Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL

“TERAPI BERMAIN MENIUP ALAT MUSIK PIANIKA TERHADAP


STATUS OKSIGENASI PADA ANAK PRASEKOLAH DENGAN
PNEUMONIA”
DI RUANGAN HUSAIN RSI AISYIYAH MALANG

Di susun oleh :

Kelompok 13

Annisa Nur Baiyyinah 201920461011073

Dea Claresa Anggraini 201920461011074

Marisa Rizky Hardiyanti 201920461011065

Adellia Putri 201920461011069

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
proposal ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Terapi
Bermain Alat Musik Pianika Terhadap Status Oksigenasi Pada Anak Prasekolah
(3-6 Tahun) dengan Pneumonia”. Proposal ini berisikan tentang preplaning terapi
bermain yang akan diberikan oleh kelompok anak usia prasekolah (3-6 Tahun) di
rumah sakit.
Di harapkan proposal ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang bagaimana car melakukan terapi bermain, salah satunya terapi bermain
menyusun lego sederhana. Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan proposal ini
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan proposal ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Malang, 27 Juni 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................3
1.3 Manfaat......................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................4
2.1 Konsep Dasar Bermain..............................................................................4
2.1.1 Pengertian...........................................................................................4
2.1.2 Fungsi Bermain..................................................................................5
2.1.3 Kategori Bermain...............................................................................6
2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain.................................7
2.1.5 Alat Permainan Edukatif (APE).........................................................8
2.1.6 Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia...........................................9
2.2 Konsep Dasar Anak Prasekolah..............................................................11
2.2.1 Pengertian Anak Prasekolah............................................................11
2.2.2 Tahap Perkembangan Usia Prasekolah............................................11
2.3 Bermain di Rumah Sakit.........................................................................13
2.3.1 Prinsip Bermain Di Rumah Sakit.....................................................13
2.3.2 Rencana Bermain.............................................................................13
2.4 Bermain Meniup Alat musik...................................................................13
BAB III SAP TERAPI BERMAIN ANAK USIA TODDLER.........................17
3.1 Tujuan Instruksional Umum (TIU).........................................................17
3.2 Tujuan Instruksional Khusus (TIK)........................................................17
3.3 Sasaran dan Target..................................................................................17
3.3.1 Kriteria.............................................................................................17
3.4 Sarana Dan Media...................................................................................18
3.5 Pengorganisasian dan Uraian Tugas........................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi
dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh
bakteri, virus ataupun jamur, yang sering terjadi pada anak-anak, sebagian besar
pada usia prasekolah dan balita (Schot et al., 2018). Pneumonia dapat disebabkan
oleh berbagai macam etiologi seperti bakteri, virus, mikoplasma, jamur atau
bahan kimia atau benda asing yang teraspirasi. Kuman penyebab pneumonia
biasanya berbeda pada setiap tingkat usia anak. Namun sebagian besar kasus
pneumonia disebabkan oleh Streptococcus pneumonia yang terjadi hampir pada
semua kelompok usia anak.
Anak dengan pneumonia menunjukkan beberapa gejala klinis seperti batuk
berat, demam, napas cepat hingga sesak dan masalah oksigenasi seperti kebiruan
di bibir dan kuku jari, yang menunjukkan kurangnya O2 di darah atau jaringan.
Anak dengan pneumonia biasanya mendapatkan terapi dan perawatan medis, serta
mengalami beberapa tindakan medis yang efeknya akan menimbulkan stress
berupa kecemasan dan emosi negatif lainnya. Jika anak stress maka akan
berdampak pada percepatan status perbaikan dan pemulihan kesehatannya selama
dirawat (Engage & Creek, 2018).
Kondisi sakit dan dirawat di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan salah
satu upaya untuk mendapatkan perawatan yang adekuat untuk mencapai
kesehatan yang optimal pada individu yang mengalami sakit. Namun di sisi
lain, hospitalisasi akan menimbulkan stres, baik pada anak itu sendiri maupun
keluarganya. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami
anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit,
untuk itu dengan melakukan terapi bermain, anak akan terlepas dari ketegangan
dan stress yang dialaminya, karena dengan melakukan terapi bermain saat
perawatan di rumah sakit anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (Tesaningrum & Mariyam, 2014).

