Anda di halaman 1dari 46

PERSALINAN DENGAN

EKSTRAKSI FORCEPS

INSERT THE TITLE


OF YOUR PRESENTATION HERE
ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts
NAMA KELOMPOK
 Muhammad Septiono
 Patia Andari
 Putri aprilicia
 R. Meeta Anggiana
 Sondang Vincensia. M
A. DEFINISI EKSTRAKSI FORCEPS
Ektraksi porceps adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran
dengan jalan menarik bagian terbawah janin (kepala) dengan alat porceps. Tindakan ini dilakukan
karena ibu tidak dapat mengedan efektif untuk melahirkan janin. Walaupun sebagian besar
proses pengeluaran dihasilkan dari ekstraksi porceps tetapi bukan berarti kekuatan menjadi
tumpuan keberhasilan.

Cunam ialah suatu alat kebidanan untuk melahirkan janin dengan tarikan pada kepalanya; dis-
amping itu alat tersebut dapat digunakan untuk menyelenggarakan putaran kepala janin. Cunam
dipakai untuk membantu atau mengganti HIS, akan tetapi sekali-kali tidak boleh digunakan untuk
memaksa kepala janin melewati rintangan dalam jalan lahir yang tidak dapat diatasi oleh keku-
atan HIS yang normal.
B. TUJUAN TINDAKAN EKSTRAKSI FORCEPS
Menurut Rustam Mochtar 1998, persalinan dengan ekstraksi forceps bertu-
juan:
1) Traksi yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan
2) Koreksi yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun kecil dikiri atau
dikanan depan atau sekali-kali UUK melintang kiri dan kanan atau UUK
ki /ka belakang menjadi UUK depan ( dibawah symphisis pubis)
3) Kompresor yaitu untuk menambah moulage kepala
C. JENIS-JENIS TINDAKAN EKSTRASI FORCEPS
Berdasarkan pada jauhnya turun kepala, dapat dibedakan beberapa macam tindakan ekstraksi
forceps, antara lain:
1) Forceps rendah
Dilakukan setelah kepala bayi mencapai H IV, kepala bayi mendorong perineum, forceps dilakukan
dengan ringan disebut outlet forceps.
2) Forceps tengah
Pada kedudukan kepala antara H II atau H III, salah satu bentuk forceps tengah adalah forceps
percobaan untuk membuktikan disproporsi panggul dan kepala. Bila aplikasi dan tarikan forceps
berat membuktikan terdapat disproporsi kepala panggul . Forceps percobaan dapat diganti den-
gan ekstraksi vaccum.
3) Forceps tinggi
Dilakukan pada kedudukan kepala diantara H I atau H II, forceps tinggi sudah diganti dengan
seksio cesaria.
D. INDIKASI EKSTRASI FORCEPS
Indikasi pertolongan ekstraksi forceps adalah
1) Indikasi ibu
a) Ruptura uteri mengancam, artinya lingkaran retraksi patologik band sudah setinggi 3 jari
dibawah pusat, sedang kepala sudah turun sampai H III- H IV.
b) Adanya oedema pada vagina atau vulva. Adanya oedema pada jalan lahir artinya partus sudah
berlangsung lama.
c) Adanya tanda-tanda infeksi, seperti suhu badan meninggi, lochia berbau.
d) Eklamsi yang mengancam
e) Indikasi pinard, yaitu kepala sudah di H IV, pembukaan cervix lengkap, ketuban sudah pecah
atau 2jam mengedan janin belum lahir juga
f) Pada ibu-ibu yang tidak boleh mengedan lama, misal Ibu dengan decompensasi kordis , ibu
dengan Koch pulmonum berat, ibu dengan anemi berat (Hb 6 gr % atau kurang), pre eklamsi
berat, ibu dengan asma broncial.
g) Partus tidak maju-maju
h) Ibu-ibu yang sudah kehabisan tenaga.
E. KONTRAINDIKASI TINDAKAN EKSTRASI FORCEP
Kontra indikasi dari ekstraksi forceps meliputi
1) Janin sudah lama mati sehingga sudah tidak bulat dan keras lagi sehingga kepala sulit
dipegang oleh forceps
2) Anencephalus
3) Adanya disproporsi cepalo pelvik
4) Kepala masih tinggi
5) Pembukaan belum lengkap
6) Pasien bekas operasi vesiko vagina fistel
7) Jika lingkaran kontraksi patologi bandl sudah setinggi pusat atau lebih
F. KOMPLIKASI EKSTRASI FORCEP
Komplikasi atau penyulit ekstraksi forceps adalah sebagai berikut
1) Komplikasi langsung akibat aplikasi forceps dibagi menjadi :
a) Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dapat berupa:
 Perdarahan yang dapat disebabkan karena atonia uteri, retensio plasenta serta trauma jalan
lahir yang meliputi ruptura uteri, ruptura cervix, robekan forniks, kolpoforeksis, robekan vagina,
hematoma luas, robekan perineum.
 Infeksi yang terjadi karena sudah terdapat sebelumnya, aplikasi alat menimbulkan infeksi,
plasenta rest atau membran bersifat asing yang dapat memudahkan infeksi dan menyebabkan
sub involusi uteri serta saat melakukan pemeriksaan dalam

b) Komplikasi segera pada bayi


 Asfiksia karena terlalu lama di dasar panggul sehingga terjadi rangsangan pernafasan
menyebabkan aspirasi lendir dan air ketuban. Dan jepitan langsung forceps yang menim-
bulkan perdarahan intra kranial, edema intra kranial, kerusakan pusat vital di medula oblon-
gata atau trauma langsung jaringan otak.
 Infeksi oleh karena infeksi pada ibu menjalar ke bayi
 Trauma langsung forceps yaitu fraktura tulang kepala dislokasi sutura tulang kepala; kerusakan
pusat vital di medula oblongata; trauma langsung pada mata, telinga dan hidung; trauma
langsung pada persendian tulang leher; gangguan fleksus brachialis atau paralisis Erb,
kerusakan saraf trigeminus dan fasialis serta hematoma pada daerah tertekan.
2) Komplikasi kemudian atau terlambat
a) Komplikasi pada ibu
Perdarahan yang disebabkan oleh plasenta rest, atonia uteri sekunder serta jahitan robekan jalan
lahir yang terlepas.
b) Infeksi
c) Penyebaran infeksi makin luas
d) Trauma jalan lahir yaitu terjadinya fistula vesiko vaginal, terjadinya fistula rekto vaginal dan ter-
jadinya fistula utero vaginal
e) Komplikasi terlambat pada bayi dalam bentuk:
f) Trauma ekstraksi forceps dapat menyebabkan cacat karena aplikasi forceps
g) Infeksi yang berkembang menjadi sepsis yang dapat menyebabkan kematian serta encefalitis
sampai meningitis.
h) Gangguan susunan saraf pusat
i) Trauma langsung pada saraf pusat dapat menimbulkan gangguan intelektual.
j) Gangguan pendengaran dan keseimbangan
G. SYARAT DALAM MELAKUKAN EKSTRAKSI FOR-
CEP
1) Pasien dan keluarga sudah mengerti dan menyetujui tindakan ini serta bersedia menandatan-
gani "informed consent"
2) Tidak ada CPD-cephalo pelvic disproporsion sehingga janin diperkirakan dapat lahir pervagi-
nam.
3) Kepala sudah engage:
• Pembentukan caput atau molase berlebihan sering menyulitkan penilaian derajat desensus
kepala janin.
• Kesalahan dalam menilai derajat desensus akan menyebabkan kesalahan penafsiran dimana
tindakan yang semula dianggap sebagai Ekstraksi Cunam Rendah sebenarnya adalah Ekstraksi
Cunam Tengah.
4) Presentasi belakang kepala, letak muka dengan dagu didepan atau "after coming head" pada
persalinan sungsang pervaginam.
5) Posisi kepala janin dalam jalan lahir dapat diketahui secara pasti oleh operator.
6) Dilatasi servik sudah lengkap.
7) Kepala janin dapat dicekap dengan baik oleh kedua daun cunam.
8) Selaput ketuban sudah pecah.
H. PEMASANAGAN EKSTRASI FORCEPS
Ada 2 cara pemasanga ekstrasi, yaitu:

1) Pemasangan sefalik (Cephalic forceps)


Dimana forceps dipasang biparietal, atau sumbu panjang cunam sejajar dengan diameter mento-
occiput kepala janin. Instalasi sefalik adalah cara yang paling aman baik untuk ibu maupun janin
2) Instalasi pelvic (Pelvic forceps)
Dimana pemasangannya dalam kondisi sumbu panjang cunam sejajar dengan sumbu panjang
panggul.

Pemasangan forceps yang sempurna, jika memenuhi kriteria berikut:


1) forceps terpasang biparietal kepala, atau sumbu panjang forceps sejajar dengan sumbu diame-
ter mento-oksiput kepala janin, melintang terhadap panggul
2) Sutura sagitalis berada di tengah kedua daun forceps yang terpasang, dan tegak lurus dengan
cunam
3) Ubun ubun kecil berada kira-kira 1 cm di atas bidang tersebut
I.PERSIAPAN DALAM EKSTRAKSI FORCEPS
1) Persiapan ibu: 2) Persiapan untuk janin
a) litotomi set, a) Kain bersih
b) cunam, b) Alat resusitasi
c) vulva dicukur,
d) kandung kemih dikosongkan, 3) Persiapan untuk dokter
e) infuse bila diperlukan, a) Alat pelindung diri
f) narkose, b) Ilmu pengetahuan yang cukup
g) gunting episiotomy
h) hecting set
i) uterotonika
J. PROSEDUR / LANGKAH DALAM MELAKUKAN
FORCEPS
1) Membayangkan
Setelah persiapan selesai, penolong berdiri di depan vulva, memegang kedua cunam dalam
keadaan tertutup dan membayangkan bagaimana cunam terpasang pada kepala
2) Memasang forceps
Pada pasien ini UUK janin adalah UUK kanan depan, jadi forceps yang dipasang adalah forceps
kiri terlebih dahulu, yaitu forceps yang dipegang tangan kiri penolong dan dipasang di sisi kiri
ibu.
3) Penguncian forceps
Penguncian dilakukan setelah forceps terpasang. Bila penguncian sulit dilakukan, jangan dipaksa,
tapi periksa kembali apakah pemasangan telah benar, dan dicoba pemasangan ulang. Ketika for-
ceps kir yang dipasang duluan, maka penguncian dilakukan secara langsung, dan bila forceps
kanan yang dipasang duluan, maka forceps dikunci secara tidak langsung.
4) Pemeriksaan Ulang
Setelah forceps terpasang dan terkunci, dilakukan pemeriksaan ulang, apakah forceps telah ter-
pasang dengan benar, dan tidak ada jalan lahir / jaringan yang terjepit
5) Traksi Percobaan
Setelah yakin tidak ada jaringan yang terjepit, maka dilakukan traksi percobaan. Asisten
memegang pemegang forceps dengan kedua tangan, sambil jari telunjuk dan tengah tangan kiri
menyentuh kepala janin, lalu dilakukan atraksi. Apabila jari telunjuk dan tengan tangan kiri tidak
menjauh dari kepala janin, berarti forceps terpasang dengan baik, dan dapat segera dilakukan
traksi definitive. Ketika jari telunjuk dan tengah tangan kiri menjauh dari kepala janin, berarti for-
ceps tidak terpasang dengan baik, dan harus dilakukan instalasi ulang.
6) Traksi defrinitif
Traksi definitive dilakukan dengan cara memegang kedua pemegang forceps dan penolong
melakukan traksi. Traksi dilakukan hanya menggunakan otot lengan. Arah atraksi dilakukan sesuai
dengan bentuk panggul. Pertama dilakukan atraksi cunam ke bawah, sampai terlihat occiput se-
bagai hipomoklion, lalu tangan kiri segera menahan perineum saat kepala meregang perineum.
Kemudian dilakukan traksi ke atas hanya dengan menggunakan tangan kanan sambil tangan kiri
menahan perineum. Kemudian lahirlah Dahir, mata, hidung, mulut bayi.
7) Melepaskan cunam
Setelah kepala bayi lahir, maka cunam dilepaskan dan janin dilahirkan dengan persalinan normal.
K. PEMASANGAN FORCEPS YANG GAGAL

