Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN LEUKEMIA
PPT KELOMPOK 5 KEPERAWATAN ANAK II STIKES HANGTUAH
TANJUNGPINANG

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts


I. KONSEP LEUKEMIA

A. DEFINISI LEUKEMIA

 Leukemia adalah kanker jaringan yang menghasilkan sel darah putih (leukosit), dihasilkan
leukosit yang imatur atau abnormal dalam jumlah berlebihan, dan leukosit – leukosit tersebut
melakukan invasi ke berbagai organ tubuh (Betz & Sowden, 2009).
 Leukemia atau kanker darah adalah sekelompok penyakit neoplastik yang beragam, ditandai
oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di
sumsum tulang dan jaringan limfoid. Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel
tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam
darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia mempengaruhi hematopoiesis atau proses pemben-
tukan sel darah normal dan imunitas tubuh penderita.
B. ANATOMI LEUKEMIA
 Sel darah putih, leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini
berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari
sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara
amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan normalnya
terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang
sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat 6000
sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah putih .
 Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes. Di dalam
tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu, mereka
bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu bergerak secara
bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau mikroorganisme
penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi dengan cara mereka
sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic pluripotent yang ada
pada sumsum tulang.
 Ada beberapa jenis sel darah putih yang disebut granulosit atau sel polimor-
fonuklear yaitu:
• Basofil.
• Eosinofil.
• Neutrofil.
• dan dua jenis yang lain tanpa granula dalam sitoplasma:
o Limfosit
o Monosit.
o (skema pembelahan sel darah putih)
C. FISIOLOGI LEUKEMIA
 Fungsi sel Darah putih adalah Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam
perlindungan badan terhadap mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago-
memakan), mereka memakan bakteria hidup yang masuk ke sistem peredaran darah. melalui
mikroskop adakalanya dapat dijumpai sebanyak 10-20 mikroorganisme tertelan oleh sebu-
tir granulosit.
 pada waktu menjalankan fungsi ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan gerakan
amuboidnya ia dapat bergerak bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalan
mengitari seluruh bagian tubuh. dengan cara ini ia dapat mengepung daerah yang terkena in-
feksi atau cidera, menangkap organisme hidup dan menghancurkannya, meny-
ingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran,serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara
yang sama, dan sebagai granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein, yang
memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan membuangnya.
 Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan
penyembuhannya dimungkinkan. Sebagai hasil kerja fagositik dari sel
darah putih, peradangan dapat dihentikan sama sekali. Bila kegiatannya
tidak berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk nanah. Nanah beisi
"jenazah" dari kawan dan lawan - fagosit yang terbunuh dalam kiner-
janya disebut sel nanah. demikian juga terdapat banyak kuman yang
mati dalam nanah itu dan ditambah lagi dengan sejumlah besar jaringan
yang sudah mencair. dan sel nanah tersebut akan disingkirkan oleh granu-
losit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.
D. ETIOLOGI LEUKEMIA
 Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menye-
babkan terjadinya leukemia, yaitu :
• Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T cell
leukemia lymphoma virus/HTLV).
• Tingkat radiasi yang sangat tinggi
• Obat – obatan imunosupresif, obat – obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol.
• Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot Kelainan kromosom, misalnya pada down
syndrome (Suriadi & Yuliani, 2010).
E. PATOFISIOLOGI LEUKEMIA
 Manifestasi klinis penderita leukemia akut disebabkan adanya penggantian sel pada sumsum
tulang oleh sel leukemik , menyebabkan gangguan produksi sel darah merah . Depresi pro-
duksi platelet yang menyebabkan purpura dan kecenderungan terjadinya perdarahan . Kega-
galan mekanisme pertahanan selular karena penggantian sel darah putih oleh sel lekemik,
yang menyebabkan tingginya kemungkinan untuk infeksi . Infiltrasi sel-sel leukemik ke organ-
organ vital seperti liver dan limpa oleh sel-sel leukemik yang dapat menyebabkan pembesaran
dari organ-organ tersebut . ( Cawson, 1982 ).
