Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN PREEKLAMPSIA

Program Profesi Ners M.K. Keperawatan dan Komunitas

Nama Muhammad : Ngindi Khozainul Musyafa

NIM : 2141170

Program Studi Profesi Ners

STIKes Tengku Maharatu

T.A 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN

PASIEN PRE-EKLMPSIA

I. Konsep Dasar
A. Pengertian
Preeklamsia merupakan kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yang
ditandai dengan terjadinya hipertensi, edema dan proteimuria tetapi tidak menunjukkan
tanda-tanda kelainan atau hipertensi sebelumnya sedangkan gejalanya biasa muncul
setelah kehamilan berumur 20 minggu (Obgynacea 2009 dalam Nurarif Amid H &
Kusuma Hardhi, 2015).
Preeklamsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi
organ akibat vasospasma dan aktivasi endotel (Cunningham, 2011).
Penyakit ini merupakan penyakit dengan tanda-tanda hipertensi dan, edema dan
proteinima yang timbul akibat kehamilan yang biasanya terjadi pada triwulan ketiga
kehamilan tetapi dapat timbul juga sebelum triwulan ketiga seperti pada pasien mola
hidatidosa (Wiknjosastro, 2008).
Preeklamsia adalah sindrom spesifik yang terjadi pada kehamilan berupa
berkurangnya perfisi organ akibat vasopasma dan aktivasi endotel. Preteinuria atau
terdapatnya 30 mg atau lebih protein dalam urin per 24 jam merupakan tndak yang pasti
untuk ditegakkan diagnose preeclampsia.
B. Klasifikasi
Menurut Mansjoer (2007), preeclampsia dibedakan menjadi dua berdasarkan tanda dan
gejala sebagai berikut :
1. Preeclampsia Ringan
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-
kurangnya pada dua kali pemeriksaan dengan jarak periksa satu jam, sebaiknya
6 jam.
b. Oedema umum, kaki jari tangan, dan muka atau kenaikan berat badan satu
kilogram atau per minggu.
c. Proteinuria Kuantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kualitatif +1 atau +2 pada urin
midstream.
2. Preeclampsia Berat
Tanda dan gejala yang muncul pada preeclampsia berat adalah sebagai berikut :
a. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg.
b. Proteinuria + ≥ g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup.
c. Oliguria (< 400 ml dalam 24 jam).
d. Sakit kepala yang hebat atau hangguan penglihatan.
e. Nyeri epigastrum dan ikterus.
f. Oedema paru.
g. trombosit topenia.
h. Pertumbuhan janin terhambat.
C. Etiologi
Menurut Robson dan Waugh (2011), etiologi pasti penyebab gangguan ini masih
belum jelas. Kecurigaan pada masalah plasenta serta endothelium ibu, akan tetapi
mekanisme yang menyebabkan disfungsi endotel dan hubungannya dengan plasenta
masih tidak jelas.
Terdapat banyak factor risiko yang mempredisposisi terjadinya preeclampsia.
Terdapat kecenderungan bahwa memiliki lebih banyak factor risiko umumnya
menunjukkan keadaan yang lebih buruk. Berikut ini adalah beberapa factor yang terkait
(nurarif Amid H & Kusuma Hardhi, 2015).
1. Preeclampsia pada kehamilan pertama
2. Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia atau eklampsia
3. Ibu hamil dengan usia kurang 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
4. Wanita dengan gangguan fingsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migraine, dan
tekanan farah tinggi)
5. Kehamilan kembar
D. Patofisiologi
Pada preeklampsia terjadi spasma pembuluh darah disertai dengan retensi garam
dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasma hebat arteriola glomerolus. Pada beberapa
kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga dapat dilalui oleh satu sel darah
merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasma, maka tekanan darah
akan naik, sebagai usaha-usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar
oksigebasi jaringan dapat dicukupi, sedangkan kenaikkan berat badan dan oedema yang
disebabkan oleh penimbunan air berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui
sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh
spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerolus.
E. Pemerikasaan Penunjang
Pemerikasaan Laboratorium Meliputi :
1. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
