Anda di halaman 1dari 6

Produksi Sel Darah Putih

Sel darah putih dibentuk di sumsum tulang dari sel-sel progenitor.


Pada proses diferensiasi selanjutnya sel-sel progenitor menjadi
golongan yang tidak bergranula yaitu, limfosit T dan B, monosit, dan
makrofag, atau golongan yang bergranula yaitu, neutrophil, basophil,
dan eosinophil.
Leukemia Limfositik Akut
Leukemia limfositik akut (LLA) merupakan kanker yang paling
sering menyerang anak-anak di bawah umur 15 tahun, dengan puncak
insiden antara umur 3 dan 4 tahun. Namun, 20% insiden terjadi pada
orang dewasa yang menderita leukemia akut. Manifestasi LLA berupa
proliferasi limfoblas abnormal dalam sumsum tulang dan tempat-tempat
ekstramedular (di luar sumsum tulang, seperti kelenjar getah bening dan
lien). Diagnosis ditegakkan melalui hitung sel darah lengkap (CBC),
diferensiasi, hitung trombosit, dan pemeriksaan sumsum tulang. Hitung
sel darah putih umumnya meningkat, tetapi dapat normal atau rendah,
dengan limfositosis. Jumlah trombosit, neutrophil dn sel darah merah
rendah. Sumsum tulang biasanya hiperselular disertai adanya infiltrasi
limfoblas. Sitogenetik dan immunotypingjuga dilakukan untuk
menguraikan klon malikna. Karena system saraf pusat (SSP) dapat
terlibat, maka perlu dilakukan analisis cairan spinalis.
Diagnosis dan klasifikasi LLA sama berdasarkan karakteristik
morfologi yang menggunakan klasifikasi FAB. LLA selanjutnya
digolongkan berdasarkan kriteria imunologik CD yang sebelumnya telah
dibahas mengidentifikasi sel T dengan penanda CD5 dan CD7 ; antigen
LLA yang lazim (cALLa) ; sekarang dikenal sebagai CD10, juga
mempunyai gambaran CD19 dan TdT ; sel B membawa CD19, CD20,
CD21, dan CD22. Sel “nul” menggambar sel B imatur sehingga tidak
memiliki penanda CD yang mengidentifikasi (Wujcik, 2000).
Manifestasi klinis leukemia limfositik menyerupai leukemia
granulositik akut, dengan tanda dan gejala dikaitkan dengan penekanan
unsur sumsum tulang normal (Wujcik, 2000). Karena itu, infeksi,
perdarahan dan anemia merupakan manifestasi utama. Sepertiga pasien
tampak dengan infeksi dan perdarahan waktu di diagnosis. Malaise,
demam, latergi, kehilangan berat badan, dan keringat pada malam hari
juga dapat menjadi gejala yang tampak. Karena menyerang daerah
ekstramedular, pasien ini mengalami limfadenopati (kelenjar getah
bening yang membesar) dan hepatosplenomegali (lien dan hepar
membesar). Nyeri tulang dan arthralgia, meskipun terdapat pada orang
dewasa, lebih sering pada anak-anak. Terkenanya SSP, dapat terjadi
pada 5% - 10% waktu diagnosis (Linker, 2001). Tanda dan gejala
terkenanya SSP (paling sering ditemukan selama relaps) mencakup nyeri
kepala, muntah, kejang, dan gangguan penglihatan.
Awitan LLA biasanya mendadak disertai perkembangan dan
kematian yang cepat jika tidak diobati. Angka harapan hidup yang
membaik dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak saja 90-95% anak
dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar 80%
orang dewasa mencapai remisi lengkap (Devine, Larson, 1994 : Linker,
2001) dengan sepertiganya mengalami harapan hidup jangka panjang,
yang dicapai dengan kemoterapi agresif yang diharapakan pada sumsum
tulang, serta SSP. Program pengobatan menggunakan kombinasi
vinkristin, prednisone, L-asparaginase, siklofosfamid, dan antrasiklin
seperti daunorubisin. Karena meningen profilaktid (kedalam ruang
subaraknoid) juga dimasukkan untuk mencegah SSP. Transplantasi
sumsum tulang harus dipikirkan untuk orang dewasa dengan prognosis
agresif, buruk untuk memperpanjang harapan hidup bebas penyakit.
Anak-anak dengan remisi kurang dari 18 bulan harus dipikirkan untuk
transplantasi sumsum tulang (Wujcik, 2000).

