Anda di halaman 1dari 20

Assalamualaikum. Wr.

Wb

Kanker Serviks
Kelompok 4B:
1. Ani Selfi Yulianti 11151040000059
2. Visia Talimurti 11151040000071
3. Desi Kurniawati 11151040000076
4. Fazhiyah Febriyanti 11151040000082
5. Syifa Fauziah 11151040000084
6. Nadhira 11151040000086
7. Novia Suryani 11151040000090
8. Fuja Amanda 11151040000097
9. Cindy Karmila 11151040000105
10. Cynthia Alya Tantiani 11151040000104
11. Ibnu Syarifudin H 11151040000121
Definisi
Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel
abnormal pada jaringan serviks. Pada kanker
serviks sel membelah tak terkendali dan tidak
menjadi tua kemudian mati seperti biasa.
Apabila sel terus membelah secara tidak
terkendali terbentuklah tumor atau satu masa.
Masa ini akan menginvasi jaringan daerah
sekitarya hingga sel jaringan sekitar ikut
berubah fungsi tidak normal lagi.
Etiologi
Peristiwa kanker serviks diawali dari sel serviks normal yang
terinfeksi oleh HPV (Human papillomavirus). Infeksi HPV umumnya
terjadi setelah wanita melakukan hubungan seksual (Sinta et al., 2010).
Human papillomavirus, sampai saat ini telah diketahui
memiliki lebih dari 100 tipe. HPV tipe 16 dan 18 merupakan penyebab
tersering kanker serviks yang terjadi di seluruh dunia. HPV tipe 16
mendominasikan infeksi (50-60%) pada penderita kanker serviks
disusul dengan tipe 18 (10-15%) (Sinta et al., 2010).
Faktor lain yang berhubungan dengan kanker serviks adalah
aktivitas seksual terlalu muda (<16 tahun), jumlah pasangan seksual
lebih dari 1 orang, dan adanya riwayat infeksi berpapil. Karena
hubungannya erat dengan infeksi HPV, wanita yang mendapat atau
menggunakan penekan kekebalan (immunosuppressive) dan
penderita HIV berisiko menderita kanker serviks (Aziz et al, 2007)
Manifestasi Klinis
Pada tahap permulaan kanker, sudah menimbulkan
perdarahan melalui vagina, misalnya setelah melakukan koitus
atau perdarahan menstruasi lebih banyak atau timbul
perdarahan mentruasi lebih sering atau timbul perdarahan
diantara siklus mentruasi. Adanya rabas (serosa,mukoid, atau
purulen) dapat disertai bau tidak sedap. (Faisal, Yatim. 2010)
Apabila kanker sudah berada pada stadium lanjut, bisa
terjadi perdarahan spontan dan nyeri pada rongga panggul.
Keluhan dan gejala akibat bendungan kanker, penderita
mengeluh sulit buang air kecil, atau edema ektremitas bawah
karena penekanan pembuluh darah balik atau gejala akibat
tekanan pada persarafan, penderita mengeluh nyeri pada
pinggang bawah. (Faisal, Yatim. 2010)
Faktor Risiko
1) Usia > 35 tahun Pada usia tersebut mempunyai risiko tinggi
terhadap kanker leher rahim. Meningkatnya risiko kanker leher
rahim pada usia lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya
dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen
serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia.
2) Usia pertama kali menikah. Menikah pada usia kurang 20 tahun
dianggap terlalu muda untuk melakukan hubungan seksual dan
berisiko terkena kanker leher rahim 10-12 kali lebih besar daripada
mereka yang menikah pada usia > 20 tahun. Hubungan seks
idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-benar matang.
Ukuran kematangan bergantung pada sel-sel mukosa yang
terdapat di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Pada usia
muda, sel-sel mukosa pada serviks masih rentan terhadap
rangsangan sehingga tidak siap menerima rangsangan dari luar
termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma.
3) Wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi, dan sering berganti-ganti
pasangan. Berganti-ganti pasangan akan memungkinkan tertularnya
penyakit kelamin, salah satunya Human Papilloma Virus (HPV).
4) Wanita yang merokok. Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar
terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok.
Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok
mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat
tersebut akan menurunkan daya tahan serviks. Nikotin, mempermudah
semua selaput lendir sel-sel tubuh bereaksi atau menjadi terangsang,
baik pada mukosa tenggorokan, paru-paru maupun serviks.
5) Riwayat penyakit kelamin seperti kutil genitalia. Wanita yang terkena
penyakit akibat hubungan seksual berisiko terkena virus HPVParitas
(jumlah kelahiran). Semakin tinggi risiko pada wanita dengan banyak
anak, apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu pendek. Dari berbagai
literatur yang ada, seorang perempuan yang sering melahirkan (banyak
anak) termasuk golongan risiko tinggi untuk terkena penyakit kanker
leher rahim. Dengan seringnya seorang ibu melahirkan, maka akan
berdampak pada seringnya terjadi perlukaan di organ reproduksinya
yang akhirnya dampak dari luka tersebut akan memudahkan timbulnya
Human Papilloma Virus (HPV) sebagai penyebab terjadinya penyakit .
Stadium
Stadium Deskripsi

0 Karsinoma in situ (karsinoma preinvasif)

I Karsinoma serviks terbatas di uterus (ekstensi kekorpus uterus dapat diabaikan)

IA Karsinoma invasif didiagnosis hanya dengan mikroskop.Semua lesi yang terlihat secara makroskopik, meskipun
invasi hanya superfisial, dimasukkan kedalam stadium IB
IA1: Invasi stroma tidak lebih dari 3,0 mm kedalamannya dan 7,0 mm atau kurang pada ukuran secara horizontal
IA2: Invasi stroma lebih dari 3,0 mm dan tidak lebih dari 5,0mm dengan penyebaran horizontal 7,0 mm atau kurang

IB Lesi terlihat secara klinik dan terbatas di serviks atau secara mikroskopik lesi lebih besar dari IA2

IB 1 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar 4,0 cm atau kurang

IB 2 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar lebih dari 4,0 cm
II Invasi tumor keluardari uterus tetapi tidak sampai kedinding panggul atau mencapai 1/3 bawah vagina.

II A Tanpa invasi ke parametrium

IIA 1 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar 4,0 cm atau kurang

IIA 2 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar lebih dari 4,0 cm IIB Tumor dengan
invasi ke parametrium

III Tumor meluas kedinding panggul/ atau mencapai 1/3 bawah vagina dan/atau menimbulkan hidronefrosis

III A Tumor mengenai 1/3 bawah vagina tetapi tidak mencapai dinding panggul

III B Tumor meluas sampai kedinding panggul dan / atau menimbulkan hidronefrosis

IV A Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rektum dan/atau meluas keluar panggul kecil (true pelvis)

IV B Metastasis jauh (termasuk penyebaran pada peritoneal, keterlibatan dari kelenjar getah bening
supraklavikula, mediastinal, ataupara aorta, paru, hati, atautulang).
Klasifikasi Lesi Prakanker
Klasifikasi Sitologi (Untuk Skrining) Klasifikasi Histologi (Untuk Diagnosis)

Pap Sistem Bethesda NIS (Neoplasia Intrapitelial Klasifikasi Deskriptif


serviks) WHO

Kelas I Normal Normal Normal

Kelas II ASC-US Atipik Atipik

ASC-H

Kelas III LSIL NIS I termasuk karsinoma Koliositosis

Kelas III HSIL NIS II Displasia Sedang

Kelas III HSIL NIS III Displasia Berat

Kelas IV HSIL NIS III Karsinoma Insitu

Kelas V Karsinoma Infasif Karsinoma Infasif Karsinoma Infasif


Patogenesis
Siklus pembelahan sel terdiri dari 4 fase yaitu G1, S, G2 dan M.
Selama fase S, terjadi replikasi DNA dan pada fase M terjadi
pembelahan sel atau mitosis, sedangkan fase G (gap) berada sebelum
fase S (sintesis) dan fase M (mitosis). Dalam siklus sel, p53 dan pRb
berperan penting, dimana p53 berpengaruh pada transisi G2-M dan
juga transisi G1-S sedangkan pRb berpengaruh pada transisi G1-S.
Mutasi yang menyebabkan inaktifasi fungsi p53 dan pRb menyebabkan
proliferasi yang tidak dapat dikontrol.
Infeksi dimulai dari virus yang masuk kedalam sel melalui
mikro abrasi jaringan permukaan epitel, sehingga dimungkinkan sel
masuk kedalam sel basal. Sel basal terutama sel stem terus membelah,
bermigrasi mengisi sel bagian atas, berdiferensiasi dan mensintesis
keratin. Protein virus pada infeksi HPV mengambil alih perkembangan
siklus sel dan mengikuti diferensiasi sel.
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi
sedangkan stadium lanjut hanya dengan pengobatan dan
penyinaran. Penggolongan obat sitostatika antara lain :
a. Golongan yang terdiri atas obat-obatan yang mematikan
semua sel pada siklus termasuk obat-obatan non spesifik.
b. Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu
darimanaproliferasi termasuk obat fase spesifik.
c. Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh
proliferasi sellebih besar, termasuk obat - obatan siklus
spesifik.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapi
radiasi eksternal anatara lain kuatkan penjelasan tentang perawatan
yang digunakan untuk prosedur. Selama terapi yaitu memilih kulit yang
baik dengan menganjurkan menghindari sabun, kosmetik, dan
deodorant. Pertahankan kedekuatan kulit dalam perawatan post
pengobatan antara lain hindari infeksi, laporkan tanda-tanda infeksi,
monitor intake cairan, beri tahu efek radiasi persisten 10 - 14 hari
sesudah pengobatan, dan melakukan perawatan kulit dan mulut.
Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan
dalam perawatan umum adalah teknik isolasi dan membatasi aktivitas,
sedangkan dalam perawatan pre insersi antara lain menurunkan
kebutuhan untuk enema atau buang air besar selama beberapa hari,
memasang kateter sesuai indikasi, latihan nafas panjan dan latihan
rom dan jelaskan pada keluarga tentang pembatasan pengunjung.
Selama terapi radiasi perawatannya yaitu monior tanda - tanda vital
tiap 4 jam. Memberikan posisi semi fowler, berikan makanan berserat
dan cairan parenteral sampai 300ml dan memberikan support mental.
Perawatan post pengobatan antara lain menghindari komplikasi post
pengobatan (tromboplebitis, emboli pulmonal dan pneumonia ),
monitor intake dan output cairan (Bambang sarwiji, 2011).
Deteksi Dini
1. Tes HPV
Menggunakan teknik pemeriksaan molekuler, DNA yang terkait
dengan HPV diuji dari sebuah contoh sel yang diambil dari leher rahim atau
liang senggama.
2. Tes Pap/Pap Smear
Pemeriksaan sitologis dari apusan sel-sel yang diambil dari leher
rahim. Slide diperiksa oleh teknisi sitologi atau dokter ahli patologi untuk
melihat perubahan sel yang mengindikasikan terjadinya inflamasi, displasai,
atau kanker.
a. Manfaat dari pap smear :
b. Melacak adanya perubahan sel kearah keganasan secara dini
c. Mendeteksi lesi prekursor pada stadium awal
d. Mendiagnosis dini keganasan
e. Sebagai perawatan ikutan dari keganasan
f. Menentukan proses peradangan.
3. Tes IVA
Pemeriksaan inspeksi visual dengan mata tealanjang (tanpa
pembesaran) seluruh permukaan leher rahim dengan bantuan asam asetat 3-
5% /cuka yang diencerkan. Pemeriksaan ini dilakukan tidak dalam keadaan
hamil maupun sedang haid. Tujuannya untuk mengurangi morbiditas dari
penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan.
Kategori IVA menurut (Depkes RI,2009) :
Kategori Hasil Pemeriksaan
Normal: Licin, merah muda, bentuk porsio normal
Infeksi : Berupa sersivitas (inflamasi, hiperemis), banyak fluor, polip
Positif IVA: Terdapat plak putih & epitel acetowhite (bercak putih)
Kanker Serviks: Pertumbuhan seperti bunga kol & mudah berdarah.
4. Servikografi
Kamera khusus digunakan untuk memfoto leher rahim. Film dicetak
dan foto diinterpretasi oleh petugas terlatih. Pemeriksaan ini terutama
digunakan sebagai tambahan dari deteksi dini dengan menggunakan IVA,
tetapi dapat juga sebagai metode penapisan primer.
5. Kolposkopi
Pemeriksaan visual bertenaga tinggi (pembesaran) untuk melihat
leher rahim, bagian luar dan kanal bagian dalam leher rahim. Biasanya
disertai biopsi jaringan ikat yang tampak abnormal. Terutama digunakan
untuk mendiagnosa.
Pap Smear
Langkah-Langkah
1. Persiapan pasien
a. Melakukan informent concent.
b. Menyiapkan lingkungan sekitar klien, tempat tidur ginekologi dan
lampu sorot.
c. Menganjurkan klien membuka pakaian bagian bawah.
d. Menganjurkan klien berbaring ditempat tidur ginekologi dengan
posisi litotomi (Lestadi, 2009).
2. Persiapan alat
Menyiapkan perlengkapan/bahan yang diperlukan seperti
handscon, speculum cocor bebek, spatula ayre yang telah dimodifikasi,
lidi kapas atau cytobrush, kaca objek glass, botol khusus berisi alkohol
95%, cytocrep atau hair spray, tampon tang, kasa steril pada
tempatnya, formuler permintaan pemeriksaan sitologi pap smear,
lampu sorot, waskom berisi larutan klorin 0,5%, tempat sampah,
tempat tidur ginekologi, sampiran (Lestadi, 2009).
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan metode
tujuh langkah dan mengeringkan dengan handuk kering dan bersih.
b. Mengunakan hanscun steril.
c. Melakukan vulva higyene.
d. Memperhatikan vulva dan vagina apakah ada tanda-tanda infeksi.
e. Memasang speculum dalam vagina.
f. Masukkan spatula ayre kedalam mulut rahim, dengan ujung patula yang
berbentuk lonjong, apus sekret dari seluruh permukaan porsio serviks
dengan sedikit tekanan dengan mengerakkan spatel ayre searah jarum
jam, diputar melingkar 3600.
g. Ulaskan secret yang telah diperoleh pada kaca object glass secukupnya,
jangan terlalu tebal dan jangan terlalu tipis.
h. Fiksasi segera sediaan yang telah dibuat dengan cara:
1) Fiksasi Basah
Fiksasi basah dibuat setelah sediaan diambil, sewaktsecret masih segar
dimasukkan kedalam alkohol 95%. Setelah difiksasi selama 30 menit, sediaan dapat
diangkat dan dikeringkan serta dikirim dalam keadaan keringterfiksasi atau dapat pula
sediaan dikirim dalam keadaan terendam cairan fiksasi didalam botol.
2) Fiksasi Kering
Fiksasi kering dibuat setelah sediaan selesai diambil, sewaktu secret masih seger
disemprotkan cytocrep atau hair spray pada object glass yang mengandung asupan secret
tersebut dengan jarak 10-15 cm dari kaca object glass, sebanyak 2-4 kali semprotkan.
Kemudian keringkan sediaan dengan membiarkannya diudara terbuka selama 5-10 menit.
Setelah kering sediaan siap dikirimkan ke laboratorium sitologi untuk diperiksa bersamaan
dengan formulir permintaan.
i. Bersihkan porsio dan dinding vagina dengan kasa steril dengan menggunakan tampon
tang.
j. Keluarkan speculum dari vagina secara perlahan-lahan.
k. Beritahu ibu bahwa pemeriksaan telah selesai dilakukan.
l. Rapikan ibu dan rendam alat-alat dan melepaskan sarung tangan (merendam dalam
larutan clorin 0,5%).
m. Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan metode tujuh langkah.
n. Temui klien kembali.
o. Mencatat hasil tindakan dalam status.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Sitologi
Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous ( tes PAP ) sangat
bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya melebihi 90% bila
dilakukan dengan baik. Sitologi adalah cara Skrining sel - sel serviks yang tampak sehat dan
tanpa gejala untuk kemudian diseleksi. Kanker hanya dapat didiagnosis secara histologik.
2. Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi, suatu alat
yang dapat disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya
didalamnya (pembesaran 6-40 kali). Kalau pemeriksaan sitologi menilai perubahan
morfologi sel - sel yang mengalami eksfoliasi, maka kolposkopi menilai perubahan pola
epitel dan vascular serviks yang mencerminkan perubahan biokimia dan perubahan
metabolik yang terjadi di jaringan serviks.
3. Biopsi
Biopsi dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat ) terlihat seluruhnya dengan
kolposkopi. Jika SSP tidak terlihat seluruhnya atau hanya terlihat sebagian kelainan didalam
kanalis serviskalis tidak dapat dinilai, maka contoh jaringan diambil secara konisasi. Biopsi
harus dilakukan dengan tepat dan alat biopsy harus tajam sehingga harus diawetkan dalam
larutan formalin 10%.
4. Konisasi
Konisasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks
sedemikian rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut (konus),
dengan kanalis servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuan
diagnostik, tindakan konisasi selalu dilanjutkan dengan kuretase. Batas
jaringan yang dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi.
Jika karena suatu hal pemeriksaan kolposkopi tidak dapat dilakukan,
dapat dilakukan tes Schiller. Pada tes ini digunakan pewarnaan dengan
larutan lugol (yodium 5g, kalium yodida 10g, air 100ml) dan eksisi
dilakukan diluar daerah dengan tes positif (daerah yang tidak berwarna
oleh larutan lugol).
a. Konisasi diagnostik dilakukan pada keadaan -keadaan sebagai
berikut :
b. Proses dicurigai berada di endoserviks.
c. Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
d. Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy.
e. Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik.

Anda mungkin juga menyukai