Anda di halaman 1dari 14

Rumusan Masalah

2 Apa saja Penanganan infeksi akut dalam obstetric ?


3 Apa prinsip umum, penilaian, dan peranganan hipertensi dalam obstetric dan pre
eklamasia/aklamsia?
4 Apa prinsip umum, penilaian, dan persalinan macet?
5 Apa prinsip umum, penilaian, penanganan persalinan preterm?
6 Apa Prinsip umum dalam merujuk kasus gawat darurat obstetric?
2.1 Penanganan Infeksi Akut Dalam Obstetri.

1. Endometritis
a. Kadang-kadang lokia tertahan dalam uteruus oleh darah, sisa plasenta dan
selaputketuban yang disebut lokiometra dan dapat selaputketuban yang disebut
lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu. nyebabkan kenaikan suhu.  
b. Uterus agak membesar, nyeri pada perabaaan dan lembek.

2. Septikemia
a. Sejak permulaan, Sejak permulaan, pasien sudah pasien sudah sakit dan sakit dan
lemah.
b. Sampai 3 hari pasca persalinan suhu meniingkat dengan cepat, biasanya disertai
menggigil.
c. Suhu sekitar 39-40 derajat selsius, keaddaan umum cepat memburuk, nadi cepat
(140-160 kali per menit atau lebih).
d. Pasien dapat meninggal dalam 6-7 hari paasca persalinan.

3. Piemia
a. Tidak lama pasca persalinan, pasien sudaah merasa sakit, perut nyeri dan suhu
agak meningkat.  
b. Gejala infeksi umum dengan suhu tinggi sserta menggigil terjadi setelah kuman
dengan emboli memasuki peredaran darah umum.
c. Ciri khasnya khasnya adalah berulang-ulang berulang-ulang suhu meningkat
meningkat dengan cepat d cepat disertai isertai menggigil lalu diikuti oleh
turunnya suhu.
d. Lambat laun timbul gejala abses paru, pnneumonia dan pleuritis.

4. Peritonitis
a. Pada peritonotis umum terjadi peningkataan suhu tubuh, nadi cepat dan kecil,
perut kembung dan  perut kembung dan nyeri, dan ada defense musculair nyeri,
dan ada defense musculaire.
b. Muka yang semula kemerah-merahan menjadii pucat, mata cekung, kulit muka
dingin; terdapat fasies hippocratica.
c. Pada peritonitis y peritonitis yang terbatas didaerah terbatas didaerah pelvis, g
pelvis, gejala tidak ejala tidak seberat peronitis seberat peronitis umum.
d. Peritonitis yang terbatas : pasien demamm, perut bawah nyeri tetapi keadaan
umum tidak baik.
e. Bisa terdapat pembentukan abses.

5. Selulitis Pelvik
a. Bila suhu tinggi menetap lebih dari satuu minggu disertai rasa nyeri di kiri atau
kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya selulitis pelvika.
b. Gejala akan semakin lebih jelas pada perrkembangannya.
c. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahaanan padat dan nyeri di sebelah dan
nyeri di sebelah uterus. uterus.
d. Di tengah jaringan yang meradang itu bissa timbul abses dimana suhu yang
mulamula tinggi menetap, menjadi naik turun disertai menggigil.
e. Pasien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut.

6. Tromboflebitis
Perluasan infeksi nifas yang paling sering ialah perluasan atau invasi mikroorganisme
patogen yang mengikuti aliran darah di sepanjang vena dan cabangcabangnya
sehingga terjadi tromboflebitis.
7. Metritis
Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu  penyebab
terbesa  penyebab terbesar kematian kematian ibu. Bila pengobatan terl pengobatan
terlambat atau kurang a kurang adekuat dapat menjadi abses pelviks, peritonitis, syok
septik, thrombosis vena yang dalam, emboli  pulmonal, infeksi pelvik y  pulmonal,
infeksi pelvik yang menahun, dispareunia ang menahun, dispareunia, penyumbatan
tuba dan infe , penyumbatan tuba dan infertilitas. rtilitas.

