Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PREEKLAMPSIA BERAT (PEB) DI KAMAR BERSALIN DI RUMAH


SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MALANG

Disusun Oleh:

NELI SAFITRI
NIM 11141901230405

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES DARUL AZHAR BATULICIN
TAHUN 2024
LEMBAR PENGESAHAN

Disusun Oleh:

NELI SAFITRI

NIM 11141901230405

Malang, Maret 2024

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


A. PENGERTIAN
Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria
dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Preeklampsia berat ialah penyakit dengan tanda-tanda khas seperti
tekanan darah tinggi (hipertensi), pembengkakan jaringan (edema), dan
ditemukannya protein dalam urin (proteinuria) yang timbul karena kehamilan.
Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat
juga terjadi pada trimester kedua kehamilan.
Preeklampsia berat merupakan sindrom spesifik kehamilan berupa
berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria (Matthew warden,
2005).
Preeklampsia berat terjadi pada umur kehamilan diatas 20 minggu,
paling banyak terlihat pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga
timbul kapan saja pada pertengahan kehamilan. Preeklampsia berat dapat
berkembang menjadi eklampsia.
B. ETIOLOGI
Penyebab timbulnya preeklampsia berat pada ibu hamil belum
diketahui secara pasti, tetapi pada umumnya disebabkan oleh vasospasme
arteriola. Faktor-faktor lain yang diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya
preeklampsia berat antara lain: primigravida, kehamilan ganda, hidramnion,
mola hidatidosa, multigravida, malnutrisi berat, usia ibu kurang dari 18 tahun
atau lebih dari 35 tahun serta anemia.
C. PATOFISIOLOGI
Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitivitas vaskuler
terhadap angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan
kerusakan vaskuler, akibatnya akan terjadi vasospasme. Vasospasme
menurunkan diameter pembuluh darah ke semua organ, fungsi-fungsi organ
seperti plasenta, ginjal, hati, dan otak menurun sampai 40-60%. Gangguan
plasenta menimbulkan degenerasi pada plasenta dan kemungkinan terjadi
IUGR dan IUFD pada fetus. Aktivitas uterus dan sensitifitas terhadap
oksitosin meningkat.
Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR (Glomerular Filtration
Rate) dan menimbulkan perubahan glomerulus, protein keluar melalui urine,
asam urat menurun, garam dan air ditahan, tekanan osmotic plasma menurun,
cairan keluar dari intravaskuler, menyebabkan hemokonsentrasi, peningkatan
viskositas darah dan edema jaringan berat dan peningkatan hematokrit. Pada
preeklampsia berat terjadi penurunan volume darah, edema berat, dan berat
badan naik dengan cepat.
Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati, edema
hepar, dan hemoragik subkapsular menyebabkan ibu hamil mengalami nyeri
epigastrium atau nyeri pada kuadran atas. Rupture hepar jarang terjadi, tetapi
merupakan komplikasi yang hebat dari PIH (Pregnancy Induce
Hypertension), enzim-enzim hati seperti SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic
Transaminase) dan SGPT (Serum Glutamic Piruvic Transaminase)
meningkat. Vasospasme arteriola dan penurunan aliran darah ke retina
menimbulkan symptom visual seperti skotoma (Blind Spot), dan pandangan
kabur. Patologi yang sama menimbulkan edema serebral dan hemoragik serta
peningkatan iritabilitas susunan syaraf pusat (sakit kepala, hiperfleksia,
klonus pergelangan kaki dan kejang serta perubahan efek). Pulmonari edema
dihubungkan dengan edema umum yang berat, komplikasi ini biasanya
disebabkan oleh dekompensasi kordis kiri.
E. MANIFESTASI KLINIS

1. Preeklamsia Ringan
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih.
b. Oedema umum, kaki jari tangan, dan muka atau kenaikan berat
badan satu kilogram atau lebih per minggu.
c. Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kualitatif +1 atau
+2 pada urin midstream.
2. Preeklamsia Berat
a. Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg atau diastolik ≥110mmHg
b. Proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup
c. Oliguria (< 400 ml dalam 24 jam)
d. Sakit kepala yang hebat atau gangguan penglihatan
e. Nyeri epigastrum dan ikterus
f. Oedema paru
g. Trombositopenia
h. Pertumbuhan janin terhambat. Etiologi

