Anda di halaman 1dari 44

STIMULASI TUMBUH KEMBANG DAN KONSEP BERMAIN BAYI,

BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH

Dosen Pegampu : Rosita Syaripah, S.SiT, M.Keb

Disusun Oleh :
Akmalwati Prabowo P3.73.24.2.22.006
Hilma Aulia P3.73.24.2.22.022
Nazwa Nureil L P3.73.24.2.22.032
Tania Mamluatul P3.73.24.2.22.042

PROGRAM STUDI D III – KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA 3
TAHUN AKADEMIK 2023 – 2024

iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat-Nya sehinggakami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Stimulasi tumbuh kembang dan konsep bermain bayi, balita dan
anak pra sekolah.”.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam
mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus di Politeknik Kesehatan Kemenkes
Jakarta 3.

Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Rosita Syaripah,


S.SiT, M.Keb selaku Dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada kami. Berkat tugas yang diberikan ini
kami dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan.
Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih


melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu kami memohon maaf atas
kesalahan dan ketaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini.
Kami juga mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan
kesalahan dalam makalah ini

Bekasi, 11 Januari 2024

Kelompok 2

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................................... v
BAB I .............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN............................................................................................................... 3
2.1 Konsep Stimulasi Tumbuh Kembang Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah............. 3
2.2 Konsep Bermain Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah. ............................................ 4
2.2.1 Masa bayi (0 – 1 tahun ) .................................................................................. 5
2.2.2 Masa Balita (1-5 tahun) ................................................................................... 9
2.3 Faktor yang mempengaruhi kualitas pertumbuhan dan perkembangan anak...... 12
2.4 Kelas Ibu Balita dan Bina Keluarga Balita ............................................................ 15
2.4.1 Kelas Ibu Balita .............................................................................................. 15
2.4.2 Bina Keluarga Balita ...................................................................................... 21
BAB III .......................................................................................................................... 36
PENUTUP ..................................................................................................................... 36
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... iv
CONTOH KASUS ........................................................................................................... v

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stimulasi adalah adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir
(bahkan sebaiknya sejak di dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk
merangsang semua sistem indera (pendengaran, penglihatan, perabaan,
pembauan, pengecapan). Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus
kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi, serta merangsang perasaan
yang menyenangkan bayi dan anak-anak.
Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa anak yang kurang kasih sayang dan kurang
stimulasi akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya
serta kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain. Stimulasi yang diberikan
pada anak selama tiga tahun pertama (golden age) akan memberikan pengaruh
yang sangat besar bagi perkembangan otaknya dan menjadi dasar pembentuk
kehidupan yang akan datang.
Semakin dini stimulasi yang diberikan, maka perkembangan anak akan
semakin baik. Semakin banyak stimulasi yang diberikan maka pengetahuan anak
akan menjadi luas sehingga perkembangan anak semakin optimal. Disebutkan
juga bahwa jaringan otak anak yang banyak mendapat stimulasi akan berkembang
mencapai 80% pada usia 3 tahun. Sebaliknya, jika anak tidak pernah diberi
stimulasi maka jaringan otak akan mengecil sehingga fungsi otak akan menurun.
Hal inilah yang menyebabkan perkembangan anak menjadi terhambat (Setiawan,
2023)

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut, didapatkan beberapa rumusan masalah diantaranya:
1. Bagaimana Konsep Stimulasi Tumbuh Kembang?
2. Bagaimana Konsep Bermain Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah?
3. Bagaimana Stimulasi Bayi Usia 0-24 bulan?
4. Bagaimana Stimulasi Balita Usia 3-5 tahun.

1
1.3 Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah, didapatkan beberapa tujuan yaitu, diantaranya :
1. Untuk mengetahui Konsep Stimulasi Tumbuh Kembang.
2. Untuk mengetahui Konsep Bermain Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah.
3. Untuk mengetahui Stimulasi Bayi Usia 0-24 bulan.
2. Untuk mengetahui Stimulasi Balita Usia 3-5 tahun

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Stimulasi Tumbuh Kembang Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6
tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu
mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap
kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah - yang
merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu/pengasuh anak, anggota
keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-
masing dan dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya stimulasi dapat
menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang
menetap.
Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah adalah
kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan
bahasa serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian. Dalam melakukan
stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang perlu
diperhatikan, yaitu:
1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.
2. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan
meniru tingkah laku orang-orang yang terdekat dengannya.
3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bemyanyi,
bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur
anak, terhadap ke 4 aspek kemampuan dasar anak.
6. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di
sekitar anak.
7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
8. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas
keberhasilannya.

3
Pada bagian sebelumnya sudah dijelaskan bahwa perkembangan
kemampuan dasar anak anak berkorelasi dengan pertumbuhan. Perkembangan
kemampuan dasar anak mempunyai pola yang tetap dan berlangsung secara
berurutan. (Husada, 2016). Dengan demikian stimulasi yang diberikan kepada
anak dalam rangka merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak dapat
diberikan oleh orang tua/keluarga sesuai dengan pembaian kelompok umur
stimulasi anak berikut ini:

2.2 Konsep Bermain Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah.


Berdasarkan isi, bermain ditekank- an atau diutamakan pada aspek fisik,
meskipun demikian hubungan sosial tidak dapat diabaikan. Bermain diawali
dengan yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Bermain berdasarkan isi,
dapat dibedakan atas permainan yang berhubungan dengan orang lain (social
effective play), permainan yang berhubungan dengan kesenangan (sense
pleasure play), permainan dengan memperhatikan saja (unocupied behavior), dan
permainan tentang ketrampilan (skill play).
Berdasarkan karakteristik sosial, bermain merupakan interaksi antara anak
dan orang dewasa dan dipengaruhi oleh usia anak. Pada tahun-tahun pertama,
anak lebih suka bermain sendiri. Tipe bermain berdasarkan karakteristik sosial di
antaranya adalah permainan dengan mengamati teman-temannya bermain
(onlooker play), permainan dengan bermain sendiri (solitary play), permainan
bersama teman tanpa interaksi (parallel play), permainan dengan bermain

4
bersama tanpa tujuan kelompok (associative play), permainan dengan bermain
bersama yang diorganisir (cooperative play). Agar stimulasi dapat efektif, tentunya
disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak.
Berikut ini stimulasi pada masa bayi, balita dan prasekolah yang meliputi 4
aspek yaitu motorik halus, motorik kasar, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian anak. (Afrah & Afrah, 2022)
2.2.1 Masa bayi (0 – 1 tahun )
Stimulasi yang diberikan pada anak seharusnya sudah dimulai sejak
dalam kandungan, misalnya dengan bisikan, sentuhan pada perut ibu, gizi
ibu cukup, dan menghindari pemicu stres yang mempengaruhi psikologis
ibu. Setelah lahir, stimulasi langsung dilakukan pada bayi. Pada tahun
pertama kehidupan, stimulasi diberikan untuk perkembangan sensori
motor, meskipun pada tahun berikutnya tetap harus dilakukan.
Stimulasi pada masa bayi bertujuan untuk:
a. Melatih dan mengevaluasi reflek-reflek fisiologis;
b. Melatih koordinasi mata dan tangan, mata dan telinga;
c. Melatih mencari obyek yang tidak kelihatan;
d. Melatih sumber asal suara;
e. Melatih kepekaan perabaan.

Usia Stimulasi Stimulasi Stimulasi Stimulasi


Visual Auditif Taktik Kinetik
0-3 bulan Objek warna - mengajak - membelai Berjalan-
terang di bicara - menyisir jalan
atas tempat - mendengar- - menyelimuti
tidur kan
- musik
lonceng
4-6 bulan - lihat TV - mengajak Bermain air - Berdiri
- mainan bicara pada paha
warna orang tua

5
terang yang - panggil - Membantu
dapat namanya tengkurap,
dipegang duduk
7-9 bulan -lihat TV - panggil - mengenal - membantu
- mainan mamanya berbagai tengkurap
warna - ajari tekstur dilantai
terang yang memanggil - bermain air - latih berdiri
dapat orang tua-nya - permainan
dipegang - memberi tahu tarik dorong
- bermain yang sedang
cilukba dilakukan
10-12 - Ajak ke - suara - merasakan - permainan
bulan tempat binatang hangat/dingin tarik dorong
ramai - menyebutkan - memegang - bersepeda
- Kenalkan bagian tubuh makanan
gambar sendiri

Stimulasi pada Anak < 1 Tahun sesuai SDIDTK

Usia Motorik kasar Motorik Halus Bicara dan Sosialisasi


Bahasa dan
Kemandirian
0-3 bulan -mengangkat - melihat, - berbicara - memberi
kepala meraih dan meniru suara- rasa aman
- berguling- menendang suara dan kasih
guling mainan - mengenali sayang
- menahan gantung berbagai - mengajak
kepala tetap -memperhati- suara bayi
tegak kan benda tersenyum
bergerak

6
-melihat benda- - mengajak
benda kecil bayi
-meraba dan mengamati
merasakan benda-benda
bentuk dan keadaan
permukaan disekitarnya
- meniru
ocehan dan
mimik muka
bayi
- menina-
bobokan
3-6 Bulan -Lanjutkan - lanjutkan - lanjutkan - lanjutkan
stimulasi usia stimulasi usia stimulasi usia stimulasi usia
0-3 bulan 0-3 bulan 0-3 bulan 0-3 bulan
-Menyangga - memegang - mencari - bermain
berat benda dengan sumber suara ciluk-ba
- kuat - meniru-kan - melihat
Mengembang- - memegang kata-kata dirinya dikaca
kan kontrol benda dengan berusaha
terhadap kedua tangan meraih
kepala - makan sendiri mainan
- duduk - mengambil
benda benda
kecil
6-9 bulan -lanjutkan - lanjutkan - lanjutkan - lanjutkan
stimulasi usia stimulasi 3-6 stimulasi usia stimulasi usia
3-6 bulan bulan 3-6 bulan 3-6 bulan
- merangkak - memasuk-kan - menyebut- - permainan
-menarik ke benda kedalam kan nama bersosialisasi
posisi berdiri wadah gambar

7
- berjalan - bermain gambar
berpegangan ‘genderang’ dibuku/
- berjalan - memegang majalah
dengan alat tulis dan - menunjuk
bantuan mencoret-coret dan
- bermain menyebut-
mainan yang kan nama
mengapung di gambar
air gambar
- membuat
bunyi-bunyian
- menyem-
bunyi-kan dan
mencari
mainan
9-12 bulan -lanjutkan - lanjutkan - lanjutkan - lanjutkan
stimulasi usia stimulasi usia stimulasi usia stimulasi usia
6-9 bulan 6-9 bulan 6-9 bulan 6-9 bulan
- bermain bola - menyusun - menirukan - minum
- membungkuk balok balok kata-kata sendiri dari
- berjalan - menggambar - berbicara sebua cangkir
sendiri - bermain dengan - makan
- naik tangga didapur boneka bersama
- bersenan- sama
dung dan - menarik
bernyanyi mainan yang
letaknya agak
jauh

8
2.2.2 Masa Balita (1-5 tahun)
Pada masa ini anak cenderung melekat pada satu macam mainan
yang diperlakukan sesuka anak. Tujuan bermain pada masa balita
terutama 1-3 tahun pertama (toddler) adalah :
1. Mengembangkan ketrampilan bahasa;
2. Melatih motorik halus dan kasar;
3. Mengembangkan kecerdasan (mengenal warna, berhitung);
4. Melatih daya imajinasi;
5. Menyalurkan perasaan anak.

Alat permainan yang dianjurkan misalnya lilin yang dapat dibentuk,


alat untuk menggambar, puzzle sederhana, manik-manik, alat-alat rumah
tangga. Pada masa ini keakuan anak sangat menonjol (egosentris) dan
belum mengerti makna memiliki sehingga sering anak berebut mainan
karena masing-masing menganggap mainan itu miliknya.
Berdasarkan karakteristik isi bermain, permainan anak pada masa
ini tergolong permainan untuk suatu ketrampilan (skill play), karena mulai
berkembang fase otonomi (kemandirian) dan independennya (kebebasan).
Pada tahun-tahun pertama, anak ter- kesan bermain bersama dengan
temannya tetapi tanpa interaksi (parallel play), karena perkembangan
sosialnya belum memadai. Yang perlu diperhatikan adalah anak ber- main
secara spontan dan bebas serta berhenti sesukanya.
Koordinasi motorik masih kurang, sehingga sering merusak
mainannya. Berikut ini stimulasi yang diperlukan pada masa balita yang
terbagi menjadi beberapa kelompok usia. Berdasarkan pedoman
pelaksanaan SDIDTKA, pada masa balita kelompok stimulasinya adalah
usia 12-15 bulan, 15-18 bulan, 18-24 bulan, 24-36 bulan, 36-48 bulan dan
48-60 bulan.

