Disusun oleh:
Kelompok 1
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga Para Penulis dapat menyelesaikan
tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak Dalam Konteks Klinik dan Komunitas dengan judul
makalah Peran Dan Fungsi Bermain Dalam Perkembangan Berdasarkan Periode Anak
Sekolah Dan Remaja di Program Studi Magister Keperawatan STIKES Jenderal Achmad
Yani Cimahi.
Para Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
Para Penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga Makalah bisa
lebih sempurna. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga makalah ini
selesai.
Harapan Para Penulis, semoga Makalah ini dapat memberi manfaat dan menambah
pengetahuan bagi semuanya.
Kelompok I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PERAN
1. Pengertian Peran
2. Aspek – Aspek Peran
B. KONSEP FUNGSI
1. Pengertian Fungsi
C. KONSEP BERMAIN
1. Pengertian Bermain
2. Karakteristik Bermain Anak
3. Jenis Bermain
4. Tahapan Perkembangan Bermain
5. Manfaat bermain
D. KONSEP ANAK USIA SEKOLAH
1. Pengertian Anak Usia Sekolah
2. Tahap – tahap Anak SD
3. Macam – macam Ketrampilan yang Perlu dimiliki Pada Anak Sekolah Dasar
4. Ciri – ciri Anak Sekolah Dasar
5. Tugas Perkembangan anak Sekolah Dasar
E. KONSEP ANAK USIA REMAJA
1. Pengertian Remaja
2. Ciri-ciri Remaja
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bermain merupakan kegiatan yang penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan fisik, sosial, emosi, intelektual, dan spiritual anak sekolah dasar.
Dengan bermain anak dapat mengenal lingkungan, berinteraksi, serta
mengembangkan emosi dan imajinasi dengan baik.
Bermain memiliki fungsi yang sangat luas, seperti untuk anak, untuk guru,
orang tua dan fungsi lainnya.bagi anak. Dengan bermain dapat mengembangkan fisik,
motorik, sosial, emosi, kognitif, daya cipta (kreativitas), bahasa, perilaku, ketajaman
pengindraan, melepaskan ketegangan, dan terapi bagi fisik, mental ataupun gangguan
perkembangan lainnya.
Fungsi bermain bagi guru dan orangtua adalah agar guru dan orangtua dapat
memahami karakter anak, jalan pikiran anak, dapat intervensi, kolaborasi dan
berkomunikasi dengan ank. Fungsi lainnya adalah rekreasi, penyaluran energi,
persiapan untuk hidup dan mekanisme integrasi (penyatuan) dengan alam sekitar.
Dewasa ini ada banyak ragam alat permainan yang berkembang dari waktu ke
waktu. Mulai dari permainan tradisional hingga modern. Ada beberapa jenis
permainan yang bersifat membentuk ketrampilan dan kreatifitas anak seperti
permainan menyusun puzzel, membuat origami. Semua itu memerlukan kontrol dan
seleksi orang tua ataupun guru agar jenis dan alat permainan tersebut dapat berfungsi
optimal dan tidak membahayakan anak.
Ada beberapa orang tua yang kurang mengetahui manfaat dari bermain bagi
perkembangan anak dan mereka berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak
bermain akan membuat anak menjadi malas belajar dan membuatnya menjadi bodoh,
anak juga akan melupakan waktu tidurnya karena terlalu banyak bermain.
Dalam kehidupan anak, bermain mempunyai arti yang sangat penting. Dapat
dikatakan bahwa setiap anak yang sehat selalu mempunyai diringan untuk bermain
sehingga dapat dipastikan bahwa anak yang tidak bermain-main pada umumnya
dalam keadaan sakit, jasmaniah maupun rohaniah. Para ahli berkesimpulan
bahwa anak adalah makhluk yang aktif dan dinamis. Kebutuhan-kebutuhan jasmaniah
dan rohaninya anak yang mendasari sebagian besar dipenuhi melalui bermain kelopok
bermain sendiri maupun itu merupakan kebutuhan anak. Bermain bagi anak adalah
mutlak diperlukan untuk mengembangkan daya cipta, imajinasi, perasaan, kemauan,
motivasi, dalam suasana riang gembira.
