DISUSUN OLEH :
TINGKAT 1 REGULER 1
D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan nikmat
kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta salam
tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta para sahabatnya dan seluruh
umat yang menjunjung tinggi sunnahnya.
Makalah ini merupakan tugas pada mata kuliah Protozologi dan Entomologi, yang
berjudul “ Hitung jenis Leukosit “ . Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Sri Wantini S.Pd .M.Kes , yang telah memberikan bimbingan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
ketidak sempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Darah adalah cairan yang terdapat pada tingkat tinggi yang berfungsi sebagai alat
transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tubuh, pertahanan tubuh dari
serangan kuman, dan lain sebagainya. Beda halnyadengan tumbuhan, manusia dan hewan
level tinggi punya sistem transportasi dengan darah. Darah merupakan suatu cairan yang
sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak
kegunaan lainnya untuk menunjang kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat
mengalami gangguan kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan 45%
sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh kita yaitu sekitar sepertiga
belas berat tubuh orang dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter. Jenis sel darah manusia terdiri dari
sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan trombosit (keping darah). Sel darah
putih (leukosit) merupakan unit yang aktif dari system pertahanan tubuh. Leukosit berfungsi
menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap agen infeksi yang ada. Terdapat
beberapa jenis leukosit, yaitu netrofil, eosinofil, basofil, monosit, limfosit dan megakarosit.
Pada orang dewasa terdapat kira-kira 7000 sel darah putih per millimeter kubik. Peran sel
darah putih (leukosit) yang begitu penting, sehingga seorang manusia perlu dilakukan
pengecekan kadar sel darah putih (leukosit).
1.3 Tujuan
2.1 Leukosit
A. Pengertian Leukosit
Dewasa : 4000-10.000/mm
Granulosit, yaitu leukosit yang mempunyai granula spesifik, yang dalam keadaan hidup
berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang
bervariasi. Terdapat tiga jenis leukosit granuler yaitu neutrofil, basofil,dan asidofil (atau
eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral, basa
dan asam.
Agranulosit Yang tidak mempunyai granula spesifik, sitoplasmanya homogen dengan inti
bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler yaitu limfosit (sel
kecil, sitoplasma sedikit) dan monosit (sel agak besar mengandung sitoplasma lebih
banyak).
B. Fungsi Leukosit
Berfungsi menjaga kekebalan tubuh sehingga tak mudah terserang penyakit
Melindungi badan dari serangan mikroorganisme pada jenis sel darah putih
granulosit dan monosit
Mengepung darah yang sedang terkena cidera atau infeksi
Menangkap dan menghancurkan organisme hidup
Menghilangkan atau menyingkirkan benda-benda lain atau bahan lain seperti
kotoran, serpihan-serpihan dan lainnya.
Mempunyai enzim yang dapat memecah protein yang merugikan tubuh
dengan menghancurkan dan membuangnya
Menyediakan pertahanan yang cepat dan juga kuat terhadap penyakit yang
menyerang.
sebagai pengangkut zat lemak yang berasal dari dinding usus melalui limpa
lalu menuju ke pembuluh darah
Pembentukan Antibodi di dalam tubuh.
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada dalam darah
berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit. Untuk mendapatkan
jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit
total (sel/µl). Sebagai contohnya, dengan limfosit 30% dan leukosit 10.000, limfosit mutlak
adalah 30% dari 10.000 atau 3.000. Hasil pemeriksaan ini dapat menggambarkan secara
spesifik kejadian dan proses penyakit dalam tubuh, terutama penyakit infeksi. Tipe leukosit
yang dihitung ada 5 yaitu basofil, eosinofil, neutrofil, monosit, dan limfosit. Untuk
melakukan hitung jenis leukosit, pertama membuat sediaan apus darah yang diwarnai dengan
pewarna Giemsa, Wright atau May Grunwald. Amati di bawah mikroskop dan hitung jenis-
jenis leukosit hingga didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel darah putih dinyatakan dalam persen
(%).
b. Alat dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan hitung jenis leukosit:
1. Obyek glass.
2. Spreader.
3. Rak pengecatan.
4. Mikroskop.
5. Darah vena + antikoagulan EDTA atau darah segar (kapiler/vena, segera dibuat
apusan dan dicat).