2.2 Prinsip Umum, Penilaian & Penanganan Hipertensi Dalam Obstetri Dan
Preeklamsia/Eklamsia.
1. HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Penyakit hipertensi dalam kehamilan adalah komplikasi yang serius trimester
kedua-ketiga dengan gejala klinis seperti: odema hipertensi ,proteinuria, kejang
sampai koma dengan umur kehamilan di atas 20 minggu, dan dapat terjadi
antepartum, intrapartum, pascapartus (Manuaba, 2001)

2. PREEKLAMSIA

` Pre-Eklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda Hipertensi, Odema, dan


Proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini biasanya timbul pada
Triwulan ke-3 kehamilan tetapi dapat timbul sebelumnya, misalnya pada Mola
Hidatosa. Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada tanda-tanda lain. 

Terdapat 2 jenis pre-eklamsia yakni ringan dan berat dikatakan ringan bila TD
>140 mmHg dan dikatakan berat bila >160 mmHg. Odema ialah Penimbunan cairan
secara umum dan berlebih dalam jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui dari
kenaikan berat badan serta pembengkakan  kaki, jari tangan, dan muka.

A. PENANGANAN PENILAIAN
Penilaian awal ialah langkah pertama untuk menentukan dengan cepat kasus
obstetri yang dicurigai dalam keadaan gawat darurat dan membutuhkan pertolongan
segera dengan mengidentifikasi penyulit (komplikasi) yang dihadapi. Dalam penilaian
awal ini, anamnesis lengkap belum dilakukan. Anamnesis awal dilakukan bersama-
sama periksa pandang, periksa raba, dan penilaian tanda vital dan hanya untuk
mendapatkan informasi yang sangat penting berkaitan dengan kasus. Misalnya,
apakah kasus mengalami perdarahan, demam, tidak sadar, kejang, sudah mengejan
atau bersalin berapa lama, dan sebagainya. Fokus utama penilaian apakah ibu
memiliki riwayat hipertensi atau tidak, dan menilai apakah ada tanda-tanda dan data
lab yang menunjukkan bahwa ibu akan mengalami preeklamsia. Hipertensi tanpa
proteinuria yang timbul setelah kehamilan 20 minggu dan menghilang setelah
persalinan

1. PENILAIAN HIPERTENSI

Saat melakukan penilaian, apabila hasil menunjukkan:

 Tekanan darah ≥140/90 mmHg


 Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau diketahui adanya hipertensi
pada usia kehamilan <20 minggu
 Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
 Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata, jantung, dan ginjal

Maka ibu mengalami hipertensi kronik.


Saat melakukan penilaian, apabila hasil menunjukkan:
 Tekanan darah ≥140/90 mmHg

 Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan darah normal di usia
kehamilan <12 minggu

 Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)

 Dapat disertai tanda dan gejala preeklampsia, seperti nyeri ulu hati di
trombositopenia

 Diagnosis pasti ditegakkan pascapersalinan


Maka ibu mengalami hipertensi gestasional.
Menurut WHO, tekanan darah diangap normal bila kurang dari 135/85 mmHg,
sedangkan dikatakan hipertensi bila lebih dari 140 mmHg dan diantara nilai tersebut
dikatakan normal tinggi (Adib, 2009)

2. PENILAIAN PREEKLAMSIA

 Preeklampsia Ringan

 Tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu


 Tes celup urin menunjukkan proteinuria 1+ atau pemeriksaan protein kuantitatif
menunjukkan hasil >300 mg/24 jam

 Preeklampsia Berat

 Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu


 Tes celup urin menunjukkan proteinuria ≥2+ atau pemeriksaan protein
kuantitatif menunjukkan hasil >5 g/24 jam

Atau disertai keterlibatan organ lain:

 Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopati


 Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas
 Sakit kepala , skotoma penglihatan
 Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
 Edema paru dan/atau gagal jantung kongestif
 Oliguria (< 500ml/24jam), kreatinin > 1,2 mg/dl

 Superimposed preeklampsia pada hipertensi kronik

Ibu dengan riwayat hipertensi kronik (sudah ada sebelum usia kehamilan 20
minggu)

B. PENANGANAN HIPERTENSI DALAM OBSTETRIC

Penanganan hipertensi dalam kehamilan yaitu dengan mengajukan ibu untuk


mengkonsumsi makanan yang bergizi, rendah lemak, karbohidrat, mengurangi garam
dan memperbanyak sayuran serta buah segar. Jika hal ini kondisi ibu tidak membaik
walau sudah diberi obat-obatan, kehamilan harus segera diakhiri meskipun janin
masih belum mencukupi (Murbawi, 2003).

