Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH HEMATOLOGI RUTIN DAN INDIKASI

HITUNG JENIS LEUKOSIT

DOSEN PENGAMPU : SRI WANTINI S.Pd M.Kes

DISUSUN OLEH :

RANI FATIKA SARI 1913453046

TINGKAT 1 REGULER 1
D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan nikmat
kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta salam
tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta para sahabatnya dan seluruh
umat yang menjunjung tinggi sunnahnya.

Makalah ini merupakan tugas pada mata kuliah Protozologi dan Entomologi, yang
berjudul “ Hitung jenis Leukosit “ . Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Sri Wantini S.Pd .M.Kes , yang telah memberikan bimbingan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
ketidak sempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan.

Bandar Lampung, 19 Maret 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Darah adalah cairan yang terdapat pada tingkat tinggi yang berfungsi sebagai alat
transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tubuh,  pertahanan tubuh dari
serangan kuman, dan lain sebagainya. Beda halnyadengan tumbuhan, manusia dan hewan
level tinggi punya sistem transportasi dengan darah. Darah merupakan suatu cairan yang
sangat penting bagi manusia karena  berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak
kegunaan lainnya untuk menunjang kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat
mengalami gangguan kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian.

Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan 45%
sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh kita yaitu sekitar sepertiga
belas berat tubuh orang dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter. Jenis sel darah manusia terdiri dari
sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan trombosit (keping darah). Sel darah
putih (leukosit) merupakan unit yang aktif dari system pertahanan tubuh. Leukosit berfungsi
menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap agen infeksi yang ada. Terdapat
beberapa jenis leukosit, yaitu netrofil, eosinofil, basofil, monosit, limfosit dan megakarosit.
Pada orang dewasa terdapat kira-kira 7000 sel darah putih per millimeter kubik. Peran sel
darah putih (leukosit) yang begitu penting, sehingga seorang manusia perlu dilakukan
pengecekan kadar sel darah putih (leukosit).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan leukosit ?


2. Apa yng dimaksud dari hitung jenis leukosit ?
3. Apa saja jenis leukosit ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian leukosit


2. Untuk mengetahui hitung jenis leukosit
3. Untuk mengetahui apa saja jenis leukosit
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Leukosit

A. Pengertian Leukosit

Leukosit ( White Blood Cell  ) adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel


darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai
bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak  berwarna, memiliki inti, dapat
bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler/diapedesis. Leukosit adalah
sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang berfungsi untuk membantu
tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai  bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Leukosit adalah sel heterogen yang memiliki fungsi yang sangat beragam. Walaupun
demikian sel sel ini berasal dari suatu sel  bakal (stem cell) yang berdifferensiasi (mengalami
pematangan) sehingga fungsi-fungsi tersebut dapat berjalan. Maturasi / hematopoesis dari sel
leukosit adalah sebagai berikut :

Stem cell (myeloid) → myeloblast → promyelocyte → metamyelocyte → band


granulocyte→segmented granulocyte (neutrofil, eosinofil, basofil).
 Nilai normal leukosit :

Bayi baru lahir : 9000 -30.000 /mm

Bayi/anak : 9000 - 12.000/mm

Dewasa : 4000-10.000/mm

Sebenarnya leukosit merupakan kelompok sel dari beberapa jenis. Untuk


klasifikasinya didasarkan pada morfologi inti adanya struktur khusus dalam sitoplasmanya.
Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih dapat dibedakan yaitu :

 Granulosit, yaitu leukosit yang mempunyai granula spesifik, yang dalam keadaan hidup
berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang
bervariasi. Terdapat tiga jenis leukosit granuler yaitu neutrofil, basofil,dan asidofil (atau
eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral, basa
dan asam.
 Agranulosit Yang tidak mempunyai granula spesifik, sitoplasmanya homogen dengan inti
bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler yaitu limfosit (sel
kecil, sitoplasma sedikit) dan monosit (sel agak besar mengandung sitoplasma lebih
banyak).

B. Fungsi Leukosit
 Berfungsi menjaga kekebalan tubuh sehingga tak mudah terserang penyakit   
 Melindungi badan dari serangan mikroorganisme pada jenis sel darah putih
granulosit dan monosit  
 Mengepung darah yang sedang terkena cidera atau infeksi
 Menangkap dan menghancurkan organisme hidup
 Menghilangkan atau menyingkirkan benda-benda lain atau  bahan lain seperti
kotoran, serpihan-serpihan dan lainnya.
 Mempunyai enzim yang dapat memecah protein yang merugikan tubuh
dengan menghancurkan dan membuangnya
 Menyediakan pertahanan yang cepat dan juga kuat terhadap  penyakit yang
menyerang.
 sebagai pengangkut zat lemak yang berasal dari dinding usus melalui limpa
lalu menuju ke pembuluh darah  
 Pembentukan Antibodi di dalam tubuh.

C. Ciri – Ciri Leukosit


 Sel darah putih berjumlah kurang lebih 6 ribu-9 ribu butir/mm3  
 Sel darah putih tidak memiliki warna atau tidak berwarna
 Mempunyai inti sel atau nukleus
 Memiliki bentuk yang banyak atau dapat dikatakan bentuknya tidak beraturan
 Dapat berubah bentuk
 Sel darah putih hanya dapat bertahan hidup antara 12-13 hari
 Sel darah putih terbuat di dalam sumsum merah tulang pipih, limpa, dan
kelenjar getah bening
 Bergerak secara ameboid (seperti dengan amoeba)
 Dapat menembus dinding pembuluh darah

2.2 Hitung Jenis Leukosit

Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada dalam darah
berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit. Untuk mendapatkan
jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit
total (sel/µl). Sebagai contohnya, dengan limfosit 30% dan leukosit 10.000, limfosit mutlak
adalah 30% dari 10.000 atau 3.000. Hasil pemeriksaan ini dapat menggambarkan secara
spesifik kejadian dan proses penyakit dalam tubuh, terutama penyakit infeksi. Tipe leukosit
yang dihitung ada 5 yaitu basofil, eosinofil, neutrofil, monosit, dan limfosit. Untuk
melakukan hitung jenis leukosit, pertama membuat sediaan apus darah yang diwarnai dengan
pewarna Giemsa, Wright atau May Grunwald. Amati di  bawah mikroskop dan hitung jenis-
jenis leukosit hingga didapatkan 100 sel. Tiap  jenis sel darah putih dinyatakan dalam persen
(%).

a. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam hitung jenis leukosit adalah:


 Pilihlah sediaan yang cukup tipis dengan persebaran leukosit yang merata.
 Mulailah menghitung pada pinggir atas sediaan dan berpindahlah ke arah pinggir
bawah sediaan dan setelah itu geser ke kanan kemudiaan ke arah pinggir atas lagi.
Sesampai di pinggir atas geser ke kanan lagi kemudian ke arah pinggir bawah.
 Lakukan pengerjaan itu sampai 100 sel leukosit terhitung menurut jenisnya.
 Selain menghitung, catatlah adanya kelainan morfologi pada leukosit.
 Hendaknya pelaporan jumlah leukosit sesuai urutan yang pasti dimulai dari sel
basofil, eosinofil, neutrofil menurut stadiumnya, limfosit dan terakhir monosit

b. Alat dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan hitung jenis leukosit:
1. Obyek glass.
2. Spreader.
3. Rak pengecatan.
4. Mikroskop.
5. Darah vena + antikoagulan EDTA atau darah segar (kapiler/vena, segera dibuat
apusan dan dicat).
6. Cat Wright.
7. Cat Giemsa.
8. Emersi oil.
c. Cara kerja hitung jenis leukosit :

A. Cara Membuat Sediaan Apus Darah Tepi (SADT).

1. Pilihlah kaca obyek yang bertepi betul-betul rata untuk digunakan sebgai "kaca
penghapus" atau boleh digunakan "spreader".
2. Letakkan satu tetes kecil darah pada +- 2-3 MM dari ujung kaca objek di depan tetes darah.
3. Tarik spreader ke belakang sehingga menyentuh tetes darah, tunggu sampai darah
menyebar pada sudut tersebut.
4. Dengan gerak yang mantap doronglah spreader sehingga terbentuk apusan darah sepanjang
3-4 cm pada kaca objek. Darah harus habis sebelum spreader mencapai ujung lain dari kaca
objek.
5. Hapusan darah tidak boleh terlalu tipis atau terlalu teba;( ketebalan ini dapat diatur dengan
menggunakan sudut antara kedua kaca objek dan kecepatan menggeser. Makin besar sudut atau makin
cepat menggeser, makin tipis apusan darah yang dihasilkan).
6. Biarkan apusan darah mengering di udara.
7. Tulis identitas pada bagian preparat tebal ( bagian kepala).

B. Pewarnaan Wright.

1. Letakkan sediaan apusan darah yang telah kering pada rak pengecatan.
2. Genangi dengan larutan wright (yang mengandung methanol) selama 2 menit.
3. Tanpa dicuci ( tidak mengandung sisa cat) tambahkan atau genangi dengan larutan buffer
phosphate sebanyak 1 1/2 dari volume wright yang tersisa.
4. Tiup-tiup supaya homogen biarkan selama 20 menit atau 10 menit.
5. Buang sisa cat dan cuci dengan air mengalir
6. Kering anginkan.
7. Periksa di bawah mikroskop obyektif 40 x atau 100 x + emersi oil dalam 100 sel leukosit.

C. Pewarnaan Giemsa.

1. Letakkan sediaan apusan darah yang telah kering pada rak pengecatan.
2. Genangi dengan methanol selama 2 menit.
3. Buang sisa cat dan cuci dengan air mengalir.
4. Genangi dengan larutan giemsa 1:1 selama 2 menit.
5. Buang sisa cat dan cuci dengan air mengalir.
6. Kering anginkan.
7. Periksa di bawah mikroskop obyektif 40 x atau 100 x + emersi oil dalam 100 sel leukosit.

Ciri sediaan yang baik sebagai berikut:

1. Sediaan tidak melebar samoa tepi kaca objek. Panjang 1/2 - 2/3 panjang objek glass.
2. Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa. Pada bagian ini eritrosit terletak
berdekatan tidak bertumpukan atau menggumpal atau membentuk Roleaux.
3. Pinggir sediaan rata dan tidak berlubang-lubang/bergaris-garis.
4. Penyebaran leukosit baik tidak berkumpul pada pinggir atau tepi sediaan.
 Jika lebih dari 24 jam penundaan maka sel akan mengalami lisis, vakuolisasi,
degranulasi, hipersegmentasi inti dan karioreksis. Efek antikoagulan EDTA: -bila
jumlah yang dipakai kurang maka darah membeku. -bila jumlah pemakaian berlebih
maka akan mempengaruhi morfologi leukosit

2.3 Jenis Leukosit

a) Basofil

Basofil adalah granulosit dengan populasi paling minim, yaitu sekitar 0,01 - 0,3% dari
sirkulasi sel darah putih . Basofil adalah jenis leukosit yang terlibat dalam reaksi alergi
jangka panjang seperti asma, alergi kulit, dan lain-lain. Nilai normal dalam tubuh: 0 - 1%. Sel
ini  jarang ditemukan dalam darah tepi normal. Sel ini mempunyai banyak granula sitoplasma
yang gelap menutup inti serta mengandung heparin dan histamin. Pada reaksi antigen-
antibodi basofil akan melepaskan histamin dari granulanya. Di dalam  jaringan basofil
berubah menjadi sel mast 

Sel ini tidak selalu dapat dijumpai, bentuk dan ukurannya menyerupai neutrofil,
sitoplasmanya mengandung granula bulat  besar tidak sama besar, berwarna biru tua, granula
dapat menutupi inti. Kadang-kadang dapat dijumpai adanya vakuol kecil di sitoplasma

Basofil mrmpunyai tempat perlekatan immunoglobulin E (IgE) dan degranulasinya


disertai dengan pelepasan histamin. Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberi
reaksi alergi dan antigen dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan
peradangan. Basofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah basofil lebih dari 100/µl darah.
Basofil mengandung banyak granula sitoplasmik dengan dua lobus. Seperti granulosit lain,
basofil dapat tertarik keluar menuju jaringan tubuh dalam kondisi tertentu. Saat teraktivasi,
basofil mengeluarkan antara lain histamin, heparin, kondroitin, elastase dan lisofosfolipase,
leukotriena dan beberapa macam sitokina. Basofil memainkan peran dalam reaksi alergi
(seperti asma).
b) Eosinofil

Eosinofil adalah sel darah putih dari kategori granulosit yang berperan dalam sistem
kekebalan dengan melawan parasit multiselular dan beberap infeksi pada makhluk vertebrata.
Bersama-sama dengan sel biang, eosinofil juga ikut mengendalikan mekanisme alergi.

. Eosinofil terbentuk pada proses haematopoiesis yang terjadi pada sumsum tulang
sebelum bermigrasi ke dalam sirkulasi darah. Eosinofil mengandung sejumlah zat kimiawi
antara lain histamin, esinofil  peroksidase, ribonuklease, deoksiribonuklease, lipase,
[[plasminogen] dan eberapa asam amino yang dirilis melalui proses degranulasi setelah
eosinofil teraktivasi. Zat-zat ini bersifat toksin terhadap parasit dan jaringan tubuh.

Bentuk dan ukurannya sama dengan netrofil, akan tetapi sitoplasmanya dipenuhi oleh
granula yang besar, bulat, ukurannya sama besar dan berwarna kemerahan

Eosinofil merupakan sel substrat peradangan dalam reaksi alergi. Aktivasi dan
pelepasan racun oleh eosinofil diatur dengan ketat untuk mencegah penghancuran  jaringan
yang tidak diperlukan. Individu normal mempunyai rasio eosinofil sekitar 1 hingga 6%
terhadap sel darah putih dengan ukuran sekitar 12 – 17 mikrometer.