1
2

Anak usia prasekolah menunjukkan karakteristik yang khas, yaitu banyak


bergerak, tidak bisa diam dan mulai mengembangkan kemampuan diri dan
kemampuannya untuk mandiri, oleh karena itu dalam melakukan permainan, anak
lebih bebas, spontan, dan menunjukkan otonomi baik dalam memilih mainan
maupun dalam aktivitas bermainnya, anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar
oleh karena itu seringkali mainannya dibongkar pasang, bahkan dirusaknya, untuk
itu harus diperhatikan keamanan dan keselamatan anak dengan cara tidak
memberikan alat permainan yang tajam dan menimbulkan perlukaan. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan pengaruh hospitalisasi pada
anak yaitu dengan melakukan terapi bermain. Bermain adalah suatu kegiatan yang
dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian
dan memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan
imajinasi anak. Terapi bermain adalah suatu kegiatan bermain yang dilakukan
untuk membantu dalam proses penyembuhan anak dan sarana dalam melanjutkan
pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal. Terapi bermain yang
diberikan pada anak usia prasekolah harus menyesuaikan dengan tahapan
perkembangan sesuai usianya (Sudono, 2006; Tesaningrum & Mariyam, 2014).
Permainan yang cocok diterapkan untuk anak usia prasekolah dengan
pneumonia salah satunya adalah PLB (Pursed Lip Breathing) seperti bermain
musik tiup (harmonika, pianika, recorder), meniup balon dan bernyanyi. Anak
dengan pneumonia perlu diberikan dukungan untuk dapat berlatih bernapas
sehingga kemampuan paru untuk inspirasi dan ekspirasi maksimal sesuai dengan
kebutuhan oksigennya. Dengan demikian kondisi hipoksemia dapat dihindari,
dengan mengetahui dini nilai saturasi oksigen melalui pengukuran pulse oximetry.
Pneumonia pada anak saat ini masih menjadi permasalahan serius, karena
selain jumlah penderitanya yang cukup banyak insiden ini juga dapat
menyebabkan kematian pada anak yang berkaitan dengan permasalahan
pernapasan terutama oksigenasinya. Anak yang dirawat dirumah sakit akan
menerima beberapa hal atau tindakan yang berbeda berkaitan dengan
kehidupannya, mulai dari lingkungan yang asing, dan beberapa prosedur medis
yang tidak dapat dihindari, yang akan menimbulkan emosional negatif seperti
perasaan marah, cemas, dan perasaan tidak berdaya karena kondisi penyakit.
3

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masah ini adalah
dengan bermain teraupeutik. Penulis tertarik untuk melakukan literature review
tentang bermain terapeutik untuk mengetahui keoptimalan status oksigen anak
dengan permasalahan pernapasan terutama pneumonia dengan melihat saturasi
oksigen. Oleh karena itu untuk mengatasi anak dengam pneumonia yang sedang
dirawat di rumah sakit kami mengambil terapi bermain meniup alat musik pianika
dimana permainan ini dapat melatih kemampuan paru untuk inspirasi dan
ekspirasi maksimal sesuai dengan kebutuhan oksigennya dengan cara yang lebih
menyenangkan.

1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Melihat keefektifan alat musik pianika yang dapat memperbaiki pernafasan
anak prasekolah dengan pneumonia.
2. Tujuan khusus
a. Terapi bermain meniup alat musik pianika selama 20-30 menit
memberikan efek fisiologis seperti optimalisasi fungsi paru,
meningkatkan oksigenasi melalui penilaian fungsi paru dan saturasi O2.
b. Untuk melatih gerakan pernapasan sesuai dengan ritme musik.

1.3 Manfaat
1. Membantu proses penyembuhan.
2. Sebagai sarana terapi non-farmakologi.
3. Pasien merasa senang menjalani terapi pernapasan dengan peniupan pianika.
4. Meningkatkan reatifitas .
5. Meningkatkan koordinasi motorik dan penalaran kognitif .
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Bermain