Masa remaja berada pada batas peralihan kehidupan anak dan dewasa.
Tubuhnya tampak sudah “dewasa”. Remaja, adalah kelompok penduduk yang berusia
10-19 tahun (WHO). Banyak hal yang menarik bila kita membahas tentang kelompok
ini antara lain: jumlah populasi yang cukup besar, keunikan dalam pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun sosial di mana mereka
memasuki masa yang penuh dengan storm and stress, yaitu masa Pubertas.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. BERMAIN
1. PENGERTIAN
Pengertian bermain sangatlah unik dan deskriptif. Terdapat berbagai
pandangan dan pengertian yang diberikan oleh kaum akademik maupun
nonakademik secara luas dan beraragam, mulai teori klasik yang dikaitkan dengan
“surplus energy” dan hewan. Teori ini menyatakan, semakin tinggi spesies
makhluk hidup semakin banyak waktu dihabiskan untuk bermain di mana pada
kasus spesies yang lebih rendah energi dikeluarkan hanya untuk memenuhi
kebutuhan utama organisme tersebut. Antara tahun 50-an hingga 70-an teori-teori
tentang bermain muncul. Ada teori bermain yang dikaitkan dengan dorongan dan
keperluan dasar organisme. Di samping itu ada juga teori yang menyatakan
bermain sebagai komunikasi, bermain sebagai peluang menjelajah perilaku baru
bahkan Heron (1971) menegaskan bermain sebagai suatu pekerjaan bagi anak-
anak.. Lebih jauh Moyles (1991) menegaskan bahwa bermain adalah suatu proses
yang diperlukan baik oleh anak-anak maupun orang dewasa.
a. Motivasi instristik yaitu tingkah laku bermain di motivasi di dalam diri anak
b. Tingkah laku yang menyenangkan
c. Bersifat pura-pura
d. Bermain diutamakan dari pada tujuan
e. Bermain prilaku yang lentur.
Pendapat lainnya menurut Sujiono (2009: 146) mengemukakan karakteristik
bermain sebagai berikut:
a. Bermain adalah Sukarela
Karena didorong oleh motivasi dari dalam diri seseorang sehingga akan
dilakukan oleh anak apabila hal itu betul-betul memuaskan dirinya, bukan karena
iming-iming hadiah atau karena diperintah oleh orang lain. Jadi, permainan yang
dilakukan anak adalah suatu kepuasan tersendiri karena tidak harus memnuhi
tuntutan atau harapan dari luar, anak-anaklah yang menentukan perannya sendiri
dalam bermain.
a. Motivasi
Kegiatan bermain dapat berlangsung dengan baik apabila dilandasi motivasi
yang kuat yang berasal dari diri anak itu sendiri, tanpa paksaan dari siapa pun.
b. Lingkungan yang menunjang
Lingkungan yang kurang memadai fasilitasnya, tidak aman dan tidak
menyenangkan, akan menyebabkan ruang gerak bermain bagi anak terbatas.
Oleh sebab itu agar anak dapat bermain dengan leluasa maka perlu disediakan
sarana dan prasarana yang dapat mendukung keinginan dan aktivitas bermain
anak.
c. Perilaku anak dalam bermain
Melalui bermain anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan
dorongan-dorongan dari dalam diri yang tidak mungkin terpuaskan dalam
kehidupan nyata. Bila anak dapat menyalurkan perasaan tegang, tertekan dan
menyalurkan dorongan-dorongan yang muncul dari dalam dirinya, setidaknya
membuat anak lega dan relaks akan mengubah perilaku yang negatif menjadi
positif.
5. JENIS BERMAIN
Berdasarkan sifat bermainnya:
a. Bermain Aktif
Kegiatan yang cenderung bergerak dan berpindah tempat. Contoh : olahraga,
berlari-larian, dll
Faktor-faktor yang mempengaruhi Bermain aktif adalah:
1) Kesehatan
2) Keturunan/Genetika
3) Peneriman sosial dari kelompok teman bermain
4) Tingkat kecerdasan (intelegensi)
5) Jenis kelamin
6) Alat dan sarana prasarana permainan
7) Lingkungan dan kebudayan tempat ingal atau dibesarkan (pantai, dataran,
gunung, desa, kota,pingiran).
8) Cuaca/iklim
9) Status sosial ekonomi
b. Bermain Pasif (cenderung diam/statis)
Kegiatan yang memberikan kesenangan dan kepuasan bukan berdasarkan
kegiatan fisik yang dilakukanya. Kegiatan yang tidak terlalu banyak
melibatkan aktivitas fisik dan cenderung statis/diam di tempat.
Adapun menurut tingkatan-tingkatan atau tahap-tahap bermain yang lainnya sebagai berikut :
1) Tahap manipulatif
Tahap ini dapat dilihat pada anak usia 2-3 tahun. Dengan alat-alat atau benda-benda
yang ia pegang, anak melakukan penyelidikan dengan cara membolak-balik, meraba-
raba bahkan menjatuhkan lalu melempar dan memungut kembali dan sebagainya. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apa yang dapat diperbuatnya dengan benda-benda atau alat
tersebut.
2) Tahap simbolis
Anak yang berada pada tahap ini kadang-kadang berbicara sendiri tentang apa yang
dibuatnya sesuai dengan fantasinya atau hal-hal yang pernah di lihat di lingkungannya.
3) Tahap eksplorasi
Pada tahap ini anak sering bermain sendiri, ia lebih senang tidak berteman dalam
bermain. kegiatan bermain ini dilakukan berulang-ulang dengan hati yang riang.
4) Tahap eksperimen
Setelah anak-anak memperoleh pengalaman baru dalam tahap-tahap sebelumnya, mereka
mulai melakukan percobaan, yang berarti mereka memasuki tahap eksperimen.
2. Manfaat bermain
HAKIKAT KEGIATAN
Bebas mengeksploitasi Aktivitas mungkin didesain Kegiatan dirancang dan
benda. guru, tetapi memungkinkan di bawah perintah
penemuan dan kreativitas. guru, berorientasi
Umumnya melibatkan Kegiatan diseleksi sendiri produk.
benda lain atau tapi memerlukan Biasanya melibatkan
manipulatif. konsentrasi atau perhatian pensil dan kertas.
detil. Kadang-kadang
Tidak perlu Permainan beraturan dan membutuhkan
kesungguhan, bermuatan akademik. kesungguhan, seperti
berorientasi proses. proyek (di TK).
Harus diselesaikan.
Tidak harus diselesaikan
KETERLIBATAN ANAK
Berpusat pada minat Niat berpusat pada guru, Membutuhkan
anak. tetapi tersedia pilihan untuk konsentrasi dan
Biasanya aktif secara anak. aktivitas kognisi anak.
fisik dengan sedikit Dapat berinteraksi secara Fisik, biasanya tidak
konsentrasi mental atau bebas dengan pasangan. aktif disesuaikan
aktivitas kognisi yang Biasanya menyenangkan. dengan jenis
ditunjukkan anak. pekerjaannya.
Dapat berinteraksi Kadang-kadang ada
secara bebas dengan interaksi dengan
pasangan. pasangan.
Selalu menyenangkan. Kadang menyenangkan
KETERLIBATAN GURU
Sedikit harapan guru. Umumnya ada evaluasi Berpusat pada harapan
Jarang dievaluasi guru. guru. dan niat guru.
Keluaran dievaluasi
guru.
