Diare dengan
Diare tanpa
dehidrasi
dehidrasi
ringan
Diare dengan
dehidrasi Diare dengan
sedang dehidrasi berat
MANIFESTASI KLINIS
•• Muntah
Muntah dan
dan demam
demam •• Distensi,
Distensi, bising
bising usus
usus
••Hematosechia
Hematosechia (boborigmus).
(boborigmus).
••
Nyeri
Nyeri perut
perut sampai
sampai •• Anoreksia,
Anoreksia, dan
dan rasa
rasa
kram.
kram. haus.
haus.
•• Peningkatan
Peningkatan frekuensi
frekuensi •• Berat
Berat badan
badan berkurang
berkurang
dan
dan kandungan
kandungan cairan
cairan •• Frekuensi
Frekuensi pernapasan
pernapasan
dalam
dalam feses
feses cepat
cepat
•• Kontraksi
Kontraksi spasmodik
spasmodik yang
yang sakit
sakit dari
dari anus
anus dan
dan
mengejam
mengejam taktak efektif
efektif (tenesmus)
(tenesmus) mungkin
mungkin
terjadi
terjadi setiap
setiap kali
kali defekasi
defekasi
•• Sifat
Sifat dan
dan awitannya
awitannya dapat
dapat eksplosif
eksplosif dan
dan
bertahap.
bertahap. Gejala
Gejala yang
yang berkaitan
berkaitan dengan
dengan
dehidrasi
dehidrasi dan
dan kelemahan.
kelemahan.
Patofisiologi
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Diare Pada Anak
Rehidrasi
Bila Bb Tidak Diketahui Berikan Oralit, Bila Anak Menginginkan Lebih Banyak
Oralit, Berikan
Bujuk Ibu Untuk Meneruskan Asi.
Untuk Bayi <6 Bulan Yang Tidak Mendapatkan Asi Berikan Juga 100-200 Ml Air
Selama Masa Ini.
Untuk Anak ˃6 Bulan, Tunda Pemberian Makan Selama 3 Jam Kecuali Asi Dan
Oralit.
Berikan Obat Zinc Selama 10 Hari Berturut-turut.
Berikan nutrisi
Pada Kasus Diare Akut Dengan Dehidrasi Ringan-sedang Diberikan Tambahan
Cairan Lebih Banyak Dari Biasanya. Pemberian Asi Diberikan Lebih Sering Dan
Lebih Lama.
*Con’t
Suplementasi zinc
Zinc sulfat diberikan pada usia ˃6 bulan sama dengan 20 mg perhari
yang dilarutkan sehingga dalam terapi yang diberikan pada kasus ini
sudah sesuai yaitu zinc sirup yang mengandung zinc sulfar 10 mg,
diberikan 1 x 2 sendok takar.
Pemberian antibiotik
Pemberian angtibiotek harus berdasarkan indikasi yang sesuai,
seperti diare berdarah atau diare karena kolera, atau diare disertai
penyakit lain.
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan tinja (Zein, Sagala, & Ginting, 2004)
2. Makroskopis dan mikroskopis
3. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan table clinitest,
bila diduga terdapat intoleransi gula.
4. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
5. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah, dengan
menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan
pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan).
6. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
7. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan
faktor dalam serum (terutama dalam penderita diare yang disertai
kejang).
8. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada
penderita diare kronik.
KOMPLIKASI
Dehidrasi
Disritmia jantung
Enterokolitis
Gangguan elektrolit
Kerusakan kulit
Malnutrisi
Pendarahan GI
Sindrom malabsorpsi
Sindrom Zollinger-Ellison
Pencegahan
Intraseluler 40 % 40 % 40 % 27 %
Plasma
(intrasvask 5% 5% 5% 7%
ekstraseluler
ular)
Intersisial 35 % 25 % 15 % 18%
KEBUTUHAN CAIRAN
Pada orang dewasa
• BB 10 kg pertama =
1ltr/hr cairan Berdasarkan berat badan
• BB 10 kg kedua = 0,5 bayi dan anak
ltr/hr cairan • 4 ml/kgBB/jam : berat
• BB >> 10 kg = 20 mL x badan 10 kg pertama
sisa BB • 2 ml/kgBB/jam : berat
badan 10 kg kedua
• 1 ml/kgBB/jam : sisa
EXAMPLE : berat badan selanjutnya
BB pasien = 56 kg maka,
10 kg pertama : 1000 cc cairan
10 kg kedua : 500 cc cairan
46 kg terakhir : 20 mL x 36 kg =720 cc cairan
Total cairan yang dibutuhkan = 1000 cc + 500 cc
+ 720 cc = 2220 mL/hari = 2,2 L/hari
*Berdasarkan berat badan bay
i dan anak (menurut Darrow)
• BB <3kg : 175 cc/kgBB/hr
• BB 3-10kg : 105
cc/kgBB/hr
