Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PERAN DAN FUNGSI BERMAIN DALAM PERKEMBANGAN

BERDASARKAN PERIODE ANAK SEKOLAH DAN REMAJA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas


Mata KuliahKeperawatan Anak Dalam Konteks Klinik dan Komunitas

Disusun oleh:
Kelompok 1

EFI AFRIANTI NPM: 215120010


EKA APRILIANI NPM: 215120064
MIKAELA D. FRISTALIA NPM: 215120003
REZA DIANDINI NPM: 215100055

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

PEMINATAN KEPERAWATAN ANAK

STIKES JENDERAL AHMAD YANI CIMAHI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga Para Penulis dapat menyelesaikan
tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak Dalam Konteks Klinik dan Komunitas dengan judul
makalah Peran Dan Fungsi Bermain Dalam Perkembangan Berdasarkan Periode Anak
Sekolah Dan Remaja di Program Studi Magister Keperawatan STIKES Jenderal Achmad
Yani Cimahi.

Para Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
Para Penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga Makalah bisa
lebih sempurna. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga makalah ini
selesai.

Harapan Para Penulis, semoga Makalah ini dapat memberi manfaat dan menambah
pengetahuan bagi semuanya.

Bandung, 06 April 2021

Kelompok I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PERAN
1. Pengertian Peran
2. Aspek – Aspek Peran
B. KONSEP FUNGSI
1. Pengertian Fungsi
C. KONSEP BERMAIN
1. Pengertian Bermain
2. Karakteristik Bermain Anak
3. Jenis Bermain
4. Tahapan Perkembangan Bermain
5. Manfaat bermain
D. KONSEP ANAK USIA SEKOLAH
1. Pengertian Anak Usia Sekolah
2. Tahap – tahap Anak SD
3. Macam – macam Ketrampilan yang Perlu dimiliki Pada Anak Sekolah Dasar
4. Ciri – ciri Anak Sekolah Dasar
5. Tugas Perkembangan anak Sekolah Dasar
E. KONSEP ANAK USIA REMAJA
1. Pengertian Remaja
2. Ciri-ciri Remaja
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bermain merupakan kegiatan yang penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan fisik, sosial, emosi, intelektual, dan spiritual anak sekolah dasar.
Dengan bermain anak dapat mengenal lingkungan, berinteraksi, serta
mengembangkan emosi dan imajinasi dengan baik.

Pada dasarnya anak-anak gemar bermain, bergerak, bernyanyi dan menari,


baik dilakukan sendiri maupun berkelompok. Bermain adalah kegiatan untuk
bersenang-senang yang terjadi secara alamiah. Anak tidak merasa terpaksa untuk
bermain, tetapi mereka akan memperoleh kesenangan, kanikmatan, informasi,
pengetahuan, imajinasi, dan motivasi bersosialisasi.

Bermain memiliki fungsi yang sangat luas, seperti untuk anak, untuk guru,
orang tua dan fungsi lainnya.bagi anak. Dengan bermain dapat mengembangkan fisik,
motorik, sosial, emosi, kognitif, daya cipta (kreativitas), bahasa, perilaku, ketajaman
pengindraan, melepaskan ketegangan, dan terapi bagi fisik, mental ataupun gangguan
perkembangan lainnya.

Fungsi bermain bagi guru dan orangtua adalah agar guru dan orangtua dapat
memahami karakter anak, jalan pikiran anak, dapat intervensi, kolaborasi dan
berkomunikasi dengan ank. Fungsi lainnya adalah rekreasi, penyaluran energi,
persiapan untuk hidup dan mekanisme integrasi (penyatuan) dengan alam sekitar.

Menurut NAEYC (National Association for The Education of Young


Children,1997), bermain merupakan alat utama belajar anak. Demikian juga
pemerintah Indonesia telah mencanangkan prinsip, “Bermain sambil belajar atau
belajar seraya bermain”. Bermain yang sesuai dengan tujuan di atas adalah bermain
yang memiliki ciri-ciri seperti : menimbulkan kesenangan, spontanitas, motivasi dari
anak sendiri, dan aturan ditentukan oleh anak sendiri.

Bermain adalah sesuatu yang menyenangkan. Apabila kita ingin memahami


pengertian bermain, kita perhatikan saja wajah anak-anak, bila wajah mereka
menampilkan percikan air muka yang cerah dan berseri-seri, itulah bermain. Namun
bila wajah mereka muram dan cemberut maka itu bukan lagi bermain. Pembahasan
mengenai bermain dan permainan Anak Usia Dini sangat menarik, karena bermain
adalah hak asasi bagi anak usia dini yang memiliki nilai utama dan hakiki pada masa
pra sekolah. Kegiatan bermain pada anak usia dini adalah sesuatu yang sangat penting
dalam perkembangan kepribadiannya. Bermain bagi  seorang anak tidak sekedar
mengisi waktu, akan tetapi media bagi anak untuk belajar. Setiap bentuk kegiatan
bermain  pada anak pra sekolah mempunyai nilai positif terhadap perkembangan
kepribadiannya.

          Di dalam bermain anak memiliki nilai kesempatan untuk mengekspresikan


sesuatu yang ia rasakan dan ia fikirkan. Dengan bermain, anak sebenarnya sedang
mempraktekkan ketrampilan dan anak mendapatkan kepuasan dalam bermain, yang
berarti mengembangkan dirinya sendirinya. Dalam bermain anak dapat
mengembangkan otot kasar dan halus, meningkatkan penalaran, dan memahami
keberadaan lingkungannya, membentuk daya imajinasi, daya fantasi dan kreatifitas.

            Sekarang ini, dalam kenyataannya kita sering menjumpai bahwa kreatifitas


anak tanpa disadari telah terpasung di tengah kesibukan orang tua. Namun kegiatan
bermain bebas sering menjadi kunci pembuka bagi bakat kreatif yang dimiliki setiap
manusia. Fungsi bermain bagi anak usia ini dapat dijadikan intervensi yang jika
dilaksanakan dengan tepat, baik dilengkapi dengan alat maupun tanpa alat akan sangat
membantu perkembangan sosial, emosial, kognitif dan afektif dan mengembangkan
daya kreatifitas anak.

Bermain adalah suatu aktivitas yang menyenangkan serta dapat menjadi


sarana belajar bagi anak yang sekaligus menjadi suatu proses yang terjadi secara terus
menerus dalam kehidupan dan mempunyai manfaat untuk merangsang perkembangan
anak secara umum, membantu anak dalam bersosialisasi dengan teman sebayanya
(Sekartini, 2011). Sedangkan menurut Adriana (2011). Bermain adalah salah satu
stimulasi yang tepat bagi anak untuk merangsang daya pikir anak untuk
mendayagunakan aspek emosional, sosial, dan fisiknya.