Diolah dari sumber Lisa A. Wing (1996)
Masih terdapat perbedaan dalam pandangan masyarakat, orang tua maupun guru
sendiri antara bermain dan bekerja. Saat ini anak-anak dipaksa melakukan lebih
banyak instruksi-instruksi guru berupa pekerjaan sekolah yang mengarah kepada
fungsi akademis yang terstruktur, dengan meninggalkan sedikit waktu untuk belajar
melalui bermain. Banyak guru TK mengatakan bahwa kegiatan bermain hendaknya
menjadi pusat dari program kegiatan belajarnya. Namun, mereka merasa ragu-ragu
untuk membenarkan alasan kegunaannya dengan apa yang mereka katakan “Bermain
adalah pekerjaan anak-anak”, sementara ungkapan ini menyamakan bermain dengan
bekerja hal itu juga berarti bahwa bekerja itu serius dan bermain tidak demikian
dengan kata lain bermain itu sepele dapat dilakukan dan bila tidak ada masalah.
kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang
tua.
Banyak ahli menganggap masa ini sebagai masa tenang atau masa latent, di mana
apa
yang telah terjadi dan dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan berlangsung
terus
Menurut Wong (2008), anak sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang
artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap
mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang
tua
mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak
Dengan memasuki SD salah satu hal penting yang perlu dimiliki anak dalam
tetapi juga hal lain seperti dapat menerima otoritas tokoh lain di luar orang tuanya,
kesadaran akan tugas, patuh pada peraturan dan dapat mengendalikan emosi-
emosinya
(Gunarsa, 2006).
teman. Bila pada masa ini ia sering gagal dan merasa cemas, akan tumbuh rasa
rendah
diri, sebaliknya bila ia tahu tentang bagaimana dan apa yang perlu dikerjakan
dalam
hubungan teman dan prestasi sekolahnya, akan timbul motivasi yang tinggi
terhadap
3. Macam – macam Ketrampilan yang Perlu dimiliki Pada Anak Sekolah Dasar
Menurut Gunarsa (2006), dengan memasuki dunia sekolah dan masyarakat, anak-
anak dihadapkan pada tuntutan sosial yang baru, yang menyebabkan timbulnya
harapan-harapan atas diri sendiri (self-expect-action) dan aspirasi-aspirasi baru,
dengan lain perkataan akan muncul lebih banyak tuntutan dari lingkungan maupun
dari dalam anak sendiri yang kesemuanya ingin dipenuhi. Beberapa ketrampilan
yang perlu dimiliki anak pada fase ini meliputi antara lain :
a. Ketrampilan menolong diri sendiri (self-help skills) : misalnya dalam hal
mandi, berdandan, makan, sudah jarang atau bahkan tidak perlu ditolong lagi.
b. Ketrampilan bantuan sosial (social-help skills) : anak mampu membantu
dalam tugas-tugas rumah tangga seperti : menyapu, membersihkan rumah,
mencuci dan sebagainya.
c. Ketrampilan sekolah ( school-skills) : meliputi penguasaan dalam hal
akademik dan non akademik.
d. Ketrampilan bermain (play- skills) : meliputi ktrampilan dam berbagai jenis
permainan seperti main bola, mengendarai sepeda, catur, bulutangkis dan lain-
lain.
berbagai label kepada periode ini dan label-label itu mencerminkan ciri-ciri
penting
berhitung
Menurut Papalia dan Olds,4 masa remaja adalah masa transisi perkembangan
antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12
atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluh
tahun. Sedangkan Anna Freud, berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses
perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan
perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan
orangtua dan cita-cita mereka, di mana pembentukan cita-cita merupakan proses
pembentukan orientasi masa depan.