1. PENANGANAN HIPERTENSI KRONIK

 Anjurkan istirahat lebih banyak.


 Pada hipertensi kronik, penurunan tekanan darah ibu akan mengganggu perfusi
serta tidak ada bukti-bukti bahwa tekanan darah yang normal akan memperbaiki
keadaan janin dan ibu.

 Jika pasien sebelum hamil sudah mendapat obat antihipertensi, dan terkontrol
dengan baik, lanjutkan pengobatan tersebut
 Jika tekanan diastolik >110 mmHg atau tekanan sistolik >160 mmHg, berikan
antihipertensi
 Jika terdapat proteinuria atau tanda-tanda dan gejala lain,
pikirkan superimposedpreeklampsia dan tangani seperti preeklampsia

Bila sebelumnya ibu sudah mengkonsumsi antihipertensi, berikan penjelasan


bahwa antihipertensi golongan ACE inhibitor (misalnya kaptopril), ARB (misalnya
valsartan), dan klorotiazid dikontraindikasikan pada ibu hamil. Untuk itu, ibu harus
berdiskusi dengan dokternya mengenai jenis antihipertensi yang cocok selama
kehamilan.

 Berikan suplementasi kalsium1,5-2 g/hari dan aspirin 75 mg/hari mulai dari usia
kehamilan 20 minggu
 Pantau pertumbuhan dan kondisi janin.
 Jika tidak ada komplikasi, tunggu sampai aterm.
 Jika denyut jantung janin <100 kali/menit atau >180 kali/menit, tangani seperti
gawat janin.
 Jika terdapat pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan.

2. PENANGANAN UMUM HIPERTENSI GESTASIONAL


 Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), dan kondisi janin setiap minggu.
 Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklampsia ringan.
 Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat, rawat
untuk penilaian kesehatan janin.
 Beri tahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala preeklampsia dan
eklampsia.
 Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secara normal.

C. PENANGANAN PREEKLAMSIA

Prinsip umum : preeklamsia menetap hingga kehamilan berakhir. Sebagai


konsekuensi, kelahiran janin dan plasenta merupakan  pengobatan satu-satunya .
tujuan penatalaksanaan adalah:
 Mencegah kejang dan komplikasi lainnya.

 Melahirkan bayi hidup.

 Melahirkan dengan trauma minimal terhadap ibu dan bayi

 Mencegah keadaan patologik yang tersisa.

Pasien-pasien dengan tekanan darah yang meningkat diatas 140/90 mm Hg


harus dirawat inapkan untuk evaluasi. Perencanaan kelahiran tergantung  pada :
 Umur kehamilan.

 Beratnya proses penyakit.

 Keadaan serviks.

 Preeklamsia Ringan : bila aterm, kelahiran dianjurkan untuk mencegah komplikasi


ibu dan janin. Sebelum aterm, tirah baring dirumah sakit biasanya dianjurkan
sebagai usaha untuk mempertahankan pasien dalam pengawasan  yang cermat.
Tekanan darah diperiksa 4x/ hari. berat badan, protein urin dan keluaran urin
diperiksa setiap hari. sebagai tambahan, jumlah trombosit, pengeluaran estriol,
nonstress test dan sonografi membantu evaluasi kesehatan ibu dan janin.
 Preeklamsia berat :  pasien dirawat inapkan dengan posisi  tidur miring (rateral
combent position) untuk meningkatkan filtrasi glomerulus. Ttekanan darah,
berat badan, protein urin, masukan  dan keluaran dipantau  dengan ketat.  Tes-
tes diagnostik dasar  mengevaluasi beratnya proses penyakit dan keadaan janin.

Penanganan pada preeklamsia secara umum biasanya ibu hamil dengan


preeklampsia harus segera dirujuk ke rumah sakit.