6. Cat Wright.
7. Cat Giemsa.
8. Emersi oil.
c. Cara kerja hitung jenis leukosit :
1. Pilihlah kaca obyek yang bertepi betul-betul rata untuk digunakan sebgai "kaca
penghapus" atau boleh digunakan "spreader".
2. Letakkan satu tetes kecil darah pada +- 2-3 MM dari ujung kaca objek di depan tetes darah.
3. Tarik spreader ke belakang sehingga menyentuh tetes darah, tunggu sampai darah
menyebar pada sudut tersebut.
4. Dengan gerak yang mantap doronglah spreader sehingga terbentuk apusan darah sepanjang
3-4 cm pada kaca objek. Darah harus habis sebelum spreader mencapai ujung lain dari kaca
objek.
5. Hapusan darah tidak boleh terlalu tipis atau terlalu teba;( ketebalan ini dapat diatur dengan
menggunakan sudut antara kedua kaca objek dan kecepatan menggeser. Makin besar sudut atau makin
cepat menggeser, makin tipis apusan darah yang dihasilkan).
6. Biarkan apusan darah mengering di udara.
7. Tulis identitas pada bagian preparat tebal ( bagian kepala).
B. Pewarnaan Wright.
1. Letakkan sediaan apusan darah yang telah kering pada rak pengecatan.
2. Genangi dengan larutan wright (yang mengandung methanol) selama 2 menit.
3. Tanpa dicuci ( tidak mengandung sisa cat) tambahkan atau genangi dengan larutan buffer
phosphate sebanyak 1 1/2 dari volume wright yang tersisa.
4. Tiup-tiup supaya homogen biarkan selama 20 menit atau 10 menit.
5. Buang sisa cat dan cuci dengan air mengalir
6. Kering anginkan.
7. Periksa di bawah mikroskop obyektif 40 x atau 100 x + emersi oil dalam 100 sel leukosit.
C. Pewarnaan Giemsa.
1. Letakkan sediaan apusan darah yang telah kering pada rak pengecatan.
2. Genangi dengan methanol selama 2 menit.
3. Buang sisa cat dan cuci dengan air mengalir.
4. Genangi dengan larutan giemsa 1:1 selama 2 menit.
5. Buang sisa cat dan cuci dengan air mengalir.
6. Kering anginkan.
7. Periksa di bawah mikroskop obyektif 40 x atau 100 x + emersi oil dalam 100 sel leukosit.
1. Sediaan tidak melebar samoa tepi kaca objek. Panjang 1/2 - 2/3 panjang objek glass.
2. Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa. Pada bagian ini eritrosit terletak
berdekatan tidak bertumpukan atau menggumpal atau membentuk Roleaux.
3. Pinggir sediaan rata dan tidak berlubang-lubang/bergaris-garis.
4. Penyebaran leukosit baik tidak berkumpul pada pinggir atau tepi sediaan.
Jika lebih dari 24 jam penundaan maka sel akan mengalami lisis, vakuolisasi,
degranulasi, hipersegmentasi inti dan karioreksis. Efek antikoagulan EDTA: -bila
jumlah yang dipakai kurang maka darah membeku. -bila jumlah pemakaian berlebih
maka akan mempengaruhi morfologi leukosit
a) Basofil
Basofil adalah granulosit dengan populasi paling minim, yaitu sekitar 0,01 - 0,3% dari
sirkulasi sel darah putih . Basofil adalah jenis leukosit yang terlibat dalam reaksi alergi
jangka panjang seperti asma, alergi kulit, dan lain-lain. Nilai normal dalam tubuh: 0 - 1%. Sel
ini jarang ditemukan dalam darah tepi normal. Sel ini mempunyai banyak granula sitoplasma
yang gelap menutup inti serta mengandung heparin dan histamin. Pada reaksi antigen-
antibodi basofil akan melepaskan histamin dari granulanya. Di dalam jaringan basofil
berubah menjadi sel mast
Sel ini tidak selalu dapat dijumpai, bentuk dan ukurannya menyerupai neutrofil,
sitoplasmanya mengandung granula bulat besar tidak sama besar, berwarna biru tua, granula
dapat menutupi inti. Kadang-kadang dapat dijumpai adanya vakuol kecil di sitoplasma
Eosinofil adalah sel darah putih dari kategori granulosit yang berperan dalam sistem
kekebalan dengan melawan parasit multiselular dan beberap infeksi pada makhluk vertebrata.
Bersama-sama dengan sel biang, eosinofil juga ikut mengendalikan mekanisme alergi.
. Eosinofil terbentuk pada proses haematopoiesis yang terjadi pada sumsum tulang
sebelum bermigrasi ke dalam sirkulasi darah. Eosinofil mengandung sejumlah zat kimiawi
antara lain histamin, esinofil peroksidase, ribonuklease, deoksiribonuklease, lipase,
[[plasminogen] dan eberapa asam amino yang dirilis melalui proses degranulasi setelah
eosinofil teraktivasi. Zat-zat ini bersifat toksin terhadap parasit dan jaringan tubuh.
Bentuk dan ukurannya sama dengan netrofil, akan tetapi sitoplasmanya dipenuhi oleh
granula yang besar, bulat, ukurannya sama besar dan berwarna kemerahan
Eosinofil merupakan sel substrat peradangan dalam reaksi alergi. Aktivasi dan
pelepasan racun oleh eosinofil diatur dengan ketat untuk mencegah penghancuran jaringan
yang tidak diperlukan. Individu normal mempunyai rasio eosinofil sekitar 1 hingga 6%
terhadap sel darah putih dengan ukuran sekitar 12 – 17 mikrometer.
Eosinofil dapat ditemukan pada medulla oblongata dan sambungan antara korteks
otak besar dan timus, dan di dalam saluran pencernaan, ovarium, uterus, limpa dan lymph
nodes. Tetapi tidak dijumpai di paru, kulit, esofagus dan organ dalam lainnya, pada kondisi
normal, keberadaan eosinofil pada area ini sering merupakan pertanda adanya suatu penyakit.
Eosinofil dapat bertahan dalam sirkulasi darah selama 8-12 jam, dan bertahan lebih lama
sekitar 8-12 hari di dalam jaringan apabila tidak terdapat stimulasi.
c) Neutrofil
Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri dan proses
inflamasi lainnya, serta menjadi sel yang pertama hadir ketika terjadi infeksi di suatu tempat.
Dengan sifat fagositik yang mirip dengan makrofaga, neutrofil menyerang patogen dengan
serangan respiratori menggunakan berbagai macam substansi beracun yang mengandung
bahan pengoksidasi kuat, termasuk hidrogen peroksida, oksigen radikal bebas, dan hipoklorit.
Rasio sel darah putih dari neutrofil umumnya mencapai 50-60%. Sumsum tulang
normal orang dewasa memproduksi setidaknya 100 miliar neutrofil sehari, dan meningkat
menjadi sepuluh kali lipatnya juga terjadi inflamasi akut.
Setelah lepas dari sumsum tulang, neutrofil akan mengalami 6 tahap morfologis:
mielocit, metamielocit, neutrofil non segmen (band), neutrofil segmen. Neutrofil segmen
merupakan sel aktif dengan kapasitas penuh, yang mengandung granula sitoplasmik (primer
atau azurofil, sekunder, atau spesifik) dan inti sel berongga yang kaya kromatin. Sel neutrofil
yang rusak terlihat sebagai nanah.
Morfologi Neutrofil
Monosit (bahasa Inggris: monocyte, mononuclear) adalah kelompok darah putih yang
menjadi bagian dari sistem kekebalan. Monosit dapat dikenali dari warna inti selnya.
Monosit diproduksi di dalam sumsum tulang dari sel punca haematopoetik yang
disebut monoblas. Setengah jumlah produksi tersimpan di dalam limpa pada bagian pulpa
Monosit tersirkulasi dalam peredaran darah dengan rasio plasma 3-5% selama satu hingga
tiga hari, kemudian bermigrasi ke seluruh jaringan tubuh. Sesampai di jaringan, monosit akan
menjadi matang dan terdiferensiasi menjadi beberapa jenis makrofaga, sel dendritik dan
osteoklas.