Dewasa ini ada banyak ragam alat permainan yang berkembang dari waktu ke
waktu. Mulai dari permainan tradisional hingga modern. Ada beberapa jenis
permainan yang bersifat membentuk ketrampilan dan kreatifitas anak seperti
permainan menyusun puzzel, membuat origami. Semua itu memerlukan kontrol dan
seleksi orang tua ataupun guru agar jenis dan alat permainan tersebut dapat berfungsi
optimal dan tidak membahayakan anak.

Perangsangan dan latihan-latihan anak dapat dilakukan oleh orang tua,


anggota keluarga, ataupun orang dewasa disekitar anak. Karena pentingnya orang tua
bagi pengembangan kecerdasan anak dan kreatifitas anak, maka sangat dianjurkan
pada orang tua terutama ibu untuk meluangkan waktu secara teratur untuk menemani
anak dalam melakukan kegiatan sesuai dengan tingkatan usia dan perkembangan anak
pada umumnya, misalnyadengan kegiatan bermain dan diharapkan orang tua
mengetahui manfaat dari kegiatan yang dilakukan anak sesuai dengan umur anak saat
ini.

Ada beberapa orang tua yang kurang mengetahui manfaat dari bermain bagi
perkembangan anak dan mereka berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak
bermain akan membuat anak menjadi malas belajar dan membuatnya menjadi bodoh,
anak juga akan melupakan waktu tidurnya karena terlalu banyak bermain.

Dalam kehidupan anak, bermain mempunyai arti yang sangat penting. Dapat
dikatakan bahwa setiap anak yang sehat selalu mempunyai diringan untuk bermain
sehingga dapat dipastikan bahwa anak yang tidak bermain-main pada umumnya
dalam keadaan sakit, jasmaniah maupun rohaniah. Para ahli berkesimpulan
bahwa anak adalah makhluk yang aktif dan dinamis. Kebutuhan-kebutuhan jasmaniah
dan rohaninya anak yang mendasari sebagian besar dipenuhi melalui bermain kelopok
bermain sendiri maupun itu merupakan kebutuhan anak. Bermain bagi anak adalah
mutlak diperlukan untuk mengembangkan daya cipta, imajinasi, perasaan, kemauan,
motivasi, dalam suasana riang gembira.

Masa remaja berada pada batas peralihan kehidupan anak dan dewasa.
Tubuhnya tampak sudah “dewasa”. Remaja, adalah kelompok penduduk yang berusia
10-19 tahun (WHO). Banyak hal yang menarik bila kita membahas tentang kelompok
ini antara lain: jumlah populasi yang cukup besar, keunikan dalam pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun sosial di mana mereka
memasuki masa yang penuh dengan storm and stress, yaitu masa Pubertas.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. BERMAIN
1. PENGERTIAN
Pengertian bermain sangatlah unik dan deskriptif. Terdapat berbagai
pandangan dan pengertian yang diberikan oleh kaum akademik maupun
nonakademik secara luas dan beraragam, mulai teori klasik yang dikaitkan dengan
“surplus energy” dan hewan. Teori ini menyatakan, semakin tinggi spesies
makhluk hidup semakin banyak waktu dihabiskan untuk bermain di mana pada
kasus spesies yang lebih rendah energi dikeluarkan hanya untuk memenuhi
kebutuhan utama organisme tersebut. Antara tahun 50-an hingga 70-an teori-teori
tentang bermain muncul. Ada teori bermain yang dikaitkan dengan dorongan dan
keperluan dasar organisme. Di samping itu ada juga teori yang menyatakan
bermain sebagai komunikasi, bermain sebagai peluang menjelajah perilaku baru
bahkan Heron (1971) menegaskan bermain sebagai suatu pekerjaan bagi anak-
anak.. Lebih jauh Moyles (1991) menegaskan bahwa bermain adalah suatu proses
yang diperlukan baik oleh anak-anak maupun orang dewasa.

Bermain merupakan proses pembelajaran yang melibatkan pikiran, persepsi,


konsep, kemahiran sosial dan fisik. Selain itu bermain juga dikaitkan dengan
ganjaran instrinsik dan kegembiraan. Dengan demikian bermain merupakan
aktivitas yang natural bagi anak-anak yang memberi peluang kepada mereka
untuk mencipta, menjelajah dan mengenal dunia mereka sendiri.

Menurut tokoh-tokoh pendidikan anak-anak, seperti: Plato, Aristoteles, Frobel,


Hurlock dan Spencer (dalam Satya, 2006) bermain adalah suatu upaya anak untuk
mencari kepuasan, melarikan diri ke alam fantasi dengan melepaskan segala
keinginannya yang tidak dapat tersalurkan, seperti : keinginan untuk menjadi
presiden, raja, permaisuri dan lain-lain. Bermain sebagai kegiatan mempunyai
nilai praktis. Artinya bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan
keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Sedangkan menurut Hurlock,
bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan. Di samping itu
bermain bagi anak adalah upaya yang menyalurkan energi yang berlebihan dan
dapat menghindari hal-hal negatif yang diakibatkan dari tenaga yang berlebihan,
salah-satu contoh akibat dari kelebihan tenaga ini adalah timbulnya perkelahian
antar pelajar.
Menurut Rebecca Isbell dalam bukunya The Complete Learning Center Book,
“Play is Children’s Work and Children Want to Play”, dalam bermain, anak-anak
mengembangkan keahlian memecahkan masalah dengan menggunakan berbagai
cara untuk melakukan sesuatu dan menentukan pendekatan terbaik. Dalam
bermain anak-anak menggunakan bahasa untuk melakukan kegiatan mereka,
memperluas dan memperbaiki bahasa mereka sambil berbicara dengan anak
lainnya. Ketika bermain, mereka belajar tentang orang lain selain dirinya dan
mereka mencoba berbagai peran dan menyesuaikan diri saat bekerjasama dengan
orang lain. Bermain membentuk perkembangan anak pada semua bagian:
intelektual, sosial, emosional dan fisik (Isbell dalam Satya, 2006).

