Anda di halaman 1dari 16

DISAIN PENELITIAN KOHORT

Oleh

ANDI SUSANTO
EZYLA PURBANINGSIH
M.ARDIANTO RODIN
RANI SEPTIAWANTARI
RULIANI MANUMBA

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
NOVEMBER 2018
1. PENGERTIAN

2. JENIS RANCANGAN

3. KARAKTERISTIK

STUDI KOHORT 4. LANGKAH - LANGKAH

(COHORT STUDY)
5. TEKNIK SAMPLING

6. MENGHITUNG BESAR SAMPEL

7. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN

8. CONTOH PENELITIAN

9. REFERENSI
1. PENGERTIAN

Studi kohort merupakan salah satu jenis studi observasional yang


memilih kelompok-kelompok penelitian berdasarkan status
paparan, dimana satu kelompok terpapar faktor yang
dipostulasikan sebagai kausa penyakit, sedang kelompok lainnya
tidak terpapar faktor tersebut, dengan persyaratan bahwa pada
awal penelitian harus dipastikan setiap subyek penelitian harus
bebas dari penyakit yang diteliti. Subyek penelitian kemudian
diikuti (follow-up) selama suatu periode waktu dan dilakukan
pencatatan terhadap perubahan status penyakit (Macmahon dan
pugh, 1970; Miettinen, 1975; Friedman, 1980 dalam Morton,
2009)
2. JENIS RANCANGAN

 Kohort Prosfektif
Rancangan penelitian kohort prospektif jika paparan atau faktor
risiko diukur pada awal penelitian, kemudian di follow up untuk
mengetahui efek dari paparan dimasa datang. Lamanya follow
up berdasarkan perkiraan lamanya efek akan terjadi. Biasanya
penelitian ini dilakukan bertahun-tahun.

 Kohort Retrosfektif
Pada rancangan penelitian kohort retrospektif faktor risiko dan
efek/penyakit sudah terjadi dimasa lampau sebelum dilakukan
penelitian. Dengan demikian, variabel-variabel tersebut diukur
dengan catatan historis.
3. KARAKTERISTIK

 Studi kohort bersifat observasional


 Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
 Studi kohort sering disebut sebagai studi insidens
 Terdapat kelompok kontrol
 Terdapat hipotesis spesifik
 Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif
 Untuk kohort retrospektif, sumber datanya menggunakan
data sekunder
4. LANGKAH - LANGKAH

1. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis

2. Menentukan kelompok terpapar dan tidak terpapar

3. Menentukan Sampel

4. Pengambilan data dan pencatatan

5. Pengolahan dan analisi data hasil penelitian

6. Membuat kesimpulan
5. TEKNIK SAMPLING

 Teknik Sampling pada desain penelitian Kohort menggunakan


Randomisasi (simple random sampling), yaitu individu-individu
pada sampel mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi
kelompok exposure (E+) atau tidak mendapatkan exposure (E-).
Ciri-ciri Simple Random Sampling (Zainuddin, 2011)
 Tiap unit atau individu populasi mempunyai kesempatan atau
probabilitas yang sama untuk menjadi sampel. jadi nilai probabilitas
tiap unit populasi untuk terpilih sebagai unit sampel adalah sama, tidak
= 0 dan atau tidak = 1.
 Random sampling merupakan salah satu asumsi pemakaian statistik
inferensial.
 Jika menggunakan teknik random sampling dapat dilakukan
generalisasi dengan tingkat validitas generalisasi sangat baik. Dengan
kata lain, jika tujuan penelitian adalah untuk melakukan generalisasi,
maka teknik sampling yang terbaik adalah random sampling.
1. Kelebihan Random sampling
 mengatasi bias yang muncul dalam pemilihan anggota sampel
LANJUTAN  kemampuan menghitung standard error.

2. Kekurangan Random sampling


 tidak adanya jaminan bahwa setiap sampel yang diambil
secara acak akan merepresentasikan populasi secara tepat.
Contohnya
Ada sebuah populasi yang terdiri dari 12 orang dan disusun
dalam bentuk abjad A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L. Bila dari
populasi tersebut diambil 2 orang sebagai sampel, maka akan
diperoleh kombinasi sebagai berikut:
 AB, AC, AD, AE, AF, AG, AH, AI, AJ, AK, AL, BC, BD, BE, BF,
BG, BH, BI, BJ, BK, BL, CD, CE, CF, CH dan seterusnya sebanyak
66 buah kombinasi sampel.
 Berdasarkan kombinasi tersebut, A mempunyai peluang untuk
diambil sebagai sampel sebanyak 11 kali, demikian pula dengan
B, C, D, E dan seterusnya.
 Dengan demkian, setiap unit mempunyai peluang 11/66 atau
1/6. Secara umum, bila diambil sampel sebanyak n dari populasi
N maka peluang setiap unit untuk diambil sebagai sampel
adalah n/N
6. MENGHITUNG BESAR SAMPEL
 ESTIMASI