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium meliputi :


1. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
a. Penurunan hemoglobin (nilai rujukan untuk ibu hamil adalah 12-14 gr
%)
b. Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)
c. Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3)
2. Urinalis
Ditemukan proteinuria didalam urin
3. Pemeriksaan fungsi hati
4. Tes Kimia Darah
Asam Urat Meningkat
5. Radiologi
G. KOMPLIKASI

1. Pada Ibu
Depresi yang tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan
psikosis, prevalensi psikosis pada kehamilan tidak dilaporkan akan tetapi
hal ini diyakini sebagai kasus yang langka. Mengungkapkan bahwa
komplikasi terkait dengan adanya stres dan depresi antenatal pada ibu
diantaranya adalah perdarahan, terjadinya abortus spontan, ditemukannya
kelainan pada plasenta dan adanya nekrosis pada villi dan desidua, serta
disfungsi endothelial.
Ibu dengan depresi antenatal dapat menyebabkan kegagalan inisiasi
menyusu dan berkurangnya durasi laktasi. Akan tetapi, sifat kausal belum
jelas, hal ini kemungkinan terkait dengan neuroendokrin pada ibu.
2. Pada Bayi
Bayi yang ibunya mengalami stres, cemas, atau bahkan depresi
antenatal mempunyai peningkatan risiko untuk terjadi kelahiran prematur
menyebabkan berat bayi lahir, serta dapat mengganggu sirkulasi maternal-
fetal. Stres dan adanya depresi selama kehamilan erat kaitannya dengan
munculnya gangguann perkembangan saraf janin, kelainan plasenta,
abortus yang spontan, dan kelahiran preterm.
Anak-anak yang lahir dari ibu yang mengalami depresi antenatal
lebih mungkin mengalami penyimpangan perilaku dan masalah psikologis
misalnya depresi serta gangguan pertumbuhan dan perkembangan

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Preeklampsia Ringan
Menurut Saifuddin (2020), di bawah ini adalah beberapa
penatalaksanaan pada ibu hamil dengan preeklampsia ringan :
a. Usia kehamilan kurang dari 37 minggu
1) Rawat Jalan
Memantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi
janin, Lebih banyak istirahat, Diit biasa, Tidak perlu diberikan
obat-obatan, Apabila rawat jalan tidak memungkinkan, maka
dilakukan perawatan di rumah sakit.
2) Rawat Inap
Memantau tekanan darah dua kali dalam sehari dan
proteinuria satu kali dalam sehari, Tidak perlu obat-obatan, Tidak
perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi
kordis atau gagal ginjal akut, Apabila tekanan diastolik turun
sampai normal, ibu dapat dipulangkan dengan memberikan
nasihat untuk istirahat, munculnya gejala preeklampsia berat, dan
kontrol dua kali dalam seminggu.
b. Usia kehamilan lebih dari 37 minggu
1) Apabila serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU
dalam 500mL dekstrose IV 10 tetes/menit atau dengan
prostaglandin.
2) Apabila serviks belum matang, berikan prostaglandin,
misoprostol atau kateter Foley, atau terminasi dengan seksio
sesarea.
2. Preeklampsia Berat
Di bawah ini adalah penanganan awal yang dapat diberikan kepada
pasien dengan preeklampsia berat menurut Saifuddin (2020) :
a. Apabila tekanan diastolik lebih dari 110mmHg, berikan terapi
antihipertensi sampai tekanan diastolik di antara 90-100mmHg.

b. Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar ukuran 16 gauge


atau lebih.

c. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload.

d. Kateterisasi urine untuk pengeluaran volume dan proteinuria.


Apabila jumlah urine <30mL per jam, infus cairan diperhatikan 1 1/8
jam dan pantau kemungkinan edema paru.
e. Jangan tinggalkan pasien sendirian karena kejang disertai aspirasi
dapat terjadi sewaktu-waktu.

f. Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap


jam.

g. Auskultasi paru untuk mencari tanda

h. Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Krepitasi


merupakan tanda edema paru. Jika terjadi edema paru, stop
pemberian cairan dan berikan diuretik misalnya furosemide 40 mg
intravena.

i. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika


pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat
koagulapati

I. PENCEGAHAN

1. Pencegahan Non Medis


a. Restriksi garam
b. Suplementasi diet yang mengandung hal – hal berikut ini
 Minyak ikan yang kaya dengan asam lemak tidak jenuh, misalnya
omega-3 PUFA
 Elemen logam berat: zinc, magnesium, kalsium
 Tirah baring (Fadlun, 2012).
2. Medis
a. Diuretika adalah obat untuk membuang kelebihan garam dan air dari
dalam tubuh melalui urine.
b. Antihipertensi
c. Kalsium: 1.500 – 2000mg/ hari
d. Magnesium: 365/hari e. Zinc: 200mg/hari
e. Obat antitrombotik:
 Aspirin dosis rendah: rata – rata dibawah 100mg/hari.
 Dipyridamole Obat – obatan antioksidan: vitamin C, vitamin E, β-
carotene, CoQ10, N-Acetylcystein, asam lipotik.

J. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Biodata klien: Biodata klien berisi tentang: Nama, Umur, Pendidikan,
Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami,
Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, Tanggal
Pengkajian.
b. Keluhan utama: Keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning,
hijau / kecoklatan sedikit / banyak, pada periksa dalam selaput
ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering, inspeksikula tampak air
ketuban mengalir/selaput ketuban tidak ada dan air ketuban
sudahkering
c. Riwayat haid: Umur menarche pertama kali, lama haid, jumlah darah
yang keluar, konsistensi, siklus haid, hari pertama haid dan terakhir,
perkiraan tanggal partus
d. Riwayat Perkawinan: Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan
ke berapa? Apakah perkawinan sah atau tidak, atau tidak direstui
dengan orang tua?
e. Riwayat Obstetri: Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil
laboraturium: USG, darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk
situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan
pengobatan yang diperoleh.
f. Riwayat penyakit dahulu: Penyakit yang pernah di diderita pada masa
lalu, bagaimana cara pengobatan yang dijalani nya, dimana mendapat
pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau
kambuh berulang–ulang.
g. Riwayat kesehatan keluarga: Adakah anggota keluarga yang
menderita penyakit yang diturunkan secara genetic seperti panggul
sempit, apakah keluarga ada yang menderita penyakit menular,
kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita
oleh keluarga
h. Riwayat Kebiasaan Sehari-hari
1. Personal hygien.
Kaji kebiasaan personal hygiene klien meliputi keadaan
kulit, rambut, mulut, gigi dan vulva hygiene.
2. Pola Makan
Kebiasaan makan dalam porsi makan, frekuensi, alergi atau tidak.
3. Pola Eliminasi
a. BAB
Kaji frekuensi, warna, bau, konsistensi atau keluhan saat
BAB.
b. BAK
Kaji freekuensi, warna, bau & keluhan saat berkemih.
4. Pola Aktivitas & Latihan\
Kaji kegiatan dalam pekerjaan & kegiatan diwaktu luang
sebelum selama di RS.
5. Pola Tidur & Istirahat
Kaji waktu, lama tidur per hari, kebiasaan saat tidur & kesulitan.
i. Riwayat penggunaan zat
Kajı kebiasaan & lama penggunaan rokok.
j. Riwayat Sosial Ekonomi
Kaji pendapatan perbulan, hubungan sosial & hubungan dalam
keluarga.
k. Riwayat Psiko Sosial dan Spiritual
1. Psikososial
Respon klien terhadap penyakit yang diderita saat ini.
2. Spiritual
Kaji kegiatan keagamaan klien yang sering dilakukan dirumah
dan diRS
l. Pola Fungsi Kesehatan
a. Aktivitas
Gejala : kelemahan, penambahan berat badan, reflek fisiologis +/+ ,
reflek patologis -/-.
Tanda : pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
b. Sirkulasi
Gejala : penurunan oksegen
Tanda : Inspeksi : Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm,
sikatrik bekas operasi ( - )
m. Pemeriksaan Fisik
Kaji keadaan umum, kesadaran, BB dan tinggi badan, dan TTV
a. Kepala
Keluhan pusing, warna rambut, keadaan dan kebersihan
b. Mata
Kesimetrisan mata, warna konjungtiva, sklera kornea
c. Hidung
Kesimetrisan, keadaan kebersihan, penciuman
d. Mulut
Kelembaban mukosa bibir, keadaan gigi
e. Telinga
Kelainan bentuk, keadaan dan fungsi
f. Leher
Kaji adanya pembengkakan, pembesaran kelenjar tiroile
g. Daerah dada
Keluhan sesak, bentuk, nyeri dada auskultasi suara jantung,
frekuensi nadi dan TD.
h. Abdomen
Kaji adanya massa pada abdomen, distensi, bising usus, nyeri
tekan
Palpasi :
Leopold I : teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus
teraba massa besar, lunak, noduler.
Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian –
bagian kecil janin di sebelah kanan.
Leopold III : teraba masa keras, terfiksir.
Leopold IV : bagian terbawah janin telah masuk pintu atas
panggul. Auskultasi : BJA 142 x/1’ regular, Eliminasi, proteinuria
+ ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup, oliguria.
i. Genetalia eksterna
Pengeluaran sekret dan perdarahan, warna, bau keluhan gatal dan
kebersihan.
j. Ekstremitas
Kaji kekuatan otot, varises, kontraktur pada persendian dan
kesulitan pergerakan.
2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut
2. Risiko infeksi
3. Defisiensi pengetahuan
4. Ansietas

