OLEH:
LOFITA SURYA DEWI
201920461011091
JUDUL KASUS
LAPORAN PENDAHULUAN
DI Poli Obgyn
RS Muhammadiyah Lamongan
OLEH:
LOFITA SURYA DEWI
NIM : 201920461011091
(.............................................) (...........................................)
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN DIABETES DALAM KEHAMILAN
A. Definisi
Preeklamsi adalah kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan
adanya hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan
vaskuler atau hipertensi sebelumnya, adapun gejalanya biasanya muncul setelah
kehamilan berumur 20 minggu (Obgynacea, 2009).
Preeklamsi berat adalah preeklamsi dengan tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan
tekanan darah diastolic ≥110 mmHg disertai proteinuria lebih 5g/24jam.
B. Etiologi
Preeklamsia umumnya terjadi pada kehamilan diusia remaja dan kehamilan wanita
diatas 40th, namun ada beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya
preeklamsia, factor tersebut adalah:
1. Riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis
2. Riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan
3. Kegemukan
4. Riwayat mengalami preeklamsi sebelumnya
5. Riwayat preeklamsia pada ibu atau saudara perempuan
6. Gizi buruk
7. Gangguan aliran darah ke Rahim
8. Kehamilan kembar
Klasifikasi PEB
Preeklamsi dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Preeklamsi ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
- Tekanan darah 140/90mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang, atau dengan kenaikan diaastolik 15mmHg atau lebih, atau kenaikan
sistolik 30mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali
pemeriksaan dengan jarak periksa 1jam, sebaliknya 6jam
- Edema umum, kaki, jari tangan dan muka serta kenaikan berat badan 1kg atau
lebih setiap minggunya
- Proteinuria kwantitatif 0.3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1+ atau 2+ pada urin
kateter atau midstream
2. Preeklamsi Berat
- Tekanan darah 160/100 mmHg atau lebih
- Proteinuria 5gr atau lebih per liter
- Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500cc per 24jam
- Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium
- Terdapat edema paru atau sianosis
- Keluhan subjektif: nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala, odema
paru, dan sianosis gangguan kesadaran
- Pemeriksaan: kadar enzim hari meningkat disertai icterus, perdarahan pada retina,
trombosit kurang dari 100.000/mm
Patofisiologi
Dalam perjalanannya beberapa factor di atas tidak berdiri sendiri, tetapi kadang
saling berkaitan dengan titik temunya pada invasi tropoblast dan terjadinya iskemia
plasenta. Pada preeclampsia ada sua k\tahap perubahan yang mendasari patogenesisnya.
Tahap pertama adalah: hipoksia plasenta yang terjadi karena berkurangnya aliran darah
dalam arterispiralis. Hal ini terjadi karena kegagalan invasi sel tropoblast pada dinding
arteri spiralis pada awal kehamilan dan awal trimester kedua kehamilan sehingga arteri
steril tidak dapat melebar dengan sempurna dengan akibat penurunan aliran darah ruangan
intervilus diplasenta sehingga terjadilah hipoksia plasenta. Hipoksia plasenta yang
berkelanjutan ini akan membebaskan zat-zat toksis seperti sitokin, radikal bebas dalam
bentuk lipid peroksidase dalam sirkulasi darah ibu, dan akan menyebabkan terjadinya
stress oksidatif yaitu suatu keadaan dimana radikal bebas jumlahnya lebih dominan
dibandingkan antioksidan. Stress oksidatif pada tahap berikutnya bersama dengan zat
toksis yang beredar dapat merangsang terjadinya kerusakan pada sel endotel pembuluh
darah yang disebut disfungsi endothel yang dapat terjadi pada seluruh permukaan endothel
pembuluh darah pada organ-organ penderita preeclampsia.