Keterangan:
n = besar sampel minimum
Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu
P1 = perkiraan probabilitas outcome (+) pada populasi 1
P2 = perkiraan probabilitas outcome (+) pada populasi 2
 = kesalahan (relatif) yang dapat ditolerir
 DATA PROPORSI

Keterangan
n = besar sampel minimum
Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu
Z1- = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu
CATATAN P1 = perkiraan probabilitas outcome (+) pada populasi 1
P2 = perkiraan probabilitas outcome (+) pada populasi 2
Pada penelitian cohort, untuk P = (P1 + P2)/2
mengantisipasi hilangnya unit
pengamatan, dilakukan koreksi
dengan 1/(1-f), dimana f adalah
proporsi unit pengamatan yang
hilang atau mengundurkan diri
atau drop out.
7. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
KELEBIHAN
 Studi kohort merupakan desain terbaik dalam memberikan bukti-bukti kausal. Sebab faktor
yang dihipotesiskan kausa dipastikan hadir sebelum terjadi penyakit. Studi tersebut lebih efisien
ketimbang studi kasus kontrol jika tujuannya untuk meneliti berbagai kemungkinan akibat dari
suatu paparan.
 Pada awal penelitian, sudah ditetapkan bahwa subjek harus bebas dari penyakit, kemudian
diikuti sepanjang periode waktu tertentu sampai timbulnya penyakit yang diteliti, sehingga
sekuens waktu antara faktor risiko dan penyakit atau efek dapat diketahui secara pasti.
 Arah penyelidikan logis, khususnya pada kohor prospektif, sehingga lebih menjamin asas
temporalitas.
 Dapat menghitung dengan akurat jumlah paparan yang dialami populasi.
 Dapat menghitung laju insidensi atau kecepatan terjadinya penyakit, karena penelitian dimulai
dari faktor risiko sampai terjadinya penyakit.
 Dapat meneliti paparan yang langka.
 Memungkinkan peneliti mempelajari sejumlah efek atau penyakit secara serentak sebuah
paparan. Misalnya, apabila kita telah mengidentifikasi kohort berdasarkan pemakaian
kontrasepsi oral (pil KB), maka dengan studi kohort dapat diketahui sejumlah kemungkinan
efek kontrasepsi oral pada sejumlah penyakit, seperti infark miokardium, kanker payudara, dan
kanker ovarium.
 Dapat memeriksa dan mendiagnosa dengan teliti penyakit yang terjadi.
 Bias dalam menyeleksi subjek dan menentukan status paparan kecil
 Hubungan sebab akibat lebih jelas dan lebih meyakinkan.
 Dapat digunakan untuk mengukur insidens (risk dan rate),
 Dapat membedakan faktor resiko dan faktor prognostik,
 Sesuai untuk pajanan / exposure yang sangat jarang dan dapat meneliti multiple outcome.
(Zainuddin, 2011)
LANJUTAN
KEKURANGAN
 Tidak efisien dan praktis untuk mempelajari kasus yang
langka
 Pada studi prospektif, akan memerlukan biaya lebih
banyak dan membutuhkan banyak waktu.
 Pada studi retrospektif, membutuhkan ketersediaan
catatan yang lengkap dan akurat.
 Validitas hasil penelitian dapat terancam, karena
adanya subjek subjek yang hilang pada saat follow-up.
 Dapat menimbulkan masalah etika, karena peneliti
membiarkan subjek terkena pajanan yang merugikan.

(Zainuddin, 2011)
8. CONTOH PENELITIAN

1. Penelitian Kohort dilakukan oleh Bodil ae.al Tahun 2015 tentang kopi dan kematian
janin dalam prospektif data. Penelitian dilakukan pada wanita hamil di Denmark pada
kurun waktu Maret 1996-November 2002

2. Penelitian tentang diabetes Melitus tipe 2 dan kejadian penyakit jantung oleh Anoop
dkk Tahun 2015. Penelitian dilakukan pada 1,9 juta orang di Inggris pada kurun waktu
Januari 1998- Maret 2010.

3. Penelitian Kohort dilakukan oleh Subandiyah Tahun 2004 tentang outcome sindrom
nefrotik pada anak. Penelitian kohort untuk melihat outcome SN pada anak dan untuk
menentukan faktor risiko komplikasinya. Penelitian dilakukan pada Penderita dengan
SN yang rawat inap RSU Dr. Saiful Anwar Malang, Penelitian ini merupakan penelitian
kohort prospektif, pada kurun waktu Januari 2000 sampai dengan Desember 2003.
selama 3 tahun, Data yang diamati adalah respon terhadap pemberian steroid, remisi,
relaps, infeksi, dan trombosis
Suatu penelitian kohort, ingin melihat hubungan konsentrasi mangan dalam
udara ambient dengan kejadian iritasi saluran pernafasan pada anak usia 6-12
tahun di Desa Satar Punda, Manggarai, Nusa Tenggara Timur Tahun 2011.
LANJUTAN Penelitian ini merupakan penelitian kohort prospektif, yang dilaksanakan pada
Juli sampai dengan September 2011.

1. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis

Rumusan masalah: Apakah ada hubungan konsentrasi mangan dalam udara ambient dengan
kejadian iritasi saluran pernafasan

Hipotesis
Ho : tidak ada hubungan konsentrasi mangan dalam udara ambient dengan kejadian iritasi
saluran pernafasan.
Ha : ada hubungan konsentrasi mangan dalam udara ambient dengan kejadian iritasi
saluran pernafasan.

2. Menentukan kelompok terpapar dan tidak terpapar

Kelompok terpapar: orang yang menghirup udara dengan konsentrasi mangan dalam
udara ambient yang telah melewati nilai baku mutu. Dalam hal
ini adalah mereka yang bertempat tinggal di Desa Satar Punda
Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, yang
merupakan tempat aktivitas pertambangan mangan.
Kelompok tidak terpapar : orang yang menghirup udara dengan konsentrasi mangan
dalam udara ambient dibawah nilai baku mutu, berada di
Desa Wangkung Kabupaten Manggarai Timur, Nusa
Tenggara Timur.
3. Menentukan sampel

Dengan α 5%, proporsi 28. 8 %, β 0. 1, RR = 2 (Prevalensi ISPA) = 28.


LANJUTAN 8% = 0. 28 = RR x = 0.56; P = 0. 42; 1.28, lalu disubstitusikan ke dalam
rumus

Karena adanya kemungkinan DO, maka diambil tambahan 10 %, sehingga


totalsampl minimanya = 64 + (10% x 64) = 71, maka total sampel adalah
71 anak.

4. Pengambilan data dan pencatatan

Pengumpulan data kadar mangan dilakukan dengan alat High Volume Air Samples
(HVS). Pengambilan data dilakukan dengan melakukan follow up setiap minggu ke
rumah anak, dengan kriteria inklusi adalah anak yang berusia 6-12 tahun, anak
sehat, tidak sedang sakit, tidak memiliki kelainan bawaan, dan bersedia menjadi
responden dibuktikan dengan inform consent. Kriteri eklusi adalah, anak berusia
dibawah 6 tahun atau diatas 12 tahun, berdasarkan pemeriksaan sedang dalam
keadaan sakit, atau menolak menjadi responden.
5. Analisis data
Analisis data menggunakan SPSS, Seanjutnya data yang telah diperoleh
dimasukan ke dalam table kontingensi 2 x 2, sebagai berikut
LANJUTAN
Hubungan Kejadian Iritasi Pernafasan Menurut Tingkat Konsentrasi Debu Mangan, Pada Anak Usia 6-12
Tahun di Desa Satar Punda, 2011

Iritasi Saluran Pernafasan


Tingkat Konsentrasi Debu Mangan Total
Ya Tidak
Diatas nilai baku mutu 37 4 41
Dibawah nilai baku mutu 10 20 30
Total 47 24 71

6. Kesimpulan

Anak yang menghirup udara dengan konsentrasi mangan dalam udara ambient
yang telah melewati nilai baku mutu, 2.73 kali akan mengalami
kemungkinan iritasi saluran pernafasan, dibandingkan dengan anak
yang menghirup udara dengan konsentrasi mangan dalam udara ambient
dibawah nilai baku mutu.

Risiko atributnya dapat dihitung,


AT = (37/ 41) – (10/ 30) = 0. 572 ( 572 ‰)

Hal ini berarti, dari 1000 orang yang menghirup udara dengan konsentrasi
mangan dalam udara ambient yang telah melewati nilai baku mutu, akan
ditemukan 572 orang mengalami iritasi saluran pernafasan.
9. REFERENSI

Anoop, Dinesh Shah., Claudia, Langenberg., Eleni, Rapsomaniki., Spiros, Denaxas., Mar, Pujades Rodriguez.,
Chris, P Gale., John, Deanfi Eld., Liam, Smeeth., Adam, Timmis., Harry, Hemingway. (2015). Type 2
diabetes and incidence of cardiovascular diseases: a cohort study in 1・9 million people. Lancet
Diabetes Endocrinol, Vol 3: 105-113.

Bodil Hammer Bech Ellen Aagaard Nohr Michael Vaeth Tine Brink HenriksenJørn Olsen. (2015). Coffee and
Fetal Death: A Cohort Study with Prospective Data. American Journal of Epidemiology, Volume 162,
Issue 10: 983–990, https://doi.org/10.1093/aje/kwi317

Kunthi, Dyan. (2011). Konsep dasar epidemiologi. Jakarta: EGC.

Morton, Richard. (2009). Panduan studi epidemiologi dan biostatistik. Jakarta: EGC.

Sastroasmoro, S. (2014). dasar-dasar metodologi penelitian klinis. 5th ed. Jakarta: Sagung Seto.

Subandiyah, K. (2004). Outcome Sindrom Nefrotik Pada Anak (Penelitian Prospektif Studi Cohort). Jurnal
Kedokteran Brawijaya, Vol. XX, No.3: 147-151.

Zainuddin, M (2011). Metodologi penelitian kefarmasian dan kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai