Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL TERAPI BERMAIN

TERAPI BERMAIN PADA ANAK DENGAN

HAMBATAN MOBILITAS FISIK

Di Susun Oleh :

Kelompok 8

Eneng Fitri Anggreani (11151040000102)

Ismia Ningrum (11151040000103)

Cynthia Alya Tanti (11151040000104)

Cindy Kamila (11151040000105)

Aulia Noor Azizah (11151040000106)

Lutfi Dwi Anggreani (11151040000107)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017/1438 H
0
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................................4

B. Tujuan..........................................................................................................................5

C. Sasaran...............................................................................................................................6

BAB II DESKRIPSI KASUS.....................................................................................................6

A. Karakteristik Sasaran......................................................................................................7

B. Prinsip Bermain...............................................................................................................7

BAB III Metodologi Bermain....................................................................................................7

A. Deskripsi Bermain.........................................................................................................10

B. Tujuan Permainan.........................................................................................................10

C. Ketrampilan yang diperlukan........................................................................................11

D. Jenis Permainan.............................................................................................................11

E. Alat Bermain.................................................................................................................12

F. Proses Bermain..............................................................................................................12

G. Waktu Pelaksanaan........................................................................................................13

H. Hal-hal yang Perlu Diwaspadai.....................................................................................13

I. Antisipasi Meminimalkan Hambatan:...........................................................................14

J. Perorganisasian..............................................................................................................14

System evaluasi....................................................................................................................15

BAB IV PENUTUP.................................................................................................................15

1
A. Kesimpulan...................................................................................................................16

Daftar Pustaka..........................................................................................................................17

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

2
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini denga tepat waktu.
Shalawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah
memberikan pelita kehidupan untuk umat muslim, atas izinnyalah kami dapat menyelesaikan
proposal terapi bermain ini tepat pada waktunya.

Penulis sangat berharap Proposal ini dapat bermanfaat untuk kita semua khususnya
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan sebagai tahap pembelajaran awal. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu, Penulis berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan proposal yang penulis
buat masa mendatang, mengingat bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya
saran.

Semoga proposal sederhana yang penulis buat ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekian dari kami apabila terdapat kesalahan mohon dimaafkan.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Tangerang, 08 September 2017

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

3
Bermain merupakan kebutuhan anak seperti halnya kasih sayang,
makanan,perawatan, dan lain-lainnya, karena dapat memberi kesenangan
dan pengalamanhidup yang nyata. Bermain juga merupakan unsur penting untuk
perkembangan anakbaik fisik, emosi, mental, sosial, kreativitas serta intelektual.
Oleh karena itu bermainmerupakan stimulasi untuk tumbuh kembang anak
(Hidayat, 2008).

Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan


untukmembantu anak mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi
kecemasan danketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan baginya.
Bermain pada masapra sekolah adalah kegiatan serius, yang merupakan
bagian penting dalamperkembangan tahun-tahun pertama masa kanak-kanak.
Hampir sebagian besar dariwaktu mereka dihabiskan untuk bermain (Elizabeth B
Hurlock, 2000). Dalam bermaindi rumah sakit mempunyai fungsi penting yaitu
menghilangkan kecemasan, dimana lingkungan rumah sakit membangkitkan
ketakutan yang tidak dapat dihindarkan(Sacharin, 2003).

Hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang menakutkan bagi


anak.Semakin muda usia anak, semakin kurang kemampuannya beradaptasi,
sehinggatimbul hal yang menakutkan. Semakin muda usia anak dan semakin
lama anakmengalami hospitalisasi maka dampak psikologis yang terjadi salah
satunya adalah

4
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak
secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas
bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak.
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang
sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan
tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu,
dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa
sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar
dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada
saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).

Media playdough merupakan salah satu alat permainan edukatif karena dapat
mendorong imajinasi anak (Dwirosanty, 2008). Media playdough akan membuat
anak lebih suka berkreasi untuk membuat atau menciptakan benda sesuai dengan
imajinasinya sehingga dapat mengembangkan kreativitasnya.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah mendapatkan terapi bermain selama 30 menit, diharapkan anak dapat,


mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain, dapat
bersosialisasi dengan teman sebaya sesuai tumbuh kembang anak dan dapat
membantu mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh
anak akibat hospitalisasi.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu:
a) Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya.
b) Mengekspresikan perasaannya selama menjalani perawatan.

5
c) Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan.
d) Anak tidak cemas dan takut akibat hospitalisasi.
e) Mempererat hubungan antara perawat dan anak

C. Sasaran

Anak-anak yang berada di instalasi keperawatan anak usia pra sekolah.