a. Penurunan hemoglobin (nilai rujukan untuk ibu hamil adalah 12-14 gr %)
b. Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol %)
c. Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3)
2. Urinalis
Ditemukan proteinuria didalam urin
3. Pemeriksaan fungsi hati
4. Tes kimia darah
Asam urat meningkat
5. Radiologi
F. Komplikasi
1. Pada Ibu
Depersi yang tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan psikosis,
prevalensi psikosis pada kehamilan tidak dilaporkan akan tetapi hal ini diyakini
sebagai kasus yang langka (Kornstein dan Clayton, 2002).
Marinescu et al. (2014) mengungkapkan bahwa komplikasi terkait dengan
adanya stress dan depresi antenatal pada ibu diantaranya adalah perdarahan,
terjadinya abortus spontan, ditemukannya kelainan pada plasenta dan adanya
nekrosis pada villi dan desidua, serta disfungsi endothelial.
Ibu dengan depresi antenatal dapat menyebabkan kegagalan inisiasi menyusu
dan berkurangnya durasi laktasi. Akan tetapi, sifat kausal belum jelas, hal ini
kemungkinan terkait dengan neuroendokrin pada ibu (Meltzer-Brody dan Stuebe,
2014).
2. Pada Bayi
Bayi yang ibunya mengalami stress, cemas, atau bahkan depresi antenatal
mempunyai peningkatan risiko untuk terjadi kelahiran prematur (Loomans et
al.,2013), menyebabkan berat bayi lahir rendah (Wado et al., 2014; Loomans et al.,
2013), serta dapat mengganggu sirkulasi maternal fetal (Fu et al., 2014). Stress dan
adanya depresi selama kehamilan erat kaitannya dengan munculnya gangguan
perkembangan saraf janin, kelianan plasenta, abortus yang spontan dan kelahiran
pretem (Marinescu et al., 2014).
Anak-anak yang lahir dari ibu yang mengalami depresi antenatal lebih
mungkin mengalai penyimpangan perilaku dan masalah psikologis misalnya depresi
serta gangguan pertumbuhan dan perkembangan (Weissman et al., 2014).
G. Penatalaksanaan
1. Preeclampsia Ringan
Menurut Saifuddin (2008), di bawah ini merupakan beberapa penatalaksanaan pada
ibu hamil dengan preekampsia ringan :
a. Usia Kehamilan Kurang dari 37 Minggu
1) Rawat Jalan
Memantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin. Lebih banyak
istirahat, diit biasa, tidak perlu diberikan obat-obatan, apabila rawat jalan tidak
memungkinkan, maka dilakukan perawatan di rumah sakit.
2) Rawat Inap
Diit biasa. Memantau tekanan darah dua kali dalam sehari dan proteinuria satu
kali dalam sehari, tidak perlu obat-obatan, tidak perlu diuretic, kecuali jika
terdapat edema paru, dekompensasi kordis atau gagal ginjal akut. Apabila
tekanan darah diastolic turun sampai normal, ibu dapat dipulangkan dengan
memberikan nasihat untuk istirahat, muncul gejala preekampsia berat dan
control dua kali dalam seminggu.
b. Usia Kehamilan Lebih dari 37 Minggu
1) Apabila serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500 mL,
dekstrose IV 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.
2) Apabila serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau kateter
Folay, atau terminasi dengan seksio sesarea.
2. Preeclampsia Berat
Dibawah ini merupakan penanganan awal yang dapat diberikan kepada pasien
dengan preeclampsia berat menurut Saifuddin (2008) :
a. Apabila tekanan daral lebih dari 110 mmHg, berikan terapi antihipertensi sampai
tekanan diastolik diantara 90-100 mmHg.
b. Pasang infuse RL dengan jarum besar ukuran 16/18gauge atau lebih.
c. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload.
d. Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria. Abila jumlah urin
<30mL per jam, infuse cairan diperhatikan 1 1/8 jam dan pantau kemungkinan
edema paru.
e. Jangan tinggalkan pasien sendirian karena kejang disertai aspirasi dapat terjadi
sewaktu-waktu.
f. Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap jam.
g. Auskultasi paru untuk mancari tanda edema paru. Krepitasi merupakan tanda
edema paru. Jika terjadi edema paru. Stop pemberian cairan dan berikan diuretic
misalnya furosemide 40 mg intravena.
h. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. jika pembekuan tidak
terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koegulapati.
H. Pathway
Tekanan Darah