USIA MOTORIK MOTORIK HALUS BICARA DAN SOSIALISASI DAN


KASAR BAHASA KEMANDIRIAN

9
12-15 - Lanjutka - Lanjutkan - Lanjutkan -lanjutkan stimulasi usia
bulan n usia 24-36 stimulasi 24- 36 bulan
stimulasi bulan 24-36 Memangkancingkan
usia 24- - Memotong - Berbicara kancing Tarik
36 bulan - Membuat dengan Makan pakai
- Menang buku cerita anak sendok/garpu
kap bola gambar - Bercerita Memasak
- Berjalan tempel mengenai Mencuci tangan dan kaki
menang - Menempel dirinya Menentukan batasan
kap bola gambar - Album
- Berjalan - Menjahit fotoku
mengiku - Menggambar - Mengenal
ti garis /menulis huruf
lurus - Menghitung
- Melomp - Menggambar
at dengan jari
- Melemp - Bermain
ar dengan cat
benda- air
benda - Mencampur
kecil warna
keatas - Membuat
- Meniruk gambar
an tempel
Binatang
berjalan
- Lampu
hijau-
merah
untuk
jalan
jinjit.

10
- Lanjutka - Lanjutkan - Lanjutkan - Lanjutkan
n stimulasi 12- stimulasi stimulasi usia 12-
stimulasi 15 bulan 12-15 15 bulan
12-15 - Meniup bulan - Memeluk dan
bulan - Menendang - Bercerita mencium
- Bermain bola - Telepon- - Members
di luar teleponan mainan/membantu
rumah - Menyebut kegiatan dirumah
- Bermain berbagai - Bermain dengan
air barang teman sebaya
- Bermain - Permainan baru
bola - Bermain petak
umpet
18-24 - Lanjutka - Lanjutkan - lanjutkan - lanjutkan stimulasi
bulan n usia stimulasi usia stimulasi 15-18 bulan
15-18 15-18 bulan usia 15- - mengancingkan
bulan - Mengenal 18 bulan kancing baju
- Melomp berbagai - melihat - permainan yang
at ukuran dan acara memerlukan
- Melatih bentuk televisi interaksi dengan
keseimb - bermain - mengerja teman bermain
angan puzzle kan - membuat rumah-
tubuh - menggambar perintah rumahan
- Mendoro wajah atau sederhan - berpakaian
ng bentuk a - memisahkan diri
mainan - membuat - bercerita dengan anak
dengan berbagai apa yang
kaki bentuk dari dilihatnya
mainan
24-36 - lanjutka - lanjutkan - lanjutkan - lanjutkan stimulasi
bulan n stimulasi 18- stimulasi 18- 24 bulan
stimulasi 24 bulan 18- 24 - melatih diri
18- 24 - membuat bulan - berpakaian
bulan gambar - berdandan

11
- Latihan tempelan dan - menyebut
mengha memilih nama
dapi - mengelompo lengkap
rintanga kan - bercerita
n - mencocokan - menyebut
- Melomp - menyusun nama
at jauh berbagai
- Melemp jenis
arkan
- menang
kap

2.3 Faktor yang mempengaruhi kualitas pertumbuhan dan perkembangan anak


Pada umumnya, anak memiiki pola pertumbuhan dan perkembangan
normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut Darmawan (2019:5) adapun
faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.
A. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang
anak
a) Ras/etnik atau bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, ia tidak memiliki
faktor herditer ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
b) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi,
pendek, gemuk, atau kurus.
c) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah tanda masa
prenatal, tahun pertama kehidupan, dan masa remaja.
d) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih
cepat dari pada anak laki-laki. Akan tetapi, setelah melewati masa
pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.

12
e) Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak, yaitu
potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan
genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
f) Kelainan kromeom
Kelainan kromosom, umumnya disertai dengan kegagalan
pertumbuhan, seperti pada sindroma Down's dan sindroma Turner's.
B. Faktor luar (eksternal)
a) Faktor Prenatal
1. Gizi
Nutrisi ibu hamil, terutama dalam trimester akhir kehamilan
akan memengaruhi pertumbuhan janin.
2. Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan
congenital seperti club foot.
3. Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin dan Thalidomid
dapat menyebabkan kelainan kongenita seperti palatoskisis.
4. Endokrin
Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia,
kardiomegali, dan hyperplasia adrenal.
5. Radiasi
Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan
kelainan pada janin, seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi
mental dan deformitas anggota gerak, kelainan kongential mata.
serta kelainan jantung.
6. Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH
(Toksoplasma, Rubella sitomegalo virus, Herpes simpleks) dapat
menyebabkan kelainan pada janin: katarak, bisu tuli, mikrosefali,
retardasi mental, dan kelainan jantung congenital.

13
7. Anoksia embrio
Anok embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu.
8. Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan
metal pada ibu hamil, dan lain-lain dapat menyebabkan psikologis
ibu terganggu yang berdampak pada kesehatan janin di dalam
kandungan.
b). Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi, seperti trauma kepala dan
asfiksia dapat meyebabkan kerusakan jaringan otak.
c).Faktor Pascasalin
1. Gizi
Untuk, tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan
yang adekuat agar anak dapat berkembang dengan sehat.
2. Penyakit kronis/kelainan congenital
Tuberkulosis, anemia, dan kelainan jantung bawaan
mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani
3. Lingkungan fisis dan kimia
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak
tersebut hidup yang sebagai penyedia kebutuhan dasar anak
(provider). Sanitasi yang kurang baik, kurangnya sinar matahari,
paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri, rokok,
dan lain-lain) mempunyai dampak yang negatif terhadap
pertumbuhan anak.
4. Psikologi
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seseorang
anak yang tidak dikehendaki oleh orang tua atau anak yang
selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan dalam
pertumbuhan dan perkembangannya.
5. Endokrin

14
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
6. Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan
makanan, sedangkan kesehatan lingkungan yang jelek dan
ketidaktahuan, akan perkembangan anak. menghambat
pertumbuhan dan
7. Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat
memengaruhi tumbuh kembang anak, jika anak berasda di
lingkungan pengasuhan yang baik dan nyaman maka
perkembangan anak dan pertumbuhannya akan berkembang
sesuai dengan tahapan usianya.
8. Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi,
khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan.
Sosialisasi anak, keterlibatan ibu, dan anggota keluarga lain
terhadap anak.
9. Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat
perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan
terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.

2.4 Kelas Ibu Balita dan Bina Keluarga Balita


2.4.1 Kelas Ibu Balita
Kelas Ibu Balita adalah kelas dimana para ibu yang mempunyai anak
berusia antara 0 sampai 5 tahun secara bersama-sama berdiskusi, tukar
pendapat, tukar pengalaman akan pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi
dan stimulasi pertumbuhan dan perkembangannya dibimbing oleh fasilitator,
dalam hal ini digunakan Buku KIA.

