Anda di halaman 1dari 13

LABORATORIUM SEROLOGI DAN IMUNOLOGI

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA BATAM
LAPORAN PRAKTIKUM SEROLOGI DAN IMUNOLOGI
”PENENTUAN JUMLAH SEL LEUKOSIT”

DISUSUN OLEH

NAMA : NUR HILMIYAH ELSA


NIM : 61608100818052
HARI/TANGGAL : Kamis / 17 Juni 2021
DOSENPENGAMPU : Apt., Apriliya Sri R. M.Farm
MATAKULIAH : Serologi Dan Imunologi
ASISTENDOSEN : YurikaZelfinda
Mega Wijaya

LABORATORIUM SEROLOGI DAN IMUNOLOGI


PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA
BATAM
2021
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATARBELAKANG
Sel darah putih, atau leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah
putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian
dari sistem kekebalantubuh.

Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat
menembus dinding kapiler/diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4 x 10 9 hingga 11
x 10 9 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel
per tetes. Dalam setiap mm 3 darah terdapat 6000 sampai 10000 (rata-rata 8000) sel darah putih.
Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes.

Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan
tertentu, mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu
bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau
mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi
dengan caranya sendiri, melainkan leukosit adalah produk dari sel punca hematopoietic
pluripotent yang ada pada sumsum tulang.

Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh. Leukosit ini sebagaian besar
diproduksi di sumsum tulang (granulosit, monosit dan sedikit limfosit) dan sebagian lagi di
jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah
menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan. Manfaat sesungguhnya dari sel darah
putih ialah kebanyakan ditranport ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius,
jadi, sel-sel tersebut dapat menyediakan pertahanan terhadap semua hal yanginfeksius.

1.2 TUJUAN PRAKTIKUM

1. Agar dapat melakukan hitung jenis- jenis leukosit dengan baik danbenar
2. Agar dapat membedakan jenis leukosit
BAB II TINJAUAN

PUSTAKA

2.1 DASAR TEORI

Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh. Leukosit ini sebagaian
besar diproduksi di sumsum tulang (granulosit, monosit dan sedikit limfosit) dan sebagian lagi di
jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma).

Sel – sel polimorfonuklear dan monosit dalam keadaan normal hanya dibentuk didalam
sumsum tulang, sedangkan sel - sel limfosit dan sel – sel plasma diproduksi dalam bermacam –
macam organ limfoid termasuk limfe, limpa, tonsil, dan bermacam–macam sel – sel limfoid yang
lain di dalam sumsum tulang, usus dan sebagainya. Sel – sel darah putih yang di bentuk di dalam
sumsum tulang, terutama granulosit akan di simpan di dalam sumsum sampai mereka diperlukan
di dalam sistem sirkulasi, kemudian bila kebutuhannya meningkat maka akan menyebabkan
granulosit tersebut dilepaskan. Dalam keadaan normal granulosit yang bersirkulasi di dalam
seluruh aliran darah kira - kira tiga kali dari jumlah granulosit yang di simpan dalam
sumsum,jumlah ini sesuai dengan persediaan granulosit selama enam hari.

Jenis –jenis Leukosit

1. Granulosit

Granulosit memiliki granula kecil di dalam protoplasmanya, memiliki diameter sekitar


10 -12 mikron. Berdasarkan pewarnaan granula, granulosit dibagi menjadi tiga kelompok
berikut :

a. Neutrofil
Neutrofil memiliki granula yang tidak bewarna, mempunyai inti sel yang
terangkai, kadang seperti terpisah-pisah, protoplasmanya banyak berbintik-bintik halus
atau granula, serta banyaknya sekitar 60 -70 % (Handayani, 2008).
Neutrofil merupakan leukosit darah perifer yang paling banyak. Sel ini memiliki
masa hidup singkat, sekitar 10 jam dalam sirkulasi. Sekitar 50 % neutrofil dalam darah
perifer menempel pada dinding pembuluh darah. Neutrofi memasuki jaringan dengan
cara bermigrasi sebagai respon terhadap kemotaktik (Hoffbrand, 2006).
b. Eusinofil
Eosinofil memiliki granula bewarna merah dengan pewarnaan asam, ukuran dan
bentuknya hampir sama dengan neutrofil, tetapi granula dalam sitoplasmanya lebih
besar, banyaknya kira-kira 24 % (Handayani,2008).