Pemasangan forceps akan gagal apabila:


1) Forceps tidak dapat dipasang
2) Forceps tidak dapat dikunci
3) Tiga kali traksi janin tidak lahir
L. Perawatan Setelah Ekstraksi Forceps

Pada prinsipnya tidak berbeda dengan perawatan post partum biasa, hanya memerlukan perha-
tian dan observasi yang lebih ketat, karena kemungkinan terjadi trias komplikasi lebih besar yaitu
perdarahan robekan jalan lahir dan infeksi.Oleh karena itu perawatan setelah ekstraksi forceps
memerlukan profilaksis pemberian infus sampai tercapai keadaan stabil, pemberian uterotonika
sehingga kontraksi rahim menjadi kuat dan pemberian anti biotika untuk menghindari infeksi
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Post Ekstraksi Forcep
a. Pengkajian
1) Fokus pengkajian post partum menurut Doenges (2001 : 387) antara lain :
Aktivitas atau istirahat
Dapat tampak berenergi atau kelelahan atau keletihan, mengantuk.
Sirkulasi
2) Nadi biasanya lambat (50 sampai 70 dpm) karena hipersensitivitas vagal. Tekanan darah
bervariasi, mungkin lebih rendah pada respons terhadap analgesia atau meningkat pada respons
terhadap pemberian oksitosin atau hipertensi karena kehamilan.
3) Edema bila ada, mungkin dependen atau dapat meliputi ekstremitas atas dan wajah atau
mungkin umum. Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai 400-500 ml untuk ke-
lahiran vaginal atau 600-800 ml untuk kelahiran sesarea.
4) Integritas ego
Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah, misalnya eksitasi atau perilaku menun-
jukkan kurang kedekatan, tidak berminat (kelelahan).
5) Eliminasi
Hemoroid sering ada dan menonjol. Kandung kemih mungkin teraba di atas simfisis pubis. Diure-
sis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi menghambat aliran urinarius.
6) Makanan atau cairan
Dapat mengeluh haus, lapar atau mual.
7) Neuro sensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anestesia spinal atau analgesia
kauda. Hiperfleksia mungkin ada.
8) Nyeri atau ketidak nyamanan
Dapat melaporkan ketidaknyamanan dari berbagai sumber, misalnya setelah nyeri, trauma
jaringan atau perbaikan episiotomi, kandung kemih penuh atau menggigil.
.
9) Keamanan
Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit. Perbaikan episiotomi utuh, dengan tepi jaringan
merapat.
10) Seksualitas
Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi umbilikus. Drainase vagina
atau lokhea jumlahnya sedang, merah gelap, dengan hanya beberapa bekuan kecil. Perineum be-
bas dari kemerahan, edema, ekimosis atau rabas. Striae mungkin ada pada abdomen, paha dan
payudara. Payudara lunak, dengan puting tegang
11) Penyuluhan atau pembelajaran
Catat obat-obatan yang diberikan, termasuk waktu dan jumlah.
Pemeriksaan diagnostik
Hemoglobin atau hematokrit, jumlah darah lengkap, urinalisis.
b. Diagnosa
1) Fokus intervensi pada pasien post partum spontan berdasarkan rumusan diagnosa keper-
awatan menurut (Tucker ,1998 : 869)adalah sebagai berikut :
 Nyeri berhubungan dengan episiotomi, nyeri setelah melahirkan dan atau ketidaknyamanan
payudara.
Intervensi:
• Atasi nyeri berikan obat sesuai program
• Berikan kantong es pada perineum
• Anjurkan ibu untuk mengeratkan bokong bersamaan bila duduk pada luka episiotomi nyeri.
• Antisipasi kebutuhan terhadap penghilang nyeri
• Anjurkan ibu untuk menggunakan tehnik relaksasi
• Periksa payudara setiap 4 sampai 8 jam
• Izinkan ibu menggunakan bra penyongkong setiap waktu
• Kompres payudara selama 15 menit – 3 menit setiap 1-3 jam
• Massase payudara secara manual tekan payudara

 Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan insisi atau laserasi


Intervensi :
• Observasi kondisi episiotomi dan dokumentasi setiap hari
• Perhatikan terhadap peningkatan suhu tubuh atau perubahan lain pada parameter vital Sign.
• Lakukan perawatan perineum
• Perhatikan dan laporkan adanya drainase bau busuk
• Berikan antibiotik sesuai program
 Konstipasi berhubungan dengan episiotomi dan hemoragi sekunder terhadap proses kelahi-
ran.
Intervensi:
• Jamin masukan cairan adekuat
• Berikan pelunak feses atau laksatif sesuai program
• Anjurkan pasien untuk ambulasi sesuai toleransi
• Perhatikan diit regular

 Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan pasca persalinan.
Intervensi :
• Anjurkan cairan per oral.
• Ukur masukan dan haluaran selama 24 jam
• Pertahankan cairan parenteral dengan eksitosik program
• Hindari massage yang tidak perlu
• Ganti pembalut perineal setiap 30-60 menit sesuai kebutuhan
• Bila fundus lunak masage sampai keras
 Resiko retensi urin berhubungan dengan trauma dan edema lanjut sekunder terhadap kelahi-
ran.
Intervensi :
• Anjurkan cairan setiap hari sampai 3 liter kecuali dikontraindikasikan
• Anjurkan berkemih dalam 6-8 jam setelah melahirkan
• Berikan tehnik untuk membantu berkemih sesuai kebutuhan dengan berkemih rendam bokong
B. POST SC
a. Pengkajian
Sirkulasi : Hipertensi, Pendarahan Per Vagina
Makanan : Nyeri Epigastrium, G3 Pengujian Edema
Nyeri : Distroria, Nyeri Tekan Uterus, Persalinan Lama
Seksualitas : Tumor / Neo Plasma Yang Dihambat Jalan Lahir Kehamilan Multiple Atau
Gestari, Disproposi Sopalo Pelvis, Riwayat Sc Sebelumnya

a) Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat, status perkawinan, ruang
rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang mengirim, cara masuk, alasan masuk,
keadaan umum tanda vital.
b) Data Riwayat Kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit dirasakan saat ini dan
keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang, Maksudnya apakah
pasien pernah mengalami penyakit yang sama (Plasenta previa).
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada juga mempunyai riwayat
persalinan plasenta previa.
c) Data Sosial Ekonomi
Penyakit ini dapat terjadi pada siapa saja, akan tetapi kemungkinan dapat lebih sering terjadi
pada penderita malnutrisi dengan sosial ekonomi rendah.
d) Data Psikologis
 Pasien biasanya dalam keadaan labil.
 Pasien biasanya cemas akan keadaan seksualitasnya.
 Harga diri pasien terganggu
b. Diagnosa
1) Gangguan rasa nyaman : nyeri akut b.d trauma pembedahan (Doengoes,2001).
2) Risiko tinggi terhadap infeksi b.d trauma jaringan / kulit rusak (Doengoes,2001).
3) Ansietas b.d krisis situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi / kontak interpersonal, kebu-
tuhan tidak terpenuhi (Doengoes,2001).
c. Intervensi
 Gangguan rasa nyaman : nyeri akut b.d trauma pembedahan.
• Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam gangguan rasa nyaman nyeri terse-
but dapat berkurang atau hilang.
• Kriteria hasil : Mengungkapkan kekurangan rasa nyeri.
•Tampak rileks mampu tidur.
• Intervensi
a) Tentukan lokasi dan karakteristik ketidaknyamanan perhatikan isyarat verbal dan non verbal
seperti meringis.
Rasional : pasien mungkin tidak secara verbal melaporkan nyeri dan ketidaknyamanan secara
langsung. Membedakan karakteristik khusus dari nyeri membantu membedakan nyeri paska op-
erasi dari terjadinya komplikasi.
b) Beri informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi
yang tepat.
Rasional : meningkatkan pemecahan masalah, membantu mengurangi nyeri berkenaan dengan
ansietas.
c) Evaluasi tekanan darah dan nadi ; perhatikan perubahan prilaku.
Rasional : pada banyak pasien, nyeri dapat menyebabkan gelisah, serta tekanan darah dan nadi
meningkat. Analgesia dapat menurunkan tekanan darah.
d) Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya atau karakteristik nyeri.
Rasional : selama 12 jam pertama paska partum, kontraksi uterus kuat dan teratur dan ini berlan-
jut 2 – 3 hari berikutnya, meskipun frekuensi dan intensitasnya dikurangi faktor-faktor yang
memperberat nyeri penyerta meliputi multipara, overdistersi uterus.
e) Ubah posisi pasien, kurangi rangsangan berbahaya dan berikan gosokan punggung dan gu-
nakan teknik pernafasan dan relaksasi dan distraksi.
Rasional : merilekskan otot dan mengalihkan perhatian dari sensasi nyeri. Meningkatkan kenya-
manan dan menurunkan distraksi tidak menyenangkan, meningkatkan rasa sejahtera
f) Lakukan nafas dalam dengan menggunakan prosedur- prosedur pembebasan dengan tepat 30
menit setelah pemberian analgesik.
Rasional : nafas dalam meningkatkan upaya pernapasan. Pembebasan menurunkan regangan dan
tegangan area insisi dan mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan berkenaan dengan gerakan otot
abdomen.
g) Anjurkan ambulasi dini. Anjurkan menghindari makanan atau cairan berbentuk gas; misal : ka-
cang-kacangan, kol, minuman karbonat.
Rasional : menurunkan pembentukan gas dan meningkatkan peristaltik untuk menghilangkan
ketidaknyamanan karena akumulasi gas.
h) Anjurkan penggunaan posisi rekumben lateral kiri
Rasional : memungkinkan gas meningkatkan dari kolon desenden ke sigmoid, memudahkan pen-
geluaran.
i) Infeksi hemoroid pada perineum. Anjurkan penggunaan es secara 20 menit setiap 24 jam,
penggunaan bantal untuk peninggian pelvis sesuai kebutuhan.
Rasional : membantu regresi hemoroid dan varises vulva dengan meningkatkan vasokontriksi,
menurunkan ketidak nyamanan dan gatal, dan meningkatkan fungsi usus normal.
j) Palpasi kandung kemih, perhatikan adanya rasa penuh. Memudahkan berkemih periodik setelah
pengangkatan kateter indwelling.
Rasional : kembali fungsi kandung kemih normal memerlukan 4-7 hari dan overdistensi kandung
kemih menciptakan perasaan dan ketidaknyamanan.


 Risiko tinggi terhadap infeksi b.d trauma jaringan / kulit rusak
• Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam infeksi pada kulit tidak terjadi.
• Kriteria hasil :
a) Luka bebas dari drainase purulen dengan tanda awal penyembuhan.
b) Bebas dari infeksi, tidak demam, urin jernih kuning pucat.
• Intervensi :
a) Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat dan pembuangan pengalas ko-
toran, pembalut perineal dan linen terkontaminasi dengan tepat.
Rasional : membantu mencegah atau membatasi penyebaran infeksi.
b) Tinjau ulang hemogolobin / hematokrit pranantal ; perhatikan adanya kondisi yang mempre-
disposisikan pasien pada infeksi pasca operasi.
Rasional : anemia, diabetes dan persalinan yang lama sebelum kelahiran sesarea meningkatkan
resiko infeksi dan memperlambat penyembahan.
c) Kaji status nutrisi pasien. Perhatikan penampilan rambut, kuku jari, kulit dan sebagainya Per-
hatikan berat badan sebelum hamil dan penambahan berat badan prenatal.
Rasional : pasien yang berat badan 20% dibawah berat badan normal atau yang anemia atau
yang malnutrisi, lebih rentan terhadap infeksi pascapartum dan dapat memerlukan diet khusus
d) Dorong masukkan cairan oral dan diet tinggi protein, vitamin C dan besi.
Rasional : mencegah dehidrasi ; memaksimalkan volume, sirkulasi dan aliran urin, protein dan vi-
tamin C diperlukan untuk pembentukan kolagen, besi diperlukan untuk sintesi hemoglobin.
e) Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat atau rembesan. Lepasnya balutan sesuai indikasi.
Rasional : balutan steril menutupi luka pada 24 jam pertama kelahiran sesarea membantu melin-
dungi luka dari cedera atau kontaminasi. Rembesan dapat menandakan hematoma.
f) Inspeksi insisi terhadap proses penyembuhan, perhatikan kemerahan udem, nyeri, eksudat atau
gangguan penyatuan.
Rasional : tanda-tanda ini menandakan infeksi luka biasanya disebabkan oleh steptococus.
g) Bantu sesuai kebutuhan pada pengangkatan jahitan kulit, atau klips.
Rasional : insisi biasanya sudah cukup membaik untuk dilakukan pengangkatan jahitan pada hari
ke 4 / 5.
h) Dorong pasien untuk mandi shower dengan menggunakan air hangat setiap hari.
Rasional :Mandi shower biasanya diizinkan setelah hari kedua setelah kelahiran sesarea,
meningkatkan hiegenis dan dapat merangsang sirkulasi atau penyembuhan luka.
i) Kaji suhu, nadi dan jumlah sel darah putih.
Rasional : Demam paska operasi hari ketiga, leucositosis dan tachicardia menunjukkan infeksi.
Peningkatan suhu sampai 38,3 C dalam 24 jam pertama sangat mengindentifikasikan infeksi.
j) Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus ; perhatikan perubahan involusi atau adanya nyeri tekan
uterus yang ekstrem.
Rasional : Setelah kelahiran sesarea fundus tetap pada ketinggian umbilikus selama sampai 5 hari,
bila involusi mulai disertai dengan peningkatan aliran lokhea, perlambatan involusi meningkatkan
resiko endometritis. Perkembangan nyeri tekan ekstrem menandakan kemungkinan jaringan
plasenta tertahan atau infeksi.
C. PREEKLAMSI
a. Pengkajian
1) Identitas
Nama Pasien : Nama Suami :
Umur : Umur :
Suku/Bangsa : Suku/bangsa :
Agama : Agama :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat : Alamat :
Status perkawinan: lama menikah :
2) Status Kesehatan Saat Ini
 Alasan kunjungan ke rumah sakit:
• Ibu datang ke rumah sakit karena merasa perut mules dan timbul menyatakan bahwa dirinya
akan melahirkan anak.
 Keluhan utama saat ini :
• Adanya His (kencang-kencang) pada perutnya dan rasa nyeri serta mules.
 Timbulnya keluhan :
• Bertahap dan semakain lama semakin bertambah kuat. semakin sering.
 Faktor yang memperberat :
• Perdarahan sedikit dari kemaluan dan rasa nyeri semakin bertambah.
 Upaya yang dilakukan untuk mengatasi :
• Ditempatkan dikamar isolasi
• Injeksi sulfas magnesikus 8 gr intramuskuler, 4 gr di bokong kanan dan 4 gr di bokong kiri.
• Infuse dextrose 5% dan Ringer Laktat

b. Diagnosa
 Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ ( va-
sospasme dan peningkatan tekanan darah
 Tujuan
• Tidak terjadi kejang pada ibu
 Kriteria Hasil
• Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
 Tanda-tanda vital :
• Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg,
• Suhu: 36-37
• Nadi : 60-80 x/mnt, RR : 16-20 x/mnt
INGTERVENSI RASIONAL
 Monitor tekanan darah  . Tekanan diastole > 110
tiap 4 jam mmHg dan sistole 160 atau
lebih merupkan indikasi dari
PIH
 Catat tingkat kesadaran  Penurunan kesadaran sebagai
pasien indikasi penurunan aliran
darah otak
 Kaji adanya tanda-tanda  Gejala tersebut merupakan
eklampsia ( hiperaktif, manifestasi dari perubahan
reflek patella dalam, pada otak, ginjal, jantung dan
penurunan nadi,dan paru yang mendahului status
respirasi, nyeri kejang
epigastrium dan oliguria )
 Monitor adanya tanda-  Kejang akan meningkatkan
tanda dan gejala kepekaan uterus yang akan
persalinan atau adanya memungkinkan terjadinya
kontraksi uterus persalinan.
 5. Kolaborasi dengan  5. Anti hipertensi untuk
tim medis dalam menurunkan tekanan darah
pemberian anti hipertensi dan SM untuk mencegah
dan SM terjadinya kejang
 Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada
plasenta
 Tujuan
•Tidak Terjadi Foetal Distress Pada Janin
INTERVENSI RASIONAL