2.1.1 Pengertian
Bermain berasal dari kata main yang berarti perbuatan untuk
menyenangkan hati (yang dilakukan dengan alat-alat kesenangan atau tidak)
misalnya pianika, bola, layang-layang dan lain-lain. Sedangkan bermain dalam
kamus bahasa Indonesia berarti melakukan sesuatu dengan alat dan sebagainya
untuk bersenang-senang (Poerwadarminta, 2015).
Bermain merupakan salah satu aktivitas di mana anak dapat melakukan
atau mempraktikan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran,
menjadi kreatif serta mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa.
Sebagai suatu aktivitas yang memberikan stimulasi dalam kemampuan
keterampilan, kognitif dan afektif maka seharusnya diperlukan suatu bimbingan,
mengingat bermain bagi anaj merupakan suatu kebutuhan bagi dirinya
sebagaimana kebutuhan lainnya, seperti halnya kebutuhan makan, kebutuhan akan
rasa ama, kebutuhan kasih sayang dan lain-lain. Dengan bermain, anak akan
selalu mengenal dunia, mampu mengembangkan kematangan fisik, emosional dan
mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas
dan penuh inovatif (A. A. Hidayat, 2008).
Bermain merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan aktivitas yang dapat
menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dan merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain merupakan
media yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak-anak akan belajar
berkomunikasi, menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, melakukan apa
yang dapat dilakukannya, dan dapat mengenal waktu, jarak serta suara.

4
5

2.1.2 Fungsi Bermain


Fungsi bermain pada anak diantaranya sebagai berikut (A. A. Hidayat,
2008):
1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan
melakukan rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini
aktifitas anak dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh
bayi dapat dilakukan rangsangan taktil,audio dan visual melalui
rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat. Hal
tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau
dirangsang visualnya maka anak di kemudian hari kemampuan visualnya
akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru
dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau
dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran di kemudian hari
anak lebih cepat berkembang.
2. Membantu Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal
ini dapat terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba
melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek
permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan
dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan
berbagai manfaat benda yang digunakan dalam permainan,sehingga fungsi
bermain pada model demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif
selanjutnya.
3. Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh
dimana pada usia bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap
kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang dunianya sama, pada
usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini
sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain
peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang guru, jadi
seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain,
6

kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan


teman sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi
dengan teman dan orang lain.
4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas,
dimana anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada
dan mampu memodifikasi objek yang akan digunakan dalam permainan
sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini, seperti
bermain bongkar pasang mobil- mobilan.
5. Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk
ekplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang
merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan, anak mau
belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.
6. Mempunyai Nilai Terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman
sehingga adanya stres dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat
bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.
7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada
anak, hal ini dapat dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah
dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya,
dan juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus
dilakukan tidak boleh dilanggar.
2.1.3 Kategori Bermain
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain
aktif dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif
kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan
bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain.
1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa
yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi (Wong, 2000)
7

a. Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)


Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut.Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-
ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-kadang
berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (Construction play)
Pada anak umur 1-3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok
menjadi rumah-rumahan, menyusun lego sederhana dll.
c. Bermain drama (Dramatik play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudara-
saudaranya atau dengan teman-temannya.
d. Bermain fisik
Bermain bola, tali, dan sebagainya
2. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan
mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain
aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya,
contohnya:
1) Melihat gambar- gambar buku/majalah.
2) Mendengarkan cerita atau musik.
3) Menonton televisi.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam
bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
1) Kesehatan anak menurun.
2) Tidak ada variasi dari alat permainan.
3) Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
4) Tidak mempunyai teman bermain
2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
Menurut (Supartini, 2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak
dalam bermain yaitu:
a. Tahap perkembangan anak, aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak
yaitu harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak,
8

karena pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan


perkembangan anak.
b. Status kesehatan anak, untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan
energi bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang
sakit.
c. Jenis kelamin anak, semua alat permainan dapat digunakan oleh anak
laki-laki atau anak perempuan untuk mengembangkan daya pikir,
imajinasi, kreativitas dan kemampuan sosial anak. Akan tetapi,
permainan adalah salah satu alat untuk membantu anak mengenal
identitas diri.
d. Lingkungan yang mendukung, dapat menstimulasi imajinasi anak dan
kreativitas anak dalam bermain.
2.1.5 Alat Permainan Edukatif (APE)
Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan
tingkat perkembangannya, serta berguna untuk:
1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat
menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik
kasar dan halus. Contoh alat bermain motorik kasar: sepeda, bola, mainan
yang ditarik dan didorong, tali, dll. Motorik halus: gunting, pensil, bola,
balok, lilin, dll.
2. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat
yang benar. Contoh alat permainan: buku bergambar, buku cerita,
majalah, radio, tape, TV, dll.
3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran,
bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan: buku bergambar, buku cerita,
puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.
4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan
interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat. Contoh alat permainan:
alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali,
dll.
9