Selanjutnya menurut Suyanto (2005: 124) fungsi bermain adalah


mengembangkan kemampuan motorik, kemampuan kognitif, kemampuan afektif,
kemampuan bahasa, dan kemampuan sosial. Berdasarkan pendapat di atas maka
dapat disimpulkan bahwa fungsi bermain bagi anak adalah untuk mengembangkan
otot-otot anak dan dapat mengembangkan aspek perkembangan yang lainnya.

Bermain, menurut Smith and Pellegrini (2008) merupakan kegiatan yang


dilakukan untuk kepentingan diri sendiri, dilakukan dengan cara-cara
menyenangkan, tidak diorientasikan pada hasil akhir, fleksibel, aktif, dan positif.
Hal ini berarti, bermain bukanlah kegiatan yang dilakukan demi menyenangkan
orang lain, tetapi semata-mata karena keinginan dari diri sendiri. Oleh karena itu,
bermain itu menyenangkan dan dilakukan dengan cara-cara yang menyenangkan
bagi pemainnya. Di dalam bermain, anak tidak berpikir tentang hasil karena
proses lebih penting daripada tujuan akhir. Bermain juga bersifat fleksibel,
karenanya anak dapat membuat kombinasi baru atau bertindak dalam cara-cara
baru yang berbeda dari sebelumnya. Bermain bukanlah aktivitas yang kaku.
Bermain juga bersifat aktif karena anak benar-benar terlibat dan tidak pura-pura
aktif. Bermain juga bersifat positif dan membawa efek positif karena membuat
pemainnya tersenyum dan tertawa karena menikmati apa yang mereka lakukan.

Dalam bermain anak dapat mengembangkan mental, menumbuhkan


kemampuan untuk memecahkan masalah dalam hidupnya (perkembangan sosial)
dan meningkatkan kebugaran komponen motoriknya. Tidak ada satu definisi yang
dapat menjelaskan arti bermain yang sebenarnya.( Mary Mayesky, 1990; dalam
Satya 2006). Menurut Dworetsky dalam Moeslichhatoen (2004: 24) bermain
adalah “kegiatan yang memberikan kepuasan bagi diri sendiri. Melalui melalui
bermain anak memperoleh pembatasan dan memahami kehidupan.
Permainan anak-anak merupakan wadah dasar dan indikator
pengembangan mental. Bermain memungkinkan anak-anak untuk memajukan
perkembangannya seperti sensori motor, intelegensi pada bayi, mulai dari
operasional sampai operasional konkrit pada anak pra sekolah juga
mengembangkan kognitif, fisik, dan perkembangan sosial ekonomi (George W
Maxim, 1992, dalam Satya 2006).
Bermain merupakan kepentingan utama seorang anak dalam hidupnya,
lewat bermain ia belajar keahlian untuk bertahan dan menemukan pola dalam
dunia yang penuh kebingungan. (Lee, 1977). Bermain merupakan tujuan dasar
dari belajar pada masa kanak-kanak... anak-anak secara bertahap
mengembangkan konsep dari hubungan yang wajar, kemampuan untuk
membedakan, untuk menilai, untuk menganalisis dan mengambil intisari, untuk
membayangkan dan merumuskan.
Dengan demikian, bermain adalah kegiatan yang menyenangkan, bersifat
pribadi, berorientasi proses, bersifat fleksibel, dan berefek positif. Bermain juga
dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela,
tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar. Dengan bermain anak dapat belajar
memahami kehidupan dan orang-orang disekitarnya.

2. MANFAAT BERMAIN BAGI ANAK


Bermain bagi anak, selain merupakan alat belajar juga merupakan kebutuhan
bagi setiap anak. Diperlukan waktu yang cukup banyak untuk bermain bagi
anak.terutama pada sat di usia SD, menurut Laurence Tecik (dalam Satya, 2006)
diperlukan 4-5 jam perhari bagi anak untuk bermain, pada saat bermain anak
dapat memenuhi kebutuhan geraknya. Penelitian oleh Kemper dinegri Belanda
dengan memasangkan alat pedometer (alat pengukur langkah , skor 1 (satu) setara
dengan satu langkah) anak yang aktif melakukan 102.000 langkah/ minggu, maka
rerata memerlukan aktifitas fisik perhari adalah 102.000 : 7 = 14.000 per hari atau
setara dengan 3,5 jam, jika 2 X 45 menit menunjukan skor 4000 langkah.
Kebutuhan 3,5 jam tersebut tidak mungkin dipenuhi pada jam pelajaran di
sekolah. Oleh sebab itu guru pendidikan jasmani harus dapat memenuhi
kebutuhan gerak anak didiknya dengan berbagai alternatif permainan yang dapat
dimainkan siswa saat jam istirahat atau dirumah, karena anak tidak merasa betah
bila duduk seharian diruang kelas, mereka butuh bergerak dan bermain yang lebih
banyak dan merasa gembira ketika menyongsong jam istirahat karena memiliki
kesempatan untuk bermain sambil melepaskan kepenatan dan memulihkan
kondisinya.
Sedangkan menurut Claparade (dalam Satya, 2006) bermain bukan hanya
memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan organ tubuh anak yang
disebabkan aktif bergerak tetapi bermain juga berfungsi sebagai proses sublimasi
artinya suatu pelarian dari perasaan tertekan yang berlebihan menuju hal-hal
posiif, melalui sublimasi anak akan menuju kearah yang lebih mulia, lebih indah
dan lebih kreatif.
Bermain memiliki manfaat yang banyak bagi anak, termasuk aspek-aspek
perkembangan anak didalamnya. Menurut Suryana (2013: 141-142) ada beberapa
manfaat bermain, yaitu:

1) Dapat memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya melalui


gerak, melatih motorik halus, motorik kasar, dan keseimbangan, karena ketika
bermain fisik anak juga belajar memahami bagaimana kerja tubuhnya
2) Dapat mengembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya diri pada orang
lain, kemandirian dan keberanian untuk berinisiatif, karena saat bermain anak
sering bermain purapura menjadi orang lain, binatang, atau karakter orang lain.
anak juga belajar melihat dari sisi orang lain (empati)
3) Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya, karena melalui bermain
anak seringkali melakukan eksplorasi terhadap segala sesuatu yang ada
dilingkungan sekitarnya sebagai wujud dari rasa keingintahuannya
4) Dapat mengembangkan kemandiriannya dan menjadi dirinya sendiri, karena
melalui bermain anak selalu bertanya, meneliti lingkungan, belajar mengambil
keputusan, berlatih peran sosial sehingga anak menyadari kemampuan dan
kelebihannya”
Manfaat bermain bagi anak antara lain bermain
bermanfat mencerdaskan otak. bermain bermanfaat mengasah panca
indrac6bermain bermanfaat sebagai media terapi
bermain memacu kreatifitase6bermain bermanfaat untuk melatih
empatif6bermain itu melakukan penemuan.

