Anda di halaman 1dari 14

Dalam istilah kedokteran sel darah putih disebut leukosit .

Sel darah putih adalah


salah satu komponen pembentuk darah yang berada pada di setiap manusia. Di
dalam darah kita terdapat beberapa komponen yang membentuk aliran darah
yaitu air, sel darah merah, sel darah putih dan keping darah. Dalam setiap
komponen ini memberikan fungsinya tersendiri. Pada fungsi sel darah putih ini
berperan dalam membantu tubuh dalam melawan berbagai penyakit infeksi
virus penyakit, yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh. Leukosit
dalam sistem peredaran darah manusia, tidak berasosiasi terhadap salah satu
organ atau jaringan tertentu namun bekerja secara independen seperti
organisme sel tunggal. Bekerja dengan melakukan interaksi untuk menangkap
partikel asing, serpihan seluler, mikroorganisme penyusup pada jaringan tubuh.
Secara normal sel darah putih terkandung dalam darah antara 4 x 109 sampai
11109 setiap satu liter darah manusia dewasa yang sehat, bisa diperkirakan
sekitar 7000-25000 sel per tetes darah, dan jumlahnya lebih sedikit
dibandingkan dengan sel darah merah (eritrosit). Sehingga dalam setiap
milimeter kubik darah memiliki kandungan rata-rata 8000 sel darah putih.
Kelainan sel darah putih ini bisa terjadi karena kadar sel darah putih yang kurang
dari batas normal atau melebihi seperti pada penyakit leukimia.
Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid,
dan dapat menembus dinding kapiler atau diapedesis. Leukosit tidak memiliki
kemampuan untuk membelah diri untuk memperbanyak dirinya namun, leukosit
adalah hasil dari produksi sel punca hematopoietic pluripotent yang berada di
sumsum tulang.

Jenis-jenis Sel Darah Putih

Leukosit memiliki beberapa bentuk yang bervariasi dan mempunyai ukuran yang
lebih besar dari eritrosit (sel darah merah). Setiap fungsi sel darah putih
tersebut, memiliki bentuk dengan inti bulat dan cekung. Leukosit dibedakan
menjadi dua berdasarkan plasmanya, yaitu :
leukosit granulosit ( plasma bergranula = basofil , eosinofil, neutrofil )
leukosit agranulosit ( plasma tidak bergranula = limfosit, monosit )

Pembentukan leukosit dilakukan di dalam sumsum tulang merah, limpa, kelenjar


limpa, dan jaringan retikuloendotelium.

Fungsi Sel Darah Putih

Fungsi sel darah putih dalam melawan gangguan virus dan bakteri dari luar
tubuh ini dilihat dari mikroskop, ketika dapat dijumpai sebanyak sekitar 20
mikroorganisme dapat di telan leukosit, oleh sebutir granulosit. Peranan penting
Granulosit dan Monosit memberikan perlindungan dengan sifatnya sebagai
fagosit (fago- memakan). Sehingga akan memakan bakteria hidup yang masuk
dalam sistem peredaran darah.

Keleluasaan bergerak secara amuboidnya ini, membuatnya dapat berjalan


mengitari seluruh bagian tubuh dan dapat keluar pembuluh darah.
Mengepung daerah yang telang terinfeksi atau cidera
Menangkap organisme asing yang hidup dan menghancurkannya
Menyingkirkan bahan tidak berguna, seperti kotoran-kotoran, serpihanserpihan dan lainnya
Lalu sebagai granulosit mempunyai enzim yang memecah protein dan
memungkinkan untuk merusak jaringan hidup dan membuangnya.
Pada jaringan yang rusak atau terluka dapat dibuang dan memungkinkan
untuk penyembuhan
fagostik yang berhasil akan membuat peradangan terhenti
Tapi jika tidak berhasil sempurna, akan membentuk nanah dari fagosit yang
mati
Kemudian akan disingkirkan oleh granulosit yang sehat yang bekerja sebagai
fagosit.