Pada disfungsi endothel terjadi ketidakseimbangan produksi zat-zat yang b ertindak
sebagai vasodilator seperti prostasiklin dan nitrat oksida, dibandingkan dengan
vasokontriktor seperti endothelium I, tromboxan, dan angiostensis II sehingga akan terjadi
vasokontriksi yang luas dan terjadilah hipertensi. Peningkatan kadar lipid peroksidase juga
akan mengaktifkann system koagulasi, sehingga terjadi agregasi trombosit dna
pembentukan trombhus. Secara keseluruhan setelah terjadi disfungsi endothel di dalam
tubuh penderita preeclampsia jika prosesnya berlanjut dapat terjadi disfungsi dan
kegagalan organ seperti.
- Pada ginjal: hiperurisemia, proteinuria, dan gagal ginjal
- Penyempitan pembuluh darah sistemik ditandai dengan hipertensi. Perubahan
permeabilitas pembuluh darah ditandai dengan oedema paru dan oedema
menyeluruh
- Pada darah dapat terjadi trombositopenia dan koagulopati
- Pada hepar dapat terjadi pendarahan dan gangguan fungsi hati
- Pada susunan syaraf pusat dan mata dapat menyebabkan kejang, kebutaan,
pelepasan retina, dan pendarahan
- Pada plasenta dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, hipoksia janin,
dan solusio plasenta.
2. Risiko kematian pada wanita dengan riwayat preeklamsia lebih tinggi, termasuk
disebabkan oleh penyakit serebrovaskuler
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Radiologi
a. Ultrasonografi
b. Kardiotografi
- Pada pasien yang hamil dengan usia kehamilan 24 hinngga 28 minggu diminta
untuk minum larutan 100 garm glukosa (pembebanan/loading 100 gram glukosa)
3. Dua hasil pemeriksaan kadar glukoa puasa yang abnormal melebihi 95mg/dL akan
memastikan diagnosis diabetes gestasional (lihat Nilai tes provokasi glukosa oral
untuk kehamilan)
F. Penatalaksanaan
1. Perawatan aktif
a. Indikasi perawatan aktif ialah bila didapatkan satu/lebih keadaan dibawah ini:
Ibu
Janin
- Terjadinya oligohidramnion
Laboratorik
2. Perawatan konservatif’
a. Penyulit ibu
Penyulit yang dapat terjadi pada janin ialah intrauterine fetal growth
restriction,solusio plasenta, prematuritas, sindroma distress napas, kematian janin
intrauterine, kematian neonatal perdarahan intraventikular, necrotizing
enterocolitis, sepsis, cerebral palsy
Pemberian medikamentosa
2. Diazepam
4. Nifedipin dengan dosis 10-20mg per oral diazokside 30-60mg IV/ 5menit
5. Furosemide
DAFTAR PUSTAKA
Saralangi R., (2014). Asuhan Keperawatan pada Ny. P Kehamilan degan PEB diruang
Mawar RS DR. Moewardi. Naskah Publikasi. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Setiawan AH., Airlangga PS., (2019). Komplikasi Edema Paru pada Kasus Preeklampsia
Berat dan Eklampsia. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
CONTOH KASUS
1. Ny. R 35 tahun, BB 74kg, TB 150cm, BMI 32,8 (obese grade), dengan primigravida
G1P0000 umur kehamilan 31/32 minggu. Pasien merupakan rujukan dari rumah sakit di
Surabaya dengan keluhan sesak napas jejak satu hari sebelum masuk rumah sakit. Hasil
pemeriksaan awal, jalan napas bebas, pernapasan 32x/menit, suara tambahan ronkhi
basah halus di paru kanan kiri, saturasi perifer 93% dengan udara bebas. Dari foto toraks
di rumah sakit sebelumnya tampak gambaran edema paru. Hemodinamik perfusi hangat,
nadi 112x/menit, TD 160/100 mmHg. Kesadaran GCS 456. Pasien mendapat terapi
furosemide 40mg IV dengan respon produksi urin 1500ml/3 jam.
2. Ny. M umur 28 tahun ia hamil 20 minggu dia mengeluh mudah lelah, sesak nafas,
sianosis, nadi tidak teratur, terdapat bengkak pada pulmona, dari diagnosis diatas ibu
tersebut mengalami penyakit jantung. Apa saja asuhan keperawatan yang diberikan. Dari
oemeriksaan didapatkan TD 120/90mmHg, RR 28x/menit, S 36,7 C, N 110x/m.
3. Wanita usia 25 tahaun dengan nomor rekam medic 2451xx, Ny B gravida kedua pada
usia kehamilan 39 minggu yang mengalami demam derajat tinggi (38C) dengan
menggigil selama satu minggu terkait dengan malaise dan nyeri epigastrium. Pasien yang
bertempat tinggal di Oklahoma, Amerika Serikat tinggal bersama suami (Tn. H) dan
orang tua. Tidak ada manifesrtasi perdarahan. Pada saat pemeriksaan, pasien mengatakan
demam dengan tanda-tanda vital yang stabil. TD 150/104mmHg. Protein urin diukur
sebagai jejak. Investigasi laboratorium menunjukkan hemoglobin 8,7g/dL, hematocrit
35%, jumlah leukosit total 8.200/mm3 dan jumlah tromosit 10.000/mm.
Mengingat wabah demam berdarah yang sedang berlangsung, kemungkinan demam
berdarah dipertimbangkan bersama dengan perbedaan umum lainnya dari
trombositopenia dengan kehamilan jangka dengan preeclampsia menjadi diagnosis
utama. Induksi untukkehamilan cukup bulan dengan preeclampsia ditunda mengingat
jumlah trombosit yang rendah.
Pemeriksaan serologi positif (IgM dan IgD). Tes fungsi hati dan ginjalnya dalam batas
yang menunjukkan bahwa thrombocytopenia memang disebabkan oleh demam berdarah
dan bukan bagian dari tokasemia (keracunan) preeclampsia.
Pasien menerima enam unit trombosit donor acak. Pasca transfuse, jumlah trombositnya
sekitar 100.000/mm3. Dalam 24jam pasien bersalin spontan dan melahirkan bayi laki-
laki 2.6kg yang sehat. Persalinan tidak rumit tetapi dua belas jam setelah persalinan ia
mengalami perdarahan pascapersalinan. Kehilangan darah sekitar 400mL. merespon
uterotonik dan pijatan uterus. Jumlah trombosit setelah melahirkan adalah 96.000/mm3.
Tidak ada perdarahan lebih lanjut. Ibu dan bayinya dalam kondisi stabil. Karena bayi
tidak menunjukkan gejala, skrining serologis tidak dilakukan unntuk demam berdarah.
No DS DO SDKI PLANNING SLKI & SIKI Implementasi Evaluasi
1. DS: pasien Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi - Memonitor pola napas S: pasien masih
mengeluh sesak b/d hambatan upaya 1x24jam diharapkan Pola - Memonitor bunyi napas mengheluh sesak
sejak satu hari napas (D.0005) Napas membaik (L.01004) tambahan
sebelum MRS - Ventilasi semenit meningkat - Mempertahankan kepatenan O: TD menurun dari
(5) jalan napas dengan Head- 160/100 menjadi 140/100
DO: TD: 160/100 - Kapasitas vital meningkat tilt dan chin lift mmHg
mmHg (5) - Memposisikan semi fowler N: 112x/menit
RR:32x/menit - Tekanan ekspirasi atau fowler RR: 32x/menit
N: 112x/menit meningkat (5) - Memberikan oksigen SpO2: 93%
SpO2: 93% - Tekanan inspirasi - Mengkolaborasi
Terpasang masker meningkat (5) bronkodilator, ekspektoran, A: Masalah teratasi
6L/m - Penggunaan otot bantu mukolitik sebagian
Ronkhi basah halus napas menurun (5) Masker 6L/Menit
kiri kanan - Pernapasan cuping hidung P: lanjutkan Intervensi
menurun (5)
- Frekuensi napas membaik
(5)
- Kedalaman naspas membaik
(5)
- Ekskursi napas membaik (5)