PENDER (HEALTH
PROMOTION MODEL) PADA IBU DENGAN DEPRESI
POSTPARTUM
Disusun oleh kelompok 4 :
Nasrah Halim 1806170675
Priyo Purnomo As’hab 1806170795
Riski Wulandari 1806170826
Era Sari 1806256212
Rani Septiawantari 1806256396
Reza Fajar Amalia 1806256414
outline
• Bab I : Pendahuluan
• Bab II : Analisa Teorist
• Bab III : Analisa Kasus
• Bab IV : Kesimpulan dan Saran
Bab I pendahuluan
A. Latar belakang :
• Teori yang dibawakan oleh Pender dikenal dengan Health
Promotion Model (HPM).
• HPM mencakup pada perilaku kesehatan yang bertujuan
untuk meningkatkan perilaku kesehatan dan pada seluruh
rentang kehidupan. Teori HPM pada praktik keperawatan
bahwa promosi kesehatan sangat berperan pada
pencegahan dan promotif ( Alligood.2014)
Bab II Analisa Teori
• Perkembangan teori :
Teori HPM bermula dari teori pembelajaran social milik Albert Bandura (1997)
yang mengatakan pentingnya proses- proses kognitif dalam perubahan
prilaku, yang didalamnya mencakup kepercayaan atau keyakinan diri sendiri
seperti pengarahan diri (self direction) dan keyakinan diri (self efficacy) .
HPM mengidentifikasi faktor-faktor kognitif dan persepsi sebagai determinan
utama bagi perilaku dalam promosi kesehatan ( Pender,et al. 2002)
• Analis teori Health Promotion Model dengan langkah 1 : teori scope
HPM menggambarkan berbagai aspek sikap manusia yang berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya agar mereka tetap hidup sehat. Pender
dalam Health Promotion in Nursing Practice (1982) menjelaskan bahwa proses
biopsikososial yang kompleks dapat memotivasi individu untuk melakukan
sesuatu yang diarahkan menuju penigkatan kesehatan.
Lanjutan
Analisis Teori Health Promtion Model dengan langkah 2 : teori Konteks
1. asumsi Health Promotion Model :
ada 7 asumsi utama yang di kemukakan Pender pada HPM (1996)
1) manusia berusaha menciptakan kondisi kehidupan.
2) manusia memiliki kemampuan merefleksikan diri.
3) manusia menilai suatu perubahan atau perkembangan sebagai suatu hal yang positif.
4) setiap individu berusaha secara aktif dalam mengatur perilakunya.
5) setiap individu dalam konteks biopsikososialnya berinteraksi dengan lingkungan.
6) professional kesehatan.
7) pembentukan kembali konsep diri manusia
• 2. proposisi Health promotion Model. Menurut pender et, al (2010) ada 14
HPM
lanjutan
Analisis teori health promotion model dengan langkah 3 : teori
konten :
• 1. Perilaku yang sering dilakukan sebelumnya dilakukan(prior related
behavior)
• 2. Prediksi dari perilaku(personal factor)
• 3. Kegiatan yang dilakukan dalam menghabiskan waktu (perceived benefit
of actions)
• 4. Hambatan berupa ketidaksedian, tidak menyenangkan, kesulitan biaya
(perceived barriers to action)
• 5. Kemampuan diri untuk melaksanakan promosi kesehatan (perceived self
efficacy)
lanjutan
• 6. perasaan positif atau negative secara subyektif (activity- related
affect)
• 7. pengaruh interpersonal (interpersonal influences)
• 8. pengaruh situasional atau persepsi terhadap pilihan yang ada
(situasional influences)
• 9. keinginan dan identifikasi strategi terencana (commitment to
plan of action)
• 10. tuntutan dan pilihan (immediate competing demand and
preferences)
• 11. kesehatan atau kesejahteraan yang optimal (health promoting
behavior)
Bab III. Analisa kasus
• Kasus :
Klien perempuan berusia 20 tahun datang ke RS X untuk melakukan persalinan
pada tanggal 14 Januari 2018. Klien hamil anak pertama saat berusia 17 th,
Saat ini usia klien 20 th, IMT < normal. Riwayat persalinan klien saat ini
G2P2A0 Ah 2, klien diruang rawat ibu nifas bersama dengan bayinya (rawat
gabung). Klien sudah 2 hari sejak persalinannya berada diruang rawat inap
bersama bayinya. Kondisi klien selama diruangan terlihat banyak tidur, jarang
menyentuh bayi dan jarang memberi ASI karena merasa dirinya masih lelah
pasca persalianan. Klien masuk ke ruang rawat inap perawat sudah
mengedukasi klien terkait cara menyusui dari posisi bayi sampai pelekatan bayi
pada ibu, merawat bayi dan kebutuhan nutrisi ibu selama menyusui. Respon
klien saat diedukasi oleh perawat lebih banyak tertutup atau kurang merespon,
tidak ada pertanyaan, hanya diam, saat diminta mempraktikan hanya dilakukan
sebentar dan kemudian bayi diserahkan pada orang tua.
Kasus...
• Ibu klien mengatakan bahwa setelah perawat keluar dari ruangan, klien
marah-marah lalu kemudian menangis, klien mengeluh bahwa apa yang
diajarkan oleh perawat hanya membuang waktu saja karena klien merasa
tidak siap untuk mengasuh bayinya, dan merasa dirinya tidak bisa menjadi
ibu yang baik. Selama di rumah sakit klien ditemani oleh ibu kandungnya dan
sesekali suaminya datang sedangkan anak yang pertama berumur 2 tahun
dititipkan pada ibu dari suaminya.
