Leukosit memiliki beberapa bentuk yang bervariasi dan mempunyai ukuran yang
lebih besar dari eritrosit (sel darah merah). Setiap fungsi sel darah putih
tersebut, memiliki bentuk dengan inti bulat dan cekung. Leukosit dibedakan
menjadi dua berdasarkan plasmanya, yaitu :
leukosit granulosit ( plasma bergranula = basofil , eosinofil, neutrofil )
leukosit agranulosit ( plasma tidak bergranula = limfosit, monosit )
Fungsi sel darah putih dalam melawan gangguan virus dan bakteri dari luar
tubuh ini dilihat dari mikroskop, ketika dapat dijumpai sebanyak sekitar 20
mikroorganisme dapat di telan leukosit, oleh sebutir granulosit. Peranan penting
Granulosit dan Monosit memberikan perlindungan dengan sifatnya sebagai
fagosit (fago- memakan). Sehingga akan memakan bakteria hidup yang masuk
dalam sistem peredaran darah.
Fungsi dan Macam-macam Sel Darah Putih (Leukosit)- Sel darah putih ibarat
serdadu penjaga tubuh dari serangan musuh. Jika kita terluka, maka sel darah
putih ini akan berkumpul di bagian tubuh yang terkena luka, agar tidak ada
kuman penyakit yang masuk melalui luka itu. Fungsi tersebut didukung oleh
kemampuan leukosit untuk bergerak amoeboid (seperti Amoeba) dan sifat
fagositosis (memangsa atau memakan). Jika ada kuman yang masuk, maka dia
akan segera melawannya. Dapat digambarkan, bahwa akan terjadi pertarungan
antara kuman dengan sel darah putih. Timbulnya nanah pada luka itu
merupakan gabungan dari sel darah putih yang mati, kuman, sel-sel tubuh, dan
cairan tubuh. Sel darah putih mempunyai nukleus dengan bentuk yang
bervariasi. Ukurannya berkisar antara 10 nm25 nm. Fungsi sel darah putih ini
adalah untuk melindungi badan dari infeksi penyakit serta pembentukan antibodi
di dalam tubuh. Untuk membedakan strukturnya dari sel darah merah, cobalah
Anda perhatikan Gambar
Jumlah sel darah putih lebih sedikit daripada sel darah merah dengan
perbandingan 1:700. Pada tubuh manusia, jumlah sel darah putih berkisar antara
6 ribu9 ribu butir/mm3, namun jumlah ini bisa naik atau turun. Faktor penyebab
turunnya sel darah putih, antara lain karena infeksi kuman penyakit. Pada tubuh
seseorang yang menderita penyakit tifus, sel darah putihnya hanya berjumlah 3
ribu butir/mm3. Kondisi sel darah putih yang turun di bawah normal disebut
leukopeni. Pada kondisi ini seseorang harus diberikan obat antibiotik untuk
meningkatkan daya tahan dan keamanan tubuh. Apabila tidak, maka orang
tersebut dapat meninggal dunia.
Pada orang yang terkena kanker darah atau leukemia, sel darah putih bisa
mencapai 20 ribu butir/mm3 atau lebih. Kondisi di mana jumlah sel darah putih
naik di atas jumlah normal disebut leukositosis. Sel darah putih dibuat di dalam
sumsum tulang, limfe, dan kelenjar limfe. Sel darah putih terdiri atas agranulosit
dan granulosit. Agranulosit bila plasmanya tidak bergranuler, sedangkan
granulosit bila plasmanya bergranuler.
a) Agranulosit
Limfosit terdiri atas satu keluarga sel-sel berbentuk sferis dengan karakteristik
morfologi yang sama. Limfosit dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa
kelompok berdasarkan molekul-molekul permukaan yang berbeda (penanda)
yang dapat dikenali dengan cara imunositokimia. Limfosit juga memiliki peranan
fungsional yang berbeda, yang semuanya berhubungan dengan reaksi imunitas
dalam bertahan terhadap serangan mikroorganisme, makromolekul asing dan
sel-sel kanker.
Limfosit dengan garis tengah 6-8 um dikenal sebagai limfosit kecil. Di dalam
peredaran darah terdapat sedikit limfosit sedang dan limfosit besar dengan garis
tengan sampai 18 um. Perbedaan ini mempunyai arti fungsional karena limfosit
yang lebih besar diduga adalah sel yang telah diaktifkan oleh antigen spesifik.
Sel ini akan berkembang menjadi limfosit T atau B efektif.
Limfosit kecil, yang mendominasi dalam darah memiliki inti sferis, kadangkadang berlekuk. Kromatinnya padat dan tampak sebagai gumpalan kasar,
sehingga inti ini terlihat gelap pada sajian biasa, suatu ciri yang memudahkan
pengenalan limfosit. Pada sediaan apus darah, anak inti limfosit tidak terlihat,
namun dapat diperlihatkan dengan teknik pewarnaan khusus dan dengan
mikroskop elektron.