3. Perencanaan
Diagnosa 1 : Nyeri akut
Kriteria Hasil :
n. Keluhan nyeri menurun
o. Meringis menurun
p. Sikap protektif menurun
q. Gelisah menurun
r. Kesulitan tidur menurun
SIKI : Manajemen nyeri
Manajemen nyeri adalah mengidentifikasi dan mengelola pengalaman
sensorik atau emisional yang berkaitan dengan merusak jaringan atau
fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berinteraksi ringan
hingga berat dan konstan.
Observasi

1. Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri


2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan

Terapeutik

1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.


TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi

1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu


Diagnosa 2 : Risiko infeksi

Kriteria Hasil :

a. Kebersihana tanggan menunggkat


b. Kebersihan badan meningkat
c. Nyeri menurun
d. Demam menurun
e. Kemerahan menurun
SIKI: Pencegahan Infeksi

Observasi

Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistamik

Terapeutik

1. Batasi jumlah pengunjung


2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
3. Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi

Edukasi

1. Ajarkan cara memcuci tanggan yang benar


2. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
3. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka oprasi
4. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Terapi Yang Dapat di Berikan
a. Hipnotis 5 Jari
Hipnotis 5 jari merupakan salah satu bentuk self hipnosis yang
dapat menimbulkan efek relaksasi yang tinggi, sehingga akan
mengurangi ketegangan dan stress dari pikiran seseorang.
1) Indikasi hipnosis lima jari
Tujuan hipnosis lima jari yaitu untuk membantu mengurangi
ansietas, ketegangan dan stres dari pikiran seseorang. Menurut
Badar dkk. (2021) indikasi pemberian tterapi hipnosis lima jari
antara lain adalah :
1. Pasien dengan ansietas ringan
2. Pasien dengan ansietas sedang
3. Pasien dengan nyeri ringan
4. Pasien dengan nyeri sedang
2) Prosedur hipnosis lima jari
Langkah-langkah melakukan terapi hipnosis lima jari menurut
Badar dkk. (2021) yaitu sebagai berikut :
a. Fase orientasi
 Ucapkan Salam Terapeutik
 Buka pembicaraan dengan topik umum
 Evaluasi/validasi pertemuan sebelumnya
 Jelaskan tujuan interaksi
 Tetapkan kontrak topik/ waktu dan tempat
b. Fase Kerja
 Ciptakan lingkungan yang nyaman
 Bantu klien untuk mendapatkan posisi istirahat yang
nyaman duduk atau berbaring
 Latih klien untuk menyentuh keempat jadi dengan ibu
jari tangan
 Minta klien untuk tarik nafas dalam sebanyak 2-3 kali
 Minta klien untuk menutup mata agar rileks
 Dengan diiringi musik (jika klien mau)/ pandu klien
untuk menghipnosis dirinya sendiri dengan arahan
berikut ini:
 Satukan ujung ibu jari dengan jari telunjuk, ingat
kembali saat anda sehat.
 Anda bisa melakukan apa saja yang anda inginkan.
 Satukan ujung ibu jari dengan jari tengah, ingat
kembali momenmomen indah ketika anda bersama
dengan orang yang anda cintai (orang
tua/suami/istri/ataupun seseorang yang dianggap
penting).
 Satukan ujung ibu jari dengan jari manis, ingat
kembali ketika anda mendapatkan penghargaan atas
usaha keras yang telah anda lakukan.
 Satukan ujung ibu jari dengan jari kelingking, ingat
kembali saat anda berada di suatu tempat terindah dan
nyaman yang pernah anda kunjungi. Luangkan waktu
anda untuk mengingat kembali saat indah dan
menyenangkan itu.
 Minta klien untuk tarik nafas dalam 2-3 kali
 Minta klien untuk membuka mata secara perlahan
c. Fase Terminasi
 Evaluasi perasaan klien
 Evaluasi tingkat ansietas
 Terapkan rencana tindak lanjut klien
 Kontrak topik/ waktu dan tempat untuk pertemuan
berikutnya
d. Salam penutup
5. Evaluasi

Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi


menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah
direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati
dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan.
Menurut Walid (2019), evaluasi keperawatan ada 2 yaitu:
1. Evaluasi proses (formatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setiap selesai
tindakan. Berorientasi pada etiologi dan dilakukan secara terus-
menerus sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai.
2. Evaluasi hasil (sumatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir
tindakan keperawatan secara paripurna. Berorientasi pada masalah
keperawatan dan menjelaskan keberhasilan atau ketidakberhasilan.
Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan
kerangka waktu yang ditetapkan.

K. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah di uraikan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :

1. Beberapa faktor risiko yang terbukti berperan terhadap kejadian


preeklamsia pada ibu adalah usia 35 tahun, aktivitas fisik tinggi, stres
berat, riwayat preeklamsia keluarga dan paparan asap rokok.
2. Bila kejadian tersebut secara bersamaan maka probabilitas kejadian
preeklamsia mencapai 86,7 %.
3. Beberapa faktor risiko yang tidak terbukti berperan terhadap kejadian
preeklamsia pada ibu adalah adalah multiparitas, kelebihan berat badan
sebelum hamil, riwayat hipertensi dan kehamilan tidak diinginkan

L. SARAN

1) Bagi Masyarakat
a. Sebaiknya ibu merencanakan kehamilannya pada waktu yang tepat,
yaitu 20-35 tahun.
b. Ibu hamil agar tidak melakukan aktivitas fisik yang terlalu berat.
c. Sebaiknya ibu hamil tidak terbebani oleh masalah-masalah yang dapat
menyebabkan stres.
d. Sebaiknya ibu menelusuri apakah dalam keluarganya terdapat riwayat
preeklamsia keluarga, agar dapat mencegah terjadinya preeklamsia.
e. Sebaiknya ibu menghindari paparan asap rokok di rumahnya maupun
di lingkungan tempat tinggalnya.
f. Bagi perokok, sebaiknya merokok dilakukan di tempat tersendiri agar
tidak membahayakan orang di sekitar, terutama ibu hamil.
2) Bagi Instansi Kesehatan
a. Pada saat pelaksanaan program kelas ibu hamil dan posyandu dapat
memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu hamil tentang
pentingnya mengurangi aktivitas fisik tinggi, mengurangi stres,
memberikan konseling kepada ibu tentang masalah-masalah yang
dihadapi.
b. Melakukan penyuluhan tentang komplikasi pada masa kehamilan di
lingkungan kerja, seperti perusahaan-perusahaan atau industri rumah
tangga, karena banyak ibu hamil yang bekerja.
c. Melakukan penyuluhan secara berkelanjutan tentang bahaya paparan
asap rokok di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani W.I., Setiowulan W. 2007. Kapita Selekta


Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. p.114-118.
BIBLIOGRAPHY Sinclair, C. (2008). Buku Saku Kebidanan ( A Mid Wife's Handbook). (E.
M. Wahyuningsih, Ed.) Jakarta: Kedokteran EGC.

Saifuddin, A.B. 2020. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. p.211-214.

Wiknjosastro, Gulardi H. 2020. Buku Ilmu Kebidanan edisi Ketiga Cetakan


Ketujuh. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohaijo. Jakarta, Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai