Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS BERMAIN ANAK USIA TOODLER


PERMAINAN BALOK
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nyalah sehingga kami dapat menyusun Proposal Terapi Aktivitas
Bermain Anak usia Toodler: Permainan Balok dengan menyusun balok menjadi
tegak lurus keatas dengan menyatukan balok dari ukuran besar ke ukuran kecil.
Proposal terapi bemain ini diajukan guna memenuhi tugas profesi yang diberikan
pada Keperawatan Anak.
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan
dari semua pihak untuk dapat menyelesaikan proposal ini baik itu secara langsung
maupun tidak langsung.
Kami menyadari isi proposal ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi
kalimat, isi maupun dalam penyusunan. Oleh karen itu, kritik dan saran yang
membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan, sangat kami harapkan.

Jakarta, 24 Maret 2021


DAFTAR ISI
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................................
B. Tujuan....................................................................................................................................
1. Tujuan Umum.......................................................................................................................
2. Tujuan Khusus:.......................................................................................................................
BAB II..................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORITIS............................................................................................................6
A. PERKEMBANGAN ANAK USIA TODDLER....................................................................................
1. Pengertian anak usia toddler..........................................................................6
2. Pengertian perkembangan.............................................................................6
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan........................................6
4. Ciri-ciri tumbuh kembang...............................................................................8
B. KONSEP BERMAIN................................................................................................................
1. Pengertian...........................................................................................................................
2. Fungsi Bermain.............................................................................................14
3. Kategori Bermain..........................................................................................15
5. Manfaat Bermain..........................................................................................18
C. PRINSIP TERAPI BERMAIN PADA ANAK DENGAN.....................................................................
D. METODE PERMAINAN ANAK...................................................................................................
1. Definisi..........................................................................................................24
2. Teori Permainan...............................................................................................25
3. Bahan – bahan Permainan (Tangga Kubus).....................................................26
4. Prosedur Cara Bermain.....................................................................................26
5. Cara Menghadapi Anak Bermain......................................................................27
E. TEORI PERMAINAN BALOK.......................................................................................................
1. Definisi Permainan Balok..............................................................................28
2. Jenis - jenis Permainan Balok........................................................................28
3. Manfaat Bermain Balok................................................................................30
4. Dampak Perkembangan Melalui Bermain Balok..........................................31
5. Hubungan Antara Metode Bermain Balok terhadap Kecerdasan Kognitif
Anak.....................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Suryani & Ba’diah, (2017) Bermain membuat anak –


anak mempraktikkan kompetensi serta meningkatkan keterampilan
melalui cara yang menyenangkan. Menurut Pieget, struktur kognitif
perlu dilatih dan bermain merupakan salah satu media untuk latihan
tersebut. Sementara itu, 2 Frued Ericson berpendapat bermain
membantu mengatasi kecemasan dan konflik. Bermain memungkinkan
anak lebih mengeluarkan energi dan melepaskan ketegangan yang
tertahan. Anak-anak dapat merasa aman dan anak juga dapat
mengekspresikan perasaannya saat bermain. Jenis permainan yang
disukai oleh anak usia toddler adalah bermain parallel play yaitu anak
menggunakan alat permainan yang sama akan tetapi tidak ada interaksi
antara anak satu dengan lainnya. Secara umum peran orang tua yaitu
orang yang bertanggung jawab dalam memberikan pengawasan dengan
baik untuk menumbuhkan kemandirian terhadap anaknya.

Proses perkembangan anak sangat memerlukan peran orang tua.


Perkembangan anak dapat di lakukan secara optimal dengan stimulasi.
Pengetahuan orang tua tentang stimulasi untuk perkembangan dapat
mempengaruhi keberhasilan stimulasi perkembangan. Stimulasi dapat
dilakukan melalui kegiatan bermain yang mencakup semua aspek
perkembangan yaitu motorik kasar, motorik halus, sosial personal, dan
bahasa. Mengajak anak bermain terbukti meningkatkan perkembangan
kognitif dan mental anak. Anak-anak akan terus bermain sepanjang hari
karena mereka merasa senang dan terhibur, jika anak merasa bosan
anak akan berhenti bermain. Anak akan menggunakan seluruh
menggunakan emosi, perasaan dan pemikirannya dalam bermain
(Andriana, 2017)

Menurut penelitian Ramadia et al.,(2021) pengetahuan orang tua


tentang stimulasi perkembangan anak dapat mempengaruhi tahap
tumbuh kembang anak usia 1-3 tahun di Posyandu Kelurahan Gurun
Panjang Kecamatan Bukit Kapur Kota Dumai. Stimulasi anak dapat
diberikan bersamaan dengan mengajak anak bermain, Hal itu didukung
dengan hasil penelitian (A. M. Handayani et al., 2017) yang
mengatakan Pengetahuan tentang manfaat APE (Alat Permainan
Edukatif) sangat diperlukan bagi ibu, mengingat manfaat Alat
Permainan Edukati (APE) adalah sebagai salah satu faktor penting
pendukung tumbuh kembang anak yang optimal.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak dapat melanjutkan


tumbuh kembangnya, mengembangkan aktifitas dan kreatifitas
melalui pengalaman bermain Menyusun balok menjadi satu.
2. Tujuan Khusus:

Tujuan Pemberian Permainan Menyusun Balok:


1) Mengidentifikasi tingkat perkembangan anak usia toddler
(1-3 tahun).
2) Untuk dapat mengetahui perkembangan kemampuan
motoric halus anak melalui permainan balok.
3) Meningkatkan kreativitas dan imajinasi anak
menempelkan biji-bbijian pada balok yang disediakan.
4) Melatih kesabaran anak.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. PERKEMBANGAN ANAK USIA TODDLER

1. Pengertian anak usia toddler

Anak usia toddler merupakan anak yang berada antara rentang usia
12-36 bulan (Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013). Masa ini juga
merupakan masa golden age/masa keemasan untuk kecerdasan dan
perkembangan anak (Loeziana Uce, 2015).
2. Pengertian perkembangan