Sitoplasma limfosit kecil sangat sedikit, dan pada sediaan apus darah tampak
sebagai tepian tipis di sekitar inti. Limfosit kecil sedikit basofilik, berwarna biru
muda pada sediaan berwarna. Limfosit kecil mungkin mengandung granulo
azurofilik. Sitoplasma limfosit kecil memiliki beberapa mitokondria dan sebuah
Jangka hidup limfosit bervariasi; ada yang hanya hidup beberapa hari sedangkan
yang lain tahan hidup dalam sirkulasi darah bertahun-tahun.
Pada awal tahun 1960-an, eksperimen dengan embrio ayam menyingkap satu
dari tempat anatomis berlangsungnya diferensiasi limfosit. Bursa Fabrikus adalah
masa jaringan limfoid yang terletak dekat dengan kloaka burung. Bila jaringan ini
dihancurkan dalam embrio (secara bedah atau dengan pemberian testosteron
kadar tinggi), anak ayam akan hilang kemampuan menghasilkan imunoglobulin
(IgM, IgG, dan lainnya). Terhadap antigen spesifik. Dengan perkataan lain,
imunitas humoral suatu proses yang membutuhkan adanya imunoglobulin di
dalam darah terganggu. Jumlah limfosit yang ditemukan dalam daerah tertentu
dalam limfonodus dan limpa sangat menurun, mengakibatkan daerah-daerah ini
disebut sebagai daerah dependen-bursa. Limfosit yang dipengaruhi disebut
limfosit B atau Sel B. Pada mamalia (termasuk manusia) sudah diakui secara
umum bahwa limfosit B memperoleh ciri khasnya dalam lingkungan mikro
khusus dalam sumsum tulang.
Timus dan ekivalen-bursa pada mamalia (sumsum tulang) disebut organ limfoid
primer atau organ limfoid sentral, dan limfosit yang berkembang dalam organ-
organ ini membentuk koloni sekunder atau perifer tubuh, tempat jaringan limfoid
ditemukan secara difus, bersimpai atau berbentuk organ.
Dalam darah, kebanyakan limfosit (~80%) adalah sel T dengan umur sangat
panjang. Sel-sel ini memiliki beberapa fungsi. Limfosit T ini dapat mengatur
aktivitas sel T atau sel B lain baik secara positif (sel T helper) dan secara negatif
(sel T supresor). Sel T menghasilkan beberapa faktor (limfokin) yang
mempengaruhi kegiatan makrofag, seperti pergerakan makrofag menuju tempat
inflamasi. Beberapa limfosit T (sel sitotoksik) menghasilkan substansi yang
mematikan sel-sel lain, termasuk sel tumor, sel yang terinfeksi virus dan
cangkokan asing. Persentase lebih kecil dari limfosit yang bersirkulasi (~ 15%)
adalah limfosit B, yang bila mendapat rangsangan sesuai, membelah diri
beberapa kali dan berdiferensiasi menjadi sel plasma dalam jaringan dan
menghasilkan imunoglobulin. Imunoglobulin spesifik (opsonin) menyelubungi
bakteri dan penyerang lainnya, sehingga mereka lebih mudah difagositosis oleh
makrofag. Akhirnya, terdapat sejumlah limfosit dalam darah (~5%) yang tidak
memiliki antigen permukaan limfosit T maupun B dan disebut sel null. Sel ini
kemungkinan adalah sel induk yang bersirkulasi.
Monosit
Agranulosit yang berasal dari sumsum tulang ini bergaris tengah antara 12
sampai 20 um. Intinya lonjong, berbentuk tapal kuda, atau berbentuk ginjal dan
umumnya terletak eksentris. Kromatinnya kurang padat dan tersusun lebih
fibrilar daripada dalam limfosit (yang merupakan ciri paling tetap pada monosit).
Karena penyebaran kromatin yang baik ini, inti monosit berwarna lebih pucat
daripada inti limfosit besar.
azurofilik dari monosit adalah lisosom. Pada mikroskop elektron, satu atau dua
anak inti tampak di dalam inti, dan terlihat sedikit retikulum endoplasma kasar,
poliribosom, dan banyak mitokondria kecil. Kompleks Golgi yang berperan dalam
pembentukan granula lisosom terdapat dalam sitoplasma. Banyak mikrovili dan
vesikel pinositotik pada permukaan sel.
b) Granulosit
Neutrofil memiliki granul-granul yang dapat menyerap zat warna netral. Basofil
memiliki granul-granul yang dapat menyerap zat warna bersifat basa. Adapun
granul-granul pada eosinofil dapat menyerap zat warna yang bersifat asam.
Jumlah leukosit pada manusia sekitar 5.00010.000 dalam setiap milimeter kubik
darah. Jumlah tersebut lebih kecil dibandingkan jumlah eritrosit. Limfosit biasa
diproduksi di jaringan limfa dan di sumsum tulang. Leukosit hanya berumur
beberapa hari saja, bahkan beberapa jam.
No
Agranulosit
Keterangan
Monosit
Limfosit
Tidak motil, inti satu, berfungsi untuk kekebalan. Limfosit membentuk 25% dari
seluruh jumlah sel darah putih. Sel ini dibentuk di dalam kelenjar limfa dan
dalam sumsum tulang. Selain itu dibagi lagi menjadi limfosit besar dan kecil
No
Granulosit
Keterangan
Netrofil
Basofil
Bersifat fagosit dan cenderung berwarna biri. Warna biru ini disebabkan karena
sel basofil menyerap pewarna basa
Eosinofil
Macam-macam sel darah putih, yaitu (a) limfosit, (b) monosit, (c) neutrofil, (d)
basofil, dan (e) eosinofil
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen
sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah
disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang
mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya
molekul-molekul oksigen.
Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir
dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh
jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon
dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa
kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke
seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen
ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler.
Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior
dan vena cava inferior.
atau kelebihan sel darah mengakibatkan tidak normalnya proses fisiologis suatu
organisme sehingga menimbulkan suatu penyakit (Pearce, 1989).
Darah terdiri atas sel-sel dan fragmen-fragmen sel yang terdapat secara bebas
dalam medium yang bersifat cair yang disebut plasma darah. Sel-sel dari
fragmen sel merupakan unsur darah yang disebut unsur jadi. Sel ini berukuran
cukup besar sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa. Plasma darah
merupakan bagian yang cair dari darah yang terdiri dari 99 % air dan 8-9 %
protein (Kimball, 1988). Darah sangat penting bagi organisme, jika kekurangan
atau kelebihan sel darah mengakibatkan tidak normalnya proses fisiologis suatu
organisme sehingga menimbulkan suatu penyakit (Pearce, 1989).
ERITROSIT
Eritrosit merupakan tipe sel darah yang jumlahnya paling banyak dalam darah.
Sebagian besar vertebrata mempunyai eritrosit berbentuk lonjong dan berinti
kecuali mamalia (Guyton, 1976). Eritrosit berbentuk elips, pipih dan bernukleus
yang berisi pigmen-pigmen pernafasan yang berwarna kuning hingga merah,
yang disebut haemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen (Frandson,
1992). Eritrosit normal 5 juta-6 juta sel/cc. Jumlah eritrosit sangat bervariasi
antara individu yang satu dengan yang lainnya. Jumlah eritrosit diperbanyak
apabila terjadi perubahan dan atau pada waktu berada di daerah tinggi dengan
tujuan menormalkan pengangkutan O2 ke jaringan (Sugiri, 1988). Jumlah eritrosit
dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kondisi tubuh, variasi harian, dan keadaan
stress (Schmidt dan Nelson, 1990). Banyaknya jumlah eritrosit juga disebabkan
oleh ukuran sel darah itu sendiri (Schmidt dan Nelson, 1990).
LEUKOSIT
Leukosit dalam darah jumlahnya lebih sedikit daripada eritrosit dengan rasio 1 :
700 (Frandson, 1992). Leukosit adalah bagian dari sel darah yang berinti, disebut
juga sel darah putih. Di dalam darah normal didapati jumlah leukosit rata-rata
4000- 11.000 sel/cc. Jika jumlahnya lebih dari 11000 sel/mm3 maka keadaan ini
disebut leukositosis dan bila jumlah kurang dari 4000 sel/mm3 maka disebut
leucopenia. Fluktuasi jumlah leukosit pada tiap individu cukup besar pada kondisi
tertentu seperti stres, umur, aktifitas fisiologis dan lainnya. Leukosit berperan
penting dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap benda-
benda asing. Jumlah leukosit lebih banyak diproduksi jika kondisi tubuh sedang
sakit apabila dalam sirkulasi darah jumlah leukositnya lebih sedikit dibanding
dengan eritrositnya (Pearce, 1989). Kimball (1988) menyatakan bahwa, sel darah
putih berperan dalam melawan infeksi. Penurunan jumlah leukosit dapat terjadi
karena infeksi usus, keracunan bakteri, septicoemia, kehamilan, dan partus.
Menurut Soetrisno (1987), jumlah leukosit dipengaruhi oleh kondisi tubuh, stress,
kurang makan atau disebabkan oleh faktor lain.
Penyakit/kelainan darah :
kegagalan sumsum tulang untuk membuat sel darah merah dalam jumlah
yang cukup besar.
Malabsorbsi zat besi ( penyerapan zat besi yang tidak optimal) akibat diare
kronis, pembedahan tertentu pada saluran pencernaan seperti lambung. Zat besi
diabsorpsi dari saluran pencernaan. Sebagian besar, zat besi diabsorpsi dari usus
halus bagian atas terutama duodenum. Bila terjadi gangguan saluran
pencernaan, maka absorpsi zat besi dari saluran pencernaan menjadi tidak
optimal. Hal itu menyebabkan kurangnya kadar zat besi dalam tubuh sehingga
pembentukan sel darah merah terhambat.
Kehamilan Suplai zat besi ibu dialihkan ke janin untuk pembentukan sel
darah merah janin. Hal itu menyebabkan ibu tersebut kekurangan zat besi.