F. KLASIFIKASI LEUKIMIA
 Dalam istilah yang paling luas leukemia pada anak dapat diklasifikasikan sebagai akut, kronik,
kongenital. Leukemia akut menunjukkan proliferasi maligna sel immatur (blastik). Jika prolif-
erasi itu sebagian melibatkan jenis sel yang lebih matur (berdiferensiasi), leukemia itu diklasi-
fikasikan kronik. Leukemia kongenital atau neonatal adalah leukemia yang terdiagnosis dalam
4 minggu pertama kehidupan bayi. Leukemia pada anak biasanya jenis limfoblastik akut (ALL)
(Apriany, 2016).
• Akut Limfoblastik Leukemia (ALL)
Merupakan kanker yang paling sering menyerang anak – anak di bawah umur 15 tahun. Manifes-
tasi berupa poliferasi limfoblas abnormal dalam sum – sum tulang dan tempat – tempat ek-
stramedular.
• Akut Mieloid Leukemia (AML) atau Akut NonLymphoid Leukemia (ANLL)
Merupakan neoplasma uniklonal yang berasal dari trasformasi suatu atau beberapa sel
hematopoitek.
• Chronic Mielogenosa Leukemia (CML)
Chronic Mielogenosa Leukemia (CML) adalah penyakit klonal sel induk pluripoten dan digo-
longkan sebagai salah satu penyakit mieloproliferatif
• Chronic Limfoblastik Leukemia (CLL/LLK)
Usia rerata paisen saat didiagnosis berusia 65 tahun, hanya 10-15% kurang
dari 50 tahun. Risiko terjadinya LLK meningkat seiring usia. Perbandingan
risiko relatif pada pria tua adalah 2, 8:1 perempuan tua.
• Leukemia Kongenital
Leukemia kongenital sangat jarang terjadi, terdapat kurang 100 kasus yang
tercatat dengan baik, dengan sebagian besar adalah AML.
G. MANIFESTASI KLINIS
 Akut Limfoblastik Leukemia (ALL)
Gambaran klinis ALL cukup bervariasi, dan gejalanya dapat tampak tersembunyi atau akut. Mani-
festasi klinisnyaantara lain pucat, mudah memar, letargi, anoreksia, malaise, nyeri tulang, nyeri pe-
rut dan perdarahan
 Akut Mieloid Leukemia (AML) atau Akut NonLymphoid Leukemia (ANLL)
Leukemia mieloblastik akut merupakan suatu kelompok penyakit yang heterogen yang mem-
berikan prognosis buruk. Gejala dan tanda AML yang muncul meliputi pucat, demam, nyeri tu-
lang, dan perdarahan kulit serta mukosa.
 Chronic Mielogenosa Leukemia (CML)
CML terutama terjadi pada orang dewasa yang berusia antara 25 dan 60 tahun, insiden pun-
caknya terletak pada usia antara 30 dan 50 tahun. Walaupun demikian, penyakit ini dapat terjadi
pada anak, neonatus, dan orang yang sangat tua. Gejala klinik CML tergantung pada fase yang
kita jumpai pada penyakit tersebut, yaitu :
 Fase kronik, terdiri atas : penurunan berat badan, kelelahan, anoreksia
 Fase transformasi akut: demam, nyeri tulang,
 Chronic Limfoblastik Leukemia (CLL/LLK)
Pada awal diagnosis, kebanyakan pasien LLK tidak menimbulkan gejala. Pada
pasien dengan gejala, paling sering ditemukan limfadenopati generalisata,
penurunan berat badan dan kelelahan. Gejala lain meliputi hilangnya nafsu
makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga.
H. TANDA DAN GEJALA LEUKEMIA
 Gejala penderita leukemia bevariasi tergantung dari jumlah sel abnormal dan tempat
berkumpulnya sel abnormal tersebut. Gejala umum pasien leukemia yaitu
• Demam atau keringat malam
• Sering mengalami infeksi
• Merasa lemah atau capai
• Pucat
• Sakit kepala
• Mudah berdarah atau memar.Misalnya gusi mudah berdarah saat sikat gigi, muda memar saat
terbentur ringan)
• Nyeri pada tulang dan/atau sendi
• Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut, akibat pembesaran limpa
• Pembesaran kelenjar getah bening, terutama di leher dan ketiak
• Penurunan berat badan
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah tepi, gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sumsum
tulang berupa adanya pansitopenia, limfositosis yang kadang – kadang menyebabkan gambaran
tepi monoton dan terdapat sel blas. Terdapat sel blas dalam darah tepi merupakan gejala patog-
nomik untuk leukemia. Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang mono-
ton, yaitu hanya terdiri dari sel limfopoietik patologis sedangkan sistem lain terdesak (aplasia
sekunder).