Adapun manfaat lain dari bermain bagi anak :


a. Anak dapat kesempatan untuk mengembangkan diri, baik perkembangan fisik
(melatih keterampilan motorik kasar dan motorik halus), perkembangan psiko
sosial (melatih pemenuhan kebutuhan emosi) serta perkembangan kognitif
(melatih kecerdasan)
b. Bermain merupakan sarana bagi anak untuk bersosialisasi
c. Bermain bagi anak adalah untuk melepaskan diri dari ketegangan
d. Bermain merupakan dasar bagi pertumbuhan mentalnya
e. Melalui bermain anak –anak dapat mengeluarkan energi yang ada dalam
dirinya kedalam aktivitas yang menyenangkan
f. Melalui bermain anak-anak dapat mengembangkan imajinasinya seluas
mungkin
g. Melalui bermain anak-anak dapat berpetualang menjelajah lingkungan dan
menemukan hal-hal baru dalam kehidupan
h. Melalui bermain anak dapat belajar bekerjasama, mengerti peraturan, saling
berbagi dan belajar menolong sendiri dan orang lain serta menghargai waktu.
i. Bermain juga merupakan sarana mengembangkan kreatifitas anak
j. Bermain dapat mengembangkan keterampilan olahraga dan menari
k. Melatih konsentrasi atau pemusatan perhatian pada tugas tertentu

3. KARAKTERISTIK BERMAIN ANAK


Bermain adalah sarana untuk megubah potensial di dalam dirinya menjadi
berbagai kemampuan dan kecakapan serta bermain juga menjadi sarana penyalur
energi yang sangat baik bagi anak. Muslichatoen dalam Hartati (2005: 85-86)
mengemukakan kriteria bermain yaitu :

a. Motivasi instristik yaitu tingkah laku bermain di motivasi di dalam diri anak
b. Tingkah laku yang menyenangkan
c. Bersifat pura-pura
d. Bermain diutamakan dari pada tujuan
e. Bermain prilaku yang lentur.
Pendapat lainnya menurut Sujiono (2009: 146) mengemukakan karakteristik
bermain sebagai berikut:

a. Bermain muncul dari dalam diri anak


b. Bermain harus bebas dari aturan yang mengikat, kegiatan untuk dinikmati
c. Bermain adalah aktivitas nyata atau sesungguhnya
d. Bermain harus difokuskan pada proses daripada hasil
e. Bermain harus didominasi oleh pemain
f. Bermain harus melibatkan peran aktif dari pemain

Dari uraian di atas dapat disimpulkan karakteristik bermain adalah aktivitas


yang mucul dari dalam diri anak serta dinikmati oleh anak tanpa mengutamakan
tujuan bermain.

a. Bermain adalah Sukarela
Karena didorong oleh motivasi dari dalam diri seseorang sehingga akan
dilakukan oleh anak apabila hal itu betul-betul memuaskan dirinya, bukan karena
iming-iming hadiah atau karena diperintah oleh orang lain. Jadi, permainan yang
dilakukan anak adalah suatu kepuasan tersendiri karena tidak harus memnuhi
tuntutan atau harapan dari luar, anak-anaklah yang menentukan perannya sendiri
dalam bermain.

b. Bermain adalah pilihan anak


Anak-anak memilih secara bebas sehingga apabila seorang anak dipakasa
untuk bermain, sekali pun mungkin dilakukan dengan cara yang halus maka
aktivitas itu bukan merupakan aktivitas dan bukan lagi bukan lagi kegiatan bermain
atau non play.

c. Bermain adalah permainan yang menyenangkan


Anak-anak merasa gembira dan bahagia dalam melakukan aktivitas bermain
tersebut, bukan menjadi tegang atau stress. Bermain yang menyenangkan
merupakan syarat mutlak dalam melakukan kegiatan di TK.

d. Bermain adalah simbolik


Melalui kegiatan bermain anak akan mampu menghubungkan pengalaman
mereka dengan kenyataan sekarang, misalnya berpura-pura menjadi orang lain,
anak-anak akan bertingkah laku seperti yang diperankannya.

e. Bermain adalah aktif melakukan kegiatan


Dalam bermain anak-anak bereksplorasi, bereksperimen, menyelidiki dan
bertanya tentang manusia, benda-benda, kejadian atau peristiwa.

4. PENGARUH PERMAINAN PADA PERKEMBANGAN ANAK


Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sseorang untuk
memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua
yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain, akan membuat anak
menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena
beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan jiwa anak.
Pengaruh bermain bagi perkembangan anak:
- Bermain mempengaruhi perkembangan fisik anak
- Bermain dapat digunakan sebagai terapi
- Bermain dapat mempengaruhi pengetahuan anak
- Bermain mempengaruhi perkembangan kreativitas anak
- Bermain dapat mengembangkan tingkah laku social anak
- Bermain dapat mempengaruhi nilai moral anak
Fakta-fakta yang berpengaruh terhadap kegiatan bermain anak adalah:

a. Motivasi
Kegiatan bermain dapat berlangsung dengan baik apabila dilandasi motivasi
yang kuat yang berasal dari diri anak itu sendiri, tanpa paksaan dari siapa pun.
b. Lingkungan yang menunjang
Lingkungan yang kurang memadai fasilitasnya, tidak aman dan tidak
menyenangkan, akan menyebabkan ruang gerak bermain bagi anak terbatas.
Oleh sebab itu agar anak dapat bermain dengan leluasa maka perlu disediakan
sarana dan prasarana yang dapat mendukung keinginan dan aktivitas bermain
anak.
c. Perilaku anak dalam bermain
Melalui bermain anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan
dorongan-dorongan dari dalam diri yang tidak mungkin terpuaskan dalam
kehidupan nyata. Bila anak dapat menyalurkan perasaan tegang, tertekan dan
menyalurkan dorongan-dorongan yang muncul dari dalam dirinya, setidaknya
membuat anak lega dan relaks akan mengubah perilaku yang negatif menjadi
positif.
5. JENIS BERMAIN
Berdasarkan sifat bermainnya:

a. Bermain Aktif
Kegiatan yang cenderung bergerak dan berpindah tempat. Contoh : olahraga,
berlari-larian, dll
Faktor-faktor yang mempengaruhi Bermain aktif adalah:

1) Kesehatan
2) Keturunan/Genetika
3) Peneriman sosial dari kelompok teman bermain
4) Tingkat kecerdasan (intelegensi)
5) Jenis kelamin
6) Alat dan sarana prasarana permainan
7) Lingkungan dan kebudayan tempat ingal atau dibesarkan (pantai, dataran,
gunung, desa, kota,pingiran).
8) Cuaca/iklim
9) Status sosial ekonomi
b. Bermain Pasif (cenderung diam/statis)
Kegiatan yang memberikan kesenangan dan kepuasan bukan berdasarkan
kegiatan fisik yang dilakukanya. Kegiatan yang tidak terlalu banyak
melibatkan aktivitas fisik dan cenderung statis/diam di tempat.

1) Macam-macam bermain pasif


 Membaca
 Melihat komik
 Menonton film /TV
 Mendengarkan radio
 Mendengarkan musik
 Permainan dunia maya dari HP/computer, juga bisa logika/inteletual
2) Sumbangan bermain pasif
 Sumber pengetahuan
 Menambah perbendaharan kata dan pengunanya dalam berkomunikasi
 Identifkasi terhadap tokoh-tokoh dalam cerita
 Membantu menangani masalah emosional
 Menyalurkan kebutuhan dan keinginan
 Belajar memahami aturan dan harapan masyarakat
 Menunjang perkembangan intelektual
 Mendorong kreativitas
 Mengenali tangungjawab dan konsekuensi
 Memberikan contoh-contoh (konsep belajar&mendidik)

6. BENTUK BENTUK PERMAINAN


Bentuk-bentuk permainan yang sesuai untuk siswa SD kelas rendah (usia dini)
yaitu : permainan eksplorasi (penjelajahan), permainan energik, permainan
kemahiran (skillfull play), permainan sosial dan puzzle ( Dorothy, 1985).
a. Permainan Eksplorasi
Dapat dipelajari melalui empat cara
1.Mencari atau membuat penemuan baru seperti : mencari suatu benda
dilingkungan rumah atau sekolah
2.Merangsang rasa ingin tahu anak, seperti : permainan remote control
3.Mengembangkan keterampilan, seperti : permainan sapi lidi
4.Mempelajari keterampilan baru seperti, : video game, computer
b. Permainan Energik
Ciri-cirinya :
1.Benyak mengeluarkan tenaga yang anak mengekplorasi lingkungannya
(berlari, bermain kuda-kudaan, memanjat)
2.Terjadi control pada tubuh (berjalan-jalan, menendang bola)
3.Mengkoordinasikan berbagai bagian tubuh yang berbeda secara
bersama-sama (berjalan, berlari, berenang, sit-up, berguling-guling di
matras)
c. Permainan Kemahiran Yang dimaksud bermain kemahiran adalah semua
bentuk permainan dan aktivitas yang membutuhkan kemahiran dan
penggunaan tangan dan mata yang terkendali, contoh : membangun
menara dari tumpukan balok, konstruksi puzzle jigsaw, pingpong dsb
d. Permainan Sosial
Dasar dari semua aktivitas permainan sosial adalah adanya interaksi
antara dua orang atau lebih. Aktivitas seperti permainan bola, domino, atau
bermain jual-jualan membutuhkan anak untuk berperan memberi dan
menerima secara bergantian. Jika seseorang tidak memainkan peran
tersebut, maka permainan social tidak dapat berjalan.
Pentingnya bermain sosial
1.Mendorong anak belajar berbagai bentuk karakter orang lain
2.Mengembangkan kemampuan berkomunikasi
3.Mendorong anak menjadi ramah dan mudah bergaul
4.Membantu anak mengembangkan persahabatan
e. Permainan Imajinatif
Permainan ini bermanfaat bagi anak dalam hal :
1.Meningkatkan kemampuan berbicara dan berbahasa
2.Membantu anak dalam memahami orang lain
3.Menumbuhkembangkan kreativitas
4.Membantu anak memahami dirinya dan menjadi dirinya sendiri Contoh
permainan imajinatif : bermain peran (pura-pura), permainan boneka,
permainan raksasa, mendongeng, bermain drama, melawak, bermain
dengan gambar (gambar kubus, domino, dsb)
f. Permainan PuzzlePermainan ini bermanfaat bagi anak dalam hal :
1.Meningkatkan kemampuan berfikir
2.Menambah keingintahuan
3.Berlatih menyelesaikan permasalahan sendiri Contoh permainan ini :
permainan kartu gambar, permainan kancing, permainan papan kotak
pencocokan, sorting (memisahkan warna atau bentuk dsb)

1. Tahapan Perkembangan Bermain


Bermain menurut Singer ( dalam Kusantanti, 2004) yaitu anak-anak dapat menjelajahi
dunianya, mengembangkan kompetensi dalam usaha mengatasi dunianya dan
mengembangkan kreatifitas anak. Dengan bermaina anak-anak dapat menumbuhkan
kemampuan untuk memenuhi konsep secara ilmiah, tanpa paksaan.
Pada umumnya para ahli membedakan kegiatan bermain tanpa secara jelas mengemukakan
bahwa suatu jenis kegiatan bermain lebih tinggi tingkatan perkembangannya dibandingkan
dengan jenis kegiatan lainnya. Para ahli itu antara lain :
a. Jean Piaget
Kegiatan bermain menurut piaget :
1) Permainan sensori motro (yaitu usia kurang lebih ¾ bulan – ½ bulan) Kegiatan ini
merupakan kelanjutan kenikmatan yang diperoleh seperti kegiatan makan atau
mengganti sesuatu.
2) Permainan simbolik (± 2-7 tahun)
Pada usia 2-7 tahun ditandai dengan bermain khayal dan bermain pura-pura. Masa
ini anak lebih banyak bertanya dan menjawab pertanyaan, mencoba berbagai hal
berkaitan dengan konsep angka, ruang, kuantitas dan sebagainya. Permainan
simbolik mempunyai fungsiuntuk mengasimilasikan dan mengkonsolidasikan
pengalaman emosional anak.