Meningkat TD Hamil <20 Hamil <20


>140/90 mmHg minggu minggu

Hamil >20
minggu
Hipertensi Kronik Superimposed Pre-
Eklampsia

Preeklampsia Kejang (-)


Kejang (+)
Sistem saraf
Vaso spasme pada simpatis meningkat
pmbuluh darah Gelisah

HCL meningkat
Penurunan Ansietas
pengisian darah
di ventrikel krir Mual muntah

Penekanan Ketidakseimbangan
intrakranial nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Nyeri akut
I. Pencegahan
Pencegahan timbulnya preeklampsia dapat dilakukan dengan pemeriksaan
antenatal care secara teratur. Gejala ini dapat ditangani secara tepat. Penyuluhan tentang
manfaat istirahat akan banyak berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti
tirah baring di tempat tidur, tetapi ibu maish dapat melakukan kegiatan sehari-hai, hanya
dikurangi antara kegiatan tersebut, ibu dianjurkan duduk atau berbaring. Nutrisi penting
untuk diperhatikan selama hamil, terutama protein. Diet yang adekuat bermanfaat untuk
pertumbuhan dan perbaikan sel dan tranformasi lipid.
II. Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian
a. Data Umum Pasien
Nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat. Suku/bangsa, status perkawinan,
pekerjaan dan pendidikan
b. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu
c. Riwayat Ginekologi
d. Data Umum Kesehatan Saat Ini
1. Status obstetric (GPAH)
2. Keadaan umum. Kesadaran, BB/TB
3. Tanda-tanda vital
4. Head To Toe
B. Pola Fungsi Kesehatan
a. Aktivitas
Gejala : kelemahan, penambahan berat badan, refleks fisiologis +/+, refleks
patologis -/-.
b. Sirkulasi
Gejala : penurunan oksigen
Tanda :
inspeksi : Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm, sirkulasi bekas operasi
(-).
palpasi :
Leopold I : teraba fundus uteri 3 jari dibawah proc. Xyphoideus teraba massa
besar, lunak, noduler.
Leopold II : teraba tahanan tersebar di sebelah kiri, bagian-bagian kecil janin di
sebelah kanan.
Leopold III : teraba masa keras, terfiksir.
Leopold IV : bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul.
Auskultasi : BJA 142 x/1 regular, eliminasi, proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3
pada tes celup oliguria.
c. Makanan / cairan
Gejala : peningkatan berat badan, muntah-muntah
Tanda : nyeri epigastrium
d. Integritas Ego
Gejala : perasaan takut
Tanda : cemas
e. Neurosensori
Gejala : hipertensi
Tanda : kejang atau koma
f. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri epigastrium, nyeri kepala, ikterus, gangguan penglihatan.
Tanda : gelisah
g. Pernafasan
Gejala : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-. Sonor
Tanda : irama teratur, bising tidak ada
h. Keamanan
Gejala : jatuh, gangguan penglihatan, perdarahan spontan.
Tanda : -
i. Seksualitas
Gejala : status obstetrikus
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d penekanan intrakarinial
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mua;, muntah
3. Ansietas
D. Intervensi

No. Dx. Kepeawatan NOC NIC


1. Nyeri akut b/d penekanan Setelah dilakukan tindakan Pain Managemen
intrakarinial keperawatan selama 3x24 jam 1. Lakukan pengkajian nyeri
diharapkan nyeri akut dapat secara komprehensif
teratasi: 2. Observasi reaksi
- Kontrol nyeri nonverbal dan
- Tingkat nyeri ketidaknyamanan
Kriteria hasil : 3. Evaluasi pengalaman
- Mampu mengontrol nyeri nyeri masa lampau
- Melaporkan bahwa nyeri 4. Ajarkan teknik non
berkurang farmakologi (Relaksasi
- Mampu mengenali nyeri dan distraksi)
(skala nyeri, penyebab nyeri, 5. Kolaborasi dengan dokter
tanda dan gejala nyeri) terkait pemberian
- Menyatakan nyaman setelah analgetik
nyeri berkurang
2. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan Pain Managmen
kurang dari kebutuhan tubuh keperawatan selama 3x24 jam 1. Kaji mual dan muntah
b/d mua;, muntah diharapkan Ketidakseimbangan 2. Identifikasi penyebab
nutrisi kurang dari kebutuhan mual dan muntah
tubuh : 3. Kaji menu makanan yang
- Status nutrisi dikonsumsi
- Status nutris : asupan makan 4. Snjurksn pasien untuk
& cairan meningkatkan protein dan
Kriteria hasil : vitamin C
- Mampu mengidentifikasi 5. Anjurkan pasien untuk
kebutuhan nutrisi mengurangi konsumsi
- Mual dan muntah berkurang makanan yang
- Tidak jadi penurunan berat mengandung yodium
badan yang berarti
3. Ansietas Setelah dilakukan tindakan Pain Managemen
keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi penyebab
diharapkan Ansietas : kecemasan
- Tingkat kecemasan 2. Dorong pasien untuk
Kriteria hasil : mengungkapkan
- Mampu mengidentifikasi dan perasaan, ketakutan,
mengungkapkan rasa cemas persepsi
- Vital sign dalam batas 3. Dengarkan denganpenuh
normal perhatian
- Postur tubuh, ekspresi wajah, 4. Bantu pasien mengenal
bahasa tubuh menunjukkan situasi yang menimbulkan
berkurangnya tingkat kecemasan
kecemasan 5. Memberikan edukasi
tentang proses kehamilan
DAFTAR PUSTAKA

1. Bulechek, G., Butcher, H., Dochterman, J., & Wagner, C. (2017). Nursing
Interventions Classifications (NIC) (Edisi keenam ed). (I. Nurjannah, Ed.)
Yogyakarta: Elsevier (mocomedia).
2. Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson, E. (2017). Nursing
Outcomes Classification (NOC) Pengukuran Outcomes Kesehatan (Edisi
Kelima ed). (I. Nurjanaah, Ed.) Yogyakarta: Elsevier (mocomedia).
3. Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani W.I, Setiowulan W. 2007. Kapita
Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.p. 114-118.
4. Nurarif, A.H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC (Edisi Revisi Jilid 3
ed.). ypgyakarta: Medication Jogja.
5. Sincalir, C. (2009). Buku Saku Kebidanan (A Mid Wife’s Handbook). (E. M.
Wahyuningsih, Ed.) Jakarta: Kedokteran EGC.
6. Saifuddin, A.B. 2008. Pelayanan Kesehatan Martenal dan Neonatal. Jakarta
: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. p.211-214.
7. Wiknjosastro, gulardi H. 2008. Buku Ilmu Kebidanan edisi Ketiga Cetakan
Ketujuh. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta, Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai