LAN
NAMA KELOMPOK:
SARIYANTI
SERLYE MARENSISCA
SYIFA NOVI AYUNI
SONDANG VINCENSIA
LOGO
3. Preklamsi dan eklamsi yang terjadi atas dasar hipertensi yang kronis.
Pasien dengan hipertensi yang kronis sering memberat penyakitnya dengan kehami-
lan, dengan gejala-gejala hipertensi naik, proteinuri, oedem dan kelainan retina.
4. Transient hypertension.
Diagnosa dibuat kalau timbul hipertensi dalam kehamilan atau dalam 24 jam per-
tama dari nifas pada wanita yang tadinya normotensif dan yang hilang dalam 10 hari
post partum.
b. etiologi
Hipertensi pada kehamilan jauh lebih besar kemungkinannya timbul pada wanita
yang :
1. Terpajan ke vilus korion untuk pertama kali
2. Terpajan ke vilus korion dalam jumlah sangat besar, seperti pada kehamilan kem-
bar atau mola hidatiosa
3. Sudah mengidap penyakit vaskular
4. Secara genetis rentan terhadap hipertensi yang timbul saat hamil
c. Patofisiologi
Vasospasme adalah dasar patofisiologi hipertensi. Konsep ini yang pertama kali dian-
jurkan oleh volhard (1918), didasarkan pada pengamatan langsung pembulh-pembu-
luh darah halus dibawah kuku, fundus okuli dan konjungtiva bulbar, serta dapat
diperkirakan dari perubahan-perubahan histologis yang tampak di berbagai organ
yang terkena. Konstriksi vaskular menyebabkan resistensi terhadap aliran darah dan
menjadi penyebab hipertensi arterial. Besar kemungkinan bahwa vasospasme itu
sendiri menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah.
Selain itu, angiotensin II menyebabkan sel endotel berkonstraksi. Perubahan-peruba-
han ini mungkin menyebabkan kerusakan sel endotel dan kebocoran di celah antara
sel-sel endotel.
d. Manefestasi klinis
Manifestasi klinis untuk Hipertensi ringan dalam kehamilan antara lain :
1. Tekanan darah diastolik < 100 mmHg
2. Proteinuria samar sampai ¬¬¬+1
3. Peningkatan enzim hati minimal
2) progniosis
Prognosis selalu dipengaruhi oleh komplikasi yang menyertai penyakit tersebut.
Prognosis untuk hipertensi dalam kehamilan selalu serius. Penyakit ini adalah
penyakit paling berbahaya yang dapat mengenai wanita hamil dan janinnya.
f. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaannya antara lain :
1) Deteksi prenatal dini
Waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia kehamilan 28
mingg, kemudian setiap 2 minggu hingga usia kehamilan 36 minggu, setelah itu se-
tiap minggu.
3. Analisis untuk proteinuria saat masuk dan kemudian paling tidak setiap 2 hari.
4. Pengukuran tekanan darah da.lam posisi duduk setiap 4 jam kecuali antara ten-
gah malam dan pagi hari
5. Pengukuran kreatinin plasma atau serum, gematokrit, trombosit, dan enzim hati
dalam serum, dan frekuensi yang ditentukan oleh keparahan hipertensi.
6. Evaluasi terhadap ukuran janin dan volume cairan amnion baik secara klinis
maupun USG.
7. Terminasi kehamilan.
8. Pada hipertensi sedang atau berat yang tidak membaik setelah rawat inap bi-
asanya dianjurkan pelahiran janin demi kesejahteraan ibu dan janin.
10. Pemakaian obat antihipertensi sebagai upaya memperlama kehamilan atau mem-
odifikasi prognosis perinatal pada kehamilan dengan penyulit hipertensi dalam
berbagai tipe dan keparahan telah lama menjadi perhatian.
12. Wanita dengan hiperetensi berat biasanya harus segera menjalani pelahiran.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik yaitu proses
keperawatan. Proses keperawatan dipakai untuk membantu perawat dalam
melakukan praktek keperawatan secara sistematis dalam mengatasi masalah keper-
awatan yang ada (Budianna Keliat, 1994, 2 ).
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan
hubungan kerja sama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai
tingkat kesehatan yang optimal ( Carpenito, 2000, 2 ).
1) Identitas pasien
Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insiden lebih tiga kali lipat. Pada
wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun dapat terjadi hipertensi laten.
a) Keluhan utama
Pasien dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan berupa seperti sakit
kepala terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-kunang, pandangan mata
kabur, proteinuria (protein dalam urin), peka terhadap cahaya, nyeri ulu hati.
e) Riwayat psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
d) Riwayat maternal
Kehamilan ganda memiliki resiko lebih dari dua kali lipat.
2) Pengkajian sistem tubuh
• B1 (Breathing)
Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan atau tanpa sputum,
riwayat merokok, penggunaan obat bantu pernafasan, bunyi nafas tambahan,
sianosis.
• B2 (Blood)
Gangguan fungsi kardiovaskular pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya af-
terload jantung akibat hipertensi. Selain itu terdapat perubahan hemodinamik, pe-
rubahan volume darah berupa hemokonsentrasi. Pembekuan darah terganggu waktu
trombin menjadi memanjang.
• B3 (Brain)
Lesi ini sering karena pecahnya pembuluh darah otak akibat hipertensi. Kelainan ra-
diologis otak dapat diperlihatkan dengan CT-Scan atau MRI. Otak dapat mengalami
edema vasogenik dan hipoperfusi. Pemeriksaan EEG juga memperlihatkan adanya ke-
lainan
• B4 (Bladder)
Riwayat penyakit ginjal dan diabetes mellitus, riwayat penggunaan obat diuretic juga
perlu dikaji. Seperti pada glomerulopati lainnya terdapat peningkatan permeabilitas
terhadap sebagian besar protein dengan berat molekul tinggi
• B5 (Bowel)
Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang mengandung tinggi
garam, protein, tinggi lemak, dan kolesterol, mual, muntah, perubahan berat badan,
adanya edema.
• B6 (Bone)
Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai,sakit kepala sub
oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada, nyeri ulu hati. Keamanan meliputi gang-
guan cara berjalan, parestesia, hipotensi postural
b. diagnosa
Diagnosa keperawatan ditegakkan melalui analisis cermat terhadap hasil pengkajian.
Diagnosa keperawatan yang umum untuk orang tua dengan gangguan hipertensi
pada kehamilan meliputi hal-hal berikut.
1) Perubahan perfusi jaringan/organ
• Hipertensi
• Vasospasme siklik
• Edema serebral
• Perdarahan
1) Perubahan perfusi jaringan b.d. Hipertensi, Vasospasme siklik, Edema serebral, Per-
darahan
• Tujuan : tidak terjadi vasospasme dan perfusi jaringan tidak terjadi
• Kriteria hasil : klien akan mengalami vasodilatasi ditandai dengan diuresis, penu-
runan tekanan darah, edema
Implementasi Rasional
1. Memantau asupan oral 1. MGSO4 adalah obat anti ke-
dan ifus IV MGSO4 jang yang bekerja pada sam-
bungan mioneural dan mere-
2. Memantau urin yang
laksasi vasospasme sehingga
kluar
menyebabkan peningkatan
3. Memantau edema yang perfusi ginjal, mobilisasi cairan
terlihat ekstra seluler (edema dan di-
uresis
4. Mempertahankan tirah
baring total dengan po- 2. Tirah baring menyebabkan ali-
sisi miring ran darah urtero plasenta,
yang sering kali menurunkan
tekanan darah dan
meningkatkan dieresis
2) Resiko cedera tinggi pada ibu b.d. iritabilitas SSP
Tujuan : gangguan SSP akan menurun mencapai tingkat normal
Kriteria hasil : klien tidak mengalami kejang
Implementasi Rasional
1. Monitor DJJ sesuai indikasi Peningkatan DJJ sebagai indikasi ter-
2. Kaji tentang pertumbuhan janin jadinya hipoxia, prematur dan solu-
sio plasenta
3. Jelaskan adanya tanda-tanda so-
Penurunan fungsi plasenta mungkin
lutio plasenta ( nyeri perut, per-
diakibatkan karena hipertensi se-
darahan, rahim tegang, aktifitas
hingga timbul IUGR
janin turun )
Ibu dapat mengetahui tanda dan ge-
4. Kaji respon janin pada ibu yang
jala solutio plasenta dan tahu akibat
diberi SM
hipoxia bagi janin
5. Kolaborasi dengan medis dalam
pemeriksaan USG dan NST Reaksi terapi dapat menurunkan
pernafasan janin dan fungsi jantung
serta aktifitas janin
Implementasi Rasional
1. Mendapatkan data-data data-data dasar dugunakan
dasar (misal DTRs,klonus) untuk memantau hasil terapi
MGSO4 adalah obat anti ke-
2. Memantau pemberian IV
jang yang bekerja pada sam-
MgSO4 dan kadar serum
bungan mioneural dan mere-
MgSO4
laksasi vasospasme
3. mengkaji adanya kemungki-
Dosis yang berlebih akan
nan keracunan MgSO4
membuat kerja otot menurun
4. mempertahankan lingkungan sehingga dapat menyebabkan
yang tenang, gelap dan nya- depresi pernapasan berat
man Rangsangan kuat, misalnya
cahaya terang dan suara keras
dapat menimbulkan kejang
4) Kecemasan berhubungan dengan ancaman cedera pada bayi sebelum lahir
• Tujuan: ansietas dapat teratasi
• Kriteria hasil:
1. Tampak rileks, dapat istirahat dengan tepat
2. Menuujukkan ketrampilan pemecahan masalah
Intervensi Rasional
Mandiri Mandiri
1. Kaji tingkat ansietas pasien. 1. Membantu menentukan jenis
Perhatikan tanda depresi dan intervensi yang diperlukan
pengingkaran
2. Membuat perasaan terbuka dan
2. Dorong dan berikan kesem- bekerja sama untuk mem-
patan untuk pasien atau berikan informasi yang akan
orang terdekat mengajukan membantu mengatasi masalah
pertanyaan dan menyatakan
3. Keterlibatan meningkatka
masalah
perasaan berbagi, manguatkan
3. Dorong orang terdekat perasaan berguna, memberikan
berpartisipasi dalam asuhan, kesempatan untuk mengakui
sesuai indikasi kamampuan individu dan
memperkecil rasa takut karena
THANK YOU