Pencegahan dan tatalaksana kejang:

 Bila terjadi kejang, perhatikan jalan napas, pernapasan (oksigen), dan sirkulasi
(cairan intravena).
 MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklampsia
(sebagai tatalaksana kejang) dan preeklampsia berat (sebagai pencegahan
kejang).  Cara pemberian dapat dilihat di halaman berikut.
 Pada kondisi di mana MgSO4 tidak dapat diberikan seluruhnya, berikan dosis
awal (loading dose) lalu rujuk ibu segera ke fasilitas kesehatan yang memadai.
 Lakukan intubasi jika terjadi kejang berulang dan segera kirim ibu ke ruang ICU
(bila tersedia) yang sudah siap dengan fasilitas ventilator tekanan positif.

2.3 Prinsip Umum, Penilaian, Dan Persalinan Macet.

A. Penilaian Dasar
a. Definisi partus macet
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam  pada primi,
dan lebih dari 18 jam pada multi. Partus lama adalah  persalinan dengan tidak ada
penurunan kepala > 1 jam untuk nulipara dan multipara. (Sarwono, 2008)
Persalinan macet adalah gangguan kemajuan persalinan (kala I) yang di ukur
dalam batasan waktu dua jam sejak pemeriksaan terahir atau setelah dilakukan
pimpinana persalinan kala II. Pada keadaan tertentu  batasan waktu digantikan
dengan kelajuan proses untuk menentukan kemajuan persalinan, misalnya pada kasus
distosia bahu. Proses kemajuan persalinan pada kala I dapat dinilai dari partograf atau
kurve friedman sebagai instrumen analisis.
Sebagian besar partus lama menunjukan pemanjangan kala I. Adapun yang
menjadi penyebabnya yaitu, serviks gagal membuka penuh dalam jangaka waktu
yang layak. (Harry, 2010)
Harus pula kita bedakan dengan partus tak maju, yaitu suatu  persalinan
dengan his yang adekuat yang tidak menunjukkan kemajuan  pada pembukaan
serviks, turunnya kepala dan putaran paksi selama 2 jam terakhir.
B. Penilaian Awal Partus Macet
b. Etiologi Partus Lama/Macet Menurut Sarwono (2010) sebab-sebab persalinan
lama dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Kelainan Tenaga (Kelainan His) His yang tidak normal dalam kekuatan
atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim
terdapat pada setiap  persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan
mengalami hambatan atau kemacetan.
Jenis-jenis kelainan his yaitu:
a. Inersia Uteri

b. Incoordinate Uterine Action

2. Kelainan Janin
Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan
dalam letak atau bentuk janin (Janin besar atau ada kelainan konginetal
janin)
2.4 Prinsip Umum, Penilaian, Penanganan Persalinan Preterm.

1. Persalinan Prematur

a. Pengertian
Persalinan premature Menurut World Health Organization (WHO) didefinisikan
persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat janin kurang dari
2500 gram.9,10 Persalinan prematur adalah kejadian kontraksi uterus secara teratur yang
menyebabkan penipisan atau dilatasi serviks sebelum kehamilan berusia lengkap 37
minggu.

b. Faktor Risiko

Secara teoritis faktor risiko prematur dibagi menjadi 4 faktor, yaitu faktor iatrogenik,
faktor maternal, faktor janin, dan faktor perilaku. Faktor iatrogenic merupakan faktor dari
kesehatan medis. Faktor maternal meliputi riwayat prematur sebelumnya, umur ibu,
paritas ibu, plasenta previa, kelainan serviks, hidramnion, infeksi intra-amnion, hipertensi
dan trauma. Faktor janin meliputikehamilan kembar, janin mati, dan cacat bawaan. Faktor
perilaku meliputi ibu yang merokok dan minum alkohol

1) Faktor Iatrogenik

2) Faktor Maternal

a.Usia Ibu
b.Riwayat Kelahiran Prematur
c. Riwayat Abortus
d.Paritas
e.Trauma
f. Infeksi.
g. Kesenjangan Ras dan Etnik
h. Pekerjaan
i. Jarak Kehamilan
j. Inkompetensi Servik