3) Permainan sosial yang memiliki aturan (± 8-11 tahun)


Pada usia ini anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan games with rule dimana
kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh peraturan permainan.
4) Permainan yang memiliki aturan dan olah raga (11 tahun keatas)
Permainan ini menyenangkan dan anak-anak sangat menikmatinya meskipun
aturannya lebih ketat dibandingkan dengan permainan games seperti kartu/kasti.
b. Hurlock
Menurut Hurlock, tahapan perkembangan bermain yaitu:
Tahapan penjelajahan (Exploratory Stage)
Tahapan ini anak sudah mulai mencoba menjangkau/meraih benda di sekelilingnya lalu
mengamatinya.
1) Tahapan Mainan (Toy Stage)
Pada tahap ini biasanya terjadi pada usia pra sekolah yang rata-rata anaknya suka
bermain boneka dan mengajaknya bercakap-cakap atau bermain seperti layaknya
teman-temannya.
2) Tahap bermain (Play Stage)
Pada tahapan ini anak-anak sudah masuk di sekolah dasar.
3) Tahapan Melamun (Day Dream Stage)
Pada tahapan ini berawal ketika anak mendekati masa pubertas, yang mana mulai
kurang berminat terhadap kegiatan bermain yang tadinya mereka sukai dan mulai
menghabiskan waktu untuk melamun dan berhayal. Contoh : perlakuan kurang adil
dari orang lain atau merasa kurang dipahami oleh orang lain.

Adapun menurut tingkatan-tingkatan atau tahap-tahap bermain yang lainnya sebagai berikut :

1) Tahap manipulatif
Tahap ini dapat dilihat pada anak usia 2-3 tahun. Dengan alat-alat atau benda-benda
yang ia pegang, anak melakukan penyelidikan dengan cara membolak-balik, meraba-
raba bahkan menjatuhkan lalu melempar dan memungut kembali dan sebagainya. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apa yang dapat diperbuatnya dengan benda-benda atau alat
tersebut.

2) Tahap simbolis
Anak yang berada pada tahap ini kadang-kadang berbicara sendiri tentang apa yang
dibuatnya sesuai dengan fantasinya atau hal-hal yang pernah di lihat di lingkungannya.

3) Tahap eksplorasi
Pada tahap ini anak sering bermain sendiri, ia lebih senang tidak berteman dalam
bermain. kegiatan bermain ini dilakukan berulang-ulang dengan hati yang riang.

4) Tahap eksperimen
Setelah anak-anak memperoleh pengalaman baru dalam tahap-tahap sebelumnya, mereka
mulai melakukan percobaan, yang berarti mereka memasuki tahap eksperimen.

5) Tahap dapat dikenal


Anak usia 5-6 tahun pada umumnya telah mencapai tahapan bermain ini yaitu
membangun membentuk realistis, bentuk-bentuk yang sudah dikenal atau dilihat anak
dalam kehidupannya sehari-hari. Bentuk-bentuk yang dibuatnya sudah dapat dimengerti
oleh orang lain yang melihatnya karena sudah mendekati bentuk-bentuk yang
sesungguhnya. Misalnya membentuk beberapa jenis hewan tiruan dengan plastisin, lalu
membuat kebun binatang dengan kandang dari balok.

2. Manfaat bermain

HAKIKAT KEGIATAN
Bebas mengeksploitasi Aktivitas mungkin didesain Kegiatan dirancang dan
benda. guru, tetapi memungkinkan di bawah perintah
penemuan dan kreativitas. guru, berorientasi
Umumnya melibatkan Kegiatan diseleksi sendiri produk.
benda lain atau tapi memerlukan Biasanya melibatkan
manipulatif. konsentrasi atau perhatian pensil dan kertas.
detil. Kadang-kadang
Tidak perlu Permainan beraturan dan membutuhkan
kesungguhan, bermuatan akademik. kesungguhan, seperti
berorientasi proses. proyek (di TK).
Harus diselesaikan.
Tidak harus diselesaikan
KETERLIBATAN ANAK
Berpusat pada minat Niat berpusat pada guru, Membutuhkan
anak. tetapi tersedia pilihan untuk konsentrasi dan
Biasanya aktif secara anak. aktivitas kognisi anak.
fisik dengan sedikit Dapat berinteraksi secara Fisik, biasanya tidak
konsentrasi mental atau bebas dengan pasangan. aktif disesuaikan
aktivitas kognisi yang Biasanya menyenangkan. dengan jenis
ditunjukkan anak. pekerjaannya.
Dapat berinteraksi Kadang-kadang ada
secara bebas dengan interaksi dengan
pasangan. pasangan.
Selalu menyenangkan. Kadang menyenangkan
KETERLIBATAN GURU
Sedikit harapan guru. Umumnya ada evaluasi Berpusat pada harapan
Jarang dievaluasi guru. guru. dan niat guru.
Keluaran dievaluasi
guru.
Diolah dari sumber Lisa A. Wing (1996)

Masih terdapat perbedaan dalam pandangan masyarakat, orang tua maupun guru
sendiri antara bermain dan bekerja. Saat ini anak-anak dipaksa melakukan lebih
banyak instruksi-instruksi guru berupa pekerjaan sekolah yang mengarah kepada
fungsi akademis yang terstruktur, dengan meninggalkan sedikit waktu untuk belajar
melalui bermain. Banyak guru TK mengatakan bahwa kegiatan bermain hendaknya
menjadi pusat dari program kegiatan belajarnya. Namun, mereka merasa ragu-ragu
untuk membenarkan alasan kegunaannya dengan apa yang mereka katakan “Bermain
adalah pekerjaan anak-anak”, sementara ungkapan ini menyamakan bermain dengan
bekerja hal itu juga berarti bahwa bekerja itu serius dan bermain tidak demikian
dengan kata lain bermain itu sepele dapat dilakukan dan bila tidak ada masalah.

B. KONSEP ANAK USIA SEKOLAH


1. Pengertian Anak Usia Sekolah
Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih

kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang
tua.

Banyak ahli menganggap masa ini sebagai masa tenang atau masa latent, di mana
apa

yang telah terjadi dan dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan berlangsung
terus

untuk masa-masa selanjutnya (Gunarsa, 2006).

Menurut Wong (2008), anak sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang

artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap

mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang
tua

mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak

memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada

kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu.


2. Tahap – tahap Anak SD
Tahap usia ini disebut juga sebagai usia kelompok (gangage), di mana anak mulai

mengalihkan perhatian dan hubungan intim dalam keluarga kerjasama antara


teman

dan sikap-sikap terhadap kerja atau belajar (Gunarsa, 2006).

Dengan memasuki SD salah satu hal penting yang perlu dimiliki anak dalam

kematangan sekolah, tidak saja meliputi kecerdasan dan ketrampilan motorik,


bahasa,

tetapi juga hal lain seperti dapat menerima otoritas tokoh lain di luar orang tuanya,

kesadaran akan tugas, patuh pada peraturan dan dapat mengendalikan emosi-
emosinya

(Gunarsa, 2006).