2. Ciri-ciri Remaja
Seperti halnya pada semua periode yang penting, sela rentang kehidupan masa
remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode
sebelumnya dan sesudahnya. Masa remaja ini, selalu merupakan masa-masa sulit
bagi remaja maupun orangtuanya. Menurut Sidik Jatmika,8 kesulitan itu berangkat
dari fenomena remaja sendiri dengan beberapa perilaku khusus; yakni:
PENUTUP
A. Kesimpulan
pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bermain merupakan salah satu
Hak Asasi Manusia, begitu juga pada anak usia sekolah dan remaja ini. bahwa anak pada usia
sekolah dan remaja pun adalah makhluk yang aktif dan dinamis. Kebutuhan jasmani dan
rohani anak yang mendasar sebagian besar dipenuhi oleh bermain, baik bermain sendiri
maupun bermain bersama-sama. Jadi bermain itu merupakan kebutuhan anak. Ada banyak
manfaat yang didapatkan dari kegiatan bermain, salah satunya adalah pengembangan
kreatifitas bermain dalam bentuk apapun, baik aktif maupun pasif, baik dengan alat maupun
tanpa alat dapat menunjang kreativitas anak dalam berbagai taraf. Di sini peran orang tua dan
guru pembimbing untuk dapat menjadi fasilitator pengembangan kreatifitas anak dengan
memfasilitasi anak agar dapat bermain dengan cara dan alat yang tepat sesuai dengan bakat,
minat, perkembangan dan kebutuhan anak.
Bahwa permainan merupakan hal yang harus diajarkan kepada anak karena permainan
merupakan dunia anak yang dapat menunjang pada kehidupannya di masa depan karena di
dalam permainan itu sendiri terdapat proses belajar.
B.Saran
1. Bagi Kelompok
Disarankan kepada para penulis selanjutnya untuk memperkaya lagi bahan rujukan yang
digunakan untuk memperluas cakrawala ilmu yang didapat juga untuk memperkaya materi
yang bisa dipelajari.
2.Bagi Institusi
Hasil laporan diharapkan dapat menambah literatur perpustakaan dalam bidang
keperawatan anak terlebih khusus yang berkaitan dengan judul makalah kelompok kami
yaitu Peran Dan Fungsi Bermain Dalam Perkembangan Berdasarkan Periode Anak
Sekolah Dan Remaja.
3.Bagi Pembaca
Semoga bisa bermanfaat dan bisa mengaplikasikan dalam menangani masalah – masalah
yang muncul di keperawatan anak terkait judul dari kelompok kami yaitu Peran Dan
Fungsi Bermain Dalam Perkembangan Berdasarkan Periode Anak Sekolah Dan Remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Anggani Sudono. (2000). Sumber Belajar dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Usia
Dini. Jakarta : Grasindo Asher,
Jane and Dorothy Einon. (1995). Time to Play. London : Viking Pinguin Inc
Anggani Sudono (1995). Alat Permainan & Sumber Belajar TK, Depdikbud, Dirjen
Dikti, Proyek Pendidikan Tinggi Akademis.
Bety, Janice J. (1994). Observing Development of the Young Children. New York: Ma
Millan Publishing Company
Conny Semiawan, dkk (1991). Pengenalan dan Pengembangan Bakat Sejak Dini.
Jakarta : DEPDIKBUD
Donald B Bailey, Jr and Mark Wolery. (1984). Teaching Infands and Preschoolers
With Handicaps. New York : Merril and Imprint of Macmillan Publishing
Company
Doris Bergen, Rebeca Reid, Louis Torelli. (2001). Educating and Caring for Very
Young Children, The Infant Toodler Curriculum. Theachers College Press
effree, Dorothy M. (1985) Let Me Play. Great Britain : A Condor Book Souvenir Press
Sidik Jatmika, Genk Remaja, Anak Haram Sejarah ataukah Korban Globalisasi?,
(Yogyakarta:Kanisius, 2010)
http://umum-pengertian.blogspot.com/2016/06/pengertian-peran-secara-umum.html
http://kumpulanmakalah3.blogspot.com/2016/11/bermain-dan-permainan-anak-
paud.html
https://www.academia.edu/32711710/Makalah_BERMAIN_DAN_PERMAINAN_AN
AK_PAUD_doc
B.E.F Montolalu dan kawan-kawan tahun 2008 dengan judul Bermain dan Permainan
Anak. penerbit Universitas Terbuka, Jakarta.
http://melyloelhabox.blogspot.com/2012/09/karakteristik-dan-tahap-
perkembangan.html
http://repository.uin-suska.ac.id/4116/3/BAB%20II.pdf