Anda di halaman 1dari 10

I.

PENDAHULUAN
Latar Belakang Tiap hari kita menghirup udara dan memegang berbagai benda. Oleh karena itu, bagaimanapun juga kita akan selalu berinteraksi dengan bakteri. Seperti diketahui, begitu ada kesempatan maka bakteri akan menyelinap masuk ke dalam darah, kemudian berkembang biak dan mengeluarkan toksin (racun) yang dapat merusak kualitas darah. Kalau memang demikian, apakah itu berarti bahwa setiap hari ada kemungkinan bagi individu untuk menderita suatu penyakit, karena aktivitas keseharian yang dilakukan individu? Jangan cemas dulu. Ternyata, kenyataan tidak menunjukkan hal demikian. Bagaimanapun juga hanya sedikit sekali orang yang dalam setahun s akit secara terus-menerus. Mengapa bisa demikian? Karena dalam darah manusia terdapat suatu pasukan tempur yang berjumlah sangat besar yang tak henti-hentinya bertempur dan memberantas bakteri.Pasukan tempur itu tidak lain adalah sel darah putih yang juga dikenal dengan sebutan leukosit. Materi mengenai sel darah putih (leukosit) dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam Mata Kuliah Biologi Sel terutama pada Bab Sel dan Bahan Penyusun Sel. Tujuan Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut. a. Untuk mempelajari struktur dan fungsi sel darah putih b. Untuk mengetahui histologi sel darah putih. c. Untuk menjelaskan pembentukan sel darah putih. d. Untuk mendeskripsikan jenis-jenis sel darah putih. e. Untuk mengetahui kelainan yang mungkin terjadi pada sel darah putih.

Sel Darah Putih/Leukosit

Page 1

II. ISI
Sel darah putih, leukosit (white blood cell, WBC, leukocyte) adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x10 9 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes. Histologi Leukosit. Leukosit adalah sel darah yang mengendung inti, disebut juga sel darah putih. Di dalam darah manusia, normal didapati jumlah leukosit rata-rata 5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dari 5000 disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler : linfosit sel kecil, sitoplasma sedikit; monosit sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir granuler: Neutrofil, Basofil, dan Asidofil (atau eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan asam. Granula dianggap spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada sebagian besar precursor (pra zatnya). Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat asingan. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan melalui proses diapedesis lekosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung. Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 4000-11000, waktu lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam sel-sel darah putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4 tahun dan pada usia 14 -15 tahun persentase khas dewasa tercapai.

Sel Darah Putih/Leukosit

Page 2

Pembentukan Leukosit. Pembentukan sel darah putih dimulai dari diferensiasi dini dari sel stem hemopoietik pluripoten menjadi berbagai tipe sel stem committed. Selain sel-sel committed tersebut, untuk membentuk eritrosit dan membentuk leukosit. Dalam pembentukan leukosit terdapat dua tipe yaitu mielositik dan limfositik. Pembentukan leukosit tipe mielositik dimulai dengan sel muda yang berupa mieloblas sedangkan pembentukan leukosit tipe limfositik dimulai dengan sel muda yang berupa limfoblas.

Leukosit yang dibentuk di dalam sumsum tulang, terutama granulosit, disimpan dalam sumsum sampai sel-sel tersebut diperlukan dalam sirkulasi. Kemudian, bila kebutuhannya meningkat, beberapa faktor seperti sitokin-sitokin akan dilepaskan. Dalam keadaan normal, granulosit yang bersirkulasi dalam seluruh darah kira-kira tiga kali jumlah yang disimpan dalam sumsum. Jumlah ini sesuai dengan persediaan granulosit selama enam hari. Sedangkan limfosit sebagian besar akan disimpan dalam berbagai area limfoid kecuali pada sedikit limfosit yang secara temporer diangkut dalam darah.

Masa hidup granulosit setelah dilepaskan dari sumsum tulang normalnya 4-8 jam dalam sirkulasi darah, dan 4-5 jam berikutnya dalam jaringan. Pada keadaan infeksi jaringan yang berat, masa hidup keseluruhan sering kali berkurang. Hal ini dikarenakan granulosit dengan cepat menuju jaringan yang terinfeksi, melakukan

Sel Darah Putih/Leukosit

Page 3

fungsinya, dan masuk dalam proses dimana sel-sel itu sendiri harus dimusnahkan. Monosit memiliki masa edar yang singkat, yaitu 10-20 jam, berada di dalam darah sebelum berada dalam jaringan. Begitu masuk ke dalam jaringan, sel-sel ini membengkak sampai ukurannya yang sangat besar untuk menjadi makrofag jaringan. Dalam bentuk ini, sel-sel tersebut dapat hidup hingga berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Makrofag jaringan ini akan menjadi dasar bagi sistem makrofag jaringan yang merupakan system pertahanan lanjutan dalam jaringan untuk melawan infeksi.

Limfosit terus menerus memasuki sistem sirkulasi bersama dengan pengaliran limfe dari nodus limfe dan jaringan limfe lain. Kemudian, setelah beberapa jam, limfosit berjalan kembali ke jaringan dengan cara diapedesis dan selanjutnya kembali memasuki limfe dan kembali ke jaringan limfoid atau ke darah lagi demikian seterusnya. Limfosit memiliki masa hidup berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun, tetapi hal ini tergantung pada kebutuhan tubuh akan sel-sel tersebut Tabel Jenis-Jenis Sel Darah Putih

Tipe

Gambar

Diagram

% dalam tubuh manusia

Keterangan

Neutrofil

65%

Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga yang memberikan tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri; aktivitas dan matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak menyebabkan adanya nanah.

Eosinofil

4%

Eosinofil terutama berhubungan dengan infeksi parasit, dengan demikian meningkatnya eosinofil menandakan banyaknya parasit.

Sel Darah Putih/Leukosit

Page 4

Basofil

<1%

Basofil terutama untuk memberi antigen dengan histamin kimia peradangan.

bertanggung jawab reaksi alergi dan jalan mengeluarkan yang menyebabkan

Limfosit lebih umum dalam sistem limfa. Darah mempunyai tiga jenis limfosit: Sel B: Sel B membuat antibodi yang mengikat patogen lalu menghancurkannya. (Sel B tidak hanya membuat antibodi yang dapat mengikat patogen, tapi setelah adanya serangan, beberapa sel B akan mempertahankan kemampuannya dalam menghasilkan antibodi sebagai layanan sistem 'memori'.) Sel T: CD4+ (pembantu) Sel T mengkoordinir tanggapan ketahanan (yang bertahan dalam infeksi HIV) sarta penting untuk menahan bakteri intraseluler. CD8+ (sitotoksik) dapat membunuh sel yang terinfeksi virus. Sel natural killer: Sel pembunuh alami (natural killer, NK) dapat membunuh sel tubuh yang tidak menunjukkan sinyal bahwa dia tidak boleh dibunuh karena telah terinfeksi virus atau telah menjadi kanker. Monosit membagi fungsi "pembersih vakum" (fagositosis) dari neutrofil, tetapi lebih jauh dia hidup dengan tugas tambahan: memberikan potongan patogen kepada sel T sehingga patogen tersebut dapat dihafal dan dibunuh, atau dapat membuat tanggapan antibodi untuk menjaga. Monosit dikenal juga sebagai makrofag setelah dia meninggalkan aliran darah serta masuk ke dalam jaringan.

Limfosit

25%

Monosit

6%

Makrofag

(lihat di atas)

Sel Darah Putih/Leukosit

Page 5

Neutrofil. Neutrofil berkembang dalam sum-sum tulang dikeluarkan dalam sirkulasi, sel-sel ini merupakan 60 -70 % dari leukosit yang beredar. Garis tengah sekitar 12 um, satu inti dan 2-5 lobus. Sitoplasma yang banyak diisi oleh granulagranula spesifik (0;3-0,8um) mendekati batas resolusi optik, berwarna salmon pinkoleh campuran jenis romanovky. Granul pada neutrofil ada dua :
y y

Azurofilik yang mengandung enzym lisozom dan peroksidase. Granul spesifik lebih kecil mengandung fosfatase alkali dan zat-zat bakterisidal (protein Kationik) yang dinamakan fagositin.

Neutrofil jarang mengandung retikulum endoplasma granuler, sedikit mitokonria, apparatus Golgi rudimenter dan sedikit granula glikogen. Neutrofil merupakan garis depan pertahanan seluler terhadap invasi jasad renik, menfagosit partikel kecil dengan aktif. Adanya asam amino D oksidase dalam granula azurofilik penting dalam penceran dinding sel bakteri yang mengandung asam amino D. Selama proses fagositosis dibentuk peroksidase. Mielo peroksidase yang terdapat dalam neutrofil berikatan dengan peroksida dan halida bekerja pada

molekultirosin dinding sel bakteri dan menghancurkannya.

Eosinofil. Jumlah eosinofil hanya 1-4 % leukosit darah, mempunyai garis tengah 9um (sedikit lebih kecil dari neutrofil). Inti biasanya berlobus dua, Retikulum endoplasma mitokonria dan apparatus Golgi kurang berkembang. Mempunyai granula ovoid yang dengan eosin asidofkik, granula adalah lisosom yang mengandung fosfatae asam, katepsin, ribonuklase, tapi tidak mengandung lisosim. Eosinofil mempunyai pergerakan amuboid, dan mampu melakukan fagositosis, lebih lambat tapi lebih selektif dibanding neutrifil. Eosinofil memfagositosis komplek antigen dan anti bodi, ini merupakan fungsi eosinofil untuk melakukan fagositosis selektif terhadap komplek antigen dan antibody. Eosinofil

mengandung profibrinolisin, diduga berperan mempertahankan darah dari pembekuan, khususnya bila keadaan cairnya diubah oleh proses-proses patologi. Kortikosteroid akan menimbulkan penurunan jumlah eosinofil darah dengan cepat.

Sel Darah Putih/Leukosit

Page 6

Basofil. Basofil jumlahnya 0-% dari leukosit darah, ukuran garis tengah 12um, inti satu, besar bentuk pilihan ireguler, umumnya bentuk huruf S, sitoplasma basofil terisi granul yang lebih besar, dan seringkali granul menutupi inti, granul bentuknya ireguler berwarna metakromatik, dengan campuran jenis Romanvaki tampak lembayung. Granula basofil metakromatik dan mensekresi histamin dan heparin, dan keadaan tertentu, basofil merupakan sel utama pada tempat peradangan ini dinamakan hypersesitivitas kulit basofil. Hal ini menunjukkan basofil mempunyai hubungan kekebalan.

Limfosit. Limfosit merupakan sel yang sferis, garis tengah 6-8um, 20-30% leukosit darah. Normal, inti relatifbesar, bulat sedikit cekungan pada satu sisi, kromatin inti padat, anak inti baru terlihat dengan electron mikroskop. Sitoplasma sedikit sekali, sedikit basofilik, mengandung granula-granula azurofilik. Yang berwarna ungu dengan Romonovsky mengandung ribosom bebas dan poliribisom. Klasifikasi lainnya dari limfosit terlihat dengan ditemuinya tanda-tanda molekuler khusus pada permukaan membran sel-sel tersebut. Beberapa diantaranya membawa reseptos seperti imunoglobulin yang mengikat antigen spesifik pada membrannya. Lirnfosit dalam sirkulasi darah normal dapat berukuran 10-12um ukuran yang lebih besar disebabkan sitoplasmanya yang lebih banyak. Kadangkadang disebut dengan limfosit sedang. Sel limfosit besar yang berada dalam kelenjar getah bening dan akan tampak dalam darah dalam keadaan patologis, pada sel limfosit besar ini inti vasikuler dengan anak inti yang jelas.

Monosit. Monosit merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah leukosit normal, diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai 20um, atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam berbentuk tapal kuda. Kromatin kurang padat, susunan lebih fibriler, ini merupakan sifat tetap monosit. Sitoplasma relatif banyak dengan pulasan wrigh berupa bim abuabu pada sajian kering. Granula azurofil, merupakan lisosom primer, lebih banyak tapi lebih kecil. Ditemui retikulim endoplasma sedikit. Juga ribosom, pliribosom sedikit, banyak mitokondria. Aparatus Golgi berkembang dengan baik,

ditemukan mikrofilamen dan mikrotubulus pada daerah identasi inti. Monosit

Sel Darah Putih/Leukosit

Page 7

ditemui dalam darah, jaingan penyambung, dan rongga-rongga tubuh. Monosit tergolong fagositik mononuclear (system retikuloendotel) dan mempunyai tempattempat reseptor pada permukaan membrannya. Untuk imunoglobulin dan komplemen. Monosit beredar melalui aliran darah, menembus dinding kapiler masuk kedalam jaringan penyambung daIam darah beberapa hari. Dalam jaringan bereaksi dengan limfosit dan memegang peranan penting dalam pengenalan dan interaksi sel-sel immunocmpetent dengan antigen.

Kelainan pada Leukosit Kelainan kualitatif (fungsi dan morfologi) 1. Kelainan fungsi: Kelainan fungsi leukosit, granulosit, kemotaksis,

fagositosis, menelan dan membunuh kuman, serta kelainan limfosit

2.

Kelainan morfologi leukosit  Kelainan sitoplasma: granulasi toksik (infeksi bakteri akut, luka bakar, intoksikasi); granulasi polimorfonuklear (leukemia, sindrom

mielodisplasia); badan dohle (keracunan, luka bakar, infeksi berat); batang aurer (leukemia mieloid akut); limfositik plasma biru (infeksi virus, mononukleosis infeksiosa); smudge sel (leukemia limfositik kronik); dan vakuolisasi (keracunan, infeksi berat).  Kelainan inti sel: Hipersegmentasi (anmegaloblastik, infeksi,uremia, LGK); inti piknotik (sepsis, leukemia); dan anomali Pelger Huet (leukemia kronik, mielodisplastik)

Kelainan Kuantitatif 1. Leukositosis: neutofilia (infeksi bakteri akut); basofilia (gangguan

mieloproliferatif); monositosis (infeksi kronis, malaria, riketsia, penyakit kolagen vaskular,dll); limfositosis (gangguan imunologik berkepanjangan, infeksi virus); eosinofilia ( hay fever, penyakit kulit alergi, infeksi parasit, reaksi obat,dll)

Sel Darah Putih/Leukosit

Page 8

2.

Leukopenia: neutropenia (obat kemoterapi kanker, toksin, respon imun, hematologik, infeksi); limfopenia ( destruksi, infeksi virus , HIV); dan eosinopenia (obat, stress).

Kelainan Leukosit Proliferative 1. Mieloproliferatif a. Akut: leukemia granulositik akut; leukemia progranulositik akut; leukemia mielomonositik akut; leukemia monositik akut; eritroleukemia; dan leukemia megakarioblas akut b. Kronis: leukemia granulositik kronis; polisitemia vera (peningkatan jumlah SDM); trombositemia essensial (proliferasi berlebihan sel turunan megakariosit serta pembentukan trombosit dalam jumlah yang sangat besar); mielofibrosis dengan metaplasia mieloid (proliferasi tidak terkendali sel hematopoietik dalam organ ekstramedular dan fibrosis di sumsum tulang) 2. Limfoproliferatif a. pada sumsum tulang dibagi menjadi akut dan kronis b. pada kelenjar limfe dan organ dibagi menjadi penyakit hodgkin dan nonhodgkin). c. pada diskrasia sel plasma dibagi menjadi mielom multiple dan a makroglobunemia waldemstrom's, dll.

III. PENUTUP
Leukosit dan turunannya merupakan sel dan struktur dalam tubuh manusia yang didistribusikan keseluruh tubuh dengan fungsi utamanya melindungi organisme terhadap invasi dan pengrusakan oleh mikro organisme dan benda asing lainnya. Leukosit mempunyai kemampuan untuk membedakan dirinya sendiri

(makromolekuler organisme sendiri) dari yang bukan diri sendiri (benda asing) dan mengatur penghancuran dan inaktivasi dari benda asing yang mungkin merupakan molekul yang terisolasi atau bagian dari m ikroorganisme. Leukosit berasal dari sumsum tulang yang mengalami pematangan pada organ limfoid.

Sel Darah Putih/Leukosit

Page 9

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Sel Darah Putih. http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_darah_putih. 7 April 2010. Anonim. 2010. http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/1835870-apafungsi-sel-darah-putih/. 7 April 2010. Aryoseto, Lukman.2009. Hubungan antara Jumlah Leukosit dengan Morf ologi Spermatozoa pada Pasien Infertilitas di Rumah Sakit Dokter Kariadi. Universitas Diponegoro. Semarang. Effendi, Zukesti. 2009. Peranan Leukosit sebagai Anti Inflamasi Alergik Dalam Tubuh. Universitas Sumatera Utara. Medan. Junquera, L. Carlos. 1998. Histologi Dasar Edisi 8. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Sel Darah Putih/Leukosit

Page 10

Anda mungkin juga menyukai