3) Faktor Janin

a. Kehamilan Kembar
b. Janin Mati dalam Rahim (IUFD)
c. Kelainan Kongenital
4) Gaya Hidup

a. Merokok
b. Alkohol dan obat-obatan

Diagnosa Persalinan Prematur


Menegakkan diagnosa persalinan prematur terlalu cepat atau lambat mempunyai risiko
meningkatkan mobiditas dan mortalitas neonatus. beberapa kriteria yang dapat dipakai
sebagai diagnosa persalinan prematur adalah:
a. Kontrakasi yang berulang sedikitnya 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam 10 menit
b. Andanya nyeri pada punggung sebelah bawah
c. Perdarahan bercak
d. Perasaan menekan pada daerah serviks
e. Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 c
f. Penipisan 50 – 80 %
g. Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina ischiadika
h. Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan (kontraksi)
atau sebaliknya
i. Terjadi pada usia kehamilan 22 - < 37 minggu.
Beberapa indikator yang dijadikan sebagai acuan terjadinya persalinan premature
mengancam sebagai berikut :
a. Indikator Klinik Indikator klinik dapat dijumpai seperti timbulnya kontraksi dan
pemendekan servik baik secara manual maupun ultrasonografi.
b. Indikator laboratorium Indikator laboratorik yang bermakna yaitu jumlah leokosit
dalam air ketuban (20/ml atau lebih), pemeriksaan CRP (> 0,7 mg/dl), pemeriksaan
leukosit dalam serum ibu ( > 13.000 / ml). Indikator laboratorium Fibroneksti janin :
peningkatan kadar fibronekti janin 50 mg/dl atau lebih pada usia kehamilan > 24 minggu.
b) Peningkatan corticotrophin releasing hormone (CRH) pada trimester 2.
.
Penatalaksanaan Persalinan Prematur
Prinsip penatalaksanaan kehamilan prematur adalah menunda persalinan dan mempersiapkan
organ janin, terutama paru-paru, janin, sehingga janin dapat lahir pada usia kehamilan dengan
mendekati cukup bulan sehingga morbiditas dan mortalitas janin dapat menurun.
a. Tirai Baring
Kepentingan istirahat rebah disesuaikan kebutuhan ibu, namun secara statistic tidak terbukti
dapat mengurangi kejadian persalinan prematur.
b. Hidrasi dan sedasi
Hidrasi oral maupun intravena sering dilakukan untuk mencegah persalinan preterm, karena
sering terjadi hipovalemik pada ibu dengan kontraksi prematur, walaupun mekanisme
biologisnya belum jelas. Preparat morfin dapat digunakan untuk mendapatkan efek sedasi
(tenang/mengurangi ketegangan)

Langkah-Langkah Untuk Mencegah Persalinan Prematur


Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah persalinan premature mengancam
adalah :
a. Hindari kehamilan pada ibu usia terlalu muda < 20 tahun
b. Hindari jarak kehamilan terlalu dekat
c. Anjurkan tidak merokok maupun mengkonsumsi obat terlarang
d. Hindari kerja berat dan perlu cukup istirahat
e. Obati penyakit yang dapat menyebabkan persalinan premature
f. Kenali dan obati infeksi genetal atau saluran kencing
g. Deteksi dan pengamanan faktor risiko terhadap persalinan prematur .

2.5 Prinsip Umum Dalam Merujuk Kasus Gawat Darurat Obstetri.

A. Pengertian Kegawatdaruratan
Istilah kegawatan dan kegawatdaruratan adalah suatu keadaan yang serius, yang harus
mendapatkan pertolongan segera. Kegawatdaruratan dalam kebidanan adalah kegawatan atau
kegawatdaruratan yang terjadi pada wanita hamil, melahirkan atau nifas (Maryunani A,
2016:28).
B. Prinsip dasar penanganan gawat darurat
Dalam menangani kasus gawatdaruratan, penentuan masalah utama (diagnosis) dan tindakan
pertolongan harus dilakukan dengan cepat,tepat, dan tenang (tidak panik), walaupun suasana
keluarga pasien ataupun pengantarannya mungkin dalam kepanikan. Semuanya dilakukan
dengan cepat, tepat dan terarah (Maryunani A dan Eka P, 2013:1 - 3).
1) Menghormati pasien
2) Kelembutan
3) Komunikatif
4) Hak pasien
5) Dukungan keluarga
C Prinsip umum
penanganan kasus gawat darurat Dalam prinsip umum, petugas kesehatan dan pasien adalah
sama –sama subjek, sebagai mitra yang bekerja sama dalam menangani suatu kondisi suatu
kasus kegawatdaruratan (Maryunani A dan Eka P, 2013: 3 – 6).
1) Stabilisasi pasien
2) Terapi cairan
3) Resusitasi jantung paru (RJP)
D Pemantauan kandung kemih
E Rujukan

Kesimpulan
Penanganan Infeksi Akut Dalam Obstetri terdiri dari beberapa bagian yaitu ada
endometritis,Septikemia,Piemia,Peritonitis,Selulitis Pelvik,Tromboflebitis,Metritis,Prognosis.
Penyakit hipertensi dalam kehamilan adalah komplikasi yang serius trimester kedua-ketiga
dengan gejala klinis seperti: odema hipertensi ,proteinuria, kejang sampai koma dengan umur
kehamilan di atas 20 minggu, dan dapat terjadi antepartum, intrapartum, pascapartus
(Manuaba, 2001). Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik
atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 4-6 jam pada wanita yang
sebelumnya normotensi.
Istilah partus lama, ada juga yang menyebutnya dengan partus kasep dan partus terlantar.
Persalinan pada primi biasanya lebih lama 5-6 jam dari pada multi. Bila persalinan
berlangsung lama, dapat mmenimbulkan kompilikasi-komplikasi baik terhadap ibu maupun
terhadap anak, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak. Persalinan macet
adalah gangguan kemajuan persalinan (kala I) yang di ukur dalam batasan waktu dua jam
sejak pemeriksaan terahir atau setelah dilakukan pimpinana persalinan kala II.
Persalinan prematur adalah persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau
berat janin kurang dari 2500 gram.9,10 Persalinan prematur adalah kejadian kontraksi uterus
secara teratur yang menyebabkan penipisan atau dilatasi serviks sebelum kehamilan berusia
lengkap 37 minggu.
Istilah kegawatan dan kegawatdaruratan adalah suatu keadaan yang serius, yang harus
mendapatkan pertolongan segera. Kegawatdaruratan dalam kebidanan adalah kegawatan atau
kegawatdaruratan yang terjadi pada wanita hamil, melahirkan atau nifas (Maryunani A,
2016:28).

DAFTAR PUSTAKA

Chen K dan Pohan H.T. 2007. Penatalaksanaan Syok Septik dalam ptik dalam Sudoyo, Aru
W. Sudoyo, Aru W.Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati,
Siti. Buku AjarIlmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Ilmu Penyakit Dalam Jilid I
Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmut Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI. Pp: 187-9Hermawan A.G. 2007. Sepsis daalam Sudoyo, Aru W.
Hermawan A.G. 2007. Sepsis daalam Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi,
Idrus.tiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dal Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi am Jilid III EdisiIV. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Pp: 1840-3Purwadianto A dan
Sampurna B. 2000. Kedaruratan Medik Edisi Revisi. Jakarta: BinaAksara. Pp: 55-6
Heller, Luz. 1983. Ginekologi dan Obstetri. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
http://diyahhalsyah.blogspot.co.id/2015/03/hipertensi-dalam-kehamilan
Manuaba IBG,dkk.2007.  Pengantar Kuliah Obstetri . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Manuaba,Chandranita,dkk. 2008. Gawat Darurat Obstetri-Ginekologi dan Obstetri –
Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
http://chiiviolet.blogspot.co.id/2013/12/makalah-kehamilan-dengan-hipertensi
Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. PT Bina
Pustaka. Jakarta
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan  . Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono prawirohardjo
Manuwaba, Ida Bagus Gde. 2010 . Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Anonim,2012. Partus Lama. Tersedia di : http://rumahbidanku.blogspot.com/2012/06/partus-
lama.html Diakses tanggal 23 Desember 2013

Anda mungkin juga menyukai