15
Tujuan Umum :
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dengan menggunakan
Buku KIA dalam mewujudkan tumbuh kembang Balita yang optimal.
Tujuan Khusus :
1. Meningkatkan kesadaran pemberian ASI secara eksklusif
2. Meningkatkan pengetahuan ibu akan pentingnya Imunisasi pada bayi
3. Meningkatkan keterampilan ibu dalam pemberian MP-ASI dan gizi
seimbang kepada Balita
4. Meningkatkan kemampuan ibu memantau pertumbuhan dan
melaksanakan stimulasi perkembangan Balita
5. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang cara perawatan gigi Balita dan
mencuci tangan yang benar
6. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang penyakit terbanyak, cara
pencegahan dan perawatan Balita
Kelas Ibu Balita diselenggarakan secara partisipatif: artinya para ibu tidak
diposisikan hanya menerima informasi karena posisi pasif cenderung tidak
efektif dalam merubah prilaku. Oleh sebab itu Kelas Ibu Balita dirancang
dengan metode belajar partisipatoris dimana para ibu tidak dipandang
sebagai murid, melainkan sebagai warga belajar. Dalam prakteknya para ibu
didorong untuk belajar dari pengalaman sesama, sementara fasilitator
berperan sebagai pengarah kepada pengetahuan yang benar.
Fasilitator bukanlah guru atau dosen yang mengajari, namun dalam lingkup
terbatas ia dapat menjadi sumber belajar. Buku Pedoman Pelaksanaan Kelas
Ibu Balita ini merupakan pedoman umum untuk penyelenggaraan Kelas Ibu
Balita, disusun untuk membantu para Pengelola Program terkait ditingkat
provinsi dan kabupaten/kota serta berbagai pihak yang berminat untuk
melaksanakan Kelas Ibu Balita, tanpa bermaksud mengambil alih berbagai
program yang telah dijalankan sebelumnya.
Sedangkan buku Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Balita yang menjadi
pasangan buku ini dirancang sebagai pedoman teknis yang secara khusus
diperuntukkan bagi fasilitator dalam penyelenggaraan Kelas Ibu Balita.

16
Diharapkan dengan memahami buku tersebut fasilitator mampu
menyampaikan materi sesuai dengan metode yang telah ditetapkan, mampu
pula merangsang terjadinya diskusi, menjelaskan dan menjawab berbagai
pertanyaan yang muncul dari para ibu peserta kelas. Secara garis besar buku
ini bertujuan menjelaskan dua tahap kegiatan, yaitu
1) Persiapan Kegiatan
2) Pelaksanaan Kegiatan.
Setiap tahap kegiatan diselenggarakan dengan tahap persiapannya
sendiri-sendiri.
Konsep Pelaksanaan Kelas Ibu Balita
1. Memakai buku KIA sebagai alat (acuan) utama pembelajaran.
2. Metode belajar memakai pendekatan cara belajar orang dewasa, yaitu
partisipatif interaktif, ceramah, tanya jawab, peragaan/praktek, curah
pendapat, penugasan dan simulasi.
3. Materi: buku KIA, modul yang berkaitan (misal: buku modul tumbuh
kembang anak) dan alat-alat bantu lain.
4. Kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi/masalah
kesehatan di tempat tersebut. Agar efektif, Kelas Ibu Balita dapat
diintegrasikan dengan kegiatan terkait yang ada di masyarakat,
misalnya Bina Keluarga Balita (BKB) dan Pengembangan Anak Usia
Dini (PAUD) atau kegiatan Desa lainnya.
5. Dari, oleh dan untuk masyarakat seluruh masyarakat termasuk tokoh-
tokoh agama dan masyarakat berperan dalam pelaksanaan Kelas Ibu
Balita.
6. Peserta, Ibu-ibu yang mempunyai anak berusia antara 0-5 tahun. Tiap
kelas dibagi berdasarkan kelompok umur balita: 0-1 tahun, 1-2 tahun,
dan 2-5 tahun. Jumlah peserta idealnya maksimal 15 orang/kelas.
7. Fasilitator/pengajar, Bidan atau petugas kesehatan yang telah dilatih
menjadi fasilitator Kelas Ibu Balita atau yang telah menjalani on the job
training Kelas Ibu Balita.

17
8. Narasumber, Narasumber diperlukan untuk memberi input tentang
topik tertentu. Narasumber merupakan tenaga kesehatan dalam
bidang spesifik tertentu seperti: ahli gizi, dokter, bidan, perawat,
perawat gigi, Kader PAUD, dll.
9. Waktu, disesuaikan dengan kesiapan ibu/bapak/keluarga, bisa pagi
atau sore hari. Lama kegiatan 20-60 menit atau disesuaikan dengan
kondisi setempat.
10. Frekuensi pertemuan, 3 kali pertemuan atau sesuai hasil kesepakatan
antara fasilitator dengan peserta.
11. Tempat fleksibel, bisa di Balai Desa, Dusun, memakai salah satu
rumah warga, Posyandu, Puskesmas, RB, RS, dll.
Kegiatan Kelas ibu balita
1. Pertemuan Persiapan
Pertemuan ini bertujuan untuk mensosialisasikan serta menyamakan
persepsi diantara para stakeholders (aparatur Dinas, Puskesmas,
Posyandu, dan tokoh masyarakat) tentang Kelas Ibu Balita, diakhiri
dengan membuat kesepakatan-kesepakatan, antara lain tentang
kriteria sasaran/peserta, fasilitator/narasumber dan sebagainya. Hasil
dari pertemuan ini adalah kebijakan yang diberlakukan ditingkat
provinsi.
2. Pengkajian Kebutuhan Dasar.
Sebaiknya sebelum kelompok Kelas Ibu Balita dimulai terlebih dahulu
dilaksanakan musyawarah masyarakat untuk mengetahui masalah
kesehatan Balita dan materi prioritas yang akan dibahas dalam
pertemuan kelas Ibu Balita, kewenangan ini diberikan kepada
fasilitator dengan catatan materi tersebut merupakan bagian dari Buku
KIA. Tujuannya untuk memetakan kebutuhan-kebutuhan warga
belajar serta berbagai kebutuhan penyelenggaraan kelas. Kebutuhan
warga belajar diasumsikan tidak sama antara satu daerah dengan
daerah lain, sehingga pengenalan dan pembuatan peta/data dasar
kebutuhan merupakan kegiatan persiapan yang sangat penting untuk

18
menetapkan materi, supervisi, monitoring dan evaluasi. Pemetaan
dilaksanakan secara bertingkat, dimulai dari Posyandu
(nagari/kelurahan/jorong), diteruskan ke Polindes dan Puskesmas
(kecamatan), Dinas Kesehatan (kota/kabupaten), sampai ke tingkat
Dinas Kesehatan Provinsi.
3. Merancang Penyelenggaraan
Tujuannya untuk menetapkan kebijakan teknis, misalnya tentang
waktu dan lokasi penyelenggaraan, kriteria dan proses perekrutan
fasilitator, pelatihan bagi pelatih (training of trainer/TOT) dan asilitator,
pelibatan tokoh-tokoh masyarakat, pembagian kerja diantara berbagai
instansi, sumber dana dan sebagainya.
Pelaksanaan Kelas Ibu Balita
Pelaksanaan Kelas Ibu Balita adalah kegiatan yang harus
dipersiapkansebaik mungkin. Persiapan ini dilaksanakan dalam ruang
lingkup yang lebih kecil (kecamatan / desa / kelurahan) dengan
melibatkansejumlah unsur lokal seperti Poskesdes / Polindes /
Puskesmas,bidan, kader Posyandu, dan tokoh masyarakat, PKK, Guru TK,
Guru PAUD, Kader BKB. Poin paling penting dari pertemuan awal adalah
mendapatkan dukungan penuh dari segenap pihak terutama sekali camat,
kepala desa dan lurah berupa tenaga, fasilitas maupun finansial. Persiapan
pelaksanaan Kelas Ibu Balita meliputi:
1) Identifikasi sasaran
Penyelenggara Kelas Ibu Balita perlu mempunyai data
sasaran jumlah ibu yang mempunyai balita antara 0 sampai 5 tahun
dan kemudian mengelompokannya jadi kelompok usia 0-1 tahun, 1-
2 tahun, dan 2-5 tahun. Data dapat diperoleh dari Sistem informasi
Posyandu, Puskesmas atau dikumpulkan atas kerjasama dengan
Dasawisma.
2) Mempersiapkan tempat dan sarana belajar
Mempersiapkan tempat dan sarana belajarTempat kegiatan
adalah tempat yang disediakan oleh pemerintahan setempat

19
(camat/desa/lurah). Tempat belajar sebaiknya tidak terlalu jauh dari
rumah warga belajar. Sarana belajar mencakup kursi, tikar, karpet,
alat peraga dan alat-alat praktek/demo. Jika peralatan
membutuhkan listrik perlu diperhatikan apakah tempat belajar
mempunyai aliran listrik.
Oleh karena ibu-ibu membutuhkan konsentrasi untuk
mengikuti setiap materi, gangguan yang ditimbulkan bayi perlu
diatasi dengan menyediakan ruangan untuk bayi bermain.
Sebaiknya ibu-ibu peserta dianjurkan datang dengan suami atau
kerabat yang dapat mengasuh bayi/anak saat ibu mengikuti kelas.
Di ruang bermain bayi perlu disediakan mainan sesuai usia.
Hindarkan penggunaan mainan yang menimbulkan bunyi supaya
tidak mengganggu kegiatan Kelas Ibu Balita.
3) Mempersiapkan materi
Persiapan materi mencakup pembuatan jadwal belajar yang
terdiri dari jam, topik/materi, nama fasilitator dan daftar alat bantu
(flip chart/lembar balik, kertas plano, spidol, kartu metaplan, dsb.)
untuk setiap materi.
4) Mengundang ibu yang mempunyai anak berusia antara 0 – 5 tahun
Undangan disampaikan secara lisan maupun tertulis.
Pastikan apakah undangan sudah sampai kepada sasaran.
5) Mempersiapkan tim fasilitator dan narasumber
Menyusun pembagian kerja diantara fasilitator dan
narasumber. Pembagian ini akan terlihat dalam jadwal belajar.
6) Menyusun rencana anggaran
Anggaran perlu ditata dengan baik, termasuk rancangan
pelaporannya. Perlu juga dipastikan apakah ada bantuan keuangan
dari pihak ketiga.
Jarak pertemuan :
1) Kelompok A (usia 0-1 th) 2x pertemuan dengan jarak pertemuan 1-
3 bulan

20
2) Kelompok B (usia 1-2 th) 2x pertemuan dengan jarak 3-6 bulan
3) Kelompok C (usia 2-5 th) 2x pertemuan dengan jarak 6 bulan-1 tahun
4) Pindah ke kelompok berikutnya sesuai dengan usia balita
5) Jarak pertemuan kelas ibu balita dapat disesuaikan dengan
kesepakatan masing-masing wilayah
2.4.2 Bina Keluarga Balita
1. Dasar Pembentukan BKB
Program BKB dicanangkan Bapak Soeharto pada hari ibu
tahun 1981. Program ini merupakan suatu program yang melengkapi
program-program pengembangan sumber daya manusia yang telah
dilaksanakan seperti misalnya program-program perbaikan kesehatan
dan gizi ibu dan anak (BKKBN, 1992). Pelaksanaan program BKB
dimulai pada tahun anggaran 1985/1986. Hal ini berdasarkan
pengarahan Ibu Negara pada tanggal 21 Juli 1984 melalui Surat
Keputusan Bersama Menteri Negara UPW dan Kepala BKKBN no 11
KEPMEN UPW/IX/84 dan no 170/HK010/E3/84 tentang kerjasama
pelaksanaan pengembangan proyek BKB dalam keterpaduan dengan
program KB dalam rangka mempercepat proses pelembagaan Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Keputusan Bersama
ini menggariskan BKKBN sebagai penanggung operasional BKB
(BKKBN, 2007a). Bina keluarga balita adalah kegiatan yang khusus
mengelola tentang pembinaan tumbuh kembang anak melalui pola
asuh yang benar berdasarkan kelompok umur, yang dilaksanakan
oleh sejumlah kader dan berada ditingkat RW. (Pedoman Pembinaan
Kelompok Bina Keluarga Balita Tahun 2006)
Bina Keluarga Balita (BKB) adalah upaya peningkatan
pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran ibu serta anggota keluarga
lain dalam membina tumbuh kembang balitanya melalui rangsangan
fisik, motorik, kecerdasan, sosial, emosional serta moral yang
berlangsung dalam proses interaksi antara ibu/anggota keluarga
lainnya dengan anak balita.

21
Kelompok BKB umumnya terdiri dari keluarga muda dengan
anggota yang mempunyai anak batita atau anak balita. Untuk
memberdayakan keluarga Batita (Bawah UsiaTigaTahun) dan
keluarga Balita (Bawah Usia Lima Tahun), seluruh jajaran pemba-
ngunan, termasuk kekuatan keluarga yang tergabung dalam
POSDAYA, diarahkan agar setiap keluarga member prioritas yang
tinggi terhadap kesehatan dan pertumbuhan anak balitanya. Orang
tua dalam POSDAYA dapat d i s i a p k a n unt uk menyegarkan
kembali Gerakan Bina Keluarga Balita (BKB), sebagai gerakan
bersama antara pemerintah dan masyarakat untuk memelihara
kesehatan, hantaran tumbuh kembang anaknya, deteksi dini kelainan
atau kecacatan dan akhirnya menyiapkan anak balitanya siap sekolah
bersama anak-anak lain.
3. Ciri Khusus Program BKB
Program BKB memiliki beberapa ciri utama diantaranya sebagai
berikut
a. Menitikberatkan pada pembinaan ibu dan anggota keluarga
lainnya yang memiliki balita
b. Membina tumbuh kembang anak
c. Menggunakan alat bantu seperti Alat Permainan Edukatif
(APE), dongeng, nyanyian sebagai perangsang tumbuh
kembang anak
d. Menekankan pada pembangunan manusia pada usia dini, baik
fisik maupun mental
e. Tidak langsung ditujukan kepada balita
f. Meningkatkan keterampilan ibu dan anggota keluarga lainnya
agar dapat mendidik dan mendidik balitanya (BKKBN, 2007a)
3. Tujuan BKB
BKB dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut :
a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu dan anggota
keluarga lainnya tentang pentingnya :

22
 Proses tumbuh kembang balita dalam aspek fisik,
mental dan social
 Pelayanan yang tepat dan terpadu yang tersedia bagi
anak, misalnya diPosyandu
b. Meningkatkan keterampilan ibu dan anggota keluarga lainnya
dalam mengusahakan tumbuh kembang anak secara optimal,
antara lain dengan stimulus mental dengan menggunakan Alat
Permainan Edukatif (APE) dan memanfaatkan pelayanan yang
tersedia.
4. Sasaran BKB
a. Sasaran Langsung
 Ibu dan atau anggota keluarga lainnya yang mempunyai
anak balita.
 Pembina Kelompok BKB.
 Pengurus / Pengelola Kelompok BKB
b. Sasaran Tidak langsung
 Tokoh Masyarakat
 Tokoh Pendidikan
 Institusi Pemerintah
 LSM
5. Kegiatan BKB
1) Pembentukan kelompok bina keluarga balita, langkah-langkah
pelaksanaan sebagai berikut:
 Pendataan
Dilakukan pendataan sasaran dan potensi wilayah
antara lain PKK, tokoh agama, tokoh masyarakat, guru,
keluarga-keluarga yang mempunyai potensi khusus dan
kader yang mau dan mampu untuk memimpin Bina
Keluarga Balita. Selanjutnya hasil analisa dipilah-pilah,
keluarga sesuai dengan sasaran dari Bina Keluarga
Balita sehingga dapat menentukan:

23
a) Prioritas penggarapan Bina Keluarga yang
diperlukan
b) Prioritas wilayah kegiatan tersebut dengan
memperhatikan jumlah anggota 20-40 keluarga
dan potensi keluarga seperti: calon kader aktif,
dukungan pemerintah,dll
 Penggalangan kesepakatan
Berdasarkan data tersebut petugas lapangan
keluarga berencana bersama dengan kelompok kerja
teknis melakukan penggalangan kesepakatan dengan
cara:
a) Konsultasi dengan lurah bertujuan:
 Melaporkan hasil pendataan
 Rencana pembentukan kelompok BKB
 Mendapat dukungan dari lurah
b) Kunjungan tokoh nonformal antara lain tokoh
masyarakat dan calon pengurus kelompok BKB
untuk mendapat dukungan kesediaannya.
c) Kunjungan sasaran bertujuan untuk:
 Memperoleh data sasaran calon anggaota
kelompok BKB yang akan dibentuk.
 Menyampaikan infomasi awal tentang latar
belakang dan tujuan pembantukan
kelompok BKB.
d) Saresehan keluarga
Calon pengurus dan anggota perlu
mendapat informasi yang lengkap tentang
program yang akan dilaksanakan dengan materi:
 Maksud dan tujuan pembentukan
kelompok BKB
 Perlunya dibentuk kelompok BKB

24
 Inventarisasi calon kader
 Penetapan kader
 Penetapan sarana kegiatan
 Penetapan lokasi kegiatan
 Pengukuhan
Legitimasi keberadaannya agar diketahui seluruh
warga dan mendapat pengakuan, maka hendaknya
kelompok BKB tersebut dikukuhkan dengan SK camat
atau lurah dalam kegiatan rapat koordinasi.
 Pembekalan
Pengurus atau pengelola kelompok BKB yang
telah dikukuhkan diberikan bekal pengetahuan dan
keterampilan dalam pengelolaan BKB melalui pelatihan
atau orientasi atau magang sesuai dengan kurikulum
yang ditetapkan dengan mempertimbangkan situasi dan
kondisi setempat.
2) Pembinaan Kelompok Bina Keluarga Balita
Kegiatan pembinaan merupakan langkah yang
diperlukan agar kelompok dapat berjalan secara optimal dalam
melakukan kegiatan Bina Keluarga Balita.
Adapun langkah-langkah pembinaan dilakukan melalui:
 Pertemuan kelompok
Kegiatan pertemuan kelompok: Kini pada
dasarnya merupakan wahana kegiatan tukar
informasi/diskusi dan penyuluhan dari pembina
tentang kegiatan usaha ekonomi produktif yang
dilakukan oleh kelompok BKB.
Kegiatan ini perlu dilakukan minimal 1 bulan 1
kali yang dihadiri oleh keluarga anggota kelompok
BKB.
 Materi Bina Keluarga Balita