• Ibu klien menjelaskan untuk kondisi yang anak pertama dahulu, klien tidak
mau diberi edukasi oleh perawat. Untuk saat ini klien lebih baik, sedikit-
sedikit mau di edukasi walaupun sikapnya masih acuh tak acuh tetapi mau
mendengarkan dan memperagakan saat evaluasi. Ibu klien mengatakan,
dirumah bayinya ia yang mengasuh karena klien tidak mau mengurus dan
menyusui bayi.
Kasus...
• Klien memiliki pengalaman kurang menyenangkan dimana kehamilan
pertama adalah di luar nikah karena pada awalnya ia ke kota untuk bekerja
tetapi malah terjerumus dalam pergaulan yang tidak baik dan pada akhirnya
hamil. Kondisi keuangan saat ini dibantu oleh orangtua. Ibu klien juga
mengatakan bahwa setelah perawat memberikan edukasi dan keluar dari
ruangan, klien marah-marah dan kemudian menangis.
• Klien merasa bahwa apa yang diajarkan perawat hanya membuang waktu
karena riwayat klien yang hamil di luar nikah membuat klien merasa telah
gagal menjadi ibu yang baik. Hal ini diperkuat oleh adanya pandangan
negatif masyarakat di desanya terhadap kehamilan di luar nikah, dimana
masyarakat tersebut sangat menjunjung nilai-nilai norma dan adat setempat.
Klien merasa tidak memiliki pilihan lain selain menjalani kehidupannya saat
ini meskipun ia masih merasa malu, bersalah dan tidak bisa menjadi ibu
yang baik.
Analisa kasus
Pengkajian dengan HPM
1. Prior Related Behavior (perilaku yang sering dilakukan sebelumnya
dimasa lalu)
Klien memiliki riwayat depresi post partum pada anak pertama dengan kondisi yang sama
dengan saat ini . Ibu klien mengatakan dirumah bayi saya yang mengasuh karena klien
tidak mau menyusu bayi, hingga saya membawa klien dan bayi ke rumah sakit
2. Personal faktor (prediksi dari perilaku)
- Biologis
Klien melakukan persalinan yang kedua pada RS X, klien melakukan persalinan yang
pertama 3 tahun lalu. Dari data kasus tidak didapatkan adanya penyakit menular seksual.
anak pertama berusia 2 tahun, dititipkan kepada mertuanya. Kondisi IMT ibu dibawah
normal, klien dirawat dengan bayinya. Klien terlihat lebih banyak tidur dan jarang memberi
ASI kepada bayinya, klien saat diedukasi kurang merespon dan terlihat tertutup, saat
diminta klien mempraktekannya hanya sebentar, klien mengeluh tidak siap menyusui
bayinya karena merasa dirinya tidak bisa menjadi ibu yang baik.
Analisa kasus..
Psikologis/ Status Mental
• Penampilan umum baik, cara berpakaian sesuai, kondisi IMT
dibawah normal, saat dilakukan edukasi klien hanya diam, afek
datar tanpa adanya respon emosional. Klien mengalami
depersonalisasi terlihat dengan kehilangan identitas diri, yang
ditampilkan dengan merasa tidak siap mengasuh bayinya karena
tidak bisa menjadi ibu yang baik.
• Tingkat orientasi klien baik, klien juga tidak mengalami gangguan
memori, penilaian klien dilihat dari usia termasuk dalam tingkat
pendidikan yang rendah menyebabkan penilaian klien terhadap
kondisinya belum dapat menerima bahkan mengingkarinya
sebagai seorang ibu.
Analisa kasus
Sosiokultural
• Klien berasal dari suku jawa, pendidikan terakhir SMA,
kondisi keuangan suami bekerja serabutan karena juga
hanya lulusan SMA, untuk biaya kehidupan mereka masih
dibantu oleh orangtua. Ibu klien mengatakan kondisi klien
membaik setelah dibawa ke Rumah Sakit dan
mendapatkan edukasi atau penjelasan kembali terkait
kondisinya dan bagaimana tindakan yang dapat
dilakukan.
Analisa kasus...
3. Perceived benefits of Actions (kegiatan yang dilakukan dalam
memghabiskan waktu)
• Ibu klien menjelaskan untuk kondisi yang pertama dulu klien saat dirawat
tidak mau diberi edukasi sehingga berkelanjutan dirumah, untuk saat ini klien
lebih baik sedikit-sedikit mau di edukasi walaupun sikapnya masih acuh tak
acuh tetapi mau mendengarkan dan memperagakan saat evaluasi.
4. Perceived barrier to actions (hambatan berupa ketidaksediaan, tidak
menyenangkan, kesulitan biaya)
• Klien memiliki pengalaman kurang menyenangkan dimana kehamilan
pertama diluar nikah karena sebenarnya ia kekota untuk bekerja tetapi malah
hamil, kondisi keuangan saat ini dibantu oleh orangtua.
Analisa kasus
5. Perceived self-efficacy (kemampuan diri untuk melaksanakan promosi
kesehatan)
• Klien mau diberi edukasi tetapi masih pasif untuk melalukannya, pasien
masih merasa bahwa dirinya sangat lelah karena proses persalinan
sehingga hanya mau mencoba sebentar lalu istrahat.