KEPERAWATAN JIWA
PANSS EC
Oleh :
MELLA DESYA
NIM. 201920461011097
Pendahuluan
a. Pengertian
Agitasi dan perilaku agresif, terutama akibat gangguan psikiatri, cukup sering ditemukan
di instalasi gawat darurat dan unit psikiatri. Agitasi dan perilaku agresif pada pasien
dengan psikosis bisa muncul dalam bentuk peningkatan aktivitas motorik dan aktivasi
emosional. Pada kondisi gawat darurat, ada risiko untuk terjadinya cedera pada pasien
dan petugas. Untuk itu diperlukan tindakan yang cepat dan efektif untuk meminimalkan
risiko, serta mencegah eskalasi agresi menjadi perilaku kekerasan.
PANSS-EC menilai berbagai komponen aktivitas motorik dan aktivasi emosional pada
pasien. Penelitian menunjukkan bahwa PANSS-EC merupakan skala yang valid dan
efektif dalam penilaian agitasi dan perilaku agresif. PANSS-EC juga bisa digunakan untuk
monitoring dan evaluasi penatalaksanaan pasien dengan agitasi atau agresi.
Agitasi dan perilaku agresif biasanya merupakan satu rangkaian peristiwa yang
berkelanjutan. Etiologinya bisa gangguan psikiatri atau gangguan organik lainnya. Bila
kondisi pasien menyebabkan dokter sulit untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
gangguan organik, maka sebaiknya diasumsikan bahwa perilaku pasien disebabkan oleh
gangguan organik. Contoh gangguan psikiatri yang dapat menyebabkan agitasi dan
perilaku agresif adalah depresi, skizofrenia, dan alkoholisme.
c. Gangguan Organik
Agitasi dan perilaku agresif yang disebabkan oleh gangguan organik biasanya :
d. Gangguan Psikiatri
Mempunyai onset akut atau subakut, tapi tidak disertai dengan perubahan tingkat
kesadaran
1. Demam
2. Takikardi
3. Takipnea
4. Berkeringat secara berlebihan
Perubahan 5. Tremor
parameter fisik 6. Tanda-tanda neurologis, seperti kesulitan berjalan
e. Komponen dan Cara Penilaian PANSS-EC
1 (tidak ditemukan)
2 (minimal, patologis diragukan)
3 (ringan)
4 (sedang)
5 (agak berat)
6 (berat)
7 (sangat berat)
Penilaian didasarkan atas observasi selama anamnesis dengan pasien dan atau
berdasarkan laporan keluarga. Skor dari kelima item kemudian dijumlahkan sehingga
didapatkan rentang antara 5-35.
f. Gaduh Gelisah
Gaduh gelisah adalah hiperaktivitas yang ditampilkan dalam bentuk percepatan perilaku
motorik, peningkatan respons terhadap stimulus, waspada berlebihan, atau labilitas alam
perasaan yang berlebihan. Poin ini dinilai dengan manifestasi perilaku selama anamnesis
dan juga laporan perawat atau keluarga tentang perilaku.
4. Sedang : agitasi atau mudah terangsang yang jelas terbukti selama anamnesis,
mempengaruhi pembicaraan dan mobilitas umum atau ledakan-ledakan episodik
yang terjadi secara sporadik
5. Agak berat : tampak hiperaktivitas yang bermakna, atau sering terjadi ledakan-
ledakan atau aktivitas motorik yang menyebabkan kesulitan bagi pasien tetap
duduk untuk waktu yang lebih lama dari beberapa menit dalam setiap kesempatan
g. Ketegangan
Ketegangan didefinisikan sebagai manifestasi yang jelas tentang ketakutan, ansietas, dan
agitasi, seperti kekakuan, tremor, keringat berlebihan, dan ketidaktenangan. Poin ini
dinilai berdasarkan laporan lisan yang membuktikan adanya anxietas dan derajat
keparahan. Manifestasi fisik ketegangan dapat dilihat selama anamnesis.
h. Permusuhan
Permusuhan didefinisikan sebagai ekspresi verbal dan nonverbal tentang kemarahan dan
kebencian, termasuk sarkasme, perilaku pasif agresif, caci maki, dan penyerangan. Poin
dinilai berdasarkan perilaku interpersonal yang diamati selama anamnesis dan laporan
oleh perawat atau keluarga.
4. Sedang : adanya sikap bermusuhan yang nyata, sering memperlihatkan iritabilitas, dan
ekspresi kemarahan atau kebencian yang langsung
5. Agak berat : pasien sangat mudah marah dan kadang-kadang memaki dengan kata-
kata kasar atau mengancam
6. Berat : tidak kooperatif dan mencaci maki dengan kasar atau mengancam, khususnya
dalam upaya mempengaruhi pemeriksa, dan berdampak serius terhadap hubungan
sosial. Pasien dapat beringas dan merusak tapi tidak menyerang orang lain secara fisik
7. Sangat berat : kemarahan yang hebat yang mengakibatkan subyek sangat tidak
kooperatif, menghalangi interaksi, atau secara episodik melakukan penyerangan fisik
terhadap orang lain
i. Tidak Kooperatif
Aktif menolak untuk patuh terhadap keinginan tokoh bermakna termasuk pemeriksa, staf
rumah sakit atau keluarga yang mungkin disertai dengan rasa tidak percaya, defensif,
keras kepala, negativistik, penolakan terhadap otoritas, hostilitas, atau membangkang.
