B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan tanah longsor
2. Mengetahui proses terjadinya tanah longsor
3. Mengetahui jenis-jenis tanah longsor
4. Untuk mengetahui faktor penyebab kondisi bencana
5. Untuk mengetahui permasalahan kesehatan dan solusi dalam kondisi tanah
longsor
6. Untuk mengetahui prinsip penanggulangan tanah longsor
7. Untuk mengetahui teknik evakuasi
8. Untuk mengetahui perawatan saat dan setelah tanah longsor
9. Untuk mengetahui upaya pencegahan tanah longsor
10. Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan jangka panjang
11. Untuk mengetahui contoh peta rawan bencana tanah longsor
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Jatuhan ( falls )
2. Robohan (topples)
3. Longsoran (slidses)
merupakan gerakan material pembentuk lereng yang diakibatkan oleh
terjadinya kegagalan geser, di sepanjang satu atau lebih bidang longsor.
Massa tanah yang bergerak bisa menyatu atau terpecah-pecah.
Perpindahan Material total sebelum longsoran bergantung pada besarnya
regangan untuk mencapai kuat geser puncaknya dan pada tebal zona
longsornya.
4. Sebaran (spread)
Sebaran yang termasuk longsoran translasional disebut sebaran
lateral (lateral spreading) merupakan kombinasi dari meluasnya massa
tanah dan turunnya massa batuan terpecah- pecah ke dalam material
lunak di bawahnya
5. Aliran (flows)
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng
lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh
kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi
oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan (Moch
Bachri, 2006 & Nandi, 2007). Menurut Peraturan Kepala BNPB Nomor 2
Tahun 2012 faktor-faktor penyebab terjadinya tanah longsor antara lain :
a. Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena
meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan
menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar.
Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi
retakan dan merekahnya tanah permukaan.
Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah
dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan
yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi
jenuh dalam waktu singkat.
Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui
tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng,
sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya,
tanah longsor dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar
tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.
b. Lereng terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng
yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.
Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung
lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
c. Tanah yang kurang padat dan tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat
dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis
ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan.
Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi
lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas.
d. Batuan yang kurang kuat
Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan
campuran antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan
tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan
umumnya rentan terhadap tanah longsor bila terdapat pada lereng yang terjal.
e. Jenis tata lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan,
perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan
persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat
tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor.
Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar
pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya
terjadi di daerah longsoran lama.
f. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan,
getaran mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya
adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.
g. Susut muka air danau atau bendungan
Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng
menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi longsoran
dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
h. Adanya beban tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan
kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di
sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya
penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah.
i. Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu
akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi
terjal.
j. Adanya material timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya
dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada
lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di
bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian
diikuti dengan retakan tanah.
k. Bekas longsoran lama
Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan
material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau pada saat atau sesudah
terjadi patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama memilki ciri :
1) Adanya tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tapal kuda.
2) Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena
tanahnya gembur dan subur.
3) Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai.
4) Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah.
5) Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran
kecil pada longsoran lama.
6) Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan
longsoran kecil.
7) Longsoran lama ini cukup luas.
1. Prabencana :
a. Mengurangi tingkat keterjalan lereng permukaan maupun airtanah.
(Perhatikan fungsi drainase adalah untuk menjauhakan airdari
lereng, menghindari air meresap ke dalam lereng atau menguras
air ke dalam lereng ke luar lereng. Jadi drainase harus dijaga agar
jangan sampaitersumbat atau meresapkan air ke dalam tanah).
b. Pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan pilling.
c. Hindarkan daerah rawan bencana untuk pembangunan pemukiman
dan fasilitas utama lainnya.
d. Terasering dengan sistem drainase yang tepat (drainase pada teras
- teras dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke
dalam tanah).
e. Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan
jarak tanam yang tepat (khusus untuk lereng curam, dengan
kemiringan lebih dari 40 derajat atau sekitar 80% sebaiknya
tanaman tidak terlalu rapat serta diseling-selingi dengan tanaman
yang lebih pendek dan ringan, di bagian dasar ditanam rumput).
f. Melakukan pemadatan tanah di sekitar perumahan. Pengenalan
daerah rawan longsor.
g. Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall).
h. Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk
secara cepat ke dalam tanah.
i. Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk menghindari
bahaya liquefaction
(infeksi cairan).
j. Dalam beberapa kasus relokasi sangat disarankan. Menanami
kawasan yang gersang dengan tanaman yang memiliki akar kuat,
banyak dan dalam seperti nangka, durian, pete, dan sebagainya.
k. Tidak mendirikan bangunan permanen di daerah tebing dan tanah
yang tidak stabil (tanah gerak).
l. Membuat selokan yang kuat untuk mengalirkan air hujan.
m. Waspada ketika curah hujan tinggi.
n. Jangan menggunduli hutan dan menebang pohon sembarangan.
o. Utilitas yang ada di dalam tanah harus bersifat fleksibel.
2. Saat Bencana
a. Segera evakuasi untuk menjauhi suara gemuruh atau arah datangnya
longsoran.
b. Apabila mendengar suara sirine peringatan longsor, segera evakuasi
ke arah zona evakuasi yang telah ditentukan. (Beberapa wilayah di
Indonesia telah terpasang Sistem Peringatan Dini Longsor).
3. Pascabencana
a. hindari wilayah longsor karena kondisi tanah yang labil.
b. Apabila hujan turun setelah longsor terjadi, antisipasi longsor
susulan.
Supirin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta.
BPBD. 2017. Strategi dan Upaya Penanggulangan Bencana Tanah
Longsor
https://siaga.bnpb.go.id/hkb/po-content/uploads/documents/Buku_Saku-
10Jan18_FA.pdf,
http://ejurnal.kependudukan.lipi.go.id/index.php/jki/article/download/21/15,
https://dibi.bnpb.go.id/