2.1.6 Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia


1. Usia 0 – 12 bulan
Tujuannya adalah:
1) Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 buflan), misalnya mengisap,
menggenggam.
2) Melatih kerjasama mata dan tangan.
3) Melatih kerjasama mata dan telinga.
4) Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
5) Melatih mengenal sumber asal suara.
6) Melatih kepekaan perabaan.
7) Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan:
1) Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
2) Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
3) Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
4) Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
5) Alat permainan berupa selimut dan boneka.
2. Usia 13-24 bulan
Tujuannya adalah:
1) Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
2) Memperkenalkan sumber suara.
3) Melatih anak menyusun barang secara sederhana
4) Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
5) Melatih imajinasinya.
6) Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk
kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
1) Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
2) Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
3) Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga (misalnya: cangkir
yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-
10

balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-


coret, krayon/pensil berwarna.
3. Usia 25-36 bulan
Tujuannya adalah:
1) Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
2) Mengembangkan keterampilan berbahasa.
3) Melatih motorik halus dan kasar.
4) Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal
dan membedakan warna).
5) Melatih kerjasama mata dan tangan.
6) Melatih daya imajinansi.
7) Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan:
1) Alat-alat untuk menggambar
2) Lilin yang dapat dibentuk
3) Pasel (puzzle) sederhana
4) Manik-manik ukuran besar
5) Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
6) Bola.
4. Usia 32-72 bulan
Tujuannya adalah:
1) Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
2) Mengembangkan kemampuan berbahasa
3) Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
4) Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara).
5) Membedakan benda dengan permukaan.
6) Menumbuhkan sportivitas
7) Mengembangkan kepercayaan
8) Mengembangkan kreativitas
9) Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
11

10) Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan


kasar.
11) Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya.
12) Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misalnya:
pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
13) Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan:
1) Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak,
alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
2) Teman-teman bermain: anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.

2.2 Konsep Dasar Anak Prasekolah


2.2.1 Pengertian Anak Prasekolah
Anak usia prasekolah atau awal masa kanak-kanak adalah anak yang berusia
antara 3-6 tahun. Usia prasekolah dikatakan sebagai masa bermain, karena setiap
waktu diisi dengan bermain. Mainan merupakan alat yang sangat penting dari
aktivitas bermain (Adriana, 2013).
Bagi anak usia prasekolah, sakit merupakan sesuatu yang menakutkan.
Selain itu, perawatan dirumah sakit dapat menimbulkan cemas karena anak
merasa kehilangan lingkungan yang dirasakannya aman, penuh kasih sayang dan
menyenangkan. Anak juga harus meninggalkan rumah dan lingkungan yang
dikenalnya, permainan, dan teman sepermainannya (Supartini, 2012).
2.2.2 Tahap Perkembangan Usia Prasekolah
Pada usia prasekolah (3-6 tahun) anak memasuki tahap initiate vs guilt, pada
masa ini anak-anak dalam masa energik untuk belajar dan merasa puas saat
bermain. Perkembangan kesadaran atau super ego, belajar tentang baik-buruk,
benar-salah yang merupakan awal dari perkembangan moral. Kemampuan
berbahasa meningkat, aktif di luar rumah. Lingkungan mulai menuntut, misalnya
merapikan mainannya, membantu ibu, sehingga anak merasa diikut sertakan. Bila
aktivitasnya dicela atau dianggap tidak baik anak akan merasa bersalah (Latif,
2012)
12

Menurut tahap perkembangan Jean Piaget anak usia 2-7 tahun memasuki
pada tahap preoperasional, ciri khas fase ini adalah anak mengucapkan kata yang
diulang-ulang (egosentris speech). Belum dapat berfikir untuk memanipulasi
obyek yang berhubungan dengan logika, penyelesaian masalah didasarkan pada
apa yang dilihat dan didengar langsung. Anak berpikir secara konkret. Anak
hanya mampu melihat sesuatu dari sudut pandang sendiri
(egosentris).Menganggap dua kejadian yang bersamaan sebagai sebab akibat.
Berpusat pada satu aspek saja. Anak menganggap benda-benda yang mati sebagai
benda hidup. Pada waktu bermain, orang tua perlu menjelaskan kepada anak
tentang perbedaan benda mati dan benda hidup secara sederhana (Martinis &
Sanan, 2010).
Menurut Diana (2015), dalam kegiatan main anak tentunya ada hal yang
paling penting untuk diketahui khususnya dalam proses pembelajaran pada anak
usia dini yang diberikan melalui 3 jenis main yaitu:
1. Bermain peran disebut juga dengan main sibolis,pura-pura,fantasi, imajinasi
atau main drama sangat penting untuk perkembangan kognisi,social, dan
emosi anakpada usia 3-6 tahun. Bermain peran dapat dibagi menjadoi dua
yaitu bermain peran makrodimana anak berperan sesungguhnya dan
menjadi seseorang atau sesuatu.sedangkan bermain mikro adalah anak
memegang atau menggerakkan benda yang berukuran kecil untuk menyusun
adegan. Saat anak main peran mikro mereka belajar untuk menghubungkan
dan mengambil sudut pandang dari orang lain.
2. Main sensorimotor atau main fungsional dimana anak belajar melalui panca
indra dan hubungan fisik dengan lingkungan mereka.
3. Main pembangunan atau konstruktif adalah main yang mempresentasikan
ide anak melalui media yang bersifat cair dan media yang bersifat
terstrukturPiaget dalam maulida mengemukakan bahwa main pembangunan
membantu anak untuk mengembangkan keterampilan yang mendukung
tugas-tugas disekolah kemudian.25 Adapun bahan main pembangunan dapat
kita gunakam yang bersifat cair /bahan alam dimana penggunaan dan bentuk
ditentukan oleh anak seperti air,pasir cat, play dough,krayon,pulpen dll.
13

Sedankan media yang terstrukut bahan yang bias digunakan adalah balok
unit, balok berongga, lego, balok berwarna.

2.3 Bermain di Rumah Sakit


2.3.1 Prinsip Bermain Di Rumah Sakit
1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana.
2. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis
3. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien.
4. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien.
5. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak.
6. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan.
2.3.2 Rencana Bermain
Permainan yang kita lakukan adalah meniup alat musik pianika. Setiap anak
diberikan masing- masing alat musik pianika. Kemudian leader memimpin
jalannya permainan dengan menginstruksikan kepada anak-anak untuk
memainkan musik pianika dengan musik kesukaannya. Co-leader, fasilitator,
observer melakukan tugas masing-masing.

2.4 Bermain Meniup Alat musik


1. Pengertian bermain alat musik pianika
Bermain musik pianika merupakan alat musik ber tuts (bilah-bilah
nada) yang dimainkan dengan cara ditiup. Tuts nada yang berwarna putih
untuk memainkan nada-nada pokok atau asli, dan yang berwarna hitam
untuk memainkan nada-nada kromatis (A. A. Hidayat, 2005). Pianika
merupakan alat musik yang memiliki konstruksi atau susunan nada yang
hampir serupa dengan instrumen piano, perbedaannya ada pada cara
memproduksi suara yaitu melalui udara yang ditiupkan pada pipa
penyambung. Menurut Safrina (1999:27) pianika adalah instrumen tiup
dengan lidah-lidah metal, bekerja seperti prinsip kerja harmonica yaitu
dengan cara ditiup, tetapi memperoleh beragam nada diatur dengan tekanan
nada pada bilah-bilah papan nada seperti papan nada pada instrumen piano.
Pianika terdiri dari tuts-tuts putih dan hitam seperti tuts pada piano atau
14