 Monitor DJJ sesuai indikasi  Peningkatan DJJ sebagai


 Kaji tentang pertumbuhan indikasi terjadinya hipoxia,
janin prematur dan solusio plasenta
 Jelaskan adanya tanda-tanda  Penurunan fungsi plasenta
solutio plasenta ( nyeri mungkin diakibatkan karena
perut, perdarahan, rahim hipertensi sehingga timbul
tegang, aktifitas janin turun IUGR
)  Ibu dapat mengetahui tanda dan
 Kaji respon janin pada ibu gejala solutio plasenta dan tahu
yang diberi SM akibat hipoxia bagi janin
 Kolaborasi dengan medis
dalam pemeriksaan USG
dan NST  Reaksi terapi dapat menurunkan
pernafasan janin dan fungsi
jantung serta aktifitas janin
 Anti hipertensi untuk
menurunkan tekanan darah dan
SM untuk mencegah terjadinya
kejang
 6. USG dan NST untuk
mengetahui
keadaan/kesejahteraan janin
 Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan jalan
lahir
 Tujuan
• Tidak terjadi nyeri atau ibu dapat mengantisipasi nyerinya
 Kriteria Hasil
• Ibu mengerti penyebab nyerinya
• Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya
INTERVENSI RASIONAL
 Kaji tingkat intensitas nyeri  Ambang nyeri setiap orang
pasien berbeda ,dengan demikian
 Jelaskan penyebab nyerinya akan dapat menentukan
 Ajarkan ibu mengantisipasi tindakan perawatan yang
nyeri dengan nafas dalam sesuai dengan respon pasien
bila HIS timbul terhadap nyerinya.
 Bantu ibu dengan  Ibu dapat memahami
mengusap/massage pada penyebab nyerinya sehingga
bagian yang nyeri bisa kooperatif
 Dengan nafas dalam otot-
otot dapat berelaksasi ,
terjadi vasodilatasi
pembuluh darah, expansi
paru optimal sehingga
kebutuhan 02 pada jaringan
terpenuhi
 untuk mengalihkan
perhatian pasien
 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan Ketidakmampuan
dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi.
 Tujuan
•Nafsu Makan Meningkat Atau Normal
 Kriteria Hasil
• BB meningkat atau normal
• tidal ada tanda-tanda mal nutrisi
• kekuatan menggenggan
INTERVENSI RASIONAL
 Kaji adanya alergi makanan  Untuk mengetahui apakah
 Anjurkan pasien untuk pasien ada alergi makanan
meningkatkan intake Fe  intake fe dapat
 Berikan substansi gula meningkatkan kekuatan
 Berikan makanan yang tulang
terpilih (sudah  substansi gula dapat
dikonsultasikan dengan ahli meningkatkan energi pasien
gizi)  Untuk memenuhi status gizi
 Ajarkan pasien bagaimana pasien
membuat catatan makanan  Catatan harian makanan
harian dapat mengetahui asupan
nutrisi pasien
 Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap
proses persalinan
 Tujuan :
• Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang
 Kriteria Hasil :
•bu tampak tenang
• Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
• Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang
INTERVENSI RASIONAL
 tingkat kecemasan ibu  Tingkat kecemasan ringan dan
 Jelaskan mekanisme proses sedang bisa ditoleransi dengan
persalinan pemberian pengertian
 gali dan tingkatkan mekanisme sedangkan yang berat
koping ibu yang efektif diperlukan tindakan
 Beri support system pada ibu medikamentosa
 Pengetahuan terhadap proses
persalinan diharapkan dapat
mengurangi emosional ibu yang
maladaptive.
 Kecemasan akan dapat teratasi
jika mekanisme koping yang
dimiliki ibu efektif
 ibu dapat mempunyai motivasi
untuk menghadapi keadaan
yang sekarang secara lapang
dada asehingga dapat membawa
ketenangan hat
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai