1. Endometritis
a. Kadang-kadang lokia tertahan dalam uteruus oleh darah, sisa plasenta dan
selaputketuban yang disebut lokiometra dan dapat selaputketuban yang disebut
lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu. nyebabkan kenaikan suhu.
b. Uterus agak membesar, nyeri pada perabaaan dan lembek.
2. Septikemia
a. Sejak permulaan, Sejak permulaan, pasien sudah pasien sudah sakit dan sakit dan
lemah.
b. Sampai 3 hari pasca persalinan suhu meniingkat dengan cepat, biasanya disertai
menggigil.
c. Suhu sekitar 39-40 derajat selsius, keaddaan umum cepat memburuk, nadi cepat
(140-160 kali per menit atau lebih).
d. Pasien dapat meninggal dalam 6-7 hari paasca persalinan.
3. Piemia
a. Tidak lama pasca persalinan, pasien sudaah merasa sakit, perut nyeri dan suhu
agak meningkat.
b. Gejala infeksi umum dengan suhu tinggi sserta menggigil terjadi setelah kuman
dengan emboli memasuki peredaran darah umum.
c. Ciri khasnya khasnya adalah berulang-ulang berulang-ulang suhu meningkat
meningkat dengan cepat d cepat disertai isertai menggigil lalu diikuti oleh
turunnya suhu.
d. Lambat laun timbul gejala abses paru, pnneumonia dan pleuritis.
4. Peritonitis
a. Pada peritonotis umum terjadi peningkataan suhu tubuh, nadi cepat dan kecil,
perut kembung dan perut kembung dan nyeri, dan ada defense musculair nyeri,
dan ada defense musculaire.
b. Muka yang semula kemerah-merahan menjadii pucat, mata cekung, kulit muka
dingin; terdapat fasies hippocratica.
c. Pada peritonitis y peritonitis yang terbatas didaerah terbatas didaerah pelvis, g
pelvis, gejala tidak ejala tidak seberat peronitis seberat peronitis umum.
d. Peritonitis yang terbatas : pasien demamm, perut bawah nyeri tetapi keadaan
umum tidak baik.
e. Bisa terdapat pembentukan abses.
5. Selulitis Pelvik
a. Bila suhu tinggi menetap lebih dari satuu minggu disertai rasa nyeri di kiri atau
kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya selulitis pelvika.
b. Gejala akan semakin lebih jelas pada perrkembangannya.
c. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahaanan padat dan nyeri di sebelah dan
nyeri di sebelah uterus. uterus.
d. Di tengah jaringan yang meradang itu bissa timbul abses dimana suhu yang
mulamula tinggi menetap, menjadi naik turun disertai menggigil.
e. Pasien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut.
6. Tromboflebitis
Perluasan infeksi nifas yang paling sering ialah perluasan atau invasi mikroorganisme
patogen yang mengikuti aliran darah di sepanjang vena dan cabangcabangnya
sehingga terjadi tromboflebitis.
7. Metritis
Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab
terbesa penyebab terbesar kematian kematian ibu. Bila pengobatan terl pengobatan
terlambat atau kurang a kurang adekuat dapat menjadi abses pelviks, peritonitis, syok
septik, thrombosis vena yang dalam, emboli pulmonal, infeksi pelvik y pulmonal,
infeksi pelvik yang menahun, dispareunia ang menahun, dispareunia, penyumbatan
tuba dan infe , penyumbatan tuba dan infertilitas. rtilitas.
2.2 Prinsip Umum, Penilaian & Penanganan Hipertensi Dalam Obstetri Dan
Preeklamsia/Eklamsia.
1. HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Penyakit hipertensi dalam kehamilan adalah komplikasi yang serius trimester
kedua-ketiga dengan gejala klinis seperti: odema hipertensi ,proteinuria, kejang
sampai koma dengan umur kehamilan di atas 20 minggu, dan dapat terjadi
antepartum, intrapartum, pascapartus (Manuaba, 2001)
2. PREEKLAMSIA
Terdapat 2 jenis pre-eklamsia yakni ringan dan berat dikatakan ringan bila TD
>140 mmHg dan dikatakan berat bila >160 mmHg. Odema ialah Penimbunan cairan
secara umum dan berlebih dalam jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui dari
kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka.
A. PENANGANAN PENILAIAN
Penilaian awal ialah langkah pertama untuk menentukan dengan cepat kasus
obstetri yang dicurigai dalam keadaan gawat darurat dan membutuhkan pertolongan
segera dengan mengidentifikasi penyulit (komplikasi) yang dihadapi. Dalam penilaian
awal ini, anamnesis lengkap belum dilakukan. Anamnesis awal dilakukan bersama-
sama periksa pandang, periksa raba, dan penilaian tanda vital dan hanya untuk
mendapatkan informasi yang sangat penting berkaitan dengan kasus. Misalnya,
apakah kasus mengalami perdarahan, demam, tidak sadar, kejang, sudah mengejan
atau bersalin berapa lama, dan sebagainya. Fokus utama penilaian apakah ibu
memiliki riwayat hipertensi atau tidak, dan menilai apakah ada tanda-tanda dan data
lab yang menunjukkan bahwa ibu akan mengalami preeklamsia. Hipertensi tanpa
proteinuria yang timbul setelah kehamilan 20 minggu dan menghilang setelah
persalinan
1. PENILAIAN HIPERTENSI
Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan darah normal di usia
kehamilan <12 minggu
Dapat disertai tanda dan gejala preeklampsia, seperti nyeri ulu hati di
trombositopenia
2. PENILAIAN PREEKLAMSIA
Preeklampsia Ringan
Preeklampsia Berat
Ibu dengan riwayat hipertensi kronik (sudah ada sebelum usia kehamilan 20
minggu)
Jika pasien sebelum hamil sudah mendapat obat antihipertensi, dan terkontrol
dengan baik, lanjutkan pengobatan tersebut
Jika tekanan diastolik >110 mmHg atau tekanan sistolik >160 mmHg, berikan
antihipertensi
Jika terdapat proteinuria atau tanda-tanda dan gejala lain,
pikirkan superimposedpreeklampsia dan tangani seperti preeklampsia
Berikan suplementasi kalsium1,5-2 g/hari dan aspirin 75 mg/hari mulai dari usia
kehamilan 20 minggu
Pantau pertumbuhan dan kondisi janin.
Jika tidak ada komplikasi, tunggu sampai aterm.
Jika denyut jantung janin <100 kali/menit atau >180 kali/menit, tangani seperti
gawat janin.
Jika terdapat pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan.
C. PENANGANAN PREEKLAMSIA
Keadaan serviks.
Bila terjadi kejang, perhatikan jalan napas, pernapasan (oksigen), dan sirkulasi
(cairan intravena).
MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklampsia
(sebagai tatalaksana kejang) dan preeklampsia berat (sebagai pencegahan
kejang). Cara pemberian dapat dilihat di halaman berikut.
Pada kondisi di mana MgSO4 tidak dapat diberikan seluruhnya, berikan dosis
awal (loading dose) lalu rujuk ibu segera ke fasilitas kesehatan yang memadai.
Lakukan intubasi jika terjadi kejang berulang dan segera kirim ibu ke ruang ICU
(bila tersedia) yang sudah siap dengan fasilitas ventilator tekanan positif.
A. Penilaian Dasar
a. Definisi partus macet
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi,
dan lebih dari 18 jam pada multi. Partus lama adalah persalinan dengan tidak ada
penurunan kepala > 1 jam untuk nulipara dan multipara. (Sarwono, 2008)
Persalinan macet adalah gangguan kemajuan persalinan (kala I) yang di ukur
dalam batasan waktu dua jam sejak pemeriksaan terahir atau setelah dilakukan
pimpinana persalinan kala II. Pada keadaan tertentu batasan waktu digantikan
dengan kelajuan proses untuk menentukan kemajuan persalinan, misalnya pada kasus
distosia bahu. Proses kemajuan persalinan pada kala I dapat dinilai dari partograf atau
kurve friedman sebagai instrumen analisis.
Sebagian besar partus lama menunjukan pemanjangan kala I. Adapun yang
menjadi penyebabnya yaitu, serviks gagal membuka penuh dalam jangaka waktu
yang layak. (Harry, 2010)
Harus pula kita bedakan dengan partus tak maju, yaitu suatu persalinan
dengan his yang adekuat yang tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan
serviks, turunnya kepala dan putaran paksi selama 2 jam terakhir.
B. Penilaian Awal Partus Macet
b. Etiologi Partus Lama/Macet Menurut Sarwono (2010) sebab-sebab persalinan
lama dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Kelainan Tenaga (Kelainan His) His yang tidak normal dalam kekuatan
atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim
terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan
mengalami hambatan atau kemacetan.
Jenis-jenis kelainan his yaitu:
a. Inersia Uteri
2. Kelainan Janin
Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan
dalam letak atau bentuk janin (Janin besar atau ada kelainan konginetal
janin)
2.4 Prinsip Umum, Penilaian, Penanganan Persalinan Preterm.
1. Persalinan Prematur
a. Pengertian
Persalinan premature Menurut World Health Organization (WHO) didefinisikan
persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat janin kurang dari
2500 gram.9,10 Persalinan prematur adalah kejadian kontraksi uterus secara teratur yang
menyebabkan penipisan atau dilatasi serviks sebelum kehamilan berusia lengkap 37
minggu.
b. Faktor Risiko
Secara teoritis faktor risiko prematur dibagi menjadi 4 faktor, yaitu faktor iatrogenik,
faktor maternal, faktor janin, dan faktor perilaku. Faktor iatrogenic merupakan faktor dari
kesehatan medis. Faktor maternal meliputi riwayat prematur sebelumnya, umur ibu,
paritas ibu, plasenta previa, kelainan serviks, hidramnion, infeksi intra-amnion, hipertensi
dan trauma. Faktor janin meliputikehamilan kembar, janin mati, dan cacat bawaan. Faktor
perilaku meliputi ibu yang merokok dan minum alkohol
1) Faktor Iatrogenik
2) Faktor Maternal
a.Usia Ibu
b.Riwayat Kelahiran Prematur
c. Riwayat Abortus
d.Paritas
e.Trauma
f. Infeksi.
g. Kesenjangan Ras dan Etnik
h. Pekerjaan
i. Jarak Kehamilan
j. Inkompetensi Servik
3) Faktor Janin
a. Kehamilan Kembar
b. Janin Mati dalam Rahim (IUFD)
c. Kelainan Kongenital
4) Gaya Hidup
a. Merokok
b. Alkohol dan obat-obatan
A. Pengertian Kegawatdaruratan
Istilah kegawatan dan kegawatdaruratan adalah suatu keadaan yang serius, yang harus
mendapatkan pertolongan segera. Kegawatdaruratan dalam kebidanan adalah kegawatan atau
kegawatdaruratan yang terjadi pada wanita hamil, melahirkan atau nifas (Maryunani A,
2016:28).
B. Prinsip dasar penanganan gawat darurat
Dalam menangani kasus gawatdaruratan, penentuan masalah utama (diagnosis) dan tindakan
pertolongan harus dilakukan dengan cepat,tepat, dan tenang (tidak panik), walaupun suasana
keluarga pasien ataupun pengantarannya mungkin dalam kepanikan. Semuanya dilakukan
dengan cepat, tepat dan terarah (Maryunani A dan Eka P, 2013:1 - 3).
1) Menghormati pasien
2) Kelembutan
3) Komunikatif
4) Hak pasien
5) Dukungan keluarga
C Prinsip umum
penanganan kasus gawat darurat Dalam prinsip umum, petugas kesehatan dan pasien adalah
sama –sama subjek, sebagai mitra yang bekerja sama dalam menangani suatu kondisi suatu
kasus kegawatdaruratan (Maryunani A dan Eka P, 2013: 3 – 6).
1) Stabilisasi pasien
2) Terapi cairan
3) Resusitasi jantung paru (RJP)
D Pemantauan kandung kemih
E Rujukan
Kesimpulan
Penanganan Infeksi Akut Dalam Obstetri terdiri dari beberapa bagian yaitu ada
endometritis,Septikemia,Piemia,Peritonitis,Selulitis Pelvik,Tromboflebitis,Metritis,Prognosis.
Penyakit hipertensi dalam kehamilan adalah komplikasi yang serius trimester kedua-ketiga
dengan gejala klinis seperti: odema hipertensi ,proteinuria, kejang sampai koma dengan umur
kehamilan di atas 20 minggu, dan dapat terjadi antepartum, intrapartum, pascapartus
(Manuaba, 2001). Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik
atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 4-6 jam pada wanita yang
sebelumnya normotensi.
Istilah partus lama, ada juga yang menyebutnya dengan partus kasep dan partus terlantar.
Persalinan pada primi biasanya lebih lama 5-6 jam dari pada multi. Bila persalinan
berlangsung lama, dapat mmenimbulkan kompilikasi-komplikasi baik terhadap ibu maupun
terhadap anak, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak. Persalinan macet
adalah gangguan kemajuan persalinan (kala I) yang di ukur dalam batasan waktu dua jam
sejak pemeriksaan terahir atau setelah dilakukan pimpinana persalinan kala II.
Persalinan prematur adalah persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau
berat janin kurang dari 2500 gram.9,10 Persalinan prematur adalah kejadian kontraksi uterus
secara teratur yang menyebabkan penipisan atau dilatasi serviks sebelum kehamilan berusia
lengkap 37 minggu.
Istilah kegawatan dan kegawatdaruratan adalah suatu keadaan yang serius, yang harus
mendapatkan pertolongan segera. Kegawatdaruratan dalam kebidanan adalah kegawatan atau
kegawatdaruratan yang terjadi pada wanita hamil, melahirkan atau nifas (Maryunani A,
2016:28).
DAFTAR PUSTAKA
Chen K dan Pohan H.T. 2007. Penatalaksanaan Syok Septik dalam ptik dalam Sudoyo, Aru
W. Sudoyo, Aru W.Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati,
Siti. Buku AjarIlmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Ilmu Penyakit Dalam Jilid I
Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmut Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI. Pp: 187-9Hermawan A.G. 2007. Sepsis daalam Sudoyo, Aru W.
Hermawan A.G. 2007. Sepsis daalam Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi,
Idrus.tiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dal Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi am Jilid III EdisiIV. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Pp: 1840-3Purwadianto A dan
Sampurna B. 2000. Kedaruratan Medik Edisi Revisi. Jakarta: BinaAksara. Pp: 55-6
Heller, Luz. 1983. Ginekologi dan Obstetri. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
http://diyahhalsyah.blogspot.co.id/2015/03/hipertensi-dalam-kehamilan
Manuaba IBG,dkk.2007. Pengantar Kuliah Obstetri . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Manuaba,Chandranita,dkk. 2008. Gawat Darurat Obstetri-Ginekologi dan Obstetri –
Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
http://chiiviolet.blogspot.co.id/2013/12/makalah-kehamilan-dengan-hipertensi
Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. PT Bina
Pustaka. Jakarta
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan . Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono prawirohardjo
Manuwaba, Ida Bagus Gde. 2010 . Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Anonim,2012. Partus Lama. Tersedia di : http://rumahbidanku.blogspot.com/2012/06/partus-
lama.html Diakses tanggal 23 Desember 2013