Fungsi dan Macam-macam Sel Darah Putih (Leukosit)- Sel darah putih ibarat
serdadu penjaga tubuh dari serangan musuh. Jika kita terluka, maka sel darah
putih ini akan berkumpul di bagian tubuh yang terkena luka, agar tidak ada
kuman penyakit yang masuk melalui luka itu. Fungsi tersebut didukung oleh
kemampuan leukosit untuk bergerak amoeboid (seperti Amoeba) dan sifat
fagositosis (memangsa atau memakan). Jika ada kuman yang masuk, maka dia
akan segera melawannya. Dapat digambarkan, bahwa akan terjadi pertarungan
antara kuman dengan sel darah putih. Timbulnya nanah pada luka itu
merupakan gabungan dari sel darah putih yang mati, kuman, sel-sel tubuh, dan
cairan tubuh. Sel darah putih mempunyai nukleus dengan bentuk yang
bervariasi. Ukurannya berkisar antara 10 nm25 nm. Fungsi sel darah putih ini
adalah untuk melindungi badan dari infeksi penyakit serta pembentukan antibodi
di dalam tubuh. Untuk membedakan strukturnya dari sel darah merah, cobalah
Anda perhatikan Gambar

sel darah putih

Salah satu sel darah putih

Jumlah sel darah putih lebih sedikit daripada sel darah merah dengan
perbandingan 1:700. Pada tubuh manusia, jumlah sel darah putih berkisar antara
6 ribu9 ribu butir/mm3, namun jumlah ini bisa naik atau turun. Faktor penyebab
turunnya sel darah putih, antara lain karena infeksi kuman penyakit. Pada tubuh
seseorang yang menderita penyakit tifus, sel darah putihnya hanya berjumlah 3
ribu butir/mm3. Kondisi sel darah putih yang turun di bawah normal disebut
leukopeni. Pada kondisi ini seseorang harus diberikan obat antibiotik untuk
meningkatkan daya tahan dan keamanan tubuh. Apabila tidak, maka orang
tersebut dapat meninggal dunia.

Pada orang yang terkena kanker darah atau leukemia, sel darah putih bisa
mencapai 20 ribu butir/mm3 atau lebih. Kondisi di mana jumlah sel darah putih
naik di atas jumlah normal disebut leukositosis. Sel darah putih dibuat di dalam
sumsum tulang, limfe, dan kelenjar limfe. Sel darah putih terdiri atas agranulosit
dan granulosit. Agranulosit bila plasmanya tidak bergranuler, sedangkan
granulosit bila plasmanya bergranuler.

Macam-macam Sel Darah Putih (Leukosit)

Berdasarkan ada atau tidaknya granula di dalam sitoplasmanya, leukosit dibagi


menjadi leukosit tidak bergranula (agranulosit) dan leukosit bergranula
(granulosit).

a) Agranulosit

Agranulosit merupakan leukosit yang tidak memiliki granula pada sitoplasmanya.


Terdapat dua jenis agranulosit, yaitu limfosit dan monosit. Limfosit adalah
leukosit yang tidak dapat bergerak dan memiliki satu inti sel. Limfosit berfungsi
dalam membentuk antibodi. Limfosit berukuran antara 814 mikrometer. Monosit
berukuran lebih besar daripada limfosit, yaitu 1419 mikrometer. Monosit
memiliki inti berbentuk menyerupai ginjal.

Limfosit terdiri atas satu keluarga sel-sel berbentuk sferis dengan karakteristik
morfologi yang sama. Limfosit dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa
kelompok berdasarkan molekul-molekul permukaan yang berbeda (penanda)
yang dapat dikenali dengan cara imunositokimia. Limfosit juga memiliki peranan
fungsional yang berbeda, yang semuanya berhubungan dengan reaksi imunitas
dalam bertahan terhadap serangan mikroorganisme, makromolekul asing dan
sel-sel kanker.

Limfosit dengan garis tengah 6-8 um dikenal sebagai limfosit kecil. Di dalam
peredaran darah terdapat sedikit limfosit sedang dan limfosit besar dengan garis
tengan sampai 18 um. Perbedaan ini mempunyai arti fungsional karena limfosit
yang lebih besar diduga adalah sel yang telah diaktifkan oleh antigen spesifik.
Sel ini akan berkembang menjadi limfosit T atau B efektif.

Limfosit kecil, yang mendominasi dalam darah memiliki inti sferis, kadangkadang berlekuk. Kromatinnya padat dan tampak sebagai gumpalan kasar,
sehingga inti ini terlihat gelap pada sajian biasa, suatu ciri yang memudahkan
pengenalan limfosit. Pada sediaan apus darah, anak inti limfosit tidak terlihat,
namun dapat diperlihatkan dengan teknik pewarnaan khusus dan dengan
mikroskop elektron.

Sitoplasma limfosit kecil sangat sedikit, dan pada sediaan apus darah tampak
sebagai tepian tipis di sekitar inti. Limfosit kecil sedikit basofilik, berwarna biru
muda pada sediaan berwarna. Limfosit kecil mungkin mengandung granulo
azurofilik. Sitoplasma limfosit kecil memiliki beberapa mitokondria dan sebuah

kompleks golgi kecil yang berhubungan dengan sepasang sentriol; sitoplasma


mengandung banyak poliribosom bebas.

Jangka hidup limfosit bervariasi; ada yang hanya hidup beberapa hari sedangkan
yang lain tahan hidup dalam sirkulasi darah bertahun-tahun.

Pembagian fungamental limfosit dalam 2 golongan dapat dilakukan berdasarkan


tempat diferensiasi limfosit dan adanya protein membran integral tersendiri. Sel
prekursor muncul dalam sumsum tulang pada akhir kehidupan fetal, dan
proliferasi lambat sel-sel ini berlanjut selama kehidupan pasca lahir. Diferensiasi
menjadi sel imunokompeten terjadi dalam sumsum tulang dan dalam timus.

Pada awal tahun 1960-an, eksperimen dengan embrio ayam menyingkap satu
dari tempat anatomis berlangsungnya diferensiasi limfosit. Bursa Fabrikus adalah
masa jaringan limfoid yang terletak dekat dengan kloaka burung. Bila jaringan ini
dihancurkan dalam embrio (secara bedah atau dengan pemberian testosteron
kadar tinggi), anak ayam akan hilang kemampuan menghasilkan imunoglobulin
(IgM, IgG, dan lainnya). Terhadap antigen spesifik. Dengan perkataan lain,
imunitas humoral suatu proses yang membutuhkan adanya imunoglobulin di
dalam darah terganggu. Jumlah limfosit yang ditemukan dalam daerah tertentu
dalam limfonodus dan limpa sangat menurun, mengakibatkan daerah-daerah ini
disebut sebagai daerah dependen-bursa. Limfosit yang dipengaruhi disebut
limfosit B atau Sel B. Pada mamalia (termasuk manusia) sudah diakui secara
umum bahwa limfosit B memperoleh ciri khasnya dalam lingkungan mikro
khusus dalam sumsum tulang.

Eksperimen pada tikus yang baru lahir memperlihatkan bahwa pengangkatan


timus mengakibatkan penurunan tajam dalam respon imun seluler respon yang
memerlukan adanya sel-sel hidup berbeda dengan respon humoral yang
bergantung pada imunoglobulin yang bersirkulasi. Contoh penting respon imun
selular pada manusia adalah penolakan organ cangkokan, seperti kulit atau
ginjal. Pada tikus yang mengalami timektomi, nodus limfatikus dan limpanya
menunjukkan hilangnya limfosit pada daerah-daerah yang berbeda dengan
hilangnya limfosit pada daerah yang diakibatkan pembuangan bursa fabrikus.
Daerah ini disebut dependen-timus; sel-sel terkaitnya disebut limfosit T atau Sel
T.

Timus dan ekivalen-bursa pada mamalia (sumsum tulang) disebut organ limfoid
primer atau organ limfoid sentral, dan limfosit yang berkembang dalam organ-

organ ini membentuk koloni sekunder atau perifer tubuh, tempat jaringan limfoid
ditemukan secara difus, bersimpai atau berbentuk organ.

Dalam darah, kebanyakan limfosit (~80%) adalah sel T dengan umur sangat
panjang. Sel-sel ini memiliki beberapa fungsi. Limfosit T ini dapat mengatur
aktivitas sel T atau sel B lain baik secara positif (sel T helper) dan secara negatif
(sel T supresor). Sel T menghasilkan beberapa faktor (limfokin) yang
mempengaruhi kegiatan makrofag, seperti pergerakan makrofag menuju tempat
inflamasi. Beberapa limfosit T (sel sitotoksik) menghasilkan substansi yang
mematikan sel-sel lain, termasuk sel tumor, sel yang terinfeksi virus dan
cangkokan asing. Persentase lebih kecil dari limfosit yang bersirkulasi (~ 15%)
adalah limfosit B, yang bila mendapat rangsangan sesuai, membelah diri
beberapa kali dan berdiferensiasi menjadi sel plasma dalam jaringan dan
menghasilkan imunoglobulin. Imunoglobulin spesifik (opsonin) menyelubungi
bakteri dan penyerang lainnya, sehingga mereka lebih mudah difagositosis oleh
makrofag. Akhirnya, terdapat sejumlah limfosit dalam darah (~5%) yang tidak
memiliki antigen permukaan limfosit T maupun B dan disebut sel null. Sel ini
kemungkinan adalah sel induk yang bersirkulasi.

Baik limfosit B maupun T juga memperlihatkan peristiwa memori imunologik.


Setiap limfosit disiapkan untuk memberikan respon hanya terhadap satu antigen
saja. beberapa sel yang dihasilkan itu berkembang menjadi sel efektor; misalnya
sebuah limfosit B akan berkembang menajdi sel plasma yang akan menghasilkan
antibodi. Sel lain tetap tidak aktif (sel memori) namun disiapkan untuk
memberikan respon lebih cepat dan lebih hebat terhadap pertemuan berikut
dengan antigen spesifik itu.

Monosit

Agranulosit yang berasal dari sumsum tulang ini bergaris tengah antara 12
sampai 20 um. Intinya lonjong, berbentuk tapal kuda, atau berbentuk ginjal dan
umumnya terletak eksentris. Kromatinnya kurang padat dan tersusun lebih
fibrilar daripada dalam limfosit (yang merupakan ciri paling tetap pada monosit).
Karena penyebaran kromatin yang baik ini, inti monosit berwarna lebih pucat
daripada inti limfosit besar.

Sitoplasma monosit bersifat basofilik dan seringkali mengandung granula


azurofilik yang sangat halus, beberapa di antaranya mendekati batas resolusi
mikroskop cahaya. Granula-granula ini disebarkan ke seluruh sitoplasma,
memberinya warna kelabu-biru pada pulasan berwarna. Granula-granula

azurofilik dari monosit adalah lisosom. Pada mikroskop elektron, satu atau dua
anak inti tampak di dalam inti, dan terlihat sedikit retikulum endoplasma kasar,
poliribosom, dan banyak mitokondria kecil. Kompleks Golgi yang berperan dalam
pembentukan granula lisosom terdapat dalam sitoplasma. Banyak mikrovili dan
vesikel pinositotik pada permukaan sel.

Monosit dijumpai dalam darah, sebagai prekursor sistem fagosit mononukleus


yang baru dibentuk. Setelah menerobos dinding kapiler dan masuk dalam
jaringan ikat, maka monosit berkembang menjadi makrofag. waktu paruh
monosit dalam darah ialah 12-100 jam, dan tidak terdapat bukti nyata adanya
resirkulasi setelah monosit memasuki jaringan ikat. Dalam jaringan ini monosit
berinteraksi dengan limfosit dan berperan penting dalam pengenalan dan
interaksi dari sel imunokompeten dan antigen.

b) Granulosit

Granulosit merupakan leukosit yang memiliki granula pada sitoplasmanya.


Berdasarkan sifat-sifat granul yang dimilikinya, granulosit dibedakan menjadi
tiga, yaitu neutrofil, basofil, eosinofil.

Neutrofil memiliki granul-granul yang dapat menyerap zat warna netral. Basofil
memiliki granul-granul yang dapat menyerap zat warna bersifat basa. Adapun
granul-granul pada eosinofil dapat menyerap zat warna yang bersifat asam.
Jumlah leukosit pada manusia sekitar 5.00010.000 dalam setiap milimeter kubik
darah. Jumlah tersebut lebih kecil dibandingkan jumlah eritrosit. Limfosit biasa
diproduksi di jaringan limfa dan di sumsum tulang. Leukosit hanya berumur
beberapa hari saja, bahkan beberapa jam.

Tabel Macam Sel Darah Putih Agranulosit

No

Agranulosit

Keterangan

Monosit

Limfosit

Tidak motil, inti satu, berfungsi untuk kekebalan. Limfosit membentuk 25% dari
seluruh jumlah sel darah putih. Sel ini dibentuk di dalam kelenjar limfa dan
dalam sumsum tulang. Selain itu dibagi lagi menjadi limfosit besar dan kecil

Tabel Macam Sel Darah Putih Granulosit

No

Granulosit

Keterangan

Netrofil

Bersifat fagosit, intinya bermacam-macam, dengan bentuk bermacam-macam


pula antara lain batang, bengkok, dan bercabang-cabang. Sel-sel netrofil paling
banyak dijumpai pada sel darah putih. Sel golongan ini mewarnai dirinya dengan
pewarna netral atau campuran pewarna asam dan basa beserta tampak
berwarna ungu.