 Aspirasi sumsum tulang
hiperseluler terutama banyak terdapat sel muda
 Biopsi limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limpa
yang terdesak, seperti limfosit normal, RES, granulosit.
 Cairan cerebrospinalis atau Liquor Cerebro Spinalis (LCS)
Bila terdapat jumlah patologis dan protein, berarti suatu leukemia meningeal. Untuk mencegah-
nya diberikan metotreksat (MTX) secara intratekal secara rutin pada setiap pasien yang menun-
jukkan gejala tekanan intrakranial meninggi.
J. PENATALAKSANAAN
 Penatalaksanaan Medis
• Transfusi darah, biasanya diberikan jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 6 g%. (Ngastiyah,
2012).
• Terapi leukemia meliputi pemakaian agens kemoterapeutik, tujuannya untuk membunuh atau
memperlambat pertumbuhan sel kanker, kemoterapi dapat membunuh sel kanker yang telah
lepas dari sel kanker induk atau bermetastase melalui darah dan limfe ke bagian tubuh lain.
Prose kemoterapi terbagi dalam lima fase, yaitu :
o Terapi induksi
o Terapi profilaksis SSP
o Terapi intensifikasi (konsolidasi)
o Terapi rumatan
o Terapi sesudah relaps
 Terapi radiasi
Terapi radiasi (radiotherapy) dilakukan dengan menggunakan sinar – sinar
bertenaga tinggi untuk membunuh sel – sel leukemia.pada terapi ini, radiasi
diarahkan pada limpa, otak, atau bagian – bagian dari tubuh yang menjadi
tempat berkumpulnya sel – sel leukemia. Radiasi ini biasanya diberikan se-
belum transplantasi sum-sum tulang.
 Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang sudah dilakukan untuk penanganan anak – anak
yang menderita ALL dan AML dengan hasil yang baik. Mengingat prognosis
ank-anak yang menderita AML lebih buruk, transplantasi sumsum tulang alo-
genik bisa dipertimbangkan selama remisi pertama.
K. KOMPLIKASI LEUKEMIA
 Leukemia dapat menyebabkan komplikasi jika penanganan tidak segera dilakukan. Beberapa
komplikasi yang dapat terjadi adalah:
• Perdarahan pada organ tubuh, seperti otak atau paru-paru.
• Tubuh rentan terhadap infeksi.
• Risiko munculnya jenis kanker darah lain, misalnya limfoma.

Komplikasi juga dapat terjadi akibat tindakan pengobatan yang dilakukan. Berikut ini beberapa
komplikasi akibat pengobatan leukemia:
• Graft versus host disease, yaitu komplikasi dari transplantasi sumsum tulang.
• Anemia hemolitik.
• Tumor lysis syndrome (sindrom lisis tumor).
• Gangguan fungsi ginjal.
• Infertilitas.
• Sel kanker muncul kembali setelah penderita menjalani pengobatan.
L. TUMBUH KEMBANG
 Anak yang mengalami leukemia akan mengalami berbagai masalah yang dapat mengganggu
tumbuh kembangnya. Hal ini anak akan mengalami masa sulit selama proses pertumbuhan-
nya. Tanda dan gejala yang muncul pada anak yang mengalami leukemia adalah memar tanpa
sebab, pilek yang tidak sembuh-sembuh, lesu, pucat, demam, petekie, penurunan berat
badan, nyeri pada tulang pada persendian, dan nyeri abdomen.
II. ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

a. Biodata
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan sebelumnya
d. Riwayat imunisasi
e. Riwayat tumbuh kembang
f. Pemeriksaan fisik
g. Pemeriksaan diagnostik
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Risiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi
b. Nyeri kronis berhubungan dengan pasca trauma karena gangguan Ketidakseimbangan
c. nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubugan dengan kurang asupan makanan
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imunodefisiensi
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan program pengobatan
f. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
(NANDA, 2015)
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan NOC NIC
Risiko infeksi NOC: NIC:
berhubungan a.Status imunitas a. Kontrol infeksi
dengan Kriteria hasil: 1. Bersihkan lingkungan
imunosupresi 1. Fungsi gastrointestinal dengan baik setelah
2. Fungsi respirasi digunakan setiap pasien
3. Suhu tubuh 2. Batasi pengunjung
4. Integritas kulit 3. Tempatkan isolasi sesuai tindakan pencega-
5. Jumlah sel darah han yang sesuai
putih absolut 4. Ajarkan cara cuci tangan bagi tenaga kese-
6. Jumlah sel darah hatan
putih diferensial 5. Anjurjan pasien dan pengunjung untuk men-
cuci tangan
b. Respon pengobatan 6. Jaga lingkungan aseptic yang optimal
Kriteria hasil:
1. Perubahan gejala yang diharapkan
2. Pemeliharaan kadar darah yang
diharapkanan
3. Respon perilaku 7. Tingkatkan intake nutrisi
yang diharapkan 8. Berikan terapi antibiotik yang
4. Reaksi alergi sesuai
5. Interaksi pengobatan 9.Ajarkan pasien dan anggota kelu-
arga mengenai bagaiman
c. Status nutrisi menghindari infeksi
Kriteria Hasil:
1. Asupan gizi b. Manajemen nutrisi
2. Asupan makanan 1. Identifikasi adanya alergi atau in-
3. Asupan cairan toleransi makanan yang dimilki
4. Energi pasien
5. Rasio berat 2. Instruksikan pasien mengenai
badan/tinggi badan kebutuhan nutrisi
6. Hidrasi 3. Ciptakan lingkungan yang opti-
mal pada saat mengkonsumsi
makanan
Nyeri kronis berhubungan NOC: NIC
dengan pasca trauma Pengetahuan : Pemberian analgesik
karena gangguan manajemen nyeri 1. Tentukan lokasi,
Kriteria hasil: karakteristik, kualitas
1. Tanda dan gejala nyeri dan keparahan nyeri
2. Strategi untuk mengontrol nyeri 2. Cek perintah pengobatan meliputi
3. Strategi untuk mengelola nyeri kro- obat, dosis, dan frekuensi obat analgesic
nis yang diresepkan
4. Rejimen obat yang diresepkan 3. Cek adanya alergi obat
5. Penggunaan yang benar dari obat 4. Monitor tanda – tanda vital
yang diresepkan 5. Berikan analgesik sesuai waktu
6. Pembatasan Aktivitas 6. Tentukan analgesic sebelumnya, rute
7. Tindakan – tindakan pencegahan pemberian, dan dosis untuk mnecapai
8. Teknik relaksasi yang efektif hasil pengurangan nyeri optimal
7. Evaluasi keefektifan analgesic
Manajemen nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri
komprehensif
2. Gunakan komunikasi terapeu-
tik
3. Gali pegetahuan dan keper-
cayaan pasien mengenai nyeri
4. Tentukan akibat dari
pengalaman nyeri terhadap kual-
itas hidup pasien
5. Berikan informasi mengenai
nyeri
6. Kendalikan faktor lingkun-
ganyang dapat mempengaruhi
nyeri
7. Ajarkan penggunaan teknik
nofarmakologi
8. Dukung istirahat/tidur yang
adekuat
Ketidakseimbang NOC: NIC:
an nutrisi kurang a. Nutritional status Nutrition Management
dari kebutuhan Kriteria hasil: 1. Kaji adanya alergi makan
tubuh berhubugan 1. Asupan nutrisi 2. Tanyakan makanan yang disukai
dengan kurang 2. Asupan makanan pasien
asupan makanan 3. Asupan cairan 3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
4. Energy menentukan jumlah kalori dan
5. Berat/ tinggi badan nutrisi yang dibutuhkan pasien
6. Hematokrit 4. Anjurkan pasien untuk
7. Bentuk otot meningkatkan intake
8. Hidrasi 5. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan vitamin C
6. Berikan substansi gula
7. Yakinkan diet yang diberikan men-
