Anda di halaman 1dari 21

KONSEP KEHILANGAN,

KEMATIAN, DAN
BERDUKA
PSIKOSOSIAL DAN KEBUDAYAAN
KEPERAWATAN ( KELOMPOK 2)

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
NAMA KELOMPOK:
• BERNADETHA INA DONA
• MUHAMMAD ISRAK YUNANZA
• NORDIANA
• SERLYE MARENSISCA
• SONDANG VINCENSIA MAG-
DALENA
Agenda Style

A KEHILANGAN

B KEMATIAN

C BERDUKA
A. KEHILANGAN
A. Kehilangan
a. pengertian
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan
sesuatu yang sebelumnya ada kemudian menjadi tidak ada, baik
terjadi sebagian atau keseluruhan (Potter & Perry, 2005). Kehilan-
gan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehi-
langan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau
memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut.
b. 5 konsep kehilangan
Ada 5 konsep kehilangan. Yaitu:
• Kehilangan objek eksternal
Kehilangan ini mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi usang, berpin-
dah tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam. Kedalaman berduka yang
dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang bergantung pada nilai yang
dimiliki orang tersebut terhadap benda yang dimilikinya.

• Kehilangan Lingkungan yang telah Dikenal


Kehilangan ini mencakup meninggalkan lingkungan yang telah dikenal selama
periode tertentu/kepindahan secara permanen.

• Kehilangan Orang Terdekat


Kehilangan yang terjadi pada orang-orang terdekat seperti orangtua, pasangan,
anak-anak, saudara sekandung, guru, dll.
• Kehilangan Aspek Diri
Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis,
atau psikologis. Kehilangan ini dapat terjadi karena penyakit, cedera, atau pe-
rubahan perkembangan situasi.

• Kehilangan Hidup
Kehilangan ini ada pada orang-orang yang akan menghadapi kematian sampai
dengan terjadinya kematian. Hal ini sering menyebabkan kehilangan kontrol ter-
hadap diri sendiri, gelisah, takut, bergantung pada orang lain, putus asa dan
malu.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehi-
langan
1) Faktor Perkembangan
 Anak-anak
•Belum mengerti seperti orang dewasa, belum bisa merasakan.
•Belum menghambat perkembangan.
•Bisa mengalami regresi.

 Orang dewasa
•Kehilangan membuat orang menjadi mengenang tentang hidup, tujuan hidup.
•Menyiapkan diri bahwa kematian adalah hal yang tidak bisa dihindari.
•Faktor Keluarga
•Keluarga mempengaruhi respond an ekspresi kesedihan. Anak terbesar biasanya menun-
jukkan sikap kuat, tidak menunjukkan sikap sedih secara terbuka
2) Faktor Sosial Ekonomi
Apabila yang meninggal merupakan penanggung jawab ekonomi keluarga, berarti
kehilangan orang yang dicintai sekaligus kehilangan secara ekonomi. Dan hal ini
bisa mengganggu kelangsungan hidup.

3) Faktor Kultural
Kultur mempengaruhi manifestasi fisik dan emosi. Kultur barat menganggap kesedi-
han adalah sesuatu yang sifatnya pribadi sehingga hanya diutarakan pada keluarga,
kesedihan tidak ditunjukkan pada orang lain.

4) Faktor Agama
Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan rasa aman. Menyadarkan bahwa
kematian sudah ada dikonsep dasar agama. Tetapi ada juga yang menyalahkan
Tuhan akan kematian.

5) Faktor Penyebab Kematian


Seseorang yang ditinggal anggota keluarga dengan tiba-tiba akan menyebabkan
goncangan jiwa yang berat dan tahapan kehilangan yang lebih lama.
d. Rentang respon kehilangan
Berikut penjelasan skema rentang respon kehilangan:

1) Fase Denial (Penyangkalan)


Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan yang ada. Selalu ada verbalisasi “itu
tidak mungkin”, “saya tidak percaya itu terjadi” yang tercantum dalam otaknya. Terjadi perubahan
fisik seperti letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat,
menangis, gelisah.

2) Fase Anger (Kemarahan)


Mulai sadar akan kenyataan. Marah diproyeksikan pada orang lain. Terjadi reaksi fisik seperti
muka merah, nadi cepat, gelisah, sudah tidur, tangan mengepal. Berperilaku agresif.

3) Fase Bargaining (Tawar Menawar)


Adanya tawar menawar seperti verbalisasi “kenapa harus terjadi pada saya?“ dinetralkan menjadi
“seandainya saya berhati-hati, pasti tidak terjadi pada saya”. Maksud disini adalah adanya suatu
mekanisme pertahanan diri untuk tidak menyalahkan diri sendiri.
4) Fase Depression (Depresi)
Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa. Gejala yang timbul
adalah menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.

5) Fase Acceptance (Penerimaan)


Pikiran pada objek yang hilang berkurang. Verbalisasi ”apa yang dapat saya lakukan
agar saya cepat sembuh?” dan juga “yah, akhirnya saya harus operasi”.
e. Dampak kehilangan
Kehilangan bisa mengakibatkan dampak dalam hidup seseorang seperti berikut ini.

1) Pada masa anak-anak


Kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk berkembang, kadang akan timbul re-
gresi serta rasa takut untuk ditinggalkan atau dibiarkan kesepian.

2) Pada masa remaja atau dewasa muda


Kehilangan dapat menyebabkan disintegrasi dalam keluarga atau suatu kehancuran ke-
harmonisan keluarga.

3) Pada masa dewasa tua


Kehilangan khususnya kematian pasangan hidup dapat menjadi pukulan yang sangat
berat dan menghilangkan semangat hidup orang yang ditinggalkan.
B. KEMATIAN
B. Kematian
a. Pengertian
Kematian merupakan suatu fenomena yang sangat misterius dan
rahasia. Di dunia ini, tidak ada satupun makhluk yang mampu
mengetahui waktu terjadinya kematian pada diri makhluk tesebut.
Menurut Papalia (2008) kematian merupakan fakta biologis, akan
tetapi juga memiliki aspek sosial, kultural, historis, religius, legal,
psikologis, perkembangan, medis, dan etis.
b. Macam-macam kematian
Kematian dibagi dibagi menjadi beberapa jenis, jenis-jenis kematian tentu akan mempengaruhi rasa
berduka cita atau duka cita pada seseorang. Terdapat dua jenis kematian antara lain kematian yang tiba-
tiba dan kematian yang diantisipasi (Ann dan Lee, 2001).

1) Kematian yang diantisipasi

Menurut Ann dan Lee (2001) dapat dipahami sebagai reaksi akan kesadaran terhadap kehilangan di
waktu yang akan datang. Beberapa orang percaya bahwa kematian yang telah diketahui terlebih dahulu
atau diantisipasi terlebih dahulu dapat memudahkan orang-orang untuk mengatasi duka cita daripada
kematian secara tiba-tiba.

2)Kematian Mendadak

Pada kematian mendadak dapat muncul dalam konteks tertentu Misalnya, perang mengakibatkan suatu
keadaan tertentu yang melingkupi kematian, dan keadaan ini mempengaruhi sikap seseorang dalam
mengatasi rasa berduka cita.
Seseorang yang kehilangan karena kematian secara mendadak biasanya menginginkan informasi se-
cepatnya dan biasanya yang detail mengenai penyebab kematian, guna membantu orang yang kehilan-
gan untuk segera merasakan kehilangan.
C. BERDUKA
C. Berduka
a.Pengertian
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifes-
tasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.

NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka
disfungsional. Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehi-
langan. Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman indi-
vidu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun
potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional.
b. jenis-jenis berduka
1) Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap ke-
hilangan.Misalnya, kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian, dan menari diri dari ak-
tivitas untuk sementara.
2) Berduka antisipatif, yaitu proses’melepaskan diri’ yng muncul sebelum kehilangan
atau kematian yang sesungguhnya terjadi.Misalnya, ketika menerima diagnosis terminal,
seseorang akan memulai proses perpisahan dan menyesuaikan beragai urusan didunia
sebelum ajalnya tiba
3) Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap berikut-
nya,yaitu tahap kedukaan normal.Masa berkabung seolah-olah tidak kunjung berakhir
dan dapat mengancam hubungan orang yang bersangkutan dengan orang lain.
4) Berduka tertutup, yaitu kedudukan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara
terbuka.Contohnya:Kehilangan pasangan karena AIDS, anak mengalami kematian
orang tua tiri, atau ibu yang kehilangan anaknya di kandungan atau ketika bersalin.
c. Respon berduka
Respons berduka seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap-tahap
berikut(Kubler-Ross, dalam Potter dan Perry,1997). Tahap tersebut Antara lain :

1) Tahap Pengingkaran.
Reaksi individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya, ataua meng-
ingkari kenyataan bahwa kehilangan benar- benar terjadi.

2) Tahap Marah.
Pada tahap ini individu menolak kehilangan. Kemarahan yang timbul sering diproyek-
sikan kepada orang lain atau dirinya sendiri.Orang yang mengalami kehilangan juga
tidak jarang menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menyerang orang lain,
menolak pengobatan, bahkan menuduh dokter atau perawat tidak berkompeten.
3) Tahap Tawar-menawar.
Pada tahap ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya kehilangan dan
dapat mencoba untuk membuat kesepakatan secara halus atau terang-terangan seolah
kehilangan tersebut dapat dicegah.

4) Tahap depresi.
Pada tahap ini pasien sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang-kadang bersikap
sangat menurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusan, rasa tidak berharga, bahkan
bisa muncul keinginan bunuh diri.

5) Tahap Penerimaan.
Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu ber-
pusat pada objek yg hilang akan mulai berkurang atau bahkan hilang. Perhatiannya
akan beralih pada objek yg baru.Apabila individu dapat memulai tahap tersebut dan
menerima dengan perasaan damai, maka dia dapat mengakhiri proses kehilangan se-
cara tuntas.
Thank you
Do you have any question?

Anda mungkin juga menyukai