25
Materi pokok BKB disampaikan dalam 8 kali pertemuan:
a) Gerakan pembangunan keluarga sejahtera
b) Konsep dasar BKB dan remaja
c) Pemantapan 8 fungsi keluarga
d) Peran orang tua dalam pembinaan anak dan
balita
e) Tumbang anak dan balita
f) Reproduksi sehat
g) Pembinaan anak dan balita
h) Pengelolaan program BKB
 Pendampingan
Pendampingan oleh Pembina dimaksudkan
sebagai upaya memberikan bantuan teknis pada
kelompok BKB dalam mempercapat tercapainya
kemandirian kelompok.
 Pengembangan kelompok BKB
Dalam pengembangan kelompok BKB dilakukan melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut:
a) Membangun komitmen
b) Menumbuhkan motifasi, kemampuan, dan
keterampilan
c) Melakukan pembinaan berkelanjutan
d) Melakukan evaluasi dan monitoring
e) Pembentukan wadah atau forum komunikasi
informasi pengelola BKB mulai tingkat kecamatan
dan tingkat kota
f) Pengelolaan kelompok BKB
Pengelolaan kelompok BKB dalam
pelaksanaan kegiatannya dilaksanakan oleh
kader. Kader BKB adalah anggota masyarakat
yang bekerja secara suka rela dalam membina

26
dan menyuluh orang tua balita tentang
bagaimana mengasuh anak secara baik dan
benar. (BKKBN, 2018)

2.5 Pijat Bayi


Pijat biasa disebut dengan stimulus touch atau sentuhan. Pijat bayi dan balita
dapat diartikan sebagai sentuhan komunikasi yang nyaman antara ibu dan bayi/
balita. Touch adalah sentuhan alamiah pada bayi dan balita yang dapat berupa
tindakan mengusap mengurut atau memijat. Sentuhan memenuhi kebutuhan
dasar manusia untuk merasa aman, nyaman dan perasaan disayangi. Sentuhan
juga merupakan faktor intrinsik dalam perkembangan anak. Stimulasi pijat bayi
merupakan rangsangan/ stimulasi taktil-kinestetik, komunikasi verbal dan
perwujudan rasa cinta kasih orang tua terhadap anak. Implikasi dari sentuhan
yang terbatas pada anak-anak melibatkan efek yang bermakna pada
pertumbuhan, perkembangan dan kondisi emosional yang sehat.

Pijatan terkuat yang diterima anak selama hidupnya adalah saat kelahiran itu
sendiri, yang berasal dari kontraksi saat proses persalinan. Dalam proses ini
kontraksi uterus yang panjang mendorong bayi melalui jalan lahir, sekaligus
merangsang system saraf tepi dan organ-organ penting sebagai persiapan untuk
kehidupan di luar rahim. Dengan meneruskan pola stimulasi fisik serupa dengan
pijat bayi/ balita maka orang tua membantu meningkatkan ketahanan anak.
Stimulasi atau sentuhan atau pijat juga bermanfaat pada orangtua yakni
memberikan perhatian spesial, mempererat ikatan/ bonding, membantu orangtua
mengetahui Bahasa isyarat (non verbal) bayi, membuat rasa percaya diri dalam
mengasuh bayi, meningkatkan komunikasi orangtua dan anak, meningkatkan
kemampuan orangtua membantu bayi untuk relaksasi, meredakan stres orang
tua dan membuat suasana yang menyenangkan

27
2.5.1 Manfaat Stimulasi Pijat Bayi Dan Balita

Pemijatan yang dilakukan dengan benar dan teratur akan sangat besar
manfaatnya. Beberapa manfaat stimulasi pijat yang bisa diperoleh untuk anak
dan orang tua:

1. Aspek Kesehatan
a. Meningkatkan daya tahan tubuh
b. Merangsang saraf vagus
c. Meningkatkan produksi ASI
d. Mengatasi sakit perut (kolik)
e. Mengatasi asma
f. Mengurangi komplikasi
g. Mempercepat proses myelinisasi
h. Meningkatkan kualitas tidur
i. Meningkatkan kekebalan tubuh pada bayi dengan ibu HIV
positif

2. Aspek Psikologis

a. Memberikan rasa nyaman


b. Membina ikatan kasing sayang orang tua dan anak (bonding)
c. Aspek Tumbuh dan Perkembangan

2.5.2 Fisiologi Pijat

1. Sistem Peredaran Darah

Pijatan berpengaruh pada sistem peredaran darah arteri maupun darah vena
dengan meningkatkan aliran darah dalam jangka waktu pendek maupun jangka
panjang. Pijatan dengan tekanan ± 1-2 mm akan menambah aliran darah sampai
85% dan meningkatkan aliran darah limfe serta memberikan tekanan pada
pembuluh darah vena sehingga darah akan kembali ke jantung kemudian diikuti
adanya efek kosong yang akan ada hubungannya dengan pembuluh darah arteri.

28
Apabila pijatan terlalu halus tidak akan ada manfaatnya. Efek pemijatan dalam
jangka pendek akan menimbulkan rasa segar karen akan mendapat oksigen
lebih banyak dan berbagai macam nutrien, hormon serta lainnya. Disamping itu
juga akan terjadi pembersihan tempat yang dipijat dari zat racun. Keadaan ini
akan memberikan rasa nyaman, santai dan segar pada seluruh tubuh.
Sedangkan efek jangka panjang pada sistem peredaran darah adalah
meningkatkan tonus dan regangan pembuluh darah itu sendiri.

2. Sistem Limfatik

Sistem limfatik mempunyai tekanan lebih rendah dan lebih lambat alirannya
dibanding darah serta tidak kontraktil, artinya kerja sistem tergantung gaya
gravitasi, gerakan otot, sendi serta tekanan dari luar. Pemijatan dapat memacu
kelenjar limfe dalam meningkatkan pembentukan limfosit sehingga aliran limfe
menjadi lancar dan meningkatkan sistem kekebalan yang dapat membantu
mencegah infeksi dari penyakit.

3. Sistem Integumen/ kulit

Kulit terdiri dari 2 bagian: epidermis dan dermis. Pada bagian dermis banyak
pembuluh darah, pembuluh limfe dan ujung-ujung saraf yang akan berpengaruh
pada saat pemijatan. Pijat akan memberikan rasa nyaman karena kulit banyak
dipenuhi reseptor sakit, tekanan dan gerakan. Rangsangan pada reseptor akan
menyebabkan perubahan reaksi reflek seperti pelebaran pembuluh darah,
relaksasi otot dan pori-pori akan terbuka. Pijat akan membawa panas ke
permukaan kulit dan membuka pori-pori serta mengeluarkan keringat yang akan
membuang racun dan sampah tubuh.

4. Sistem Otot

Pada saat latihan posisi otot hanya memanjang, selama pijat posisi otot ditarik
kearah samping dan memanjang. Keadaan ini akan meningkatkan mikrosirkulasi
yang dapat menyembuhkan ketegangan otot dan menguraikan perlengketan
jaringan sehingga akan mencegah jaringan perut. Selain itu dengan pijat dapat
mengeluarkan racun seperti asam laktat yang menyebabkan kelesuan. Dengan

29
meningkatnya fleksibilitas dan integritas dari jaringan, pijat dapat menyembuhkan
kram serta dapat menguraikan ketegangan postur.