organ. Dengan belajar bermain pianika pada hakikatnya peserta didik juga
belajar dasardasar memainkan jenis alat musik lain seperti akordeon, piano,
atau organ (Laswiri, 2018).
2. Manfaat memainkan musik pianika
Menurut Cynthia Van Landingham menjabarkannya melalui bermain
pianika secara tidak langsung anak akan terbiasa berkonsentrasi dan
mengingat serta melakukan gerakan yang cepat. Hal ini tentunya akan
mempengaruhi perkembangan otak dan kecerdasannya.
Bermain pianika juga memiliki manfaat dalam meningkatkan
kecerdasan lain dalam diri anak yang terkait dengan kecerdasan kognitifnya.
Beberapa manfaat bermain pianika bagi kecerdasan anak:
a. Memiliki respon yang lebih cepat Manfaat bermain pianika bagi
kecerdasan anak dapat meningkatkan respon yang lebih cepat. Anak
yang terbiasa bermain pianika sejak kecil memiliki bentuk lapisan saraf
yang lebih baik, sehingga impuls berjalan lebih cepat dan membuat
respon yang diberikan juga lebih cepat.
b. Meningkatkan penalaran spasial Manfaat musik bagi kecerdasan anak
selanjutnya adalah meningkatkan penalaran spasial. Penelitian yang
dilakukan pada anak-anak usia prasekolah yang diajari bermain pianika
menunjukkan adanya peningkatan penalaran spasial pada anak.
Penalaran spasial ini dapat meningkatkan kemampuan penalaran
matematika pada usia sekolah.
c. Meningkatkan koordinasi motorik dan penalaran kognitif Manfaat
bermain pianika bagi kecerdasan anak berikutnya adalah meningkatkan
koordinasi motorik dan penalaran kognitif. Ini berkaitan dengan
kemampuan yang didapatkan anak ketika harus menghafal urutan nada
yang harus dimainkan agar mendapatkan nada yang indah.
d. Meningkatkan kreativitas Manfaat bermain pianika bagi kecerdasan
anak yang terakhir adalah untuk meningkatkan kreativitas. Setelah anak
mahir memainkan pianika berdasarkan lagu atau nada-nada yang sudah
ada sebelumnya, secara otomatis anak akan belajar menciptakan nada-
15

nada baru yang indah, sehingga dalam hal ini bermain pianika dapat
meningkatkan kreativitas anak.
3. Teknik Dasar Bermain Pianika
Menurut Ahmadi & Sholeh (2005), pianika dimainkan dengan tiupan
langsung, atau memakai pipa lentur yang dihubungkan ke mulut. Umumnya
pianika dimainkan sebagai alat pendidikan di sekolah. Instrumen pianika
dalam permainan ansambel, dapat digunakan untuk memainkan melodi
pokok atau kontra melodi. Cara memainkan alat musik pianika adalah
tangan kiri memegang pianika dan tangan kanan menekan untuk memainkan
melodi lagu, sedangkan mulut meniup untuk menghasilkan suara. Kegunaan
tuts pianika:
a. Tuts putih Berfungsi untuk memainkan nada-nada pokok atau asli
b. Tuts hitam berfungsi untuk memainkan nada-nada kromatis.
1) Posisi bermain Pianika. Dalam memainkan alat musik pianika,
tangan kiri memegang pianika dan tangan kanan menekan untuk
memainkan melodi lagu, sedangkan mulut meniupnya. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam bermain alat musik pianika
adalah:
a) Memainkan dengan lima jari, setiap jari mempunyai tugas
untuk menekan tuts-tuts tertentu.
b) Cara meniup diusahakan halus dan rata.
c) Bentuk tangan kanan seperti memegang bola sehingga
memungkinkan jari bergerak dengan leluasa
2) Notasi Musik Dalam dunia seni musik, notasi merupakan salah
satu komponen yang penting. Notasi adalah tanda untuk menulis
nada. Sedangkan notasi adalah lambang 15 atau tulisan musik,
sedangkan notasi balok adalah tulisan musik dengan
mempergunakan lima garis datar guna menunjuk tinggi
rendahnya suatu nada. Pendapat lain yang mengemukakan
tentang pengertian notasi adalah yang menyatakan bahwa notasi
musik menggambarkan besarnya waktu dalam arah horizontal
dan tinggi rendahnya nada digambarkan dalam arah vertikal.
16

Notasi dalam ensiklopedia musik klasik adalah sistem


pengaturan not, sedangkan notasi balok adalah 10 notasi yang
satuannya berupa lambang gambar. Notasi angka merupakan
tulisan musik menggunakan angka 1-2-3-4-5-6-7 sebagai
persyaratan urutan jenjang nada, sedangkan notasi balok adalah
tulisan musik dengan mempergunakan 5 garis datar guna
menunjukkan tinggi rendah suatu nada.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa notasi balok adalah tulisan musik berupa
lambang gambar yang mempergunakan 5 garis datar guna
menunjukkan tinggi rendah suatu nada, sedangkan notasi angka
adalah tulisan musik yang menggunakan 1-2-3-4-5-6-7.
3) Tempo Salah satu aspek penting dalam bermain pianika adalah
tempo. Tempo adalah waktu di dalam musik atau kecepatan dari
urutan satuan waktu (ketukan). Tempo adalah hal yang
berkaitan dengan kecepatan permainan musik. Tempo cepat
akan memungkinkan karakteristik ciptaan musik yang
bersemangat, riang dan ringan. Sedangkan tempo yang lambat
akan memungkinkan karakteristik ciptaan musik yang lembut,
berat, melankolis, penuh perasaan atau emosional dan khitmat.
Tanda-tanda tempo dalam musik ditulis dalam bahasa
Italia, yang mengacu pada urutan tempo lambat hingga cepat.
Jenis peristilahan tempo tersebut antara lain:
a. Largo : sangat lambat
b. Adagio : lambat 17
b) Andante : sedang cenderung lambat
c) Moderato : sedang cenderung cepat
Allegro : cepat Secara akurat, tanda tempo sering
dinyatakan dalam satuan MM (Metronome Maezel) atau alat
ukur yang dipakai untuk mengukur tempo yang menyatakan
jumlah satuan notasi tertentu dalam setiap menit.
BAB III
SAP TERAPI BERMAIN ANAK USIA TODDLER

3.1 Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Mengetahui pengaruh terapi bermain meniup alat musik pianika terhadap
status oksigenasi anak usia prasekolah (3-6 Tahun) yang menjalani rawat
inap di ruang husain RSI Aisiyah Malang.

3.2 Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


1. Berpikir mencerdaskan anak: mengasah imajinasi, keterampilan motorik
halus, berfikir logis dan sitematis.
2. Macam macam nada untuk melatih anak merangsang indera
pendengarannya.
3. Anak belajar memperlakukan media ini yaitu hanya perlu meniup pianika
dan menekan note agar suara dapat terdengar
4. Memberikan rasa senang dalam menjalani terapi.
5. Memenuhi kebutuhan aktifitas bermain yang menyenangkan.

3.3 Sasaran dan Target


Anak usia prasekolah (3-6 tahun) dengan pneumonia yang dirawat di
ruang di ruang husain RSI Aisiyah Malang.

3.3.1 Kriteria
Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di ruang husain anak
yang memenuhi kriteria:
1. Anak usia 3-6 tahun dengan pneumonia
2. Anak dalam keadaan cukup.
3. Tidak mempunyai keterbatasan fisik
4. Dapat berinteraksi dengan keluarga dan perawat
5. Pasien kooperatif

17
18

3.4 Sarana Dan Media


1. Sarana: di Ruangan atau kamar pasien
2. Media: mainan alat musik pianika tiup

3.5 Pengorganisasian dan Uraian Tugas


1. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Sabtu, 27 Juni 2020 / pada saat visit
Tempat : Ruang Husain RSIA
Sasaran : Anak usia Toddler (3-6 tahun) Ruang Husain
RSIA
Tema : Pemberian terapi bermain meniup alat musik
pianika terhadap status oksigenasi pada anak dengan
pneumonia

2. Media (Alat dan Bahan)


Alat bermain
a. Mainan alat musik Tiup

3. Tim Prlaksana
a. Pembimbing Pendidikan : Aini Alifatin
b. Pembimbing Lapangan :
c. Leader : Annisa Nur Baiyyinah
Tugas :
1) Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi bermain
sebelum kegiatan dimulai.
2) Menjelaskan Kegiatan, mampu memotivasi anggota untuk
aktif dalam proses kegiatan bermain. Mampu memimpin
Terapi bermain dengan baik dan tertib, serta menetralisir bila
ada masalah yang timbul dalam kelompok.
19

d. Co. Leader : Dea Claresa Anggraini


Tugas :
1) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang
aktivitas anak dan mengingatkan leader jika kegiatan
menyimpang.
e. Fasilitator : Marisa Rizky Hardiyanti
Tugas :
1) Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung,
memotivasi anak yang kurang aktif, membantu leader
memfasilitasi peserta untuk berperan aktif dan memfasilitasi
peserta.
f. Observer : Adellia Putri
Tugas :
1) Mengobservasi jalannya proses kegiatan, mencatat perilaku
verbal dan non verbal anak selama kegiatan berlangsung