gandung tinggi serat untuk mence-
gah konstipasi
8. Berikan makan yang terpilih (su-
dah dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
Kerusakan Tissue integrity : Skin NIC
integritas kulit and Mucous Pressure Management
berhubungan Membranes 1. Anjurkan pasien untuk menggu-
dengan Kriteria hasil : nakan pakaianyang longgar
imunodefisiensi 1. Integritas kulit yang baik bisa 2. Hindari kerutan pada tempat
dipertahankan tidur
( sensasi, elastisitas, temperature, 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap
hidrasi, bersih dan kering
pigmentasi ) 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi
2.Tidak ada luka /lesi pada kulit pasien setiap dua jam sekali)
3.Perfusi jaringan baik 5. Monitor kulit akan adanya kemer-
4. Menunjukkan pemahaman dalam ahan
proses perbaikan kulit dan mencegah 6. Oleskan lotion atau minyak
terjadinya cedera baby/baby oil pada daerah yang
berulang tertekan
5. Mampu melindungi kulit dan mem- 7. Monitor aktivitas dan mobilisasi
pertahankan kelembaban kulit dan pasien
perawatan alami 8. Monitor status nutrisi pasien
Memandikan pasien dengan
Gangguan citra NOC Peningkatan harga diri
tubuh Adaptasi terhadap 1. Monitor pernyataan pasien men-
berhubungan Disabilitas Fisik genai harga diri
dengan program Kriteria Hasil : 2. Tentukan kepercayaan diri pasien
pengobatan 1. Menyampaikan secara lisan dalam hal penilaian diri
kemampuan untuk menye- 3. Bantu pasien mengidentifikasi
suaikan terhadap disabilitas respon positif dari orang lain
2. Menyampaikan secara lisan 4. Eksplorasi alasanalasan
Penyesuaian terhadap disabil- Untuk mengkritik diri atau rasa
itas bersalah
3. Beradaptasi terhadap 5. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas-
keterbatasan secara aktivitas yang akan meningkatkan
fungsional harga diri
4. Mengidentifikasi cara-cara 6. Sampaikan atau ungkapkan keper-
untuk beradaptasi dengan cayaan diri pasien dalam mengatasi
perubahan hidup situasi
Kekurangan NOC NIC
volume cairan Fluid Balance a. fluid management
berhubungan (keseimbangan cairan) (manajemen cairan)
dengan Kriteria hasil: 1. pantau kadar serum
kehilangan cairan 1. Tekanan darah elektrolit yang abnormal
aktif. 2. Denyut nadi radial 2. pemberian cairan
3. Tekanan nadi 3. ambil specimen laborato-
4. Tekanan vena central (CVP) rium untuk memantau pe-
5. Tekanan perifer rubahan tingkat cairan dan
6. Keseimbangan masukan dan elektrolit (hematokrit,
pengeluaran dalam 24 jam BUN, protein, sodium, tingkat
7. Berat badan (bb) stabil kalium)
8. Turgor kulit 4. timbang BB setiap hari dan
pantau perubahannya
5. promosikan intake oral
misalnya memberikan
cairan lewat mulut
D. implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dan perencanaan keperawatan yang telah dibuat
untuk rnencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan
keterampilan dan pengetahuan hams dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang
diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dan rencana yang telah ditentukan dapat terca-
pai (Wong. 2004:33 1).
E. EVALUASI
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi ke-
butuhan-kebutuhan klien. Menurut Donna L Wong (2004:596-610) hasil yang diharapkan pada
klien dengan leukemia adalah:
a) Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b) Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan pen-
ingkatan toleransi aktifitas.
c) Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
d) Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
e) Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
f) Masukan nutrisi adekuat
g) Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunj ukkan bukti-bukti keti-
daknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
h) Kulit tetap bersih dan utuh
i) Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak membantu
menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode mi
dan anak tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.

Anda mungkin juga menyukai