Perkembangan (development) merupakan bertambahnya


kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, jaringan tubuh, organ-organ
dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-
masing dapat memenuhi fungsinya. Perkembangan emosi, intelektual dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Cahyaningsih,
2011).
Perkembangan atau development adalah bertambahnya
kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur sebagai hasil pematangan (Sulistyawati, 2015).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan


menurut Sulistyawati (2015) adalah sebagai berikut:

a. Faktor genetic
Genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir
proses perkembangan anak. Instruksi genetik yang terkandung di
dalam sel telur yang telah dibuahi dapat ditentukan kulitas dan
kuantitas perkembangan.
b. Faktor lingkungan
Secara garis besar faktor lingkungan dibagi berdasarkan faktor-
faktor berikut:
1) Faktor lingkungan prenatal
a) Gizi pada ibu sewaktu hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun
pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi
BBLR, cacat bawaan bahkan lahir mati.
b) Toksin/zat kimia
Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka
terhadap zat-zat teratogen seperti obat-obatan. Ibu hamil,
perokok berat/peminum alkohol kronis sering melahirkan
BBLR, lahir mati, cacat atau retardasi mental.
c) Radiasi
Radiasi pada janin sebelum kehamilan 18 minggu dapat
menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali atau
cacat bawaan lainnya.
d) Infeksi
Infeksi yang juga menyebabkan penyakit pada janin adalah
varisella, cixsackie, echovirus, malaria, lues, HIV, polio,
campak, listeriosisleptospira, mikoplasma, virus influenza dan
virus hepatitis. Diduga setiap hiperpireksia pada ibu hamil
dapat merusak janin.
e) Stress
Stress yang dialami ibu pada waktu hamil dapat
mempengaruhi tumbuh kembang janin yang dapat
menyebabkan cacat bawaan dan kelainan kejiwaan.
2) Faktor lingkungan postnatal
a) Lingkungan biologis yang terdiri dari ras/suku bangsa, jenis
kelamin, umur, status gizi, perawatan kesehatan, penyakit
kronis dan hormon.
b) Faktor fisik yang terdiri dari cuaca, musim, keadaan geografis
suatu daerah, sanitasi dan radiasi.
c) Faktor psikososial antara lain stimulasi, motivasi belajar,
ganjaran atau hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stress,
sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak dan
orang tua
d) Faktor adat dan istiadat yang meliputi pekerjaan dan
pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan ibu, jumlah saudara,
stabilitas rumah tangga, adat-istiadat, norma-norma, dan tabu-
tabu dan agama (Cahyaningsih, 2011).

4. Ciri-ciri tumbuh kembang

a. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak konsepsi sampai


dengan riwayat yang dipengaruhi faktor bawaan dan lingkungan.
Tumbuh kembang sudah terjadi sejak bayi di dalam kandungan hingga
setelah kelahirannya. Sejak kelahirannya itulah tumbuh kembang anak
dapat diamati.
b. Dalam periode tertentu terdapat masa percepatan atau perlambatan
serta laju tumbuh kembanng yang berlainan diantara organ-organ.
Terdapat tiga periode pertumbuhan cepat diantaranya pada masa janin,
bayi, dan pubertas. Pertumbuhan organ-organ manusia mengikuti
empat pola yaitu pola umum, limpoid, neural, dan reproduksi.
c. Pola perkembangan relatif sama pada semua anak, tetapi kecepatannya
berbeda antara anak satu dan lainnya.
d. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan
saraf.
e. Aktifitas seluruh tubuh diganti respon tubuh yang khas.
f. Arah perkembangan adalah sefalokaudal.
g. Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan
menghilang sebelum gerakan volunteer tercapai.

5. Perkembangan anak usia toddler

Perkembangan yang sudah mampu dicapai oleh anak usia toddler


diantaranya sebagai berikut.
a) Perkembangan motorik kasar anak usia toddler
1) Usia 12-18 bulan
Anak mampu berdiri sendiri tanpa berpegangan,
membungkuk untuk memungut permainannya kemudian
berdiri tegak kembali secara mandiri, berjalan mundur lima
langkah.
2) Usia 18-24 bulan
Anak mampu berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30
detik, anak mampu berjalan tanpa terhuyung-huyung.
3) Usia 24-36 bulan
Anak mampu menaiki tangga secara mandiri, anak dapat
bermain dan menendang bola kecil.

b) Perkembangan motorik halus anak usia toddler


1) Usia 12-18 bulan
anak mampu menumpuk dua buah kubus, memasukkan
kubus ke dalam kotak.
2) Usia 18-24 bulan
anak mampu melakukan tepuk tangan, melambaikan
tangan, menumpuk empat buah kubus, memungut benda kecil
dengan ibu jari dan telunjuk, anak bisa menggelindingkan bola
ke sasaran.
3) Usia 24-36 bulan
anak mampu mencoret-coretkan pensil diatas kertas
(Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013).

c) Perkembangan Bahasa
Tahapan perkembangan bahasa pada anak yaitu Reflective
vocalization, Bubbling, Lalling, Echolalia, dan True speech. Usia
10-16 bulan anak mampu memproduksi kata-kata sendiri,
menunjuk bagian tubuh atau mampu memahami kata-kata tunggal ;
usia 18-24 bulan anak mampu memahami kalimat sederhana,
perbendaharaan kata meningkat pesat, menucapkan kalimat yang
terdiri dari dua kata atau lebih ; usia 24-36 bulan pengertian anak
sudah bagus terhadap percakapan yang sudah sering dilakukan di
keluarga, anak mampu melakukan percakapan melalui kegiatan
tanya-jawab (Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013).

d) Perkembangan personal-sosial
1) Usia 12-18 bulan
anak mampu bermain sendiri di dekat orang dewasa yang
sudah dikenal, mampu menunjuk apa yang diinginkan tanpa
menangis, anak mampu mengeluarkan suara yang
menyenangkan atau menarik tangan ibu, memeluk orang tua,
memperlihatkan rasa cemburu atau bersaing.
2) Usia 18-24 bulan
anak mampu minum dari cangkir dengan dua tangan,
belajar makan sendiri, mampu melepas sepatu dan kaos kaki
serta mampu melepas pakaian tanpa kancing, belajar
bernyanyi, meniru aktifitas di rumah, anak mampu mencari
pertolongan apabila ada kesulitan atau masalah, dapat
mengeluh bila basah atau kotor, frekuensi buang air kecil dan
besar sesuai, muncul kontrol buang air kecil biasanya tidak
kencing pada siang hari, mampu mengontrol buang air besar,
mulai berbagi mainan dan bekerja bersama-sama dengan anak-
anak lain, anak bisa mencium orang tua.
3) Usia 24-36 bulan
anak mampu menunjukkan kemarahan jika keinginannya
terhalang, mampu makan dengan sendook dan garpu secara
tepat, mampu dengan baik minum dari cangkir, makan nasi
sendiri tanpa banyak yang tumpah, mampu melepas pakaian
sendiri, sering menceritakan pengalaman baru,
mendengarkan cerita dengan gambar, mampu bermain pura-
pura, mulai membentuk hubungan sosial dan mampu bermain
dengan anak-anak lain, menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi dengan ditambahkan gerakan isyarat.
(Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013)

e) Perkembangan Seksualitas
Teori psikoseksual oleh Sigmund Freud menjelaskan
bahwa tahap perkembangan anak memiliki ciri dan waktu tertentu
serta diharapkan berjalan secara kontinyu. Berikut perkembangan
psikoseksual anak usia 12-36 bulan menurut Freud.
1) Fase oral (umur 0-1 tahun)
Tahap ini anak akan selalu memasukkan segala sesuatu
yang berada di genggamannya ke dalam mulut. Peran dan
tugas ibu disini adalah memberikan pengertian bahwa tidak
semua makanan dapat dimakan.
2) Fase anal (umur 2-3 tahun)
Fungsi tubuh yang memberikan kepuasan terhadap anus.
3) Fase phallic/oedipal (3-6 tahun)
Anak senang memegang genetalia, anak cenderung akan
dekat dengan orang tua yang berlawanan jenis kelamin
(anak perempuan akan lebih dekat dengan bapak) dan
mempunyai rasa persaingan ketat dengan orang tua sesama
jenis (merasa tersaingi oleh bapak dalam mendapatkan
kasih sayang ibu).
4) Fase Laten (6-12 tahun)
Anak mulai megeksplor dunia luar, mulai mencari
teman sebaya untuk diajak bermain.
5) Fase Genital
Pemusatan seksual pada genetalia, anak belajar
menentukan identitas dirinya, belajar untuk tidak tergantung
dengan orang tua, bertanggung jawab pada dirinya sendiri,
mulai ada perasaan senang dengan lawan jenis (Ridha,
2014).
f) Perkembangan kognitif anak usia toddler
Perkembangan kognitif anak meliputi semua aspek
perkembangan anak yang berkaitan dengan pengertian mengenai
proses bagaimana anak belajar dan memikirkan lingkungan.
Kognisi meliputi persepsi (penerimaan indra dan makna yang
diindra), imajinasi, menangkap makna, menilai dan menalar.
Semua bentuk mengenal, melihat, mengamati, memperhatikan,
membayangkan, memperkirakan, menduga dan menilai adalah
kognisi (Sulistyawati, 2015).
Menurut Piaget, perkembangan kognitif anak dibagi dalam
empat tahap, yaitu sebagai berikut.
1) Sensori motor (0-2 tahun)
Tahap ini perkembangan panca indra sangat
berpengaruh dalam diri anak. Keinginan terbesar anak
adalah menyentuh atau memegang karena didorong oleh
keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya.
2) Pra-operasional (usia 2-7 tahun)
Anak menjadi egosentris, sehingga terkesan pelit
karena tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain.
Anak memiliki kecenderungan meniru orang disekitarnya.
Usia 6-7 tahun anak sudah mulai mengerti motivasi, tetapi
mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematis.
3) Operasional konkret (7-11 tahun)
Anak mulai berpikir logis tentang kejadian-kejadian
konkrit, proses berpikir menjadi lebih rasional.
4) Operasional formal (mulai umur 11 tahun)
Perkembangan kemampuan nalar abstrak dan
imajinasi lebih baik, pengertian terhadap ilmu dan teori
lebih mendalam (Sulistyawati, 2015).

Perkembangan kognitif anak toddler dijabarkan sebagai


berikut:
1) Usia 12-18 bulan
Anak dapat menemukan objek yang
disembunyikan, membedakan bentuk dan warna,
memberikan respon terhadap perintah sederhana,
menggunakan trial dan error untuk mempelajari
tentang objek.
2) Usia 18-24 bulan
Anak mampu menggelindingkan bola kearah
sasaran, membantu atau meniru pekerjaan rumah
tangga, dapat memulai permainan pura-pura,
memegang cangkir sendiri, belajar makan dan
minum sendiri,menikmati gambar sederhana,
mengeksplorasi lingkungan, mengetahui bagian
bagian dari tubuhnya.
3) Usia 24-36 bulan
Anak dapat menunjuk satu atau lebih bagian
tubuhnya ketika diminta, melihat gambar dan dapat
menyebut nama benda dua atau lebih, dapat
bercerita menggunakan paragraf sederhana,
menggabungkan dua sampai tiga kata menjadi
kalimat, menggunakan nama sendiri untuk
menyebutkan dirinya. (Soetjiningsih dan Gde
Ranuh, 2013)

g) Perkembangan moral anak usia toddler


Teori Kohlberg menyatakan perkembangan moral anak
sudah harus dibentuk pada usia toddler. Tahap orientasi
hukuman dan kepatuhan (sekitar usia 2-4 tahun) anak mampu
menilai suatu tindakan apakah baik atau buruk bergantung dari
hasilnya berupa hukuman atau penghargaan. Usia 4-7 tahun
anak berada pada tahap orientasi instrumental naif dimana
segala tindakan ditujukan ke arah pemuasan kebutuhan mereka
dan lebih jarang ditujukan pada kebutuhan orang lain, rasa
keadilan konkret. Timbal balik atau keadilan menjadi landasan
mereka (misalkan, jika kamu memukul tanganku, aku akan
memukul tanganmu juga) tanpa berpikir mengenai loyalitas
atau rasa terima kasih (Wong, 2008).

B. KONSEP BERMAIN
1. Pengertian

Dunia anak adalah dunia bermain anak biasanya cenderung


lebih banyak menghabiskan waktunya melalui bermain hal ini dapat
kita amati dalam kehidupan sehari-hari bahwa waktu yang
digunakan untuk bermain oleh anak lebih banyak dibandingakan
dengan belajarnya maka dari itu dengan memahami hal diatas maka
kita perlu menstimulus atau memberikan pembelajaran bagi anak
melalui bermain kerana belajar pada anak usia dini adalah bermain
dan bermain pada anak usia dini adalah belajar.
Bermain bagi anak tidak hanya memberikan kepuasan
terhadap anak akan tetapi bermain dapat pula membangun karakter
dan membentuk sikap dan kepribadian anak Docket dan Fleer
berpendapat bahwa bermain merupakan kebutuhan bagi anak, karena
melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat
mengembangkan kemampuan dirinya.
2. Fungsi Bermain

Kegiatan bermain mempunyai banyak fungsi bagi


perkembangan anak usia dini selain sebagai kebutuhan mereka.
Selaras dengan yang dikemukakan oleh Gervey (dalam Brewer,
2007:142) bahwa bermain berkaitan erat dengan pertumbuhan
anak. Lebih lanjut Catron dan Allen (1999:148) menyatakan bahwa
fungsi bermain bagi anak adalah untuk mengembangkan keeenam
aspek perkembangan anak yang meliputi aspek kesadaran diri
(personal awareness), emosional, sosial, komunikasi, kognisi dan
keterampilan motorik. Melalui kegiatan bermain anak akan
merasakan berbagai pengalaman emosi antara lain: senang, sedih,
bergairah, kecewa, bangga, marah dan sebagainya. Melalui
bermain pula anak memahami kaitan antara dirinya dengan
lingkungan sosialnya, belajar bergaul dan memahami aturan, aturan
tatacara pergaulan dalam kehidupan masyarakat. (Catron,
1999:241). Selanjutnya Catron dan Allen (1999:150)
mengemukakan bahwa bermain membantu anak untuk:
1) Mengembangkan kemampuan mengorganisasikan dan
menyelesaikan masalah: Artinya dalam kegiatan bermain anak
akan belajar cara mengorganisasi, hal ini dapat dilihat ketika
permainan beregu/ber-kelompok. Mendukung perkembangan
sosialisasi dalam hal:
a) Interaksi sosial yaitu interaksi dengan teman
sebayanya, orang dewasa dan memecahkan konflik.
b) Kerjasama sama, yaitu interaksi saling membantu,
berbagai, dan pola pergiliran.
c) Menghemat sumber daya, yakni mengunakan dan
menjaga benda-benda dan lingkungan secara tepat.
d) Peduli terhadap orang lain, seperti memahami dan
meneriman perbedaan individu, memahami masalah
multi budaya.
2) Brown dkk, (dalam Brewer, 1995:150) fungsi bermain adalah
untuk mengekspresikan dan mengurangi rasa takut.
Sedangkan Betelheim (dalam Catron dan Allen, 199:253)
mengemukakan bahwa fungsi bermain adalah untuk
memberikan kesempatan pada anak untuk mengenali dirinya
sendiri, dalam hubungannya dengan dunia di luar dirinya.
3) Membantu anak menguasai konflik dan trauma sosial
(Catron, 1999:253)

3. Kategori Bermain

Bermain merupakan kebutuhan anak yang sangat penting, dengan


bermain anak akan membangun pengetahuannya tentang apa yang ada
di sekitarnya, dan membangun kreatifitasnya baik dengan
menggunakan suatu benda atau alat permainan maupun tidak. Ada tiga
teori bermain modern yang memberikan tekanan pada konsekuensi
bermain pada anak dan sebagai acuan dan menunjang main anak
dalam tahapan perkembangan anak.
1) Teori psikoanalisis Sigmun Freud dan erik erikson dalam teori
psikoanalisis melihat bermain anak sebagai alat yang penting bagi
pelepasan emosinya serta untuk mengembangkan rasa harga diri anak
ketika anak dapat mengeusai tubuhnya, benda-benda serta jumlah
keterampilan social.
2) Teori perkembangan kognitif yang menguji kegiatan bermain
dalam kaitannya dengan perkembangan intelektual, yang berpandangan
bahwa setiap manusia mempunyai pola struktur kognitif baik itu secara
fisik maupun mental yang mendasari prilaku dan aktivitas intelegensi
seseorang dan berhubungan erat dengan tahapan pertumbuhan anak
dengan kata lain itelektual dan afektif selalu berjalan berdampingan. Teori
ini percaya bahwa emosi dan afeksi manusia selalu muncul dari suatu
proses yang sama di dalam tahapan tumbuh kembang kognitif sehingga
piaget membagi tahapan tumbuh kembang kognitif ke dalam empat jenis
proses yaitu asimilasi, akomodasi, konservasi,reversibility.
3) Teori dari vigotsky yang menekankan pada pemusatan hubungan
social sebagai hal yang penting yang mempengaruhi kognitif, karena
anak akan menemukan pengetahuan dalam dunia socialnya kemudian
menjadi bagian dari perkembangan kognitifnya.
Menurut Hurlock, kategori bermain terbagi menjadi 2 macam, yaitu:

a) Bermain Aktif
Dalam permaina aktif kesenagan yang timbul dari apa yang
dilakukan individu, apakah dalam bentuk kesenangan berlari
atau membuat sesuatu dengan lilin atau cat. Anak-anak kurang
melakukan kegiatan bermain secara aktif ketika mendekati
masa remaja dan mempunyai tanggung jawab dirumah dan di
sekolah serta kurang bertenaga karena pertumbuhan pesat dan
perubahan tubuh.
b) Hiburan
Dalam bermain pasif atau hiburan kesenangan diperoleh
dari kegiatan orang lain. Permainansedikit menghabiskan
energy anak yang menikmati temannya ketika bermain
memandang orang atau hewan di televisi, menonton adegan
lucu atau membaca buku adalah bermain tanpa mengeluarkan
banyak tenaga tetapi kesenangan hampir dengan anak yang
menghabiskan sejumalah besar tenaganya di tempat olah raga
atau tempat bermain.
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Bermain
Berdasarkan kejadian teori bermain Hurlock (1998), terdapat delapan
faktor yang mempengaruhi bermain anak;
1) Kesehatan
Semakin sehat anak semakin banyak energi untuk bermain aktif,
seperti bermain dan olahraga. Anak yang kekurangan tenaga lebih
menyukai hiburan.

2) Perkembangan motorik

Perkembangan motorik pada setiap usia melibatkan koordinasi


motorik. Apa saja yang akan dilakukan dan waktu bermainnya
tergantung pada perkembangan motor mereka. Pengendalian motorik
yang baik memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif

3) Inteligensi

Pada setiap usia anak yang pandai lebih aktif ketimbang yang kurang
pandai, dan permainan mereka lebih menunjukkan perhatian dalam
permainan kecerdasan, dramatik, konstruktif dan membaca. Anak
yang pandai menunjukkan keseimbangan perhatian bermain yang
lebih besar, termasuk upaya menyeimbangkan faktor fisik dan
intelektual nyata.

4) Jenis kelamin

Anak laki-laki bermain lebih kasar ketimbang anak perempuan dan


lebih menyukai permainan dan olahraga daripada berbagai jenis
permainan lain. Pada awal masa kanak-kanak, anak laki-laki
menunjukkan perhatian pada berbagai jenis permainan yang lebih
banyak daripada anak perempuan tetapi, sebaliknya terjadi pada
akhir masa kanak-kanak.

5) Lingkungan

Anak yang dari lingkungan yang buruk kurang bermain ketimbang


anak lainnya. Karena kesehatan yang buruk, kurang waktu, peralatan
dan ruang anak yang berasal dari lingkungan desa kurang bermain
daripada mereka berasal dari lingkungan kota. Hal ini karena
kurangnya teman bermain serta kurangnya peralatan dan waktu
bebas.

6) Status Sosio-ekonomi

Anak yang dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi lebih
menyukai kegiatan yang mahal, seperti lomba atletik, bermain sepatu
roda, sedangkan mereka dari kalangan bawah terlihat dalam kegiatan
yang tidak mahal seperti bermain bola dan berenang. Kelas sosial
mempengaruhi buku yang dibaca dan film yang ditonton anak, jenis
kelompok rekreasi yang dimilikinya dan supervise terhadap mereka.

7) Jumlah waktu Terbatas

Jumlah waktu bermain terutama bergantung pada status ekonomi


keluarga, apabila tugas rumah tangga atau pekerjaan menghabiskan
waktu luang mereka, anak terlalu lelah untuk melakukan kegiatan
yang membutuhkan tenaga yang besar.

8) Peralatan bermain

Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya,


misalnya dominasi boneka dan binatang buatan mendukung
permainan pura-pura, banyaknya balok kayu, cat air dan lilin
mendukung permainan yang sifatnya konstruktif.

5. Manfaat Bermain

Bermain bukan hanya memiliki fungsi besar dalam


kehidupan anak dikemudian hari, tetapi ternyata juga memiliki
manfaat bagi mereka kelak. jika dilihat secara kata bermain di dalam
pikiran bawah sadar manusia memiliki konotasi kata gembira,
mengasyikkan, menyenangkan.

Namun jika dilihat secara implisit mengandung pengertian


rilaks, santai, tidak harus berusaha mati-matian. Bermain adalah hal
yang sangat alamiah bagi anak-anak, hampir seperti makan, minum
dan tidur. Merasa melalui sentuhan, bergembira, tertawa, berteriak
adalah bagian dari kehidupan anak-anak ketika mereka masuk dalam
sebuah bingkai permainan, artinya bermain akan membantu anak
menjadi individu yang lebih baik serta memiliki efek positif bagi
perkembangan jiwa anak.

Adapun kelebihan dan manfaat dari proses bermain yaitu: (Astuti,


2016)

1) Meningkatkan kreativitas anak


Permainan mempunyai sumbangan penting dalam
mengembangkan kreativitas anak usia dini. Kreativitas berarti
bahwa seseorang dapat bertindak “mencipta” dan berhubungan
dengan sekelilingnya dengan cara yang khas untuknya. Untuk
melakukan hal itu, maka anak-anak membutuhkan kesempatan
untuk memberikan bentuk sendiri terhadap apa yang dialami dan
dijumpainya. (F.J. Monks, 2002). Seperti bermain dagang-
dagangan, masak-masakan, bermain balok, bermain warna,dan
sebagainya.
2) Meningkatkan sportivitas dan kejujuran pada diri anak.
Kegiatan bermain dapat mengasah sikap-sikap tersebut.
misalnya ketika permainan lomba lari, setiap anak harus
mentaati peraturan dan prosedur yang telah ditentukan sebelum
kegiatan bermain berlangsung. Namun jika dalam proses
bermain ada anak yang curang dalam bermain seperti menjegel
teman, menarik teman ketika berlari dan sebagainya. Demi
mencapai suatu kemenangan, untuk menjadi seorang juara.
MakaMaka anak tersebut akan di keluarkan dalam permainan
oleh teman-temannya. Karena tidak ingin di keluarkan dalam
permainan, maka anak berusaha untuk mengikuti peraturan dan
prosesdur tersebut. Sehingga ia akan belajar membangun sikap
sportif dan kejujuran dalam diri, baik jujur pada diri sendiri
maupun kepada orang lain.
3) Meningkatkan keterampilan problem solving dan kemampuan
berfikir anak,saat dia menghadapi sesuatu yang menantang di
dalamnya. Artinya kegiatan bermain menuntut anak untuk
berfikir mengeluarkan ide-ide baru agar keluar dari masalah
yang di hadapinya.
4) Menimbulkan emosi positif dan meningkatkan rasa percaya diri,
terutama ketika mereka memenangkan permainan.
5) Proses yang baik untuk menanamkan program-program positif
ke dalam pikiran bawah sadar anak.

C. PRINSIP TERAPI BERMAIN PADA ANAK DENGAN

HOSPITALISASI
Perawatan di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh
dengan hal baru: lingkungan baru, orang-orang asing, kebiasaan baru,
dan kegiatan baru. Selain itu beberapa kondisi juga menyebabkan
ketidaknyamanan, antara lain: nyeri dan perlukaan, pembatasan
aktifitas, menjalankan program terapi yang traumatik. Situasi ini
mengharuskan perawat mampu melakukan pengkajian yang spesifik
sebagai dampak hospitalisasi.

Diagnosis keperawatan yang diidentifikasi juga seharusnya mampu


mendiskripsikan dengan teliti seluruh respon yang terjadi selama proses
adaptasi hospitalisasi. Beberapa tindakan telah banyak
direkomendasikan untuk meminimalkan dampak hospitalisasi, namun
sampai saat ini yang paling banyak digunakan dan diyakinin paling
efektif adalah dengan terapi bermain.

Pada saat bermain anak memiliki kesempatan untuk „memainkan‟


perasaan dan permasalahannya, anak merasa menjadi orang yang paling
penting, mengatur situasi dan dirinya, tidak ada kritikan. Situasi seperti
ini sangat kondusif untuk anak yang sedang mengalami kecemasan,
sehingga rasa amannya terpenuhi. Aktivitas bermain memerlukan
energi, walaupun demikian, bukan berarti anak tidak perlu bermain
pada saat sedang sakit. Pada saat anak sakit ia akan mengalami stres
yang diakibatkan oleh nyeri, perlukaan, perpisahan dengan kelompok,
pembatasan aktivitas, dan lingkungan yang asing.

Berbagai dampak negatif saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit
dapat terjadi, antara lain: anak akan kehilangan kontrol, rewel,
menangis, tidak kooperatif dan bahkan dapat terjadi kemunduran tahap
perkembangan (regresi). Dampak negatif ini dapat diminimalkan atau
bahkan dapat dicegah melalui upaya mempertahankan fasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan anak dengan aktifitas bermain
(Supartini, 2004).

Saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit perawat dan orang
tua harus dapat memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak
sesuai dengan kondisi anak yang sedang sakit.

Keuntungan aktivitas bermain yang dilakukan pada anak yang


dirawat di rumah sakit antara lain:

1) Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga)


dengan perawat, karena dengan melaksanakan kegiatan bermain
perawat mempunyai kesempatan untuk membina hubungan
yang baik dan menyenangkan dengan anak dan keluarganya.
Bermain merupakan alat komunikasi yang efektif antara perawat
dan klien.
2) Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak
untuk mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan
memulihkan perasaan mandiri pada anak.
3) Permainan anak di rumah sakit tidak hanya akan memberikan
rasa senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak
mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih,
tegang, dan nyeri.
4) Permainan yang terapiutik akan dapat meningkatkan
kemampuan anak untuk mempunyai tingkah laku yang positif.
5) Permainan yang memberi kesempatan pada beberapa anak untuk
berkompetisi secara sehat, akan dapat menurunkan ketegangan
pada anak dan keluarganya (Supartini, 2004)

Prinsip permainan pada anak di rumah sakit

a) Tidak boleh bertentangan dengan terapi dan perawatan yang


sedang dijalankan
b) Tidak membutuhkan basnyak energi
c) Harus mempertimbangkan keamanan anak
d) Dilakukan pada kelompok umur yang sama
e) Melibatkan orang tua
f) Bila keadaan anak masih lemah, maka gunakan bentuk
permainan pasif

Kegiatan bermain harus diprogram dengan baik di rumah


sakit. Pada beberapa negara maju kegiatan bermain pada anak di
rumah sakit dikoordinir oleh nurse play spesialist, yaitu perawat yang
mempunyai kompetensi khusus dalam melaksanakan program
bermain, yang bekerja sama secara kolaboratif dengan perawat dan
dokter anak di ruang rawat inap. Ia yang mempersiapkan program
bermain sebagai terapi bagi anak yang akan menghadapi operasi,
anak-anak yang akan dilakukan prosedur diagnostik khusus, atau
program bermain sehari-hari bagi anak di rumah sakit Apabila tidak
ada tenaga khusus yang dapat memprogram kegiatan bermain pada
anak di rumah sakit, perawat yang bertugas saat itu dapat
melaksanakannya.

Teknik bermain yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Tetapkan tujuan bermain bagi anak sesuai dengan


kebutuhannya. Kebutuhan bermain anak mengacu pada
tahapan tumbuh kembang anak, sedangakan tujuan yang
ditetapkan harus memperhatikan prinsip bermain bagi anak di
rumah sakit, yaitu menekankan pada upaya ekspresi sekaligus
relaksasi dan distraksi dari perasaan takut, cemas, sedih,
tegang, dan nyeri.
b) Perawat harus menguraikan kegiatan bermain yang akan
dilakukan. Ingat bahwa perawat hanya sebagai fasilitator dan
kegiatn bermain harus dilakukan secara aktif oleh anak dan
orang tuanya. Kegiatan bermain yang dijalankan mengacu
pada tujuan yang ditetapkan seblumnya, apabila permainan
akan dilakukan dalam kelompok, uraikan dengan jelas
aktifitas setiap anggota kelompok dalam permainan dan
kegiatan orangtua setiap anak.
c) Perawat juga harus menetapkan jenis alat permainan yang
akan digunakan. Alat permainan tidak harus yang baru dan
bagus. Gunakan alat permainan yang dimiliki anak atau yang
tersedia di ruang rawat. Apabila anak akan diajak bermain
melipat kertas, gunakan bahan yang murah dan harga
terjangkau. Yang penting adalah alat permainan yang
digunakan harus menggambarkan kreatifitas perawat dan
orang tua, serta dapat menjadi media untuk eksplorasi
perasaan anak.
d) Selanjutnya perawat harus dapat menguraikan proses bermain
yang akan dilakukan. Selama kegiatan bermain, respon anak
dan orang tua harus diobservasi dan menjadi catatan penting
bagi perawat, bahkan apabila tampak adanya kelelahan pada
anak, permainan tidak boleh diteruskan. Proses dalam
melakukan permainan merupakan hal yang terpenting, bukan
semata-mata hasilnya.
e) Pada akhir kegiatan bermain, perawat hendaknya melakukan
evaluasi secara menyeluruh dengan cara membandingkan
pelaksanaan bermain dengan tujuan yang telah ditetapkan
semula. Tuliskan pula hambatan yang ditemui selama
kegiatan bermain, terutama apabila bermain dilakukan secara
berkelompok dan melibatkan orang tua anak yang ikut
bermain.Hal positif yang perlu dipertimbangkan, hasil
permainan anak dalam bentuk gambar atau benda dari
melipat kertas dapat dijadikan dekorasi di ruang rawat anak,
sekaligus juga berikan pujian dan penghargaan terhadap apa
yang telah dilakukan anak dengan baik.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam aktifitas bermain di rumah


sakit antara lain:

1) Alat-alat bermain
2) Tempat bermain
3) Pelaksanaan aktivitas bermain.

Contoh permainan yang dapat digunakan pada anak usia toddler di


ruang rawat (Wong, D.L. 2000)

1) Bermain balok susun di atas tempat tidur


2) Mendengarkan musik dari tape atau radio
3) Creative material

D. METODE PERMAINAN ANAK

1. Definisi

Bermain Bermain merupakan suatu kebutuhan bagi anak


yang harus dipenuhi, karena bermain memilik banyak sekali
manfaat positif untuk perkembangan anak.

Menurut Hurlock Bermain merupakan kegiatan yang


dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya tanpa
mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara suka rela
dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar.

Menurut Cony R. Semiawan bermain adalah aktivitas yang


dipilih sendiri oleh anak karena menyenangkan bukan untuk hadiah
atau pujian. Melalui bermain semua aspek perkembangan dapat
ditingkatkan anak dapat bereksplorasi untuk memperkuat hal-hal
yang sudah diketahui dan menemukan sesuatu yang baru. Melalui
permainan anak dapat mengembangkan potensi secara optimal oleh
karena itu bermain sangat penting untu mengembangkan semua
aspek pada tumbuh kembang anak.

Menurut Gordon & Browne bermain adalah harapan dan


antisipasi tentang dunia anak yang berisi kebahagiaan dan khayalan
anak yang didalamnya ada sesuatu atau seseorang suatu dunia yang
dipersiapkan untuk berpetualang dan mengadakan telaah suatu
dunia anak-anak. Melalui bermain anak belajar mengendalikan diri
sendiri, memahami kehidupan, memahami dunianya jadi bermain
merupakan cermin perkembangan anak.

Menurut Dworetzky ada empat kriteria dalam bermain yaitu:

1) motivasi intrinsik adalah tingkah laku bermain dimotivasi dari


dalam diri anak karena itu melakukan kegiatan bermain
bukan karena adanya tuntutan masyarakat atau fungsi-fungsi
tubuh

2) pengaruh positif tingkah laku itu menyenangkan atau


menggembirakan untuk dilakukan, tingkah laku itu bukan
dilakukan sambil lalu karena tidak mengikuti pola atau urutan
yang sebenarnya melainkan bersifat pura-pura.

3) Cara atau tujuan cara bermain lebih diutamakan daripada


tujuannya. Anak lebih tertarik pada tingkah laku daripada
yang dihasilkan

4) Kelenturan bermain itu perilaku yang lentur ditunjukan baik


dalam bentuk maupun hubungan serta berlaku dalam setiap
situasi.
2. Teori Permainan

Teori merupakan struktur konsep pemikiran yang digunakan


untuk menjelaskan perilaku individu maupun kelompok yang
berinteraksi dengan lingkungan sosial. Teori bermain ialah suatu
konsep pemikiran yang berusaha menjelaskan mengenai kegiata
bermain yang dilakukan seorang anak atau sekolompok anak.

Perkembangan teori bermain diawali dengan sebuah penelitian


empiris yang dilakukan para ahli psikologi perkembangan anak.
Teori dalam bermain dibagi menjadi 2 yaitu teori klasik dan teori
modern.

1) Teori Klasik
Konsep konsep teori yang menekankan upaya perilaku
untuk menyalurkan energi fisiologis untuk kepentingan diri
sendiri maupun orang lain. Teori-teori klasik dipengaruhi
oleh ahli ilmu fisiologis atau biologis. Terdapat 4 teori
bermain klasik yaitu teori kelebihan energi, teori rekreasi,
teori rekapitulasi, teori praktis.

2) Teori Modern
Teori modern dalam bermain adalah teori yang menjelaskan
kegiatan bermain memiliki manfaat untuk mengatasi
kecemasan, mengembangkan kemampuan intelektual atau
mempertahankan kemampuan berpikir secara stabil dalam
menghadapi suatu permasalahan. Dalam teori modern ada 4
teori didalamnya yaitu psikoanalisa, perkembangan
kognitif, kontekstual dan modulasi gugahan.

3. Bahan – bahan Permainan (Tangga Kubus)

1) Balok bolong berwarna warni


2) Tusukan kayu dan alas kayu yang sudah dipersiapkan
4. Prosedur Cara Bermain

1) Siapkan Alat metode permainan pada anak


2) Ajakan diskusi kepada anak mengenai cara permainan nya
bagaimana.
3) Perhatikan bagaimana cara anak bermain dan mengerti akan
permainan yang sudah diberikannya. Jika anak tersebut
mengalami kesulitan dalam bermain (Tangga Kubus) bantu
untuk menyesuaikan cara permainan agar anak dapat
memahaminya.

5. Cara Menghadapi Anak Bermain

1) Belajar mengenai konsep


Dalam bermain susun balok, akan ditemukan beragam
konsep, seperti warna,bentuk, ukuran, dan keseimbangan.
Orang tua bisa mengenalkan konsep-konsep tersebut saat
anak bermain susun balok.
2) Belajar mengembangkan imajinasi
Untuk membangun sesuatu tentunya diperlukan
kemampuan anak dalam berimajinasi. Imajinasi yang
dituangkan dalam karya mengasah kreativitas anak dalam
mencipta beragam bentuk.
3) Melatih kesabaran
Dalam menyusun balok satu demi satu agar terbentuk
bangunan seperti dalam imajinasinya, tentu anak
memerlukan kesabaran. Berarti ia melatih dirinya sendiri
untuk melakukan proses dari awal sampai akhir demi
mencapai sesuatu. Ia berlatih untuk menyelesaikan
pekerjaannya
4) Secara sosial anak belajar berbagi
Ketika bermain susun balok bersama teman, anak terlatih
untuk berbagi. Misalnya, jika si teman kekurangan balok
tertentu, anak diminta untuk mau membagi balok yang
dibutuhkan. Perlahan tapi pasti, anak juga belajar untuk
tidak saling berebut saat bermain.
5) Mengembangkan rasa percaya diri anak
Ketika anak bermain susun balok dan bisa membuat
bangunan, tentu anak akanmerasa puas dan gembira.
Pencapaian ini akan menumbuhkan rasa percaya diriakan
kemampuannya

E. TEORI PERMAINAN BALOK

1. Definisi Permainan Balok

Menurut Chambel permainan balok merupakan permainan yang


merupakan aktifitas otot besar dimana permainan ini dapat
mengembangkan perkembangan koordinasi mata dan tangan melatih
ketrampilan motorik halus, melatih anak dalam pemecahan masalah,
permainan yang memberikan anak kebebasan berimajinas, sehingga
hal-hal baru dapat tercipta.

Menurut Mulyadi bermain balok adalah jenis kegiatan yang


sifatnya konstruktif, dimana anak mampu membangun sesuatu dengan
menggunakan balok-balok yang disediakan. Hal itu juga senada
dengan pendapat Chandra mengatakan bermain balok adalah
kemampuan dalam mengonstruksi struktur yang digunakan oleh anak
untuk mengungkapkan ide-ide kreatif.

Bermain balok susun merupakan salah satu alat bermain konstruksi


yang bermanfaat untuk anak. Balok terdiri dari berbagai bentuk. Ada
yang segitiga, persegi, persegi panjang dan lingkaran dengan berbagai
warna yang menarik. Balok dapat dimainkan sendiri oleh anak,
maupun berkelompok dengan teman-temannya

Aktivitas bermain balok diharapkan kemampuan mengenal konsep


bilangan anak dapat berkembang, karena saat anak membuat suatu
bangunan anak terlebih dulu akan memilih jumlah balok yang dipakai,
yang memiliki bentuk sama, warna sama kemudian membentuknya
menjadi suatu bangunan.

2. Jenis - jenis Permainan Balok

Ada beberapa permainan balok yang sering digunakan oleh


sekolah maupun sebagai alat permainan edukatif. Balok – balok
tersebut bisa berupa macam bentuk, warna dan cara mainnya pun
berbeda.

1) Menara Geometri

Alat permainan edukatif yang terdiri dari bentuk segitiga,


lingkaran, persegi dan persegi panjang. Menara geometri terbuat
dari kayu yang mudah dihaluskan, diberi cat warna-warni. Cara
memainkannya anak diminta memasukkan masing-masing
geometri pada tiang-tiang yang sudah tersedia pada tumpuan
sesuai dengan bentuk-bentuk geometri. Menara geometri
bermanfaat bagi perkembangan anak dapat merangsang motorik
halus anak, konsentrasi, pengenalan warna dan bentuk.

2) Balok Istana

Permainan yang terdiri dari potongan-potongan balok


dengan berbagai bentuk, warna dan ukuran.Cara memainkannya
anak menyusun balok-balok tersebut sesuai dengan imajinasi
yang ada pada diri anak. Balok istana bisa digunakan untuk
membuat istana, rumah-rumahan atau bentuk lainnya.

3) Balok Kendaraan

Balok kendaraan yaitu permainan yang terdiri dari berbagai


potongan balok, baik ukuran kecil maupun besar dan berbentuk
berupa kendaraan atau mobil-mobilan. Cara memainkannya
dengan menyusun potongan balok menjadi mobil-mobilan.
Anak dapat menyusun sesuai ukuran, warna maupun bentuknya.
4) Menara balok

Bentuk alat permainan yang terdiri dari beberapa balok


berbentuk persegi berjumlah 15 kotak. Cara memainkannya
anak menaruh balok pada stik-stik yang tersedia sesuai dengan
kreativitas anak bisa berdasarkan warna, disusun secara sejajar
maupun acak. Manfaat memainkan menara balok dapat
menstimulasi kreativitas, ketelitian, konsentrasi dan kognitif
anak.

5) Kereta api balok

Alat permainan yang terbuat dari kayu dan terdiri dari


berbagai bentuk geometri yang disusun menyerupai bentuk
kereta api. Cara memainkannya menyusun balok-balok
geometri sesuai keinginan dan kereta api balok pun bisa
dijalankan. Kereta api balok dapat mengembangkan sosial
emosional anak.

3. Manfaat Bermain Balok

Manfaat dari bermain balok ini dapat mengembangkan:

1) Keterampilan hubungan dengan teman sebaya.

Anak bermain berkelompok, mengatur rencana


tentang apa yang akan dibuat, menyepakati pekerjaan, dan
saling tolong menolong dalam penyediaan balok dan alat
main lainnya yang akan digunakan.

2) Keterampilan komunikasi.

Anak saling menyepakati pekerjaan dan


berkomunikasi setiap ada saran atau bantuan yang akan
disampaikan, berbicara dan mendengarkan, dalam hal ini
terbangun pula sikap menghargai.
3) Kekuatan dan koordinasi motorik halus dan kasar.
4) Konsep matematika dan geometri.

Anak mengenal bentuk lingkaran, silindris, segi


empat, segitiga, dan lainnya.

5) Pemikiran simbolik.

Anak bermain dengan cara menginterpretasikan apa


yang pernah mereka lihat dengan menggunakan balok,
kemudian bermain peran dengan menggunakan benda-
benda yang menjadi simbol sebagai pengganti peran yang
mereka inginkan.

6) Pengetahuan pemetaan.

Anak belajar membuat sesuatu dengan komposisi


ruang yang konstruktif, seperti membuat rumah dengan
ruangan-ruangan sesuai fungsinya, membuat tempat parkir
dan lain-lain yang ditempatkan dengan cara yang tepat.

7) Keterampilan membedakan penglihatan.

Anak akan belajar lebih teliti dengan melihat


susunan balok yang mereka gunakan, misalnya : apakah
susunan balok yang dibuat sama ukurannya, sudah tertata
atau tersusun dengan rapi, apakah sejajar, jika rumah
apakah sudah ada pintunya atau jendelanya, dan sebagainya

4. Dampak Perkembangan Melalui Bermain Balok

Dampak dari perkembangan melalui bermain balok yaitu


memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan
sistematika berpikir dengan menggunakan media pembangunan
terstruktur. Tujuannya untuk membantu anak dalam meningkatkan
kemampuan konstruksi dari membuat susunan garis lurus ke atas ke
representasi nyata dan dari bermain sendiri ke kemampuan bekerja dalam
kelompok kecil, merencanakan, dan membangun.
Kotak-kotak dapat digunakan untuk menelusuri konsep-konsep sebagai
berikut :

a) Ukuran, bentuk, masa, tinggi, isi, ruang, arah, pola, dan pemetaan;
b) Pengamatan, penggolongan, pengurutan, peramalan;
c) Penggunaan yang berbeda untuk tujuan yang sama;
d) Keseimbangan dan kesetimbangan;
e) Pengukuran dan penghitungan;
f) Persamaan dan perbedaan;
g) Pemesanan atas dasar ukuran dan bentuk;
h) Pemecahan masalah; dan
i) Pemikiran yang imajinatif dan kreatif;

5. Hubungan Antara Metode Bermain Balok terhadap Kecerdasan Kognitif


Anak

Kita yang berada di alam bebas dan menyatu dengan suasana


keriangan anak, berusaha untuk memanfaatkan berbagai sumber daya yang
ada di sekitar kita. Tanpa harus meninggalkan dan menjauhi media
elektronik. Kita akan terus mengembangkan media sederhana yang aman,
murah, efektif, dan mudah dibuat. Banyak hal yang bisa kita buat dan
kembangkan dari sejumlah media yang bisa dikembangkan dan
dimanfaatkan oleh banyak kalangan guru yaitu salah satunya balok.

Hubungan dari penggunaan bermain balok dalam mengembangkan


kognitif anak adalah :

1) Bermain balok dapat mengelompokkan benda dengan berbagai


cara menurut ciri, memecahkan masalah dengan berpikir secara
intuitif, misalnya menurut warna, bentuk dan ukurannya, serta
memecahkan masalah dengan berfikir secara intuitif.
2) Bermain balok dapat memasangkan benda sesuai dengan
pasangannya, jenisnya dan persamaannya.
3) Dengan adanya bermain balok, anak dapat menyebutkan dan
menceritakan perbedaan dua buah benda.
4) Dengan bermain balok, anak dapat menyusun benda dari benda
besar ke benda kecil atau dari benda kecil ke benda besar.
5) Dengan bermain balok, anak dapat membuat bentuk-bentuk
geometri.
6) Dengan bermain balok, anak dapat menyusun kepingan puzzle
menjadi utuh menciptakan bentuk bangunan dari balok.
7) Dengan bermain balok, anak dapat mengerjakan maze.

Bermain balok dapat memberikan dorongan kepada anak untuk


belajar dengan baik dan tertib. Belajar dengan memperhatikan bentuk yang
berbedabeda, khususnya dalam mengembangkan kognitif anak. Dengan
demikian anak akan lebih bersemangat dan tidak bosan, bahkan anak akan
senang menceritakan bentuk dan bangunan yang berbeda-beda yang telah
diciptakan oleh anak.
DAFTAR PUSTAKA

Ardini, Pupung Puspa dan Anik Lestariningrum. (2018). Bermain Dan Permainan
Anak Usia Dini (Sebuah Kajian Teori Dan Praktik). Nganjuk. Penerbit Adjie
Media Nusantara.

Fadlillah, Bermain dan Permainan, (Jakarta : Kencana. 2017).

Khadijah dan Armanila. (2017). Bermain Dan Permainan Anak Usia Dini.
Medan. Perdana Publishing.

Novan Ardy Wiyani, Bina Karakter Anak Usia Dini, (Yogyakarta : Ar Ruzz
Media. 2013).

Pratiwi, Wiwik. “Konsep Bermain Pada Anak Usia Dini”. Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam 0,5 no. 2 (2017).

Anda mungkin juga menyukai