Sel ini sangat penting dalam respon terhadap penyakit parasitik dan alergi.
pelepasan isi granulnya ke patogen yang lebih besar membantu dekstruksinya dan
fagositosis berikutnya (Hoffbrand, 2006). Fungsi utama eosinofil adalah detoksifikasi
baik terhadap protein asing yang masuk ke dalam tubuh melalui paru-paru ataupun
saluran cerna maupun racun yang dihasilkan oleh bakteri dan parasit. Eosinofilia pada
hewan domestik merupakan peningkatan jumlah eosinofil dalam darah. Eosinofilia dapat
terjadi karena infeksi parasit, reaksi alergi dan kompleks antigen-antibodi setelah proses
imun (Frandson, 1992).
c. Basofil
Basofil memiliki granula bewarna biru dengan pewarnaan basa, sel ini lebih kecil
daripada eosinofil, tetapi mempunyai inti yang bentuknya teratur, di dalam
protoplasmanya terdapat granula-granula yang besar, banyaknya kira-kira 0,5 % di
sumsum merah (Handayani, 2008).
Jumlah basofil di dalam sirkulasi darah relatif sedikit. Di dalam sel basofil
terkandung zat heparin (antikoagulan). Heparin ini dilepaskan di daerah peradangan
guna mencegah timbulnya pembekuan serta statis darah dan limfe, sehingga sel basofil
diduga merupakan prekursor bagi mast cell. Basofilia meupakan peningkatan jumlah
basofil dalam sirkulasi. basofilia pada hewan domestik dapat terjadi karena
hipotirodismus ataupun suntikan estrogen. Penurunan jumlah sel basofil dalam sirkulasi
darah atau basopenia dapat terjadi karena suntikan corticosteroid pada stadium
kebuntingan (Frandson,1992).

2. Agranulosit
a. Limfosit
Limfosit memiliki nucleus besar bulat dengan menempati sebagian besar sel
limfosit berkembang dalam jaringan limfe. Ukuran bervariasi dari 7 sampai dengan 15
mikron. Banyaknya 20-25% dan fungsinya membunuh dan memakan bakteri masuk ke
dalam jaringan tubuh. Limfosit ada 2 macam, yaitu limfosit T dan limfosit B
(Handayani, 2008).
Sistem imun tubuh terdiri atas dua komponen utama, yaitu limfosit B dan limfosit
T. Sel B bertanggung jawab atas sintesis antibodi humoral yang bersirkulasi yang
dikenal dengan nama imunoglobulin. Sel T terlibat dalam berbagai proses imunologik
yang diperantarai oleh sel. Imunoglobulin plasma merupakan imunoglobulin yang
disintesis di dalam sel plasma. Sel plasma merupakan sel khusus turunan sel B yang
menyintesis dan menyekresikan imonoglo-bulin ke dalam plasma sebagai respon
terhadap pajanan berbagai macam antigen (Murray, 2003).
b. Monosit
Monosit memiliki ukuran yang lebih besar daripada limfosit, protoplasmanya
besar, warna biru sedikit abu-abu, serta mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan. Inti
selnya bulat atau panjang. Monosit dibentuk di dalam sumsum tulang, masuk ke dalam
sirkulasi dalam bentuk imatur dan mengalami proses pematangan menjadi makrofag
setelah masuk ke jaringan. Fungsiya sebagai fagosit. Jumlahnya 34% dari total
komponen yang ada di sel darah putih (Handayani, 2008).
Monosit adalah leukosit terbesar yang berdiameter 15 sampai 20 μm dan
berjumlah 3 sampai 9% dari seluruh sel darah putih. Terdapat kesulitan dalam
identifikasi monosit dengan adanya bentuk transisi antara limposit kecil dan besar,
karena terdapat kemiripan satu sama lain. keadaan ini jelas bila mempelajari sediaan
ulas darah sapi. Uraian tentang bentuk transisi akan diberikan pada pembahasan tiap
spesies yang berbeda. Sitoplasma monosit lebih banyak dari limfosit, dan berwarna biru
abu-abu pucat. Sering tampak adanya butir azurofil halus seperti debu. Inti berbentuk
lonjong , seperti ginjal atau mirip tapal kuda, jelasnya memiliki lekuk cukup dalam.
Kromatin inti mengambil warna lebih pucat dari limfosit. Inti memiliki satu sampai tiga
nukleus, tetapi tidak tampak pada sediaan ulas yang diwarnai. Monosit darah tidak
pernah mencapai dewasa penuh sampai bermigrasi ke luar pembuluh darah masuk
jaringan. Selanjutnya dalam jaringan menjadi makrofag tetap, seperti pada sinusoid hati,
sumsum tulang, alveoli paru-paru, dan jaringan limfoid. Sering terletak berdekatan
dengan endotel pembuluh darah. Dalam jaringan limfoid sumsum tulang dan sinusoid
hati, makrofag tetap lazimnya melekat pada penjuluran dendritik dari sel retikuler
(Anonim,2009).
Sel-sel sistem makrofag terdapat pada:
1. Jaringan ikat Inggar berupa makrofag atauhistiosit
2. Didalam darah berupa monosit
3. Didalam hati melapisi sinusoid dikenal sebagai sel Kupffer
4. Makrofag perivaskuler sinusod limpa, limfonodus, dan sum-sumtulang.
5. Pada susunan syaraf pusat berupa mikroglia yang berasal dari mesoderm. (Effendi,
2003).
BAB III.
METODE KERJA