Pada masa anak sekolah ini, anak-anak membandingkan dirinya dengan


temantemannya di mana ia mudah sekali dihinggapi ketakutan akan kegagalan dan
ejekan

teman. Bila pada masa ini ia sering gagal dan merasa cemas, akan tumbuh rasa
rendah

diri, sebaliknya bila ia tahu tentang bagaimana dan apa yang perlu dikerjakan
dalam

menghadapi tuntutan masyarakatnya dan ia berhasil mengatasi masalah dalam

hubungan teman dan prestasi sekolahnya, akan timbul motivasi yang tinggi
terhadap

karya dengan lain perkataan terpupuklah”industry” (Gunarsa, 2006).

3. Macam – macam Ketrampilan yang Perlu dimiliki Pada Anak Sekolah Dasar

Menurut Gunarsa (2006), dengan memasuki dunia sekolah dan masyarakat, anak-
anak dihadapkan pada tuntutan sosial yang baru, yang menyebabkan timbulnya
harapan-harapan atas diri sendiri (self-expect-action) dan aspirasi-aspirasi baru,
dengan lain perkataan akan muncul lebih banyak tuntutan dari lingkungan maupun
dari dalam anak sendiri yang kesemuanya ingin dipenuhi. Beberapa ketrampilan
yang perlu dimiliki anak pada fase ini meliputi antara lain :
a. Ketrampilan menolong diri sendiri (self-help skills) : misalnya dalam hal
mandi, berdandan, makan, sudah jarang atau bahkan tidak perlu ditolong lagi.
b. Ketrampilan bantuan sosial (social-help skills) : anak mampu membantu
dalam tugas-tugas rumah tangga seperti : menyapu, membersihkan rumah,
mencuci dan sebagainya.
c. Ketrampilan sekolah ( school-skills) : meliputi penguasaan dalam hal
akademik dan non akademik.
d. Ketrampilan bermain (play- skills) : meliputi ktrampilan dam berbagai jenis
permainan seperti main bola, mengendarai sepeda, catur, bulutangkis dan lain-
lain.

4. Ciri – ciri Anak Sekolah Dasar


Menurut Hurlock (2002), orang tua, pendidik, dan ahli psikologis memberikan

berbagai label kepada periode ini dan label-label itu mencerminkan ciri-ciri
penting

dari periode anak usia sekolah, yaitu sebagai berikut:

a. Masa yang menyulitkan


Suatu masa dimana anak tidak mau lagi menuruti perintah dan dimana ia
lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tua
dan anggota keluarga lainnya.
b. Masa anak tidak rapi
Suatu masa dimana anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh
dalam penampilan, dan kamarnya sangat berantakan. Sekalipun ada
peraturan keluarga yang ketat mengenai kerapihan dan perawatan barang-
barangnya, hanya beberapa saja yang taat, kecuali kalau orang tua
mengharuskan melakukannya dan mengancam dengan hukuman.
5. Tugas Perkembangan anak Sekolah Dasar
Tugas–tugas perkembangan anak sekolah dasar menurut Havighurst dalam
Hurlock

(2002) adalah sebagai berikut :


a. Mempelajari ketrampilan fisik yang dipelukan untuh permainan-permaianan
yang umum
b. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang
sedang tumbuh
c. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya
d. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat
e. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan

berhitung

f. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan


seharihari

g. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan nilai

h. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok social dan lembaga-lembaga

i. Mencapai kebebasan pribadi

C. KONSEP ANAK USIA REMAJA


1. Pengertian Remaja
Tidak mudah untuk mendefinisikan remaja secara tepat, karena banyak sekali sudut
pandang yang dapat digunakan dalam mendefinisikan remaja. Kata “remaja”
berasal dari bahasa Latin adolescene berarti to grow atau to grow maturity
(Golinko, 1984, Rice, 1990 dalam Jahja, 2011). Banyak tokoh yang memberikan
definisi remaja, seperti DeBrun mendefinisikan remaja sebagai periode
pertumbuhan antara masa kanak-kanak dan dewasa. Papalia dan Old tidak
memberikan pengertian remaja secara eksplisit melainkan secara implisit melalui
pengertian masa remaja (adolescence).

Menurut Papalia dan Olds,4 masa remaja adalah masa transisi perkembangan
antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12
atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluh
tahun. Sedangkan Anna Freud, berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses
perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan
perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan
orangtua dan cita-cita mereka, di mana pembentukan cita-cita merupakan proses
pembentukan orientasi masa depan.
2. Ciri-ciri Remaja
Seperti halnya pada semua periode yang penting, sela rentang kehidupan masa
remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode
sebelumnya dan sesudahnya. Masa remaja ini, selalu merupakan masa-masa sulit
bagi remaja maupun orangtuanya. Menurut Sidik Jatmika,8 kesulitan itu berangkat
dari fenomena remaja sendiri dengan beberapa perilaku khusus; yakni:

a. Remaja mulai menyampaikan kebebasannya dan haknya untuk mengemukakan


pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini dapat menciptakan ketegangan dan
perselisihan, dan bias menjauhkan remaja dari keluarganya.
b. Remaja lebih mudah dipengaruhi oleh teman-temannya daripada ketika mereka masih
kanak-kanak. Ini berarti bahwa pengaruh orangtua semakin lemah. Anak remaja
berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan
perilaku dan kesenangan keluarga. Contoh-contoh yang umum adalah dalam hal mode
pakaian, potongan rambut, kesenangan musik yang kesemuanya harus mutakhir.
c. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhannya maupun
seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul bisa menakutkan,
membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan frustrasi.
d. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri (over confidence) dan ini bersama-sama
dengan emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan sulit menerima nasihat
dan pengarahan oangtua. Selanjutnya, Sidik Jatmika,9 menjelaskan adanya kesulitan
yang sering dialami kaum remaja yang betapapun menjemukan bagi mereka dan
orangtua, medrupakan bagian yang normal dari perkembangan remaja itu sendiri.
Beberapa kesulitan atau bahaya yang mungkin dialami kaum remaja antara lain:
1) Variasi kondisi kejiwaan. Suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan
mengasingkan diri, tetapi pada saat yang lain terlihat sebaliknya, periang, berseri-
seri dan yakin. Perilaku yang sulit ditebak dan berubah-ubah ini bukanlah sesuatu
yang abnormal.hal ini hanyalah perlu diprihatinkan dan menjadi kewaspadaan
bersama manakala telah menjerumuskan remaja dalam kesulitan-kesulitan di
sekolah atau kesulitan dengan teman-temannya.
2) Rasa ingin tahu seksual dan coba-coba. Hal ini merupakan sesuatu yang normal
dan sehat. Rasa ingin tahu seksual dan bangkitnya rasa birahi adalah normal dan
sehat. Ingat, perilaku tertarik pada seks sendiri juga merupakan cirri yang normal
pada perkembangan masa remaja. Rasa ingin tahu seksual dan birahi jelas
menimbulkan bentuk-bentuk perilaku seksual.
3) Membolos.
4) Perilaku anti sosial, seperti suka mengganggu, berbohong, kejam dan
menunjukkan perilaku agresif. Sebabnya mungkin bermacam-macam dan banyak
tergantung pada budayanya. Akan tetapi, penyebab yang mendasar adalah
pengaruh buruk teman, dan pendisiplinan yang salah dari orangtua, terutama bila
terlalu keras atau terlalu lunak – dan sering tidak ada sama sekali.
5) Penyalahgunaan obat bius.
6) Psikosis, bentuk psikosis yang paling dikenal orang adalah skizofrenia (setengah
gila hingga gila beneran).
BAB III