4. Proses Pelaksanaan
NO WAKTU ELEMEN KEGIATAN
1. 5 menit Melakukan salam Pembukaan :
terapeutik, kontrak 1. Membuka kegiatan dengan
waktu, mengucapkan salam terapeutik pada
pengkajian klien dan keluarga.
status oksigenasi 2. Memperkenalkan diri
klien, menjelaskan 3. Menjelaskan tujuan dan manfaat dari
manfaat dan tujuan terapi bermain meniup alat musik
terapi pianika
4. Kontrak waktu anak dan orang tua
5. Memposisikan klien duduk
1. 15 menit Melatih dan Pelaksanaan:
melaksanakan 1. Pelatih mencuci tangan dengan benar
Terapi meniup alat 2. Berikan posisi yang nyaman pada
musik pianika pasien
dengan metode 3. Pelatih mendekatkan alat pada pasien
pursed lips 4. Pasien diberikan latihan pursed lips
breathing breathing (PLB)
a. Menganjurkan pasien menarik
napas lewat hidung dengan benar
20

b. Menganjurkan menahan napas,


dengan hitungan 1 sampai 5 kali.
c. Menganjurkan pasien untuk
menghembuskan napas perlahan-
lahan dengan melakukan pused
lips breathing (mengerucutkan
bibir dan membuang napas
melalui mulut) pada selang
pianika sambil menegangkan otot
perut dan menekan tuts pada
pianika sesuai tuts yang di
inginkan pasien.
5. Pelatih mencuci tangan dengan benar

3. 10 menit Melakukan evaluasi Terminasi:


dan tindak lanjut 1. Mengkaji respon pasien dam respirasi
2. Memfasilitasi pasien maupun
keluarga untu tanya jawab
3. Mengucapkan salam terapeutik untuk
mengakhiri tindakan
21

5. Setting tempat

Keterangan:

: Leader

: Co Leader

: Fasilitator

: Observer

: Pasien

: Orang Tua Pasien

: Kepala Ruangan

: Perawat Asosiate
22

6. Kriteria Evaluasi
a. Evalusi Struktur
1) Kegiatan terapi terlaksana sesuai waktu
2) Peserta kegiatan dapat hadir sesuai rencana
b. Evaluasi Proses
1) Pasien terapi berperan aktif dalam kegiatan ronde
2) Selama terapi berlangsung, semua peserta dapat mengikuti dengan
penuh perhatian
c. Evaluasi Hasil
1) Pasien puas dengan hasil kegiatan
2) Peserta terapi mampu menerapkan cara terapi meniup alat musik
pianika untuk meningkatkan status oksigenasi
3) Pasien merasa senang dengan permainan meniup alat musik pianika
23

DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D. (2013). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Salemba
Medika.
Ahmadi, A., & Sholeh, M. (2005). Psikologi Perkembangan. Rineka Cipta.
Diana, M. (2015). Psikologi Bermain anak Usia dini. Prenademedia Group.
Engage, S., & Creek, J. (2018). Pneumonia in children - community acquired. 1–
7.
Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Salemba Medika.
Hidayat, A. A. A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Salemba Medika.
Hidayat, A. A. A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Salemba Medika.
Laswiri, E. N. (2018). Pengaruh Bermain Terapeutik: Lego Terhadap Tingkat
Kecemasan Anak Usia Prasekolah Yang Mengalami Hospitalisasi Di Rumah
Sakit Pku Muhammadiyah Di Diy. Universitas ’Aisyiyah Yogyakarta.
Latif, N. (2012). Irrational Asthma Therapy Of A Child; A Case Report. In
Journal of Applied Pharmacy (Issue 04). https://doi.org/ISSN 19204159
Martinis, Y., & Sanan, J. (2010). Panduan pendidikan anak usia dini. Gaung
Persada.
Poerwadarminta, W. J. . (2015). Kamus Umum Bahasa Indonesia (3rd ed.). Balai
Pustaka.
Schot, M., Dekker, A., Giorgi, W., Hopstaken, R., de Wit, N., & Verheij, T.
(2018). Diagnostic value of signs, symptoms and diagnostic tests for
diagnosing pneumonia in ambulant children in developed countries: a
systematic review. NPJ Prim Care Respir Med, 28, 1–11.
Sudono. (2006). Sumber Belajar dan Alat Permainan Untuk pendidikan Anak
Usia Dini. Gasindo.
Supartini. (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. EGC.
Supartini, Y. (2012). Konsep Dasar Keperawatan Anak. EGC.
Tesaningrum, Z., & Mariyam. (2014). Terapi Bermain Lego Dalam Menurunkan
Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah. Jurnal Keperawatan.
Wong, D. L. (2000). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 2. EGC.

Anda mungkin juga menyukai