Stimulasi hormon sitokina jenis GM-CSF dan IL-4 akan mengaktivasi monosit dan
makrofaga untuk menjadi sel dendritik.
Morfologi Monosit
e) Limfosit
Limfosit (bahasa Inggris: lymphocyte) adalah sel darah putih yang terdapat pada
sistem kekebalan makhluk vertebrata. Limfosit utamanya berperan dalam imunitas adaptif.
Limfosit secara umum dibagi menjadi limfosit B (sel B), limfosit T (sel T), dan sel pembunuh
alami (sel NK, natural killer).
Sel B dinamakan demikian karena berkembang di Bursa Fabricus (pada unggas) atau
pada sumsum tulang (bone marrow, pada manusia). Sedangkan sel T dinamakan demikian
karena berkembang di timus. Sel B berperan dalam imunitas humoral (melibatkan antibodi),
sedangkan sel T berperan dalam imunitas dimediasi sel (cell mediated immunity). Fungsi sel
T dan sel B adalah untuk mengenali antigen spesifik "non-self" selama proses yang dikenal
sebagai presentasi antigen. Begitu sel-sel telah mengidentifikasi penyerang, sel menghasilkan
respon tertentu yang disesuaikan untuk menghilangkan patogen tertentu atau sel yang
terinfeksi.
Sel B menanggapi patogen dengan memproduksi dalam jumlah besar antibodi yang
kemudian menetralkan benda asing seperti bakteri dan virus. Subset dari sel T yaitu sel T
helper (sel Th), menghasilkan sitokin yang mengarahkan respon imun, sedangkan sel T
lainnya yang disebut sel T sitotoksik (sel Tc), menghasilkan granul toksik yang mengandung
enzim yang menginduksi kematian sel target. Setelah aktivasi, sel B dan sel T meninggalkan
sel-sel memori, yang akan "mengingat" setiap patogen spesifik yang dihadapi, dan mampu
memberikan respon yang kuat dan cepat jika patogen terdeteksi lagi.
Sel NK
Sel NK adalah bagian dari sistem imun bawaan dan memainkan peran utama dalam
perlindungan inang dari tumor dan sel yang terinfeksi virus. Sel NK membedakan sel yang
terinfeksi dan tumor dari sel-sel normal dan tidak terinfeksi dengan mengenali perubahan dari
molekul permukaan yang disebut MHC kelas I. Sel NK diaktifkan dalam menanggapi
keluarga sitokin yang disebut interferon. Sel NK diaktifkan melepaskan butiran sitotoksik
yang kemudian menghancurkan sel-sel target Sel-sel diberi nama "sel pembunuh alami"
karena tidak memerlukan aktivasi sebelumnya untuk membunuh sel-sel yang kehilangan
MHC kelas I, berbeda dengan limfosit B dan limfosit T yang memerlukan serangkaian proses
aktivasi yang kompleks.
BAB III
PENUTUP
3,1 Kesimpulan
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang
berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari
sistem kekebalan tubuh. Berdasarkan granulasi sitoplasmanya, leukosit dibedakan menjadi
granuler meliputi Basofil, Eosinofil, dan Neutrofil serta agranuler meliputi Limfosit dan
Monosit. Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada dalam darah
berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Sel_darah_putih
https://www.academia.edu/36382330/HITUNG_JENIS_LEUKOSIT
https://id.wikipedia.org/wiki/Basofil
https://id.wikipedia.org/wiki/Eosinofil
https://id.wikipedia.org/wiki/Neutrofil
http://mata-fariz.blogspot.com/2014/04/morfologi-dan-fungsi-neutrofil-sel.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Monosit
https://id.wikipedia.org/wiki/Limfosit
https://www.go-dok.com/mari-mengenal-kegunaan-limfosit-bagi-tubuh/
http://mata-fariz.blogspot.com/2014/04/morfologi-dan-fungsi-neutrofil-sel.html
http://mata-fariz.blogspot.com/2014/04/morfologi-dan-fungsi-monosit-sel-darah.html
https://www.sehatq.com/artikel/sel-darah-putih-dan-tugasnya-untuk-melawan-infeksi
https://id.wikipedia.org/wiki/Darah