5. Sistem Saraf

Sistem saraf tubuh manusia terdiri dari dua bagian yaitu: sistem saraf pusat
(terdiri dari otak dan tulang belakang) dan sistem saraf perifer. Pijat
mempengaruhi sistem saraf dari tepi sampai pusat. Tekanan pada reseptor saraf
di kulit akan menyebabkan pelebaran vena, arteri dan kepiler sehingga akan
menghambat penyempitan, melemaskan ketegangan otot, melambatkan detak
jantung dan meningkatkan gerakan usus di saluran cerna. emijatan memberikan
rangsangan pada saraf vasodilator, sehingga ketegangan otot akan sembuh
dengan adanya respon relaksasi. Pada bayi sehat yang mendapat pemijatan
menunjukkan peningkatan jam tidur sehingga dapat meningkatkan kesiagaan
(alertness) atau kosentrasi.

2.4.3 Teknik Pijat Bayi

30
31
32
33
34
35
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anak mengalami pertumbuhan fisik yang cepat selama periode
pertumbuhan awal, yang melibatkan peningkatan tinggi, berat badan, dan
perkembangan organ-organ tubuh. Faktor genetik, nutrisi, kesehatan umum, dan
faktor lingkungan berperan dalam membentuk pertumbuhan fisik anak.
Perkembangan Kognitif, Kognisi anak berkembang seiring waktu, dimulai
dari kemampuan sensorimotor pada bayi hingga kemampuan berpikir abstrak
pada masa remaja. Stimulasi lingkungan, interaksi dengan orang tua, dan
pengalaman belajar memainkan peran penting dalam perkembangan kognitif
anak.
Perkembangan Emosional, Anak-anak mengalami perubahan emosional
dari awal kehidupan, termasuk pengembangan identitas diri, kemampuan untuk
mengelola emosi, dan membentuk hubungan sosial. Faktor seperti dukungan
keluarga, keamanan emosional, dan pengalaman sosial mempengaruhi
perkembangan emosional anak.

Perkembangan Sosial, Anak belajar berinteraksi dengan orang lain,


mengembangkan keterampilan sosial, dan memahami norma-norma sosial dalam
kelompok mereka. Keluarga, teman sebaya, dan lingkungan sekolah memiliki
dampak signifikan terhadap perkembangan sosial anak.
Perkembangan Bahasa, Kemampuan berkomunikasi anak berkembang
dari ekspresi bahasa awal hingga kemampuan berbicara dan menulis dengan
lebih kompleks. Interaksi dengan orang dewasa, ekspresi diri, dan pembelajaran
bahasa di lingkungan sekitar berkontribusi pada perkembangan bahasa anak.
Orang tua dan lingkungan memiliki peran krusial dalam membentuk
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Dukungan emosional, stimulasi positif, dan lingkungan yang aman dan
mendukung memainkan peran penting dalam membentuk kualitas hidup dan
perkembangan anak. Setiap anak mengalami perkembangan yang unik,

36
dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, dan pengalaman pribadi. Penting
untuk memahami bahwa setiap anak memiliki kecepatan dan cara perkembangan
yang berbeda.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa potensi dari dalam
(genetik) dan dari luar (lingkungan) merupakan faktor utama yang dapat
menentukan perubahan fisik dan mental individu. Artinya, di luar potensi dari
dalam (genetik) yang dimiliki, jika orang tua mengharapkan anak yang sehat (baik
fisik maupun mental) harus diciptakan lingkungan yang dapat mendukung. Jika
dukungan dari lingkungan sudah terbentuk, secara langsung fisik dan mental anak
yang sehat akan tercipta.
Dengan memahami aspek-aspek tersebut, orang tua, pendidik, dan
masyarakat dapat memberikan dukungan yang sesuai untuk membantu anak
mencapai potensi maksimal mereka dalam berbagai aspek kehidupan.

37
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN, 2018. PEMBINAAN KADER BKB. [Online]


Available at: https://kampungkb.bkkbn.go.id/
Husada, B., 2016. PEDOMAN PELAKSANAAN Stimulasi, Deteksi dan lntervensi.
s.l.:Kementerian Kesehatan RI.
Maulana, W. R., 2022. RANGKUMAN MATERI KELAS IBU BALITA, s.l.: SCRIBD.
Novarinta, S., 2021. Kelas Ibu Balita, s.l.: SCRIBD.
Setiawan, S., 2023. Pengertian Stimulasi, Tujuan, Manfaat dan Menurut Para Ahli. Rabu
November.
Y. & Afrah, R., 2022. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BAYI DAN BALITA.
Sidoarjo: Indomedia Pustaka.
Afrah Rahmayani dan Yulizawati(2022). Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan
balita: hal 46. Sidoarjo : Indomedia Pustaka

iv
CONTOH KASUS

1. Pertanyaan :
Bagaimana dampak pandemi COVID-19 terhadap stimulasi tumbuh kembang
anak di masyarakat?
Jawaban :
Pandemi dapat menghambat akses anak-anak terhadap lingkungan bermain dan
interaksi sosial yang penting untuk perkembangan mereka.

2. Pertanyaan :
Mengapa penting bagi masyarakat untuk memahami perkembangan motorik halus
pada bayi dan balita?
Jawaban :
Pemahaman ini membantu masyarakat menyediakan permainan yang sesuai dan
merangsang untuk mendukung perkembangan motorik halus anak.

3. Pertanyaan :
Bagaimana teknologi dapat menjadi ancaman terhadap konsep bermain anak pra
sekolah?
Jawaban :
Penggunaan berlebihan teknologi dapat menghambat pengembangan kreativitas
dan keterampilan sosial anak dalam konsep bermain.

4. Pertanyaan :
Apa peran sekolah dalam mendukung stimulasi tumbuh kembang anak, terutama
pada tahap anak pra sekolah?
Jawaban :

v
Sekolah memiliki peran penting dalam memberikan lingkungan pendidikan yang
mendukung perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak pra sekolah.

5. Pertanyaan :
Bagaimana mendukung inklusivitas dalam konsep bermain anak, terutama bagi
anak-anak dengan kebutuhan khusus?
Jawaban :
Masyarakat perlu menciptakan lingkungan bermain yang ramah dan inklusif,
memastikan semua anak dapat berpartisipasi dan berkembang secara optimal

vi

Anda mungkin juga menyukai