• BB 10-15kg : 85
cc/kgBB/hr
Example : • BB > 15kg : 65 cc/kgBB/hr
BB pasen : 23 kg maka,
10 kg pertama : 4cc x 10 = 40 cc cairan
10 kg kedua : 2 cc x 10 = 20 cc cairan
23 kg terakhir = 1 cc x 3 kg = 3 cc cairan
Total cairan yang dibutuhkan = 40 cc + 20 cc + 3
cc = 63 mL/jam . 63 mL x 24 jam = 1512 mL/hari
*Berdasarkan umur, tapi BB tidak diketahui
• 1 tahun : 2n + 8 (n
dalam tahun )
• 3 – 12 bulan : n + 9
(n dalam bulan )
Example :
1. Umur pasien : 9 bulan ( n + 9 ) = 9
bulan + 9 = 18 mL/jam = 432 mL/hari
2. Umur pasien : 4 tahun ( 2n + 8 ) = (2 x
4 tahun) + 8 = 16 mL/jam = 348 mL/hari
Penilaian Dehidrasi
Berdasarkan Maurience Kings menyatakan bahw
a:
Penilaian 0 1 2
1. Biasa terjadi setelah intake cairan 1. Pada anak yang diare yang banyak
minum air atau cairan hipotonik atau
hipertonik ( natrium, laktosa )
diberi infus glukosa 5%
selama diare
2. Kadar natrium rendah ( <130 mEq/L)
2. Kehilangan air >> kehilangan
3. Osmolaritas serum < 275 mOsm/L
natrium
4. Letargi, kadang-kadang kejang
3. Konsentrasi natrium > 150 mmol/ L
4. Osmolaritas serum meningkat > 295
mOsm/L
5. Haus, irritable
6. Bila natrium serum mencapai 165
mmol/L dapat terjadi kejang
Tipe-tipe dehidrasi
1. Dehidrasi isotonik (isonatremik). Tipe ini merupakan yang
paling sering (80%). Pada dehidrasi isotonik kehilangan air
sebanding dengan jumlah natrium yang hilang, dan biasanya
tidak mengakibatkan cairan ekstrasel berpindah ke dalam
ruang intraseluler.
2. Dehidrasi hipotonik (hiponatremik). Natrium hilang yang
lebih banyak dari-pada air. Penderita dehidrasi hipotonik
ditandai dengan rendahnya kadar natrium serum (kurang
dari 135 mmol/L) dan osmolalitas efektif serum (kurang dari
270 mOsml/L).
*Con’t
3. Dehidrasi hipertonik (hipernatremik). Hilangnya air lebih banyak
daripada natrium. Dehidrasi hipertonik ditandai dengan
tingginya kadar natrium serum (lebih dari 145 mmol/L) dan
peningkatan osmolalitas efektif serum (lebih dari 295 mOsm/L).
Cara Penanganan Dehidrasi
1. Dehidrasi Isotonik
Pada kondisi isonatremia, defisit natrium
secara umum dapat dikoreksi dengan mengganti
defisit cairan ditambah dengan cairan pemeliharaan
dextrose 5% dalam NaCl 0,45-0,9%. Kalium (20
mEq/L kalium klorida) dapat ditambahkan ke dalam
cairan pemeliharaan saat produksi urin membaik
dan kadar kalium serum berada dalam rentang
aman.
2. Dehidrasi Hipotonik
Pada tahap awal diberikan cairan pengganti intravaskuler
NaCl 0,9% atau RL 20 mL/kgBB sampai perfusi jaringan
tercapai. Pada hiponatremia derajat berat (<130 mEq/L)
harus dipertimbangkan penambahan natrium dalam cairan
rehidrasi.
3. Dehidrasi Hipertonik
Pada tahap awal diberikan cairan pengganti intravaskuler
NaCl 0,9% 20 mL/kgBB atau RL sampai perfusi jaringan
tercapai. Pada tahap kedua, tujuan utama adalah memulihkan
volume intravaskuler dan mengembalikan kadar natrium
serum sesuai rekomendasi, akan tetapi jangan melebihi 10
mEg/L/24 jam.
*ASKEP
Diagnosa
NOC NIC
Keperawatan
Kekurangan volume Dalam waktu 1 x 24 Manajemen elektrolit/cairan
cairan jam, kekurangan 1) Monitor perubahan status paru/jantung
volume cairan yang menunjukkan kelebihan volume
pasien dapat cairan atau dehidrasi
teratasi , dengan 2) Monitor TTV yang sesuai
kriteria: 3) Monitor respon pasien terhadap terapi
Keseimbangan elektrolit yang diresepkan
cairan: 4) Monitor manifestasi dari
Tekanan darah ketidakseimbangan elektrolit
normal 5) Timbang BB harian dan pantau gejala
Denyat nadi 6) Berikan cairan yang sesuai
radial normal 7) Pastikan bahwa larutan intravena yang
Denyut perifer mengandung elektrolit diberikan dengan
normal aliran yang konstan dan sesuai
Intake dan 8) Konsultasikan dengan dokter jika tanda
output dalam 24 dan gejala ketidakseimbangan
jam seimbang cairan/elektrolit menetap/memburuk
Diagnosa keperawatan NOC NIC