Dinilai melalui perilaku interpersonal yang diobservasi selama anamnesis dan juga
dilaporkan oleh perawat atau keluarga.
1. Tidak ditemukan adanya ketidak kooperatifan
3. Ringan : patuh tapi disertai sikap marah, tidak sabar, atau sarkasme, mungkin ada
penolakan yang tidak mengganggu penyelidikan terhadap masalah-masalah sensitif
selama anamnesis
5. Agak berat : pasien seringkali tidak patuh terhadap tuntutan lingkungan dan mungkin
sering disebut sebagai orang yang mempunyai masalah sikap yang serius. Ketidak
kooperatifan tercermin jelas dalam sikap defensif atau iritabilitas terhadap pemeriksa
dan mungkin tidak bersedia menghadapi banyak pertanyaan
7. Sangat berat : resistensi aktif yang jelas berdampak serius terhadap hampir seluruh
fungsi. Pasien mungkin menolak untuk ikut berpartisipasi dalam aktivitas sosial
apapun, mengurus kebersihan diri, bercakap-cakap dengan keluarga, dan bahkan
untuk berpartisipasi dalam anamnesis yang singkat sekalipun
4. Sedang : dengan provokasi minimal, pasien menjadi marah dan mencaci maki.
Mungkin sesekali mengancam, merusak, atau terdapat satu-dua episode yang
melibatkan konfrontasi fisik atau perselisihan ringan
Interpretasi PANSS-EC
Setelah dilakukan penilaian untuk skor masing-masing item penilaian selama anamnesis, skor
dari kelima item penilaian dijumlahkan. Interpretasi skor PANSS-EC di Indonesia masih
berbeda-beda pada setiap pusat layanan kesehatan, namun secara garis besar guideline yang
digunakan sebagai berikut:
1. Skor ≥ 10 – 14
Skor PANSS-EC > 10 - 14 dan salah satu atau lebih komponen mempunyai skor > 4,
maka ini adalah indikasi untuk dilakukan intervensi medis.
Skor PANSS-EC > 15 - 19 dan salah satu atau lebih komponen mempunyai skor > 5 atau
risiko menyakiti diri sendiri atau orang lain, maka ini adalah indikasi untuk rawat inap.
Skor PANSS-EC > 20 dan salah satu atau lebih komponen mempunyai skor > 5 adalah
indikasi untuk seklusi.
Evaluasi adanya luka atau cedera pada area yang akan diikat
Pilih bahan pengikat yang aman dan nyaman dari kain katun.
Pengikatan sebaiknya dilakukan oleh beberapa orang, dimana ada yang
bertugas memegang kepala dan masing-masing ekstremitas.
Pengikatan dilakukan di tengah tempat tidur, dengan posisi kaki lurus, satu
tangan di samping badan dan tangan yang lain di atas kepala.
Ikatan sebaiknya tidak terlalu kencang dan tidak terlalu longgar, dan berikan
bantal di kepala.
Lakukan monitoring setiap 15 menit.
Kesimpulan
Masing-masing item mempunyai skala penilaian antara 1-7 dengan total skor antara 5-35.
Total skor antara 25-35 menunjukkan indikasi untuk rawat inap. Interpretasi skor PANSS-EC
di Indonesia masih berbeda-beda pada setiap pusat layanan kesehatan. Secara umum, apabila
didapatkan salah satu komponen ≥4 atau total skor ≥10, maka sudah indikasi untuk dilakukan
intervensi medis. Intervensi awalnya dilakukan dengan pendekatan verbal dan menggunakan
obat oral. Jika tidak memungkinkan, maka digunakan obat injeksi atau bahkan restrain fisik.
Daftar Pustaka
Montoya A, Valladares A, Lizán L, San L, Escobar R, Paz S. Validation of the Excited Component of the
Positive and Negative Syndrome Scale (PANSS-EC) in a naturalistic sample of 278 patients with acute
psychosis and agitation in a psychiatric emergency room. Health Qual. Life Outcomes 2011;9:18.
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3078838/)
Vieta E, Garriga M, Cardete L, Bernardo M, Lombraña M, Blanch J, et al. Protocol for the management of
psychiatric patients with psychomotor agitation. BMC Psychiatry 2017
(http://bmcpsychiatry.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12888-017-1490-0)
Van den Oord EJCG, Rujescu D, Robles JR, Giegling I, Birrell C, Bukszár J, et al. Factor structure and
external validity of the PANSS revisited. Schizophr. Res. 2006;82:213–23.
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16229988)
Bauer JØ, Stenborg D, Lodahl T, Mønsted MM. Treatment of agitation in the acute psychiatric setting. An
observational study of the effectiveness of intramuscular psychotropic medication. Nord. J. Psychiatry
2016;70:599–605. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27284637)
Garriga M, Pacchiarotti I, Kasper S, Zeller SL, Allen MH, Vázquez G, et al. Assessment and management
of agitation in psychiatry: Expert consensus. World J. Biol. Psychiatry Off. J. World Fed. Soc. Biol.
Psychiatry 2016;17:86–128. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26912127)