KEBUTUHAN CAIRAN
1.1 Pengertian
Diperkirakan 45-80% dari berat badan pada individu yang sehat terdiri dari cairan.
Volume cairan ini bervariasi tergantung dari berbagai faktor yaitu usia, jenis kelamin,
dan lemak tubuh. Bayi mempunyai volume cairan lebih banyak dari orang dewasa dan
makin tua usia seseorang jumlah cairan ini makin berkurang. Begitu pula wanita
mempunyai volume cairan lebih sedikit dari pria karena tubuh wanita mempunyai
banyak lemak di banding pria. Cairan tubuh ini terutama terdiri dari air dan zat terlarut,
yaitu elektrolit, non elektrolit dan koloid (Kusnanto, 2016).
Pemenuhan kebutuhan dasar manusia merupakan bidang garap keperawatan, oleh
karena itu setiap perawat yang keberadaannya sangat dekat dan paling lama dengan klien
mempunyai kewajiban untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
Seorang perawat minimal harus dapat mengidentifikasi tingkat pemenuhan kebutuhan
cairan dan elektrolit, mampu mengidentifikasi tanda dan gejala ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit, serta mampu mengantisipasi faktor risiko yang menyebabkan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, sehingga ia akan dapat melakukan intervensi
baik mandiri ataupun kolaborasi untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk itu setiap
perawat hendaknya memahami konsep cairan dan elektrolit, dan mampu
mengaplikasikan konsep tersebut dalam membantu mengatasi masalah pemenuhan
kebutuhan klien pada berbagai kondisi (Kusnanto, 2016).
Selain itu, pengaturan keseimbangann cairan dapat melalui mekanisme rasa haus
yang dikontrol melalui sistem endokrin (hormonal) yaitu anti diuretik hormon (ADH),
sistem aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.
a. ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorbsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus
yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan
osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
b. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal dan berfungsi pada
absorbsi natrium.
c. Glukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorbsi natrium dan air (Hidayat,
AAA dan Uliyah. 2016).
1.3 Kebutuhan Fisiologis Sesuai KDM
Jenis Kelamin dan Usia TBW dari BB (%)
Jenis kelamin
Laki-laki 60
Wanita 50
Usia
Neonatus – infant 80
Anak-anak 70
Dewasa 60
Lansia 40-45
TBW (Total Body Water)
Intake = Input
Minum + makan + water metabolism + infus + transfusi = urine + diare + muntah + darah + drainase + IWL
Faktor tetesan:
Mikro : 60
Makro : 20
Cara menghitung kebutuhan cairan :
b. Anak :
BB ≤ 10kg 100 ml/kgBB/hari
BB 10-20 kg 1000 + 50 ml/kgBB/hari
BB > 20kg 1500 +20 ml/kgBB/hari
Setiap naik 10 C ditambah 12% dari total kebutuhan tubuh perhari
Water Metabolism
Dewasa : 5cc/kgBB/hari
Balita : 8cc/kgBB/hari
IWL
Dewasa : 15cc/kgBB/hari
Bayi : 30cc/kgBB/hari
b. Hipervolemia
Kondisi ini merupakan adanya penambahan atau kelebihan volume CES yang dapat
terjadi pada saat berikut:
1) Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium air.
2) Fungsi ginjal abnormal.
3) Kelebihan pemberian cairan.
4) Perpindahan cairan intrestisal ke plasma.
5) Edema.
Edema
Akumulasi cairan abnormal di jaringan infertital atau rongga tubuh. Penyebab:
1) Peningkatan tekanan hidostatik.
2) Penurunan tekanan asmotik plasma.
3) Sumbatan imfalik.
4) Refensi urine.
5) Kerusakan pembuluh darah kapiler.
c. Gangguan Elektrolit
1) Hiponatremia
Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang di
tandai dengan mual, muntah dan diare.
2) Hipernatremia
Merupakan suatu keadaan di mana kadar natrium dalam plasma tinggi yang di
tandai dengan mukosa kering. Oliguria/anuria, turgor kulir buruk dan permukaan
kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan, suhu badan naik.
3) Hipokalemia
Suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Di tandai dengan lemahnya
denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan, muntah-muntah, perutnya
kembung, denyut jantungnya tidak beraturan.
4) Hiperkalemia
Merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam darah tinggi. Di tandai
dengan adanya mual, hiperaktivitas sistem pencernaan, aritmia kelemahan.
5) Hipokalsemia
Merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah ditandai dengan adanya
kram otot, kram perut, kejang, bingung, kesemutan pada jaridan sekitar mulut.
6) Hiperkalsemia
Merupakan suatu keadaan kelebihab kadar kalsium dalam darah di tandai dengan
adanya nyeri pada tulang, batu ginjal, mual-mual, koma, dan kadar kalsium dalam
plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
7) Hipomagnesia
Merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah ditandai dengan adanya
iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi, kadar
magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.
8) Hipermagnesia
Merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah ditandai dengan
adanya koma, gangguan pernafasan,dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L
(Hidayat, AAA dan Uliyah, 2011).
1.6 Pathway
1.7 Konsep Keperawatan
a. Pengkajian
1) Riwayat Keperawatan
a) Intake dan output cairan dalam makanan (oral, parenteral).
b) Tanda umum masalah elektrolit.
c) Tanda kekurangan dan kelebihan cairan.
d) Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat menganggu status cairan.
e) Status perkembangan seperti usia dan situasi sosial.
2) Pengkuran klinis
a) Berat badan
Kehilangan atau bertambahnya berat badan menunjukkan adanya masalah
keseimbangan cairan:
± 2% : ringan
± 5% : sedang
±10% : berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
b) Keadaan klinis
c) Pengukuran TTV (tekanan darah, suhu, nadi, dan pernapasan).
d) Tingkat kesadaran
e) Pengukuran pemasukan cairan
f) Cairan oral: peroral
g) Cairan parenteral termasuk obat –obatan IV
h) Makanan yang cenderung mengadung air
i) Irigasi kateter atau NGT.
j) Pengukuran pengeluaran cairan
Urine : volume, kejernihan, atau kepekatan.
Feses: jumlah dan konsistensi.
Muntah
IWL
3) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit pada hal-hal berikut.
a) Integumen: keadaan turgor kulit, edema, kelelahan darah, kelemahan otot, tetani
dan sensasi rasa.
b) Kardiovaskuler: distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin, dan bunyi
jantung.
c) Ekstremitas : ada atau tidaknya edema ekstremitas atas dan bawah.
d) Abdomen : ada atau tidaknya acites
e) Mata: cekung, air mata kuning.
f) Gastrointestinal: keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah dan
bising usus.
4) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan elektrolit, darah lengkap, pH, berat jenis urine, dan analisa gas darah.
b. Diagnosa
1) Risiko ketidakseimbangan elektrolit
2) Risiko ketidakseimbangan volume cairan
3) Defisien volume cairan
4) Risiko devisien volume cairan
5) Kelebihan volume cairan
Manajemen Hipervolemia
1. Monitor TTV
2. Monitor perubahan status paru dan jantung
3. Monitor distensi vena jugularis, edema perifer
4. Monitor intake dan output
5. Timbang BB dengan waktu yang sama setiap hari
6. Tinggikan posisi kepala untuk memperbaiki ventilasi
7. Batasi asupan natrium
8. Anjurkan untuk minum sedikit
9. Kolaborasi pemberian diuretik
Manajemen Elektrolit/Cairan
Tarwoto dan Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi
ke-5. Jakarta: Salemba Medika.
Kusnanto. 2016. Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit.
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Moorhead, Sue, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition.
Jakarta: Elsevier.
Hidayat, A.A.A. dan Uliyah. 2016. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta: Salemba
Medika.