Anda di halaman 1dari 3

Pertahanan tubuh melawan infeksi adalah peran utama leukosit atau sel darah putih (SDP).

Batas
normal jumlah sel darah putih berkisar dari 4000 sampai 10000/mm3. Lima jenis sel darah putih
yang sudah diidentifikasikan dalam darah perifer adalah: (1) neutrofil (50% sampai 76% SDP
total), (2) eosinofil (1% sampai 2%), (3) basofil (0,5% sampai 1%), (4) monosit (6%) dan (5)
limfosit (25% sampai 33%).
Neutrofil, eosinofil, dan basofil disebut juga granulosit, artinya sel dengan granula dalam
sitoplasmanya. Diameter granulosit berkisar dari 10 sampai 14 m; identifikasi bergantung pada
afinitas granula tersebut terhadap zat warna tertentu. Sel yang granulanya memiliki afinitas
eosin, yang berwarna merah sampai merah jingga disebut eosinofil, sedangkan sel yang memiliki
afinitas zat warna biru atau basa disebut basofil. Granula neutrofil yang disebut neutrofil segmen
atau leukosit polimorfonuklear (PMN), mempunyai afinitas sedikit terhadap zat warna basa atau
eosin, dan memberi warna biru atau merah muda pucat yang dikelilingi oleh sitoplasma yang
berwarna merah muda. Ketiga jenis granulosit kelihatannya berasal dari sel induk pluripotensial
dalam sumsum tulang.
Walaupun semua mekanisme regulator untuk diferensiasi dan pematangan sel darah putih serta
semua sel turunannya belum sepenuhnya dimengerti, tetapi identifikasi beberapa faktor
perangsang koloni (CSF) atau faktor pertumbuhan hematopoietik telah menjelaskan proses
tersebut. CSF adalah glikoprotein yang berasal dari sel yang tergolong dalam kelompok regulator
sel darah putih yang lebih besar yang dinamakan sitokin. CSF secara terus menerus disintesis
oleh berbagai macam sel, sel-sel yang terpenting adalah sistem limfosit-makrofag, fibroblas, dan
sel endotel yang ditemukan dalam sumsum tulang. CSF telah dideteksi dalam berbagai jaringan
tubuh, dalam serum dan urin manusia. Kadar CSF yang dapat dideteksi ditemukan dalam serum
selama masa peradangan, infeksi virus, dan stres. Tampaknya terus ada peningkatan produksi
setelah stimulasi oleh berbagai antigen dan mikroorganisme serta produk-produknya, seperti
endotoksin
CSF dipercaya bekerja di tempatnya dihasilkan atau bersirkulasi dan melekatkan diri pada
reseptor tertentu di permukaan sel dari precursor hematopoietik, bekerja untuk diferensiasi (pada
SDP) yaitu granulosit, monosit, dan garis sel limfatik.
Sel-sel mengalami suatu fase proliferasi (pembelahan) mitotik, diikuti oleh fase pematangan.
Waktu yang diperlukan bervariasi untuk leukosit yang berbeda dan bervariasi dari 9 hari untuk
eosinofil sampai 12 hari untuk neutrofil. Semua fase ini akan mengalami pertambahan kecepatan
selama terjadi infeksi. Di dalam sumsum tulang, setelah sel menjadi matang, sel tersebut menjadi
lebih kecil, intinya berbentuk bulat atau oval dan memiliki dua sampai lima lobus, dikelilingi
oleh sitoplasma yang mengandung granula halus yang tersebar merata. Granula ini mengandung
enzim-enzim seperti mieloperoksidase, muramidase, dan kation protein antibakteri yang pada
degranulasi sel-sel darah putih, membunuh dan mencernakan bakteri.

Sumsum tulang memiliki tempat penyimpanan cadangan yang tetap, kapasitasnya sekitar 10 kali
jumlah neutrofil yang dihasilkan setiap hari. Bila timbul infeksi, neutrofil cadangan ini
dimobilisasi dan dilepaskan ke dalam sirkulasi, di sana sel-sel tersebut berdiam selama 6 sampai
8 jam kemudian ke jaringan. Neutrofil dalam sirkulasi dibagi antara kelompok sirkulasi dan
kelompok marginal (sel-sel darah putih yang terletak sepanjang dinding kapiler). Dengan
gerakan seperti amoeba, neutrofil bergerak dengan cara diapedesis dari kelompok marginal
masuk ke dalam jaringan dan membrane mukosa. Neutrofil merupakan sistem pertahanan tubuh
primer melawan infeksi bakteri; metode pertahanannya adalah proses fagositosis. Kelompok
granulosit konstan dipertahankan, dipengaruhi oleh interaksi sel-sel, dan hormon pertumbuhan
serta sitokin dilepaskan dari sel inflamasi.
Eosinofil mempunyai fungsi fagosit lemah yang tidak dipahami secara jelas. Eosinofil
kelihatannya berfungsi pada reaksi antigen-antibodi dan meningkat pada serangan asma, reaksi
obat-obatan, dan infestasi parasit tertentu. Basofil membawa heparin, faktor-faktor pengaktifan
histamin dan trombosit dalam granula-granulanya untuk menimbulkan peradangan pada
jaringan; fungsi yang sebenarnya tidak diketahui dengan pasti. Kadar basofil yang meningkat
(basofilia) ditemukan pada gangguan mieloproliferatif, yaitu gangguan proliferatif dari sel-sel
pembentuk darah
Monosit lebih besar daripada neutrofil dan memiliki inti monomorfik yang relatif sederhana.
Intinya terlipat atau berlekuk dan kelihatan berlobus dengan lipatan seperti otak. Sitoplasma
kellihatan jauh lebih banyak dibandingkan dengan intinya dan menyerap warna biru keabuan
yang tidak terlalu nyata, granulanya tersebar merata. Diferensiasi, pematangan dan pelepasan
monosit terjadi lebih dari 24 hari-suatu periode yang lebih lama dari granulosit.
Monosit meninggalkan sirkulasi dan menjadi makrofag di jaringan serta merupakan bagian dari
sistem monosit-makrofag. Umur monosit adalah beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Monosit memiliki fungsi fagosit, membuang sel-sel cedera dan mati, fragmen-fragmen sel, dan
mikroorganisme (seperti pada endokarditis bakterial)
Limfosit adalah leukosit mononuklear lain (monomorfonuklear) dalam darah yang memiliki inti
bulat atau oval yang dikelilingi oleh pinggiran sitoplasma sempit berwarna biru yang
mengandung sedikit granula. Bentuk kromatin inti sarat dengan jala-jala yang berhubungan di
dalam. Limfosit bervariasi dalam ukuran dari kecil (7 sampai 10 m) sampai besar, seukuran
granulosit dan tampaknya berasal dari sel induk pluripotensial di dalam sumsum tulang dan
bermigrasi ke jaringan limfoid lain termasuk kelenjar getah bening, lien, timus, dan permukaan
mukosa traktus gastrointestinal dan traktus respiratorius. Terdapat dua jenis limfosit mencakup
limfosit T-bergantung timus, beruur dibentuk dalam timus, dan limfosit B-tidak bergantung
timus. Limfosit T bermigrasi dari kelenjar timus ke jaringan limfoid lain. Sel-sel ini secara khas
ditemukan pada parakorteks kelenjar getah bening dan lembaran limfoid pada arteriola dari pulpa
putih lien. Limfosit B tersebar dalam folikel-folikel kelenjar getah bening. Limfosit T
bertanggung jawab atas respons kekebalan selular melalui pembentukan sel yang reaktif antigen,

sedangkan limfosit B, jika dirangsang dengan semestinya, berdiferensiasi menjadi sel-sel plasma
yang menghasilkan immunoglobulin. Sel-sel ini bertanggung jawab atas respons kekebalan
humoral.

Anda mungkin juga menyukai