6
BAB II
DESKRIPSI KASUS

A. Karakteristik Sasaran
Peserta yang mengikuti terapi bermain ini adalah anak usia 4 tahun (pre-
school) yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Mereka dengan sakit fraktur
pada ekstremitas bawah dengan kesadaran compos mentis, kooperatif dan keadaan
umum baik.

B. Prinsip Bermain
1. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana
2. Mempertimbangkan keamanan
3. Kelompok umur yang sama
4. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak
5. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak
6. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak menjadi terampil
7. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain
8. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit

C. Karekteristik Permainan
1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang
lainyang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Todler.
2. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-
masingmempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya

7
tidak adainteraksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak
preschool. Contoh : bermain balok
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yang sama
tetapibelum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas,
anak bermainsesukanya.

4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi
danterencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia
sekolah Adolesen.

Masa Prasekolah Akhir ( 4-5 Tahun )


Pada masa ini, anak mulai berkembang dan anak ingin mengetahui lebih
banyak lagi mengenai hal-hal disekitarnya. Anak mulai berfantasi dan
mempelajari model keluarga atau bermain peran, seperti peran guru, ibu, dan
lain-lain. Dengan demikian, isi bermain anak lebih banyak menggunakan
simbol-simbol dalam permainan atau yang sering disebut dengan permainan
peran (dramatic role play). Permainan yang meningkatkan ketrampilan (skill
play ) juga masih berkembang pada masa ini. 16 Berdasarkan karakteristik
sosial, anak mulai bermain bersama teman-temannya, tetapi tidak ada tujuan
kelompok ( associative play ). Dalam hal ini anak berinteraksi dengan saling
meminjam alat permainan. Seiring dengan bertambahnya usia, anak mulai
bermain bersama dengan tujuan yang ditetapkan, misalnya tujuan kompetisi.
Karakteristik permainan seperti ini disebut dengan permainan dengan kerja
sama (cooperative play ). Alat permainan yang dianjurkan, misalnya, buku,
majalah, alat tulis, / krayon, balok, dan aktivitas berenang. Dalam bermain,
anak hendaknya memiliki teman. Dan pada masa ini, bermain mempunyai
tujuan sebagai berikut :
1) Mengembangkan kemampuan berbahasa, berhitung, serta menyamakan
dan membedakan
2) Merangsang daya imajinasi
3) Menumbuhkan sportivitas, kreativitas, dan kepercayaan diri 4)
Memperkenalkan ilmu pengetahuan, suasana gotong royong, dan
8
kompetisi. 5) Mengembangkan koordinasi motorik, sosialisasi, dan
kemampuan untuk mengendalikan emosi.

Jenis permainan yang sesuai

1. Kegiatan seni dan kerajinan

Ketrampilan motorik halus anak yang semakin berkembang dan butuh


stimulasi membuat anak usia prasekolah cocok dengan permainan yang
membuatnya aktif melibatkan ketrampilan motorik halus. Misalnya saja
memegang krayon, membuat gambar keluarga, menggunakan gunting untuk
memotong dan memperkuat koordinasi motorik, melatih kreativitas, serta
mengangkat rasa percaya dirinya.

2. Balok dan lego

Kegiatan seperti membangun menara dan memahami bagaimana cara


menggadapi bangunannya ketika jatuh, dapat mengembangkan kemampuan
menyelesaikan masalah dan koordinasi tangan dan mata. Selain itu, anak
prasekolah akan menggunakan imajinasi mereka untuk membuat bangunan,
kendaraan, binatang, dan bentuk sederhana lainnya.

3. Puzzle

Puzzle akan membantunya mengembangkan koordinasi dan ketangkasan, serta


mengajarinya mengenai hubungan spasial (di mana satu hal berkaitan dengan
lainnya) dan berpikir logis.

4. Bermain peran

Anak usia prasekolah mulai mengidentifikasi peran gender tertentu. Anak


perempuan mungkin akan bermain rumah-rumahan menggunakan boneka,
sementara anak laki-laki mulai berperan sebagai mekanik dengan
menggunakan mainan seperti obeng plastik. Anak laki-laki mungkin akan
berpura-pura memperbaiki peralatan yang rusak, sementara anak perempuan
berpura-pura memasak.