Basofil

Bersifat fagosit dan cenderung berwarna biri. Warna biru ini disebabkan karena
sel basofil menyerap pewarna basa

Eosinofil

Granulasit dan monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan


terhadap kuman-kuman penyakit. Dengan kemampuannya sebagai fagosit
mereka memakan bakteri-bakteri hidup yang masuk ke peredaran darah. Pada
waktu menjalankan fungsi ini mereka disebut fagosit. Dengan kekuatan gerakan
amuboidnya ia dapat bergerak bebas di dalam mengitari seluruh bagian tubuh.
Dengan cara ini ia dapat:

1) mengepung daerah yang terkena infeksi

2) menangkap kuman-kuman penyakit hidup

3) menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran.

Macam-macam sel darah putih, yaitu (a) limfosit, (b) monosit, (c) neutrofil, (d)
basofil, dan (e) eosinofil

Granulosit juga mempunyai enzim yang dapat memecah protein yang


memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan, dan membuangnya.
Dengan cara ini jaringan yang rusak atau terluka dapat dibuang dan
memungkinkan untuk penyembuhan. Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah
putih, yaitu peradangan dapat dihentikan sama sekali. Bila kegiatan sel darah
putih tersebut tidak berhasil dengan baik, maka dapat terbentuk nanah. Nanah
berisi kuman-kuman yang sudah mati.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kekurangan atau kelebihan Eritrosit dan


Leukosit

Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah


mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga
menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme,
dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan
mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem
endokrin juga diedarkan melalui darah.

Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen
sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah
disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang
mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya
molekul-molekul oksigen.

Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir
dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh
jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon
dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa
kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke
seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen
ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler.
Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior
dan vena cava inferior.

Darah adalah matrik cairan dan merupakan jaringan pengikat terspesialisasi


yang dibentuk dari sel-sel bebas (Bryon and Doroth, 1973). Darah terdiri dari
komponen cair yang disebut plasma dan berbagai unsur yang dibawa dalam
plasma yaitu sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri dari eritrosit atau sel darah
merah, yaitu sel yang mengangkut oksigen, leukosit atau sel darah putih yaitu
sel yang berperan dalam kekebalan dan pertahanan tubuh dan trombosit yaitu
sel yang berperan dalam homeostasis (Frandson, 1986). Eritrosit mempunyai
peran sebagai media transport. Sedangkan leukosit berfungsi sebagai alat
pertahanan tubuh sehingga memiliki sifat menembus jaringan tanpa merusak
jaringan tersebut (Pearce, 1989). Transport oksigen dalam darah tergantung
pada komponen besi dalam pigmen respirasi biasanya haemoglobin.
Haemoglobin merupakan bagian dari sel darah merah yang mengikat oksigen.
Darah terdiri atas sel-sel dan fragmen-fragmen sel yang terdapat secara bebas
dalam medium yang bersifat cair yang disebut plasma darah. Sel-sel dari
fragmen sel merupakan unsur darah yang disebut unsur jadi. Sel ini berukuran
cukup besar sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa. Plasma darah
merupakan bagian yang cair dari darah yang terdiri dari 99 % air dan 8-9 %
protein (Kimball, 1988). Darah sangat penting bagi organisme, jika kekurangan

atau kelebihan sel darah mengakibatkan tidak normalnya proses fisiologis suatu
organisme sehingga menimbulkan suatu penyakit (Pearce, 1989).

Darah terdiri atas sel-sel dan fragmen-fragmen sel yang terdapat secara bebas
dalam medium yang bersifat cair yang disebut plasma darah. Sel-sel dari
fragmen sel merupakan unsur darah yang disebut unsur jadi. Sel ini berukuran
cukup besar sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa. Plasma darah
merupakan bagian yang cair dari darah yang terdiri dari 99 % air dan 8-9 %
protein (Kimball, 1988). Darah sangat penting bagi organisme, jika kekurangan
atau kelebihan sel darah mengakibatkan tidak normalnya proses fisiologis suatu
organisme sehingga menimbulkan suatu penyakit (Pearce, 1989).

ERITROSIT

Eritrosit merupakan tipe sel darah yang jumlahnya paling banyak dalam darah.
Sebagian besar vertebrata mempunyai eritrosit berbentuk lonjong dan berinti
kecuali mamalia (Guyton, 1976). Eritrosit berbentuk elips, pipih dan bernukleus
yang berisi pigmen-pigmen pernafasan yang berwarna kuning hingga merah,
yang disebut haemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen (Frandson,
1992). Eritrosit normal 5 juta-6 juta sel/cc. Jumlah eritrosit sangat bervariasi
antara individu yang satu dengan yang lainnya. Jumlah eritrosit diperbanyak
apabila terjadi perubahan dan atau pada waktu berada di daerah tinggi dengan
tujuan menormalkan pengangkutan O2 ke jaringan (Sugiri, 1988). Jumlah eritrosit
dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kondisi tubuh, variasi harian, dan keadaan
stress (Schmidt dan Nelson, 1990). Banyaknya jumlah eritrosit juga disebabkan
oleh ukuran sel darah itu sendiri (Schmidt dan Nelson, 1990).

LEUKOSIT

Leukosit dalam darah jumlahnya lebih sedikit daripada eritrosit dengan rasio 1 :
700 (Frandson, 1992). Leukosit adalah bagian dari sel darah yang berinti, disebut
juga sel darah putih. Di dalam darah normal didapati jumlah leukosit rata-rata
4000- 11.000 sel/cc. Jika jumlahnya lebih dari 11000 sel/mm3 maka keadaan ini
disebut leukositosis dan bila jumlah kurang dari 4000 sel/mm3 maka disebut
leucopenia. Fluktuasi jumlah leukosit pada tiap individu cukup besar pada kondisi
tertentu seperti stres, umur, aktifitas fisiologis dan lainnya. Leukosit berperan
penting dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap benda-

benda asing. Jumlah leukosit lebih banyak diproduksi jika kondisi tubuh sedang
sakit apabila dalam sirkulasi darah jumlah leukositnya lebih sedikit dibanding
dengan eritrositnya (Pearce, 1989). Kimball (1988) menyatakan bahwa, sel darah
putih berperan dalam melawan infeksi. Penurunan jumlah leukosit dapat terjadi
karena infeksi usus, keracunan bakteri, septicoemia, kehamilan, dan partus.
Menurut Soetrisno (1987), jumlah leukosit dipengaruhi oleh kondisi tubuh, stress,
kurang makan atau disebabkan oleh faktor lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit yaitu Umur,


kondisi lingkungan dan musim.

Penyakit/kelainan darah :

Anemia, yaitu penyakit karena kurangnya sel darah merah.

Leukimia, yaitu penyakit yang disebabkan oleh kelebihan produksi sel


darah putih, penyakit ini biasanya disebut kanker darah.

leucopenia,yaitu penurunan jumlah sel darah putih dalam darah.

Secara umum, anemia adalah salah satu akibat dari:

kekurangan darah dalam jumlah banyak kerusakan sel-sel darah merah

kekurangan bahan dasar untuk membuat sel darah merah seperti


hemoglobin yang disebabkan oleh defisiensi zat besi

kegagalan sumsum tulang untuk membuat sel darah merah dalam jumlah
yang cukup besar.

Faktor-faktor penyebab terjadinya anemia defisiensi zat besi adalah:

Kurangnya zat besi dalam makanan yang dikonsumsi

Malabsorbsi zat besi ( penyerapan zat besi yang tidak optimal) akibat diare
kronis, pembedahan tertentu pada saluran pencernaan seperti lambung. Zat besi
diabsorpsi dari saluran pencernaan. Sebagian besar, zat besi diabsorpsi dari usus
halus bagian atas terutama duodenum. Bila terjadi gangguan saluran
pencernaan, maka absorpsi zat besi dari saluran pencernaan menjadi tidak
optimal. Hal itu menyebabkan kurangnya kadar zat besi dalam tubuh sehingga
pembentukan sel darah merah terhambat.

Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang


berat, luka, kanker dan perdarahan gastrointestinal akibat induksi obat.
Kehilangan banyak darah tersebut menyebabkan terkurasnya cadangan zat besi
dalam tubuh sehingga pembentukan sel darah merah terganggu.

Kehamilan Suplai zat besi ibu dialihkan ke janin untuk pembentukan sel
darah merah janin. Hal itu menyebabkan ibu tersebut kekurangan zat besi.

Anda mungkin juga menyukai