PENUTUP

A.   Kesimpulan
pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bermain merupakan salah satu
Hak Asasi Manusia, begitu juga pada anak usia sekolah dan remaja ini. bahwa anak pada usia
sekolah dan remaja pun adalah makhluk yang aktif dan dinamis. Kebutuhan jasmani dan
rohani anak yang mendasar sebagian besar dipenuhi oleh bermain, baik bermain sendiri
maupun bermain bersama-sama. Jadi bermain itu merupakan kebutuhan anak. Ada banyak
manfaat yang didapatkan dari kegiatan bermain, salah satunya adalah pengembangan
kreatifitas bermain dalam bentuk apapun, baik aktif maupun pasif, baik dengan alat maupun
tanpa alat dapat menunjang kreativitas anak dalam berbagai taraf. Di sini peran orang tua dan
guru pembimbing untuk dapat menjadi fasilitator pengembangan kreatifitas anak dengan
memfasilitasi anak agar dapat bermain dengan cara dan alat yang tepat sesuai dengan bakat,
minat, perkembangan dan kebutuhan anak.
Bahwa permainan merupakan hal yang harus diajarkan kepada anak karena permainan
merupakan dunia anak yang dapat menunjang pada kehidupannya di masa depan karena di
dalam permainan itu sendiri terdapat proses belajar.
B.Saran
1. Bagi Kelompok
Disarankan kepada para penulis selanjutnya untuk memperkaya lagi bahan rujukan yang
digunakan untuk memperluas cakrawala ilmu yang didapat juga untuk memperkaya materi
yang bisa dipelajari.
2.Bagi Institusi
Hasil laporan diharapkan dapat menambah literatur perpustakaan dalam bidang
keperawatan anak terlebih khusus yang berkaitan dengan judul makalah kelompok kami
yaitu Peran Dan Fungsi Bermain Dalam Perkembangan Berdasarkan Periode Anak
Sekolah Dan Remaja.
3.Bagi Pembaca
Semoga bisa bermanfaat dan bisa mengaplikasikan dalam menangani masalah – masalah
yang muncul di keperawatan anak terkait judul dari kelompok kami yaitu Peran Dan
Fungsi Bermain Dalam Perkembangan Berdasarkan Periode Anak Sekolah Dan Remaja.
DAFTAR PUSTAKA

Anggani Sudono. (2000). Sumber Belajar dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Usia
Dini. Jakarta : Grasindo Asher,

Jane and Dorothy Einon. (1995). Time to Play. London : Viking Pinguin Inc

Agus Mahendra. (2001). Pembelajaran Senam di Sekolah Dasar, Sebuah Pendekatan


Pembinaan Poa Gerak Dominan, Depdiknas, Dirjen Dikdasmen, Dirjen
Olahraga

Abdullah Hassan dkk, (2005). Mendorong Kreativiti Kanak Kanak. Selangor:PTS


Millennia SDN .BHD.

Anggani Sudono (1995). Alat Permainan & Sumber Belajar TK, Depdikbud, Dirjen
Dikti, Proyek Pendidikan Tinggi Akademis.

Bety, Janice J. (1994). Observing Development of the Young Children. New York: Ma
Millan Publishing Company

Bredekamp S and Rosegrant, T. (1992). Reaching Potential : Aprropriate Curriculum


and Assesment for Young Children. Whasington D.C : NAEYC

Conny Semiawan, dkk (1991). Pengenalan dan Pengembangan Bakat Sejak Dini.
Jakarta : DEPDIKBUD

Depdiknas. (2000). Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)


di TK dan SD. Depdiknas. Jakarta.

Donald B Bailey, Jr and Mark Wolery. (1984). Teaching Infands and Preschoolers
With Handicaps. New York : Merril and Imprint of Macmillan Publishing
Company

Doris Bergen, Rebeca Reid, Louis Torelli. (2001). Educating and Caring for Very
Young Children, The Infant Toodler Curriculum. Theachers College Press

Iskandar, Srini M. (1998). Kecenderungan Pembelajaran di Sekolah Dasar.


Depdikbud.
Hamid, Mohd. Azhar Abd., Dkk. (2006) Permainan Kreatif di SD untuk
Guru&Jurulatih. Kuala Lumpur. PTS Professional. J

effree, Dorothy M. (1985) Let Me Play. Great Britain : A Condor Book Souvenir Press

Mulyadi, S., 2004. Bermain dan Kreativitas (Upaya Mengembangkan Kreativtais Anak


Melalui Kegiatan Bermain). Papas Sinar Sinanti : Jakarta.

Sidik Jatmika, Genk Remaja, Anak Haram Sejarah ataukah Korban Globalisasi?,
(Yogyakarta:Kanisius, 2010)

http://umum-pengertian.blogspot.com/2016/06/pengertian-peran-secara-umum.html

http://kumpulanmakalah3.blogspot.com/2016/11/bermain-dan-permainan-anak-
paud.html

https://www.academia.edu/32711710/Makalah_BERMAIN_DAN_PERMAINAN_AN
AK_PAUD_doc

B.E.F Montolalu dan kawan-kawan tahun 2008 dengan judul Bermain dan Permainan
Anak. penerbit Universitas Terbuka, Jakarta.

http://melyloelhabox.blogspot.com/2012/09/karakteristik-dan-tahap-
perkembangan.html

http://repository.uin-suska.ac.id/4116/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai