Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MANAJEMEN BENCANA

TENTANG BENCANA TANAH LONGSOR

Disusun oleh : Kelompok 4


1. Diaz Maharani Runtuh
2. Mutiara Rahmadania
3. Niken Liendra
4. Oktarina
5. Ririn Septia Lopita
6. Rahmatul Khairani
7. Yessi Aprisma

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Alam merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia,


oleh karena itu manusia tidak dapat dipisahkan dari alam. Alam memang sangat
erat kaitannya dengan kehidupan manusia, akan tetapi selain menguntungkan
alam juga dapat merugikan bagi manusia, contohnya akhir-akhir ini banyak
sekali bencana alam khususnya di Indonesia. Melihat fenomena tersebut
sehausnya manusia dapat berpikir bagaimana untuk dapat hidup selaras dengan
alam. Karena alam tidak dapat ditentang begitu pula dengan bencana.

Tanah longsor merupakan jenis bencana terbesar ke 3 (tiga) di Indonesia


setelah bencana banjir dan puting beliung. Jenis tanah pelapukan yang sering
dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan gunung api. Tanah ini memiliki
komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit pasir dan bersifat subur.
Tanah pelapukan yang berada di atas batuan kedap air pada
perbukitan/punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi
mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan
berkuantitas tinggi. Jika perbukitan tersebut tidak ada tanaman keras berakar
kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan bencana tanah longsor. (Nandi.
2007)

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan tanah longsor ?


2. Bagaimana Proses terjadinya tanah longsor ?
3. Apa saja jenis- jenis tanah longsor ?
4. Bagaimana faktor penyebab kondisi bencana?
5. Bagaimana permasalahan kesehatan dan solusi dalam kondisi tanah
longsor?
6. Bagaimana prinsip penanggulangan tanah longsor?
7. Bagaimana teknik evakuasi?
8. Bagaimana perawatan saat dan setelah tanah longsor?
9. Bagaimana upaya pencegahan tanah longsor?
10. Bagaimana pemenuhan kebutuhan jangka panjang?
11. Bagaimana contoh peta rawan bencana tanah Longsor ?

C. Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan tanah longsor
2. Mengetahui proses terjadinya tanah longsor
3. Mengetahui jenis-jenis tanah longsor
4. Untuk mengetahui faktor penyebab kondisi bencana
5. Untuk mengetahui permasalahan kesehatan dan solusi dalam kondisi tanah
longsor
6. Untuk mengetahui prinsip penanggulangan tanah longsor
7. Untuk mengetahui teknik evakuasi
8. Untuk mengetahui perawatan saat dan setelah tanah longsor
9. Untuk mengetahui upaya pencegahan tanah longsor
10. Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan jangka panjang
11. Untuk mengetahui contoh peta rawan bencana tanah longsor
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Gerakan massa (mass movement) tanah atau sering disebut tanah


longsor (landslide) merupakan salah satu bencana alam yang sering melanda
daerah perbukitan di daerah tropis basah. Gerakan massa, umumnya
disebabkan oleh gaya-gaya gravitasi dan kadang-kadang getaran atau
gempa juga menyokong terjadinya tersebut. Gerakan massa yang berupa tanah
longsor terjadi akibat adanya reruntuhan geser disepanjang bidang longsor
yang merupakan batas bergeraknya massa tanah atau batuan (Hardiyatmo,
2006: 2).

Adanya gerakan tanah disebabkan oleh faktor internal dan faktor


eksternal. Faktor internal yang dapat menyebabkan terjadinya gerakan
tanah adalah daya ikat (kohesi) tanah/batuan yanglemah sehingga butiran-
butiran tanah/batuan dapat terlepas dari ikatannya dan bergerak ke bawah
dengan menyeret butiran lainnya yang ada disekitarnya membentuk masa
yang lebih besar. Lemahnya daya ikat/batuan dapat disebabkan oleh sifat
kesarangan (porositas) dan kelolosan air (permeabilitas) tanah/batuan maupun
rekahan yang intensif dari masa tanah/batuan tersebut. Sedangkan faktor
eksternal yang dapat memicu terjadinya gerakan tanah terdiri dari berbagai
sebab yang kompleks seperti sudut kemiringan lereng, perubahan kelembaban
tanah/batuan karena masuknya air hujan, tutupan lahan dan pola pengolahan
lahan, pengikisan oleh aliran air, ulah manusia seperti penggalian dan
sebagainya

B. Proses terjadinya tanah longsor


Arsyad (1989) mengemukakan bahwa longsor terjadi sebagai akibat
meluncurnya suatu volume tanah diatas suatu lapisan agak kedap air yang
jenuh air. Lapisan yang terdiri dari tanah liat (mengandung kadar tanah liat)
seteluh jenuh air akan bertindak sebagai peluncur lonsoran akan terjadi jika
terpenuhi 3 keadaan berikut:

1. Adanya lereng yang cukup curam sehingga massa tanah dapat


bergerak atau meluncur kebawah
2. Aadanya lapisan dibawah permukaan massa tanah yang agak kedap air
dan lunak, yang akan menjadi bidang luncur dan
3. Adanya cukup air dalam tanah sehingga lapisan massa tanah tepat diatas
kedap air tersebut menjadi jenuh
C. Jenis-jenis Tanah Longsor

Gerakan massa (mass movement) merupakan gerakan massa tanah yang


besar di sepanjang bidang longsor kritisnya. Gerakan massa ini bergerak ke
bawah material pembentuk lereng berupa tanah, batu, timbunan buatan atau
campuran dari material lain.

Menurut Cruden dan Varnes (1992) dalam (Hary C Hardiyatmo,


2006:15), karakteristik gerakan massa pembentuk lereng dapat dibagi menjadi
lima macam antara lain :

1. Jatuhan ( falls )

Jatuhan (falls) merupakan gerakan jatuh material pembentuk lereng


(tanah atau batuan) di udara dengan tanpa adanya interaksi antara bagian-
bagian material yang longsor. Jatuhan terjadi tanpa adanya bidang longsor
dan banyak terjadi pada lereng terjal atau tegak yang terdiri dari batuan
yang mempunyai bidang-bidang menerus (diskontinuitas). Jatuhan pada
tanah biasanya terjadi apabila material mudah tererosi terletak di atas
tanah yang lebih tahan erosi, contohnya di lapisan pasir bersih atau danau
berada di atas lapisan lempung.

2. Robohan (topples)

Robohan (topples) merupakan gerakan material roboh dan biasanya


terjadi pada lereng batuan yang sangat terjal sampai tegak yang
mempunyai bidang-bidang ketidakmenerusan yang relatif vertikal. Tipe
gerakan hampir sama dengan jatuhan, hanya gerakan batuan longsor
merupakan mengguling hingga roboh yang berakibat batuan lepas dari
permukaan lerengnya. Faktor utama yang menyebabkan robohan yaitu air
yang mengisi retakan

3. Longsoran (slidses)
merupakan gerakan material pembentuk lereng yang diakibatkan oleh
terjadinya kegagalan geser, di sepanjang satu atau lebih bidang longsor.
Massa tanah yang bergerak bisa menyatu atau terpecah-pecah.
Perpindahan Material total sebelum longsoran bergantung pada besarnya
regangan untuk mencapai kuat geser puncaknya dan pada tebal zona
longsornya.
4. Sebaran (spread)
Sebaran yang termasuk longsoran translasional disebut sebaran
lateral (lateral spreading) merupakan kombinasi dari meluasnya massa
tanah dan turunnya massa batuan terpecah- pecah ke dalam material
lunak di bawahnya
5. Aliran (flows)

Aliran (flows) merupakan gerakan hancuran material ke bawah


lereng dan mengalir seperti cairan kental. Aliran sering terjadi dalam
bidang geser relatif sempit. Material yang terbawa oleh aliran dapat terdiri
dari berbagai macam partikel tanah (termasuk batu-batu besar), kayu-
kayuan, rating dan lain-lain.
D. Faktor Penyebab Kondisi Bencana Tanah Longsor

Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng
lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh
kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi
oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan (Moch
Bachri, 2006 & Nandi, 2007). Menurut Peraturan Kepala BNPB Nomor 2
Tahun 2012 faktor-faktor penyebab terjadinya tanah longsor antara lain :
a. Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena
meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan
menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar.
Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi
retakan dan merekahnya tanah permukaan.
Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah
dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan
yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi
jenuh dalam waktu singkat.
Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui
tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng,
sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya,
tanah longsor dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar
tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.
b. Lereng terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng
yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.
Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung
lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
c. Tanah yang kurang padat dan tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat
dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis
ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan.
Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi
lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas.
d. Batuan yang kurang kuat
Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan
campuran antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan
tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan
umumnya rentan terhadap tanah longsor bila terdapat pada lereng yang terjal.
e. Jenis tata lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan,
perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan
persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat
tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor.
Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar
pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya
terjadi di daerah longsoran lama.
f. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan,
getaran mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya
adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.
g. Susut muka air danau atau bendungan
Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng
menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi longsoran
dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
h. Adanya beban tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan
kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di
sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya
penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah.
i. Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu
akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi
terjal.
j. Adanya material timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya
dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada
lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di
bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian
diikuti dengan retakan tanah.
k. Bekas longsoran lama
Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan
material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau pada saat atau sesudah
terjadi patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama memilki ciri :
1) Adanya tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tapal kuda.
2) Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena
tanahnya gembur dan subur.
3) Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai.
4) Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah.
5) Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran
kecil pada longsoran lama.
6) Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan
longsoran kecil.
7) Longsoran lama ini cukup luas.

l. Adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak


sinambung), Bidang tidak sinambung ini memiliki
ciri:
1) Bidang perlapisan batuan
2) Bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar
3) Bidang kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang
kuat.
4) Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan
yang tidak melewatkan air (kedap air).
5) Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat.
6) Bidang-bidang tersebut merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi
sebagai bidang luncuran tanah longsor.
m. Penggundulan hutan
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul
dimana pengikatan air tanah sangat kurang.

n. Daerah pembuangan sampah


Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam
jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan
guyuran hujan, seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang lebih
meninggal.

E. Permasalahan Kesehatan dan Solusi dalam Kondisi Tanah Longsor

Permasalahan bencana terhadap kesehatan masyarakat relatif berbeda-


beda, antara lain tergatung dari jenis dan besaran bencana yang terjadi. Seperti
halnya pada kondisi bencana tanah longsor termasuk daalam jangka pendek
yang dapat mengakibatkan korban meninggal, cedera berat yang memerlukan
perawatan intensif, peningkatan risiko penyakit menular, kerusakan fasilitas
kesehatan dan sistem penyediaan air (pan American Health Organization,2006).
Adapun cara mencegah agar tidak terjadinya bencana tanah longsor yaitu :
1. Tidak membuat rumah dibawah, tepat di pinggir, atau dekat tebing.
2. Membuat teraserig atau sengkedan di lereng jika membuat pemukiman.
3. Tidak membuat kolam atau perkebunan di lereng yang dekat pemukiman.
4. Tidak memotong tebing menjadi tegak, biarkan miring.
5. Membuat saluran pembuangan air yang otomatis bisa menjadi
saluranpenampungan air tanah.
6. Menanam tanaman keras dan ringan dengan jenis akar dalam, di wilayah
curam.

F. Prinsip Penanggulangan Tanah Longsor

Dalam Undang-Undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan


bencana, disebutkan sejumlah prinsip penanggulangan yaitu :
a. dan tepat
Yang dimaksud dengan “prinsip cepat dan tepat” adalah bahwa dalam
penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai
dengan tuntutan keadaan. Keterlambatan dalam penanggulangan akan
berdampak pada tingginya kerugian material maupun korban jiwa.
b. Prioritas
Yang dimaksud dengan “prinsip prioritas” adalah bahwa apabila terjadi
bencana, kegiatan penggulangan harus mendapat prioritas dan diutamakan
pada kegiatan penyelamatan jiwa manusia.
c. Koordinasi dan keterpaduan
Yang dimaksud dengan “prinsip koordinasi” adalah bahwa
penanggulangan bencana didasarkan pada koordinasi yang baik dan saling
mendukung. Yang dimaksud dengan “prinsip keterpaduan” adalah bahwa
penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang
didasarkan pada kerja sama yang baik dan saling mendukung.
d. Berdaya guna dan berhasil guna
Yang dimaksud dengan “prinsip berdaya guna” adalah bahwa dalam
mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu,
tenaga, dan biaya berlebihan. Yang dimaksud dengan “prinsip berhasil guna”
adalah bahwa kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil guna,
khususnya dalam mengatasi kesulitan masyarakat dengan tidak membuang
waktu, tenaga, dan biaya berlebihan.
e. Transparansi dan akuntabilitas
Yang dimaksud dengan “prinsip transparansi” adalah bahwa
penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan. Yang dimaksud dengan “prinsip akuntabilitas”
adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.
f. Nondiskriminatif
Yang dimaksud dengan “prinsip nondiskriminatif” adalah bahwa negara
dalam penanggulangan bencana tidak memberikan perlakuan yang berbeda
terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras, dan aliran politik apa pun.

G. Teknik Evakuasi dalam Kondisi Bencana Tanah Longsor

Menurut BNPB ada upaya untuk melakukan evakuasi mandiri,


antara lain :

1. Prabencana :
a. Mengurangi tingkat keterjalan lereng permukaan maupun airtanah.
(Perhatikan fungsi drainase adalah untuk menjauhakan airdari
lereng, menghindari air meresap ke dalam lereng atau menguras
air ke dalam lereng ke luar lereng. Jadi drainase harus dijaga agar
jangan sampaitersumbat atau meresapkan air ke dalam tanah).
b. Pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan pilling.
c. Hindarkan daerah rawan bencana untuk pembangunan pemukiman
dan fasilitas utama lainnya.
d. Terasering dengan sistem drainase yang tepat (drainase pada teras
- teras dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke
dalam tanah).
e. Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan
jarak tanam yang tepat (khusus untuk lereng curam, dengan
kemiringan lebih dari 40 derajat atau sekitar 80% sebaiknya
tanaman tidak terlalu rapat serta diseling-selingi dengan tanaman
yang lebih pendek dan ringan, di bagian dasar ditanam rumput).
f. Melakukan pemadatan tanah di sekitar perumahan. Pengenalan
daerah rawan longsor.
g. Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall).
h. Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk
secara cepat ke dalam tanah.
i. Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk menghindari
bahaya liquefaction
(infeksi cairan).
j. Dalam beberapa kasus relokasi sangat disarankan. Menanami
kawasan yang gersang dengan tanaman yang memiliki akar kuat,
banyak dan dalam seperti nangka, durian, pete, dan sebagainya.
k. Tidak mendirikan bangunan permanen di daerah tebing dan tanah
yang tidak stabil (tanah gerak).
l. Membuat selokan yang kuat untuk mengalirkan air hujan.
m. Waspada ketika curah hujan tinggi.
n. Jangan menggunduli hutan dan menebang pohon sembarangan.
o. Utilitas yang ada di dalam tanah harus bersifat fleksibel.
2. Saat Bencana
a. Segera evakuasi untuk menjauhi suara gemuruh atau arah datangnya
longsoran.
b. Apabila mendengar suara sirine peringatan longsor, segera evakuasi
ke arah zona evakuasi yang telah ditentukan. (Beberapa wilayah di
Indonesia telah terpasang Sistem Peringatan Dini Longsor).
3. Pascabencana
a. hindari wilayah longsor karena kondisi tanah yang labil.
b. Apabila hujan turun setelah longsor terjadi, antisipasi longsor
susulan.

H. Perawatan Saat dan Setelah Tanah Longsor

1. Perawatan saat terjadi tanah longsor sebagai berikut :


a. Jangan panik dan tetap tenang ; berusaha bersikap tenang, karena kondisi
panik akan mengakibatkan masyarakat itu sendiritidak dapat bertindak
dengan tepat.
b. Cepat tinggalkan rumah, jika tanah longsor terjadi di sekitar rumah.
Berlindung ke tempat yang aman dan jangan mendekati daerah longsoran,
karena longsor susulan masih mungkin terjadi.
c. Bila memungkinkan bantu keluarga dan orang lain yang mengalami
situasi sulit akibat longsor.
d. Segera hubungi petugas dilinkungan tempat tinggal.
e. Jika kondisi di sekitar tempat tinggal membahayakan, mengungsilah.
f. Pantau terus informasi apabila informasi menyatakan kondisi belum
aman, jangan dulu kembali kerumah.
2. Perawatan setelah terjadi tanah longsor sebagai berikut :
a. Jauhi kawasan yan terkena longsor dan tetap berada di tempat yang aman.
b. Ikuti terus informasi untuk memastikan sudah berada ditempat yang tepat
dan aman.
c. Berikanlah pertolongan bagi yang membutuhkan tanpa membahayakan
keselamatan diri sendiri.
d. Laporkan kondisi dan kejadian dengan singkat dan jelas.
e. Kembalilah ke rumah jika situasi dan kondisi di tempat tinggal sudah
dinyatakan aman.
f. Ikuti perintah relokasi apabila telah diputuskan oleh pihak yang
berwenang.
I. Upaya Pencegahan Tanah Longsor

Pada masyarakat yang tinggal di pengunungan ataupun di berada tanah


rawan longsor untuk melakukan pencegahan terhadapbencana longsor, berikut
upaya pencegahan yang bisa dilakukan oleh masyarakat itu sendiri, antara lain :
1. Tidak menebang atau merusak hutan
2. Melakukan penanaman tumbuh-tumbuhan berakar kuat, seperti nimba,
bambu, akar wangi, lamtoro, dsb, maupun pada lereng-lereng yang gudul
3. Membuat saluran air hujan
4. Membangun dinding penahan di lereng-lereng yang terjal
5. Memeriksaan keadaan tanah secara berkala
6. Mengukur tingkat kederasan hujan.

J. Pemenuhan Kebutuhan Jangka Panjang

Sedangkan berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan


Bencana pemenuhan kebutuhan dasar bidang kesehatan lingkungan dalam
penanggulangan bencana yang harus dipenuhi antara lain:
a. Kebutuhan air bersih dan sanitasi.
b. Pangan.
c. Sandang.
d. Pelayanan Kesehatan.
e. Pelayanan psikososial.
f. Penampungan dan tempat hunian.
Standar minimal kebutuhan bidang kesehatan lingkungan saat bencana
telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

1357/Menkes/SK/XII/2001 tentang Standar Minimal Penanggulangan Masalah


Kesehatan Akibat Bencana dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor: 12/MENKES/SK/I/2002 tentang Pedoman Koordinasi
Penanggulangan Bencana Di Lapangan.
K. Peta rawan bencana Tanah Longsor
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gerakan massa (mass movement) tanah atau sering disebut tanah
longsor (landslide) merupakan salah satu bencana alam yang sering melanda
daerah perbukitan di daerah tropis basah. Gerakan massa yang berupa tanah
longsor terjadi akibat adanya reruntuhan geser disepanjang bidang longsor
yang merupakan batas bergeraknya massa tanah atau batuan (Hardiyatmo,
2006: 2).
Berikut beberapa faktor penyebab tanah longsor : Hujan, Lereng terjal,
Tanah yang kurang padat dan tebal, Batuan yang kurang kuat, Jenis tata lahan,
dll. Permasalahan bencana terhadap kesehatan masyarakat relatif berbeda-beda,
antara lain tergatung dari jenis dan besaran bencana yang terjadi. Seperti halnya
pada kondisi bencana tanah longsor termasuk daalam jangka pendek yang dapat
mengakibatkan korban meninggal, cedera berat yang memerlukan perawatan
intensif, peningkatan risiko penyakit menular, kerusakan fasilitas kesehatan dan
sistem penyediaan air (pan American Health Organization,2006).
Adapun cara mencegah agar tidak terjadinya bencana tanah longsor yaitu :
Tidak membuat rumah dibawah, tepat di pinggir, atau dekat tebing, membuat
teraserig atau sengkedan di lereng jika membuat pemukiman, tidak membuat
kolam atau perkebunan di lereng yang dekat pemukiman, dll. Menurut BNPB
ada upaya untuk melakukan evakuasi mandiri, antara lain :Prabencana, Saat
Bencana, Pascabencana.
B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
mengikuti proses pembelajaran mengenai bencana tanah longsor yang ada di
indonesia. Sebagai petugas kesehatan perlu mengetahui pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan. Dengan mengetahui pengetahuan masyarakat, maka petugas
kesehatan akan mengetahui mana yang perlu ditingkatkan, diubah dan
pengetahuan mana yang perlu dilestarikan dalam memperbaiki status kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Hardiyatmo, Harry Christady. 2006. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi.


Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Kartasapoetra. 2005. Teknologi Konservasi Tanah & Air.


Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nandi. 2007. Longsor. Bandung: FPIPS-UPI.

Noor, Djauhari. 2006. Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Graha


Ilmu.

Supirin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta.
BPBD. 2017. Strategi dan Upaya Penanggulangan Bencana Tanah
Longsor

BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). 2017. Peta Indeks


Risiko Bencana Gerakan Tanah.

https://siaga.bnpb.go.id/hkb/po-content/uploads/documents/Buku_Saku-
10Jan18_FA.pdf,

http://ejurnal.kependudukan.lipi.go.id/index.php/jki/article/download/21/15,

Wikipedia. 2007. Tanah Longsor. http://id.wikipedia.org/wiki/tanah_longsor.

https://dibi.bnpb.go.id/

Anda mungkin juga menyukai