Eosinofil dapat ditemukan pada medulla oblongata dan sambungan antara korteks
otak besar dan timus, dan di dalam saluran pencernaan, ovarium, uterus, limpa dan lymph
nodes. Tetapi tidak dijumpai di paru, kulit, esofagus dan organ dalam lainnya, pada kondisi
normal, keberadaan eosinofil pada area ini sering merupakan pertanda adanya suatu penyakit.
Eosinofil dapat bertahan dalam sirkulasi darah selama 8-12 jam, dan bertahan lebih lama
sekitar 8-12 hari di dalam jaringan apabila tidak terdapat stimulasi.  
c) Neutrofil

Neutrofil (bahasa Inggris: neutrophil, polymorphonuclear neutrophilic leukocyte,


PMN) adalah bagian sel darah putih dari kelompok granulosit. Bersama dengan dua sel
granulosit lain: eosinofil dan basofil yang mempunyai granula pada sitoplasma, disebut juga
polimorfonuklir. Granula neutrofil berwarna merah kebiruan.

Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri dan proses
inflamasi lainnya, serta menjadi sel yang pertama hadir ketika terjadi infeksi di suatu tempat.
Dengan sifat fagositik yang mirip dengan makrofaga, neutrofil menyerang patogen dengan
serangan respiratori menggunakan berbagai macam substansi beracun yang mengandung
bahan pengoksidasi kuat, termasuk hidrogen peroksida, oksigen radikal bebas, dan hipoklorit.

Rasio sel darah putih dari neutrofil umumnya mencapai 50-60%. Sumsum tulang
normal orang dewasa memproduksi setidaknya 100 miliar neutrofil sehari, dan meningkat
menjadi sepuluh kali lipatnya juga terjadi inflamasi akut.

Setelah lepas dari sumsum tulang, neutrofil akan mengalami 6 tahap morfologis:
mielocit, metamielocit, neutrofil non segmen (band), neutrofil segmen. Neutrofil segmen
merupakan sel aktif dengan kapasitas penuh, yang mengandung granula sitoplasmik (primer
atau azurofil, sekunder, atau spesifik) dan inti sel berongga yang kaya kromatin. Sel neutrofil
yang rusak terlihat sebagai nanah.

Morfologi Neutrofil

1.       Ukuran Sel : 1-12 mikrometer


2.       Bentuk Sel : Bulat
3.       Nukleus : Banyak Nukleus (2-5)
4.       Warna Nukleus : Violet
5.       Sitoplasma : terdapat banyak granules
d) Monosit

Monosit (bahasa Inggris: monocyte, mononuclear) adalah kelompok darah putih yang
menjadi bagian dari sistem kekebalan. Monosit dapat dikenali dari warna inti selnya.

Pada saat terjadi peradangan, monosit:

 bermigrasi menuju lokasi infeksi


 mengganti sel makrofaga dan DC yang rusak atau bermigrasi, dengan membelah diri
atau berubah menjadi salah satu sel tersebut.

Monosit diproduksi di dalam sumsum tulang dari sel punca haematopoetik yang
disebut monoblas. Setengah jumlah produksi tersimpan di dalam limpa pada bagian pulpa
Monosit tersirkulasi dalam peredaran darah dengan rasio plasma 3-5% selama satu hingga
tiga hari, kemudian bermigrasi ke seluruh jaringan tubuh. Sesampai di jaringan, monosit akan
menjadi matang dan terdiferensiasi menjadi beberapa jenis makrofaga, sel dendritik dan
osteoklas.

Umumnya terdapat dua pengelompokan makrofaga berdasarkan aktivasi monosit,


yaitu makrofaga hasil aktivasi hormon M-CSF dan hormon GM-CSF. Makrofaga M-CSF
mempunyai sitoplasma yang lebih besar, kapasitas fagositosis yang lebih tinggi dan lebih
tahan terhadap infeksi virus stomatitis vesikular. Kebalikannya, makrofaga GM-CSF lebih
bersifat sitotoksik terhadap sel yang tahan terhadap sitokina jenis TNF, mempunyai ekspresi
MHC kelas II lebih banyak, dan sekresi PGE yang lebih banyak dan teratur. Setelah itu,
turunan jenis makrofaga akan ditentukan lebih lanjut oleh stimulan lain seperti jenis hormon
dari kelas interferon dan kelas TNF.

Stimulasi hormon sitokina jenis GM-CSF dan IL-4 akan mengaktivasi monosit dan
makrofaga untuk menjadi sel dendritik.

Morfologi Monosit

1.       Ukuran : 12-20 mikrometer


2.       Bentuk : Rounded
3.       Nukleus : Seperti Ginjal dan besar
4.       Sitoplasma : Pale staining cytoplasm

e) Limfosit

Limfosit (bahasa Inggris: lymphocyte) adalah sel darah putih yang terdapat pada
sistem kekebalan makhluk vertebrata. Limfosit utamanya berperan dalam imunitas adaptif.
Limfosit secara umum dibagi menjadi limfosit B (sel B), limfosit T (sel T), dan sel pembunuh
alami (sel NK, natural killer).

Jenis – jenis limfosit :

 Sel B dan Sel T

Sel B dinamakan demikian karena berkembang di Bursa Fabricus (pada unggas) atau
pada sumsum tulang (bone marrow, pada manusia). Sedangkan sel T dinamakan demikian
karena berkembang di timus. Sel B berperan dalam imunitas humoral (melibatkan antibodi),
sedangkan sel T berperan dalam imunitas dimediasi sel (cell mediated immunity). Fungsi sel
T dan sel B adalah untuk mengenali antigen spesifik "non-self" selama proses yang dikenal
sebagai presentasi antigen. Begitu sel-sel telah mengidentifikasi penyerang, sel menghasilkan
respon tertentu yang disesuaikan untuk menghilangkan patogen tertentu atau sel yang
terinfeksi.

Sel B menanggapi patogen dengan memproduksi dalam jumlah besar antibodi yang
kemudian menetralkan benda asing seperti bakteri dan virus. Subset dari sel T yaitu sel T
helper (sel Th), menghasilkan sitokin yang mengarahkan respon imun, sedangkan sel T
lainnya yang disebut sel T sitotoksik (sel Tc), menghasilkan granul toksik yang mengandung
enzim yang menginduksi kematian sel target. Setelah aktivasi, sel B dan sel T meninggalkan
sel-sel memori, yang akan "mengingat" setiap patogen spesifik yang dihadapi, dan mampu
memberikan respon yang kuat dan cepat jika patogen terdeteksi lagi.
 Sel NK

Sel NK adalah bagian dari sistem imun bawaan dan memainkan peran utama dalam
perlindungan inang dari tumor dan sel yang terinfeksi virus. Sel NK membedakan sel yang
terinfeksi dan tumor dari sel-sel normal dan tidak terinfeksi dengan mengenali perubahan dari
molekul permukaan yang disebut MHC kelas I. Sel NK diaktifkan dalam menanggapi
keluarga sitokin yang disebut interferon. Sel NK diaktifkan melepaskan butiran sitotoksik
yang kemudian menghancurkan sel-sel target Sel-sel diberi nama "sel pembunuh alami"
karena tidak memerlukan aktivasi sebelumnya untuk membunuh sel-sel yang kehilangan
MHC kelas I, berbeda dengan limfosit B dan limfosit T yang memerlukan serangkaian proses
aktivasi yang kompleks.
BAB III
PENUTUP

3,1 Kesimpulan

Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang
berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai  bagian dari
sistem kekebalan tubuh. Berdasarkan granulasi sitoplasmanya, leukosit dibedakan menjadi
granuler meliputi Basofil, Eosinofil, dan Neutrofil serta agranuler meliputi Limfosit dan
Monosit. Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada dalam darah
berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit.
DAFTAR PUSTAKA

 https://id.wikipedia.org/wiki/Sel_darah_putih
 https://www.academia.edu/36382330/HITUNG_JENIS_LEUKOSIT
 https://id.wikipedia.org/wiki/Basofil
 https://id.wikipedia.org/wiki/Eosinofil
 https://id.wikipedia.org/wiki/Neutrofil
 http://mata-fariz.blogspot.com/2014/04/morfologi-dan-fungsi-neutrofil-sel.html
 https://id.wikipedia.org/wiki/Monosit
 https://id.wikipedia.org/wiki/Limfosit
 https://www.go-dok.com/mari-mengenal-kegunaan-limfosit-bagi-tubuh/
 http://mata-fariz.blogspot.com/2014/04/morfologi-dan-fungsi-neutrofil-sel.html
 http://mata-fariz.blogspot.com/2014/04/morfologi-dan-fungsi-monosit-sel-darah.html
 https://www.sehatq.com/artikel/sel-darah-putih-dan-tugasnya-untuk-melawan-infeksi
 https://id.wikipedia.org/wiki/Darah

Anda mungkin juga menyukai