Sel Darah Putih


Sel darah putih rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya
lebih besar daripada sel darah merah, tetapi jumlahnya lebih kecil.
Dalam setiap millimeter kubik darah terdapat 6.000 sampai 10.000 (rata-
rata 8.000) sel darah putih.
Granulosit atau sel polimorfonuklear merupakan hamper 75 persen
dari seluruh jumlah sel darah putih. Granulosit terbentuk dalam sumsum
merah tulang. Sel ini berisi sebuah nucleus yang berbelah banyak dan
protoplasmanya berbulir, sehingga disebut sel berbulir atau granulosit.
Kekurangan granulosit disebut granulositopenia.
Tidak adanya granulosit disebut agranulositosis, yang dapat timbul
setelah makan obat tertentu, termasuk juga beberapa antibiotika. Oleh
karena itu, apabila makan obat-obat tersebut, pemerikasaan darah
sebaiknya sering dilakukan untuk mengetahui keadaan ini seawal
mungkin.
Pewarnaan. Bila setetes darah diletakkan diatas kaca objek dan
ditambahkan dua macam pewarna untuk menghitung jenis sel-sel darah,
sel darah putih ini dikenal menurut sifatnya dalam pewarnaan.
Sel netrofil paling banyak dijumpai. Sel golongan ini mewarnai
dirinya dengan pewarnaan netral, atau campuran pewarna asam dan
basa, dan tampak bewarna ungu.
Sel eosinophil. Sel golongan ini hanya sedikit dijumpai. Sel ini
menyerap pewarna yang bersifat asam (eosin) dan kelihatan merah.
Sel basophil menyerap pewarna basa dan menjadi biru.
Limfosit membentuk 25% dari seluruh jumlah sel darah putih. Sel
ini dibentuk didalam kelenjar limfe dan dalam sumsum tulang. Sel ini
rongnanuler dan tidak memiliki kemampuan bergerak seperti amuba. Sel
ini dibagi lagi dalam limfosit kecil dan besar. Selain itu ada sejumlah
kecil sel yang berukuran lebih besar (kira-kira sebanyak 5 persen) yang
disebut monosit. Sel ini mampu mengadakan gerakan amuboid dan
mempunyai sifat fagosit (pemakan).

Fungsi Sel Darah Putih


Granulosit dan monosit mempunyai peranan penting dalam
perlindungan badan terhadap mikroorganisme. Dengan kemampuannya
sebagai fagosit (fago-saya makan), kedua sel darah itu memakan bakteri-
bakteri hidup yang masuk ke peredaran darah. Melalui mikroskop
adakalanya dapat dijumpai sebanyak 10-20 mikroorganisme tertelan
sebutir granulosit. Pada waktu menjalankan fungsi ini, sel darah itu
disebut fagosit. Dengan kekuatan gerakan amuboidnya, sel darah itu
dapat bergerak bebas di dalam dan dapat keluar pembuluh darah serta
berjalan mengitari seluruh bagian tubuh. Dengan cara ini sel darah
dapat:

Mengepung daerah yang terkena infeksi atau cedera,


Menangkap organisme hidup dan menghancurkannya,
Menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran, serpihan kayu,
benang jahitan (cutgut), dan sebagainya, dengan cara yang sama,
dan sebagai tambahan granulosit memiliki enzim yang dapat
memecah protein, yang memungkinkan merusak jaringan hidup,
menghancurkan, dan membuangnya. Dengan cara ini jaringan
yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhan
dimungkinkan.

Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan


dapat dihentikan sama sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan
sempurna, maka dapat terbentuk nanah. Nanah berisi “jenazah” kawan
dan lawan-fagosit yang terbunuh dalam perjuangannya melawan kuman
yang menyerbu masuk disebut sel nanah. Demikian juga terdapat banyak
kuman yang mati dalam nanah itu, dan ditambah lagi dengan sejumlah
besar jaringan yang telah mencair. Sementara pertempuran berlangsung,
kalau sel darah putih dapat mengalahkan organisme penyerbu itu, semua
bekas kerusakan, bakteri-bakteri yang hidup maupun yang mati, sel
nanah dan jaringan yang meleleh, akan disingkirkan granulosit sehat
yang bekerja sebagai fagosit.
Mengenai fungsi limfosit sedikit yang diketahui. Limfosit tidak
memiliki gerakan amuboid, terapung-apung di dalam aliran darah, dan
juga terdapat dalam jaringan limfe dari semua bagian badan. Limfosit
tidak memakan bakteri, tetapi diduga membentuk antibody (badan
penangkis) penting yang melindungi tubuh terhadap infeksi kronis dan
mempertahankan tingkat kekebalan (imunitas) tertentu terhadap infeksi.
Leukositosis ialah istilah untuk menunjukan penambahan jumlah
keseluruhan sel putih dalam darah, yaitu kalau penambahan melampaui
10.000 butir per millimeter kubik.
Leukopenia berarti berkurangnya jumlah sel darah putih sampai
5.000 atau kurang.
Limfositosis-pertambahan jumlah limfosit.
Agranulositosis-suatu penurunan jumlah granulosit atau sel
polimorfonuklear secara mencolok.

Anda mungkin juga menyukai