3.1 ALAT DAN BAHAN YANG DI GUNAKAN


Alat:
1. pipettetes
2. objekglass
3. gunting
4. mikroskop
5. alat penghitung(counter)

Bahan :
1. pewarna giemsa(1:20)
2. metanol
3. alkohol 70%
4. air suling
5. larutan NaClfisiologi
6. mencit putihjantan

3.2 PROSEDUR KERJA


1. Bersihkan ekor mecit dengan kapas yang dibasahi dngan alkohol70%.
2. Potong ekor mencit sepanjang 1 cm, darah tetesan pertama dibuang dan satu tetes
berikutnya diteteskan pada salah satu ujung dari objekglass.
3. Ratakan dengan ujung objek glass yang lain dengan membentuk sudut 30°C lalu
tarik dengan cepat dan tekanan sama sehingga diperoleh lapisan darah yang rata
(metode hapusdarah).
4. Biarkankering.
5. Tetesi dengan methanol sehingga membasahi seluruh permukaan selama 20menit.
6. Setelah kering, tetesi dengan pewarna giemsa hingga membasahi seluruhpermukaan.
7. Cuci dengan air suling keringkan dan lihat dibawah mikroskop denganpembesaran
1000 kali. Sel yang akan terlihat adalah sel neutrofil batang, neutrofil sekmen,
monosit, limposit daneusinofil.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASILPENGAMATAN
Gambar Keterangan

1. Tikus putih jantan

Memliki banyak granul


sitoplasmik dengan dua
lobus,butirannya besar,
tidak uniform dan larut
dalam air, gelambirnya
kurang jelas dan
kromatinnya berwarna
pucat

4.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kita melakukan percobaan tentang “penentuan jumlah sel leukosit”.
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk dapat melakukan hitung jenis jenis leukosit
dengan baik dan benar dan dapat membedakan jenis jenis sel leukosit.
Menurut Pearce, E (2004), darah adalah salah satu bagian tubuh yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup manusia sebab darah berfungsi sebagai alat trnsportasi bagi oksigen, nutrisi
dan zat lain yang dibutuhkan seluruh tubuh. Darah terdiri atas plasma dan sel darah. Sel darah
terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit).
Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh. Leukosit ini sebagaian
besar diproduksi di sumsum tulang (granulosit, monosit dan sedikit limfosit) dan sebagian lagi di
jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma).
Sel darah putih bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk
memusnahkan benda benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus dan
bakteri. Sel darah putih dibentuk di sumsum tulang dari sel sel bakal. Sel darah putih disamping
berada dalam pembuluh darah juga terdapat diseluruh jaringan tubuh manusia.
Adapun sampel yang digunakan untuk penentuan jumlah sel leukosit adalah tikus putih
jantan . Untuk mengambil sampel darah, pertama tama yang dilakukan adalah membersihkan
ujung ekor mencit dan tikus pada kapas yang sudha dibasahi dengan alkohol 70%. Potong ekor
mencit sepanjang 1 cm, darah tetesan pertama dibuang dan satu tetes berikutnya diteteskan pada
salah satu ujung dari objek glass. Ratakan dengan ujung objek glass yang lain dengan
membentuk sudut 30°C lalu tarik dengan cepat dan tekanan sama sehingga diperoleh lapisan
darah yang rata (metode hapus darah). Biarkan kering. Tetesi dengan methanol sehingga
membasahi seluruh permukaan selama 20 menit. Setelah kering, tetesi dengan pewarna giemsa
hingga membasahi seluruh permukaan. Cuci dengan air suling keringkan berikan minyak emersi
dan lihat dibawah mikroskop dengan pembesaran 1000 kali. Sel yang akan terlihat adalah sel
neutrofil batang, neutrofil sekmen, monosit, limposit daneusinofil.

Sediaan apus darah dibuat tidak hanya untuk mempelajari sel darah saja tapi juga
digunakan untuk menghitung perbandingan jumlah masing masing sel darah. Pembuatan sediaan
apus darah biasanya menggunakan dua buah kaca sediaan yang sangat bersih terutama harus
bebas lemak. Satu buah kaca sediann digunakan sebagai tempat tetes darah yang hendak
diperiksa dan yang lain sebagai alat untuk meratakan tetes darah agar didapatkan lapisan tipis
darah.
Tujuan mentetesi lapisan tipis dengan metanol adalah agar membunuh sel sel pada sediaan
darah tersebut tanpa mengubah posisi atau struktur organel yang ada didalamnya. Pewarna
giemsa atau disebut juga dengan pewarna Romanowski merupakan pewarna yang umum
digunakan dalam pembuatan seddiaan apus, tujuannya adalah agar sediaan terlihat lebih jelas.
Dari hasil pengamatan, tikus putih jantan terlihat sel leukosit basofil, berinti 1, bentuk inti tidak
beraturan dan lobus kurang jelas.
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapatkan adalah sebagai berikut :

1. Darah adalah jaringan cari yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah.
Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit.
2. Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh. Leukosit ini sebagaian
besar diproduksi di sumsum tulang (granulosit, monosit dan sedikit limfosit) dan
sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-selplasma).
3. Dari hasil pengamatan, tikus putih jantan terlihat sel leukosit basofil, berinti 1, bentuk inti
tidak beraturan dan lobus kurangjelas.

5.2 SARAN

1. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan praktikum sesuai dengan petunjukpraktikum


2. Mahasiswa diharapkan mengikuti peraturan dada tata tertib laboratorium sesuai dengan
panduan
3. Mahasiwa diharapkan dapat mengikuti praktikum denganbaik
DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, Ph.D, Diah dkk. 2004. Biologi SMA. Jakarta: esis, 112-113.

Dian Natalia Eka Saputri, Awik Puji Dyah N, S.si, M.si, Dra. Nurlita Abdulgani, M.si. 2011.
JUMLAH TOTAL DAN DIFERENSIAL LEUKOSIT MENCIT (Mus Musculus)
PADA EVALUASI IN VIVO ANTIKANKER EKSTRAK SPONS LAUT Aaptos
Suberitoides .Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Keputih Sukolilo:Surabaya.

Evelyn C, Pearce. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta : PTGramedia.

Farhana, Nur. 2001. Hubungan Pemberian Beras Angkak Merah (Monascus purpureus)
Terhadap Hitung Limfosit Pada MENCIT Balb/C Model Sepsis. Skripsi FK Universitas
Sebelas Maret.Surakarta.

Guyton AC, Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-9. Jakarta: EGC: 543-45;
1265-69.

Pearce, E.,2004. Anatomi dan fisiologi manusia untuk paramedis. Gramedia pustaka
utama.jakarta
LAMPIRAN

BAHAN YANG DIGUNAKAN ALAT YANG DIGUNAKAN PENGAMBILAN DARAH TIKUS


MELALUI EKOR

Darah ditetesi PAda objek gelas Darah ditetesi pewarna giemsa Melihat sel leukosit pada darah
secara mikroskopis

Anda mungkin juga menyukai