9
D. Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris dan motorik,
perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri,
perkembangan moral dan bermain sebagai terapi (Soetjiningsih, 2015).
1. Perkembangan Sensoris-motorik
Pada saat melakukan permainan aktivitas sensoris-motoris merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak sehingga kemampuan pengindera
ananak dimulai meningkat dengan adanya stimulasi-stimulasi yang diterima anak
seperti: stimulasi visual, stimulasi pendengaran, stimulasi taktil (sentuhan)
danstimulasi kinetik.
2. Perkembangan Intelektual (Kognitif)
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan memanipulasi segala sesuatu
yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran,
tekstur dan membedakan objek.
3. Perkembangan Sosial
Ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui
kegiatan bermain, anak akan belajar memberi danmenerima. Bermain dengan
orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan sosial dan
belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut.
4. Perkembangan Kreativitas
Dimana melalui kegiatan bermain anak akan belajar mengembangkan
kemampuannya dan mencoba merealisasikan ide-idenya.
5. Perkembangan Kesadaran diri
Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuan dan membandingkan
dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru
dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.

6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai yang benar dan salah dari lingkungan, terutama dariorang
tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapat
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima
dilingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok
yangada dalam lingkungannya.
10
7. Bermain sebagai Terapi
Pada saat anak dirawat dirumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan
yang sangat tidak menyenangkan seperti : marah, takut, cemas, sedih dan nyeri.
Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi beberapa stresor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu,
dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan
rasa sakitnya pada permainannya (distraksi).
E. Kategori berrmain
1. Bermain aktif
Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan anak, apakah
dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnai gambar, melipat kertas
origami, puzzle dan menempel gambar. Bermain aktif juga dapat dilakukandengan
bermain peran misalnya bermain dokter-dokteran dan bermain dengan menebak
kata (Hurlock, 1998).
2. Bermain pasif
Dalam bermain pasif, hiburan atau kesenangan diperoleh dari kegiatan orang
lain.Pemain menghabiskan sedikit energi, anak hanya menikmati temannya
bermain atau menonton televisi dan membaca buku. Bermain tanpa mengeluarkan
banyak tenaga, tetapi kesenangannya hampir sama dengan bermain aktif (Hurlock,
1998)

11
BAB III

Metodologi Bermain

A. Deskripsi Bermain
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi
kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa. (aziz alimul,
2009). Johnson (1999, dalam Tedjasaputra, 2001) mengungkapkan bahwa istilah
bermain merupakan konsep yang tidak mudah untuk dijabarkan. Banyak pendapat
berbeda tentang pengertian bermain. Santrock (2007) mengatakan bahwa bermain
adalah aktivitas yang mennyenangkan yang dilakukan untuk bersenang-senang.
Sedangkan menurut KBBI, bermain adalah melakukan kegiatan untuk
menyenangkan hati, dengan menggunakan alat-alat tertentu maupun tidak.
Bermain konstruktif adalah kegiatan dimana anak mencoba untuk membangun
sesuatu, seperti benteng yang dibuat dari balok atau gambar rumah yang dibuat
dengan kertas dan pensil warna (Forman & Hill, 1980; Forman, 1998; Scarlet,
dkk, 2005).
Terapi bermain yang akan diberikan ialah Plastisin yaitu media bermain
berupa adonan lunak yang mempunyai berbagai warna yang dapat dibuat menjadi
berbagai bentuk sesuai dengan keinginan kita. Permainan yang akan dilakukan
hanya membuat karakter dari plastisin dan menempelkan plastisin pada gambar
buah yang telah disediakan. Bermain plastisin adalah aktivitas yang mudah dan
menyenangkan. Bermain plastisin dapat memberikan kesenangan dan kepuasan
pada anak-anak. Setelah itu dilanjut dengan mengajarkan anak gerakan memcuci
tangan 6 langkah dengan di iringi nyanyian.

B. Tujuan Permainan ( usia 32 -72 bulan )


Untuk melanjutkan tumbuh kembang yang normal pada saat sakit. Karena
Pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
Mengembangkan kemampuan berbahasa.
Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara).
Membedakan benda dengan permukaan.

12
Menumbuhkan sportivitas.
Mengembangkan kepercayaan diri
Mengembangkan kreativitas.
Mengekspresikan perasaan, keinginan dan fantasi serta ide-idenya.
Permainanadalah media yang sangat efektif untuk mengekspresikan
berbagai perasaan yangtidak menyenangkan.
Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.
Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya.
Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.

C. Ketrampilan yang diperlukan


Menempel, menyusun dan melakukan gerakan pada saat bernyanyi

D. Jenis Permainan
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain aktif
dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif kesenangan
diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan bermain pasif
kesenangan didapatkan dari orang lain.
1. Bermain aktif
Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-
ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-kadang
berusaha membongkar.
Bermain konstruksi (construction play). Pada anak umur 3 tahun, misalnya
dengan menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan. Dll.
2. Bermain drama (dramatik play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudara-
saudaranya atau dengan teman-temannya, Bermain bola, tali, dan
sebagainya
3. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan
mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah
bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan
keletihannya.
Contohnya:
a) Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah
b) Mendengarkan cerita atau music

13
c) Menonton televise tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia
sekolah Adolesen.

E. Alat Bermain
Alat permainan yang dianjurkan :
Lilin yang dapat dibentuk
Kertas bergambar : buah buahan
Handscrub
2 Meja lipat

F. Proses Bermain

No. Uraian Kegiatan perawat Kegiatan klien


Pembukaan a) Salam pembukaan a) Memperhatikan
( 5 menit ) b) Perkenalan b) Memperhatikan
c) Mengkomunikasik c) Menjawab salam
an tujuan

a) Mengikuti
a) Menyiapkan
Kegiatan bermain b) Menanggapi
mainan c) Mengikuti
( 20 menit )
b) Bermain menebak
warna dan
membentuk benda
c) Meminta anak
mencocokkan
warna yang sesuai
d) Meminta anak
mengekspresikan
perasaannya
e) Memberikan
Evaluasi reward jika anak
a) Memperhatikan
( 10 menit )
berhasil b) Menanggapi

a) Mengakhiri
permainan
b) Melakukan
evaluasi

14
G. Waktu Pelaksanaan
Pokok Bahasa : Terapi Bermain Pada anak di Instalasi Keperawatan
anak

Sub Pokok Bahasan : Terapi Bermain anak usia sekolah

Tempat : Laboratorium keperawatan anak

Hari, tanggal : Jumat, 08 September 2017

Waktu : 30 menit pkl. 10.00 - selesai

H. Hal-hal yang Perlu Diwaspadai


Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
Status kesehatan, anak sakit perkembangan psikomotor kognitif terganggu
Jenis kelamin
Lingkungan, lokasi, negara, kultur
Alat permainan senang dapat menggunakan
Intelegensia dan status sosial ekonomi

I. Antisipasi Meminimalkan Hambatan:

Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama


Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan
lainnya.

J. Perorganisasian
Jumlah leader 1 orang, fasilitator 2 orang dan 2 orang observer dengan susunan
sebagai berikut:
Leader : Aulia noor azizah
Observer : Lutfi dwi anggreani

: Ismia ningrum

: Cynthia alya tantiani

: Cindy karmila

Fasilitator : Eneng anggraeni

15
a. Peran Leader
Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan
jalan menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien
termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya
Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian
tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat
dalam kegiatan
b. Peran Fasilitator
Mempertahankan kehadiran peserta
Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar
maupun dari dalam kelompok.
c. Peran Observer
Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy
Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan
Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy
Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi

K. System Evaluasi
a) Evaluasi struktur yang diharapkan
Alat-alat yang digunakan lengkap
Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana

b) Evaluasi proses yang diharapkan


Terapi dapat berjalan dengan lancer
Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya
c) Evaluasi hasil yang diharapkan
Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan satu
gambar yang diwarnai, kemudian digantung.
Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
Anak merasa senang
Anak tidak takut lagi dengan perawat
Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas
bermain.

16
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti
kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saatanak
sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).

Bermain memiliki beberapa fungsi yaitu, meningkatkan perkembangan sensoris-


motorik, sebagai terapi, meningkatkan perkembangan sosial,perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral,dan perkembangan
intelektual (kognitif).

Berdasarkan kategori bermain jenis permainan menempel, membuat karakter dan


bernyanyi sambil bergerak merupakan bermain aktif. Dalam bermain aktif,
kesenangan timbul dari apa yang dilakukan anak, apakah dalam bentuk kesenangan
bermain alat misalnya mewarnai gambar, melipat kertas origami, puzzle dan
menempel gambar. Bermain aktif juga dapat dilakukan dengan bermain peran
misalnya bermaindokter-dokteran dan bermain dengan menebak kata (Hurlock,
1998). Pada permainan ini anak akan di ajak bermain untuk menempel gambar yang
akhirnyaakan seperti frame pemandangan atau benda.

Setelah dilakukan tindakan terapi bermaian ini diharapkan anak dapat melanjutkan
tumbuh kembang yang mormal pada saat sakit, mengekspresikan perasaan, keinginan
dan fantasi serta ide-idenya, mengembangkan kreativitas dan kemampuan
memecahkan masalah, dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena
sakit dan di rawat di RS, serta mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang
dirasakan oleh anak-anak akibat hospitalisasi.

17
Daftar Pustaka

Hurlock. 2012. Perkembangan Anak, jilid 2. Jakarta: Erlangga


Soetjiningsih. 2015. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Supartini, Yupi. (2014). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Wong, D, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Volume 1.
Penerbit.Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Hidayat, Alimul Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk
Pendidikan Kebidanan.Salemba medika: Jakarta

18

Anda mungkin juga menyukai