pH turun
Penurunan ekskresi urine Kadar H2O meningkat Penurunan oksigen sirkulasi
Asidosis metabolik
Oliguria, anuria Oedema Hipoksemia
Gangguan eliminasi urine Kelebihan vol. cairan Hipoksia sel Mekanisme kompensasi
(Prabowo&Pranata, 2014 )
Penatalaksanaan Gagal Ginjal Akut
Pantau adanya komplikasi
Bantu penanganan kondisi kedaruratan gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit
Kaji respons terhadap pengobatan dan perkembangan kondisi pasien,
berikan dukungan fisik dan emosi
Berikan informasi kepada keluarga tentang kondisi pasien dan beri
dukungan
(smeltzer, 2013)
Penatalaksanaan Farmakologis
Furosemid (20 sampai 100 mg per IV setiap 6 jam)
Kalsium glukonat (pemberian 10 ml/ 10% dalam cairan solut infus (IV)
Natrium Polystyrene (15 gr dalam dosis 4 kali sehari dicampur dalam
100ml dari 20% sorbitol, 30 – 50 gr dalam 50ml 70% sorbitol, 150ml
dalam air akan menjaga kadar kalium)
Natrium bikarbonat akan mengatasi kondisi asidosis metabolik
(Prabowo & Pranata, 2014)
Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan eletrolit menyebabkan
uremia( retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)
(smeltzer, 2002)
Gagal ginjal kronis atau gagal ginjal tahap akhir yaitu ketika pasien telah mengalami
kerusakan ginjal yang berlanjut sehingga memerlukan terapi pengganti ginjal secara
terus menerus, kondisi penyakit pasien telah masuk ke stadium akhir penyakit ginjal
kronis.
(smeltzer, 2013)
Etiologi Gagal Ginjal Kronik
1. Diabetes mellitus
2. Glumerulonefritis kronis
3. Pielonefritis
4. Hipertensi tak terkontrol
5. Obstruksi saluran kemih
6. Penyakit ginjal polikistik
7. Gangguan vaskuler
8. Lesi herediter
(smeltzer, 2002)
Manifestasi Gagal Ginjal Kronik
1. Kardiovaskular
Hipertensi
Pitting edema (kaki, tangan, sakrum)
Friction rub perikardial
Pembesaran vena leher
2. Integumen
Warna kulit abu-abu mengkilat
Kulit kering, bersisik
Pruritus
Ekimosis
Kuku tipis dan rapuh
Rambut tipis dan kasar
(Smeltzer, 2001)
Cont..
3. Pulmoner
Krekels
Sputum kental dan liat
Napas dangkal
Pernapasan kussmaul
4. Gastrointestinal
Napas berbau amonia
Ulserasi dan perdarahan pada mulut
Anoreksia, mual dan muntah
Konstipasi dan diare
Perdarahan dari saluran GI
(Smeltzer, 2001)
Cont..
5. Neurologi
Kelemahan dan keletihan
Konfusi
Disorientasi
Kejang
Kelemahan pada tungkal
Rasa panas pada telapak kaki
Perubahan perilaku
(Smeltzer, 2001)
Cont...
6. Muskuloskeletal
Kram otot
Kekuatan otot hilang
Fraktur tulang
Foot drop
7. Reproduksi
Amenore
Atrofi testikuler
(Smeltzer, 2001)
Faktor Resiko Gagal Ginjal Kronik
Faktor - Faktor Kelemahan
Meningkatnya kerentanan untuk terjadi kerusakan ginjal
Contoh : usia tua, riwayat keluarga
1. Urin
Volume : biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria)/anuria.
Warna : secara abnormal urin keruh, mungkin disebabkan oleh bakteri, lemak, partikel koloid,
kecoklatan menunjukkan adanya darah, hb, mioglobulin, forfin.
Berat jenis : <1,051 (menetap pada 1.010 menunjukkan kerusakan ginjal berat)
Osmolalitas: <350 Msom/kg menunjukkan kerusakan mubular dan rasio urin/ sering 1 :1
Kliren kreatinin : mungkin agak menurun
Natrium : >40 ME O / % karena ginjal tidak mampu mereabsopsi
Protein : derajat proteinuria (3- 4+) secara bulat, menunjukkan kerusakan glomelurus jika SDM
fagmen juga ada.
2. Darah
BUN : urea adalah produksi akhir dari metabolisme protein, peningkatan BUN
dapat merupakan indikasi dehidrasi, kegagalan prerenal atau gagal ginjal.
Kreatin : produksi katabolisme otot dari pemecahan kreatinin otot dan kreatinin
posfat. Bila 50% nefron rusak maka kadar kreatinin meningkat
Elektrolit : natrium, kalium, kalsium dan posfat.
Hematologi : HB, thrombosit,Ht, dan leukosit
3. Pielografi intravena : menunjukkan abnormalitas pelvis dan ureter
Pielografi retrograd : bila dicurigai ada obstruksi yang reversibel
Arteriogram ginjal : mengkaji sirkulasi ginjal
4. Ultrasonografi ginjal
5. Biopsi ginjal
6. Endoskopi ginjal nefroskopi
7. EKG (Haryono, 2013)
Penatalaksanaan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik
Contoh:
Pasien melaksanakan pertukaran dengan interval yang
didistribusikan di sepanjang hari (pukul 08.00, 12.00, 17.00 dan
22.00) dan dapat tidur pada malam harinya.
Kasus
Ny.Z, usia 54 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan demam
±1 minggu dan mual muntah. Ny.Z juga mengatakan sulit buang air
kecil, pengeluaran urine hanya sedikit dan jarang minum air putih,
perhari hanya 3-4 gelas. Hasil pemeriksaan Ny.Z tampak lemah,
edema pada tangan kanan, turgor kulit buruk, nafas bau amonia,
cairan infus RL 20 tts/m. Output urine 300ml/24 jam warna urine
kuning keruh. TD 140/90mmhg, RR 20x/m, HR 80x/m, suhu 38˚C,
BB 44kg, TB: 165 BMI: 16,1
pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
kelemahan
Kelelahan
Malaise umum
b. Sirkulasi
Edema pada tangan kanan
Turgor kulit jelek (bersisik)
c. Eliminasi
Warna urine kunung keruh
Penurunan frekuensi urine ( sekarang: 300ml/24jam, sebelumnya)
d. Makanan/cairan f. nyeri/kenyamanan
Peningkatan BB cepat (edema) Sakit kepala
Mual/muntah Kram otot
Rasa metalik tak sedap pada mulut g. Pernapasan
(nafas bau amonia). Pernapasan normal 20x/menit
e. Neurosensori h. Keamanan
Sakit kepala demam
Kebas rasa terbakar pada telapak Dehidrasi
tangan akibat edema i. Seksualitas
Rambut tipis dan kasar
Penurunan libido
Kuku tipis dan rapuh
Sudah memasuki masa menopause
Diagnosa
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema
Ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan
berat badan
Hambatan eliminasi urine b.d oliguria
Analisi data
P E S
Kelebihan volume cairan Kelebihan asupan cairan edema
berhubungan dengan edema
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menjelaskan hubungan stress, depresi, dan dukungan
social dengan kepatuhan pembatasan nutrisi dan cairan pada pasien gagal ginjal kronik.
Desain penelitian adalah cross sectional dengan jumlah sampel 96 responden, populasi yang didapat
dengan purposive sampling. Metode pengumpulan data dengan cara pengisian kuesioner.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 46-55 tahun berjumlah 42
responden (43,8%) dan rata-rata lamanya responden menjalani hemodialisa >12 bulan berjumlah 67
responden (69,8%). Analisis hasil penelitian menggunakan uji spearman (bivariat).
Pada analisa korelasi didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara stres, depresi, dukungan
social dengan kepatuhan pembatasan nutrisi pada pasien gagal ginjal kronik (p=-0,231, p=- 0,355, p=-
0,113) dan ada hubungan yang bermakna antara stres, depresi, dukungan social dengan kepatuhan
pembatasan cairan pada pasien gagal ginjal kronik (p=-0,226, p=-0,238, -0,317).
Perawat di ruangan hemodialisa harus mampu meningkatkan pemahaman dan kompetensinya dalam
memberikan asuhan keperawatan terkait kepatuhan pembatasan nutrisi dan cairan pasien khususnya
pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN
HEMODIALISIS DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN
Siti Arafah Julianty Hrp, Ida Yustina, Dedy Ardinata
Idea Nursing Journal
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman
pengobatan, lama terapi, jenis pembiayaan, dukungan keluarga) yang berhubungan dengan tingkat kecemasan
pasien hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif “cross sectional” dan pengambilan sampel dengan teknik purposive
sampling dengan 62 pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Data
dianalisa menggunakan uji korelasi Spearman. Instrumen yang digunakan kuesioner data demografi,
kuesioner faktor-faktor, kuesioner dukungan keluarga, instrumen Spielberger et al. (1983) State Trait Anxiety
Inventory (STAI) Form A-State.
Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan
pasien hemodialisis yaitu faktor usia (p = 0.049), pengalaman pengobatan (p = 0,008), lama terapi (p = 0,021)
dan dukungan keluarga (p = 0,021).
Faktor jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pembiayaan tidak berhubungan dengan tingkat kecemasan
pasien dengan hemodialisis. Diharapkan kepada pihak rumah sakit meningkatkan pelayanan keperawatan
khususnya di ruangan hemodialisis, melalui pemberian asuhan keperawatan secara holistik bio- psiko-sosial
pada pasien gagal ginjal sehingga dapat mengurangi kecemasan, meningkatkan angka harapan hidup pasien
gagal ginjal yang menjalani hemodialisis.
Daftar Pustaka
Smeltzer, S. C. 2013.Keperawatan Medikal-Bedah: Handbook For
Brunner & Suddarth's Textbook of Medical-Surgical Nursing.
Jakarta: EGC
Suharyanto, T., Madjid, A. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: TIM
Cahyaningsih, N. D. 2011. Hemodialisis (Cuci Darah). Jogjakarta:
Mitra Cendekia press