
Natrium Polystyrene (15 gr dalam dosis 4 kali sehari dicampur dalam
100ml dari 20% sorbitol, 30 – 50 gr dalam 50ml 70% sorbitol, 150ml
dalam air akan menjaga kadar kalium)
Natrium bikarbonat akan mengatasi kondisi asidosis metabolik
(Prabowo & Pranata, 2014)
Gagal Ginjal Kronik
 Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan eletrolit menyebabkan
uremia( retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)
(smeltzer, 2002)
 Gagal ginjal kronis atau gagal ginjal tahap akhir yaitu ketika pasien telah mengalami
kerusakan ginjal yang berlanjut sehingga memerlukan terapi pengganti ginjal secara
terus menerus, kondisi penyakit pasien telah masuk ke stadium akhir penyakit ginjal
kronis.

(smeltzer, 2013)
Etiologi Gagal Ginjal Kronik

1. Diabetes mellitus
2. Glumerulonefritis kronis
3. Pielonefritis
4. Hipertensi tak terkontrol
5. Obstruksi saluran kemih
6. Penyakit ginjal polikistik
7. Gangguan vaskuler
8. Lesi herediter

(smeltzer, 2002)
Manifestasi Gagal Ginjal Kronik
1. Kardiovaskular
 Hipertensi
 Pitting edema (kaki, tangan, sakrum)
 Friction rub perikardial
 Pembesaran vena leher
2. Integumen
 Warna kulit abu-abu mengkilat
 Kulit kering, bersisik
 Pruritus
 Ekimosis
 Kuku tipis dan rapuh
 Rambut tipis dan kasar
(Smeltzer, 2001)
Cont..
3. Pulmoner
 Krekels
 Sputum kental dan liat
 Napas dangkal
 Pernapasan kussmaul

4. Gastrointestinal
 Napas berbau amonia
 Ulserasi dan perdarahan pada mulut
 Anoreksia, mual dan muntah
 Konstipasi dan diare
 Perdarahan dari saluran GI
(Smeltzer, 2001)
Cont..
5. Neurologi
 Kelemahan dan keletihan
 Konfusi
 Disorientasi
 Kejang
 Kelemahan pada tungkal
 Rasa panas pada telapak kaki
 Perubahan perilaku
(Smeltzer, 2001)
Cont...
6. Muskuloskeletal
 Kram otot
 Kekuatan otot hilang
 Fraktur tulang
 Foot drop

7. Reproduksi
 Amenore
 Atrofi testikuler

(Smeltzer, 2001)
Faktor Resiko Gagal Ginjal Kronik
Faktor - Faktor Kelemahan
Meningkatnya kerentanan untuk terjadi kerusakan ginjal
Contoh : usia tua, riwayat keluarga

Faktor – Faktor Inisiasi


Secara langsung mengawali kerusakan ginjal
Contoh : diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit autoimmun, infeksi
sistemik, isk, batu saluran kencing, obstruksi saluran kencing bagian
bawah, keracunan obat
Cont...
Faktor – Faktor yang Memperburuk
Penyebab memburuknya penyakit ginjal dan mempercepat
penurunan fungsi ginjal setelah inisiasi dan kerusakan ginjal
Contoh : tingginya kadar proteinuria, tingginya tekanan darah,
beruknya kontrol gula dpada diabetes, merokok
Glomerulonefritis
GAGAL GINJAL KRONIS
Infeksi Kronis
Kelainan Kongenital
GANGGUAN REABSORBSI HIPERNATREMIA PRODUKSI URIN TURUN
Penyakit Vaskuler

Nephrolithiasis HIPONATREMIA RETENSI URIN GANGGUAN


ELIMINASI URIN
SLE
Obat Nefrotoksik VOL.VASKULER TURUN VOL.VASKULER
MENINGKAT

Proses Hemodiasisa Kontinyu HIPOTENSI


PERMEABILITAS
MENINGKAT
Tindakan Invasif Berualang PERFUSI TURUN
OEDEMA
KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI
INJURY JARINGAN JARINGAN PERIFER STAGNANSI VENA
DEFISIENSI ENERGI SEL
INFILTRASI
RESIKO INFEKSI
INTOLERAN SI AKTIVITAS
INFORMASI INADEKUAT KERUSAKAN JARINGAN

ANSIETAS OEDEMA PULMONAL

STRESS ULCER KETIDAKSEIMBANGAN EKSPANSI PARU TURUN RETENSI CO2


NUTRISI : KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH
HCL MENINGKAT DYSPNEU
ASIDOSIS RESPIRATORIK

MUAL MUNTAH KETIDAKEFEKTIFAN POLA


NAPAS GANGGUAN PERTUKARAN GAS
Pemeriksaan Penunjang Gagal Ginjal Kronik

1. Urin
 Volume : biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria)/anuria.
 Warna : secara abnormal urin keruh, mungkin disebabkan oleh bakteri, lemak, partikel koloid,
kecoklatan menunjukkan adanya darah, hb, mioglobulin, forfin.
 Berat jenis : <1,051 (menetap pada 1.010 menunjukkan kerusakan ginjal berat)
 Osmolalitas: <350 Msom/kg menunjukkan kerusakan mubular dan rasio urin/ sering 1 :1
 Kliren kreatinin : mungkin agak menurun
 Natrium : >40 ME O / % karena ginjal tidak mampu mereabsopsi
 Protein : derajat proteinuria (3- 4+) secara bulat, menunjukkan kerusakan glomelurus jika SDM
fagmen juga ada.
2. Darah
 BUN : urea adalah produksi akhir dari metabolisme protein, peningkatan BUN
dapat merupakan indikasi dehidrasi, kegagalan prerenal atau gagal ginjal.
 Kreatin : produksi katabolisme otot dari pemecahan kreatinin otot dan kreatinin
posfat. Bila 50% nefron rusak maka kadar kreatinin meningkat
 Elektrolit : natrium, kalium, kalsium dan posfat.
 Hematologi : HB, thrombosit,Ht, dan leukosit
3. Pielografi intravena : menunjukkan abnormalitas pelvis dan ureter
Pielografi retrograd : bila dicurigai ada obstruksi yang reversibel
Arteriogram ginjal : mengkaji sirkulasi ginjal
4. Ultrasonografi ginjal
5. Biopsi ginjal
6. Endoskopi ginjal nefroskopi
7. EKG (Haryono, 2013)
Penatalaksanaan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik

• Kaji status cairan dan identifikasi sumber potensi ketidakseimbangan cairan


• Terapkan program diet untuk menjamin asupan nutrisi yang memadai dan sesuai
dengan batasan regimen terapi
• Dukung perasaan positif dengan mendorong pasien untuk meningkatkan
kemampuan diri dan lebih mandiri
• Berikan penjelasan dan informasi kepada pasien dan keluarga terkait penyakit
gagaj ginjal kronik, pilihan pengobatan, dan kemungkinan komplikasi
• Beri dukungan emosional

 (Smeltzer, 2013)
Diet untuk Pasien Gagal Ginjal
Intervensi diet perlu dilakukan, yakni dengan pengaturan cermat untuk asupan protein, asupan
cairan untuk mengganti cairan yang hilang, dan asupan natrium, serta pembatasan kalium.
Diet cairan adalah sebesar 500-600 mL cairan atau lebih dari jumlah haluaran urine 24 jam
pada hari sebelumnya.
Pembatasan protein; protein yang diperbolehkan harus mengandung nilai biologi yang tinggi
(produk susu, keju, telur, daging)
Protein yang dibolehkan:
Hemodialisis rutin: 0,8 - 1 gr x Kg BB
Non Hemodialisis: 0,6 - 0.8 gr x Kg BB
Asupan kalori dan vitamin harus memadai. Kalori diberikan dalam bentuk karbohidrat dan
lemak untuk mencegah peliputan otot.
Pemberian suplemen vitamin
(Smeltzer, 2013)
Kebutuhan Nutrisi Pasien dengan Hemodialisis (Nutritional
management of renal disease)
Kebutuhan Nutrisi Jumlah
Asupan Protein 1,2 g/KgBB/hari, bila secara klins pasien stabil (setidaknya 50% dari diit
protein dengan nilai biologi tinggi.
Asupan energi 35 kcal/KgBB/hari dengan umur <60 tahun, 30-35 kcal/KgBB/hari dengan
umur >60 tahun.
Lemak 30% dari total intake energi
Natrium 750-2000 mg/hari
Kalium 70-80 mEq/L
Fosfor 10-17 mg/kg/hari
Calcium < 1000 mg/hari
Magnesium 200-300 mg/hari
Vitamin B1 1,1 - 1,2 mg/hari
Cont..

Vitamin B2 1,1 – 1,3 mg/hari


Vitamin B5 5 mg/hari
Biotin 30 µg/hari
Niacin 14-16 mg/hari
Vitamin B6 10 mg/hari
Vitamin B12 2,4 µg/hari
Vitamin C 75-90 mg/hari
Asam Folat 1-10 mg/hari
Manajemen Dialisis
Dialisis adalah proses yang menggantikan secara fungsional pada
gangguan fungsi ginjal dengan membuat kelebihan cairan dan/atau
akumulasi toksin endogen atau eksogen (Doengoes, 1993).
Terdapat 2 (dua) teknik utama yang digunakan dalam dialisis, yaitu:
1. Hemodialisa
2. CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis).
HEMODIALISA
 Hemodialisa merupakan suatu
proses yang digunakan pada
pasien dalam keadaan sakit akut
dan memerlukan terapi dialisis
jangka pendek (beberapa hari
hingga beberapa minggu) atau
pasien dengan penyakit ginjal
stadium akhir atau end stage
renal disease (ESDR) yang
mmerlukan terapi jangka panjang
atau permanen.
 (Suharyanto & Madjid,2013)
Tujuan hemodialisis
Mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan
mengeluarkan air yang berlebihan. Terdapat 3 (tiga) prinsip yang
mendasari kerja hemodialisis, yaitu:
Difusi
Osmosis
Ultrafiltrasi
CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis).
Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) adalah teknik
dialisis mandiri dengan menggunakan 2 liter dialisat penukar 3-4 kali
sehari, dimana pertukaran terakhir pada jam tidur, sehingga cairan
dibiarkan diam dalam rongga peritonel semalaman.
Prinsip-prinsip CAPD:
Difusi
Osmosis
Teknik CAPD
Teknik ini berlangsung secara kontinyu selama 24 jam perhari dan
dilakukan 7 hari dalam seminggu.

Contoh:
Pasien melaksanakan pertukaran dengan interval yang
didistribusikan di sepanjang hari (pukul 08.00, 12.00, 17.00 dan
22.00) dan dapat tidur pada malam harinya.
Kasus
Ny.Z, usia 54 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan demam
±1 minggu dan mual muntah. Ny.Z juga mengatakan sulit buang air
kecil, pengeluaran urine hanya sedikit dan jarang minum air putih,
perhari hanya 3-4 gelas. Hasil pemeriksaan Ny.Z tampak lemah,
edema pada tangan kanan, turgor kulit buruk, nafas bau amonia,
cairan infus RL 20 tts/m. Output urine 300ml/24 jam warna urine
kuning keruh. TD 140/90mmhg, RR 20x/m, HR 80x/m, suhu 38˚C,
BB 44kg, TB: 165 BMI: 16,1
pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
 kelemahan
Kelelahan
Malaise umum
b. Sirkulasi
Edema pada tangan kanan
Turgor kulit jelek (bersisik)
c. Eliminasi
Warna urine kunung keruh
Penurunan frekuensi urine ( sekarang: 300ml/24jam, sebelumnya)
d. Makanan/cairan f. nyeri/kenyamanan
Peningkatan BB cepat (edema) Sakit kepala
Mual/muntah Kram otot
Rasa metalik tak sedap pada mulut g. Pernapasan
(nafas bau amonia). Pernapasan normal 20x/menit
e. Neurosensori h. Keamanan
Sakit kepala demam
Kebas rasa terbakar pada telapak Dehidrasi
tangan akibat edema i. Seksualitas
Rambut tipis dan kasar
Penurunan libido
Kuku tipis dan rapuh
Sudah memasuki masa menopause
Diagnosa
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema
Ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan
berat badan
Hambatan eliminasi urine b.d oliguria
Analisi data
P E S
Kelebihan volume cairan Kelebihan asupan cairan edema
berhubungan dengan edema

Ketidakseimbangan nutrisi:kurang Ketidakmampuan mengabsopsi Ds: pasien mengatakan mual dan


dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nutrien muntah
berat badan Do: penurunan berat badan
BB: 44
TB: 165
BMI: 16,1
Hambatan eliminasi urine b.d Obstruksi Anatomik Oliguria
oliguria Output urine 300ml/24jam
Warna kuning keruh
Diagnosa Intervensi Rasional
Kelebihan volume cairan berhubungan 1. Kaji edema ekstremitas 1. Curiga adanya kelebihan volume cairan
dengan edema 2. Anjurkan pembatasan cairan untuk 2. Mencegah banyaknya pemasukan cairan
pasien ke dalamtubuh
3. Lakukan dialisis 3. Dialisis akan menurunkan volume cairan
yang berlebihan
Ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari 1. Berikan makanan sedikit tapi sering 1. Porsi lebih kecil dapat meningkatkan
kebutuhan tubuh b.d penurunan berat 2. Berikan perawatan mulut masukkan makanan
badan 3. Perhatikan adanya mual muntah 2. Menurunkan ketidaknyamanan dan
mempengaruhi masukkan maknan
3. Menurunkan pemasukan makanan
Hambatan eliminasi urine b.d oliguria 1. Monitor keadaan bledder setiap 2 1. Tingkatkan kekuatan otot bledder
jam 2. Mengurangi dan menghindari terjadinya
2. Hindari faktor pencetus oliguria
3. Berikan penjelasan tentang 3. Meningkatkan pengetahuan dan pasieen
pengobatan, penyebab dan tindakan. menjadi lebih kooperatif
EVALUASI
Tanggal Waktu Catatan Perkembangan Paraf
Selasa, 23 08.00 WIB S: Ns.x
April 2019 Ny.Z mengatakan masih sulit
untuk buang air kecil (BAK)
O:
Ny.Z masih tampak lemah
dan berbaring diatas tempat
tidur, masih adanya edema
pada tangan ny.z, out put
urine : 300ml/ 24 jam, TD :
140/90 mmHg, RR: 20x/m,
HR : 80x/m, T : 37,5ºC
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi di lanjutkan, untuk
tetap memantau intake dan
output urine Ny.Z , serta
memantau apakah masih
adanya edema pada bagian
ekstermitas Ny.Z
Tanggal Waktu Catatan perkembangan Paraf
Rabu, 24 10.00 WIB S : Ny.Z mengatakan bahwa Ns. x
April 2019 nafsu makan sudah mulai
sedikit bertambah
O : Ny. Z masih tampak
lemah,kulit masih tampak
bersisik atau kering, TD :
130/90 mmhg. HR : 80x/m, RR : 20x/m, BB : 44kg, IMT
: 18,80
A : Masalah sebagian teratasi
P : Intervensi dilanjutkan, untuk
tetap memantau apakah
masih ada mual dan muntah.
 Memantau seberapa
banyak porsi makanan
yang telah di habiskan
oleh Ny.Z, apakah nafsu
makan sudah bertambah
atau belum.
HUBUNGAN STRES, DEPRESI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPATUHAN
PEMBATASAN ASUPAN NUTRISI DAN CAIRAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL
KRONIK
Minta Ito Melinda Harahap, Sori Muda Sarumpaet, Mula Tarigan
Idea Nursing Journal Vol 6, No 3 (2015)

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menjelaskan hubungan stress, depresi, dan dukungan
social dengan kepatuhan pembatasan nutrisi dan cairan pada pasien gagal ginjal kronik.
Desain penelitian adalah cross sectional dengan jumlah sampel 96 responden, populasi yang didapat
dengan purposive sampling. Metode pengumpulan data dengan cara pengisian kuesioner.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 46-55 tahun berjumlah 42
responden (43,8%) dan rata-rata lamanya responden menjalani hemodialisa >12 bulan berjumlah 67
responden (69,8%). Analisis hasil penelitian menggunakan uji spearman (bivariat).
Pada analisa korelasi didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara stres, depresi, dukungan
social dengan kepatuhan pembatasan nutrisi pada pasien gagal ginjal kronik (p=-0,231, p=- 0,355, p=-
0,113) dan ada hubungan yang bermakna antara stres, depresi, dukungan social dengan kepatuhan
pembatasan cairan pada pasien gagal ginjal kronik (p=-0,226, p=-0,238, -0,317).
Perawat di ruangan hemodialisa harus mampu meningkatkan pemahaman dan kompetensinya dalam
memberikan asuhan keperawatan terkait kepatuhan pembatasan nutrisi dan cairan pasien khususnya
pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN
HEMODIALISIS DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN
Siti Arafah Julianty Hrp, Ida Yustina, Dedy Ardinata
Idea Nursing Journal
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman
pengobatan, lama terapi, jenis pembiayaan, dukungan keluarga) yang berhubungan dengan tingkat kecemasan
pasien hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif “cross sectional” dan pengambilan sampel dengan teknik purposive
sampling dengan 62 pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Data
dianalisa menggunakan uji korelasi Spearman. Instrumen yang digunakan kuesioner data demografi,
kuesioner faktor-faktor, kuesioner dukungan keluarga, instrumen Spielberger et al. (1983) State Trait Anxiety
Inventory (STAI) Form A-State.
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan
pasien hemodialisis yaitu faktor usia (p = 0.049), pengalaman pengobatan (p = 0,008), lama terapi (p = 0,021)
dan dukungan keluarga (p = 0,021).
Faktor jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pembiayaan tidak berhubungan dengan tingkat kecemasan
pasien dengan hemodialisis. Diharapkan kepada pihak rumah sakit meningkatkan pelayanan keperawatan
khususnya di ruangan hemodialisis, melalui pemberian asuhan keperawatan secara holistik bio- psiko-sosial
pada pasien gagal ginjal sehingga dapat mengurangi kecemasan, meningkatkan angka harapan hidup pasien
gagal ginjal yang menjalani hemodialisis.
Daftar Pustaka
Smeltzer, S. C. 2013.Keperawatan Medikal-Bedah: Handbook For
Brunner & Suddarth's Textbook of Medical-Surgical Nursing.
Jakarta: EGC
Suharyanto, T., Madjid, A. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: TIM
Cahyaningsih, N. D. 2011. Hemodialisis (Cuci Darah). Jogjakarta:
Mitra Cendekia press

Anda mungkin juga menyukai