Anda di halaman 1dari 78

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA SEHAT USIA 3 TAHUN


DI BLUD PUSKESMAS KAUBUN

Disusun Oleh :
LIMRA PALILING
NIM. P07224423073

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2024
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN SEMINAR KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA
SEHAT USIA 3 TAHUN 2 BULAN DI BLUD PUSKESMAS KAUBUN
KUTAI TIMUR

Telah diperiksa, dievaluasi dan disetujui oleh pembimbing ruangan dan


pembimbing institusi di Puskesmas Kaubun Kutai Timur

Samarinda, 19 Februari 2024


Mahasiswa

Limra Paliling
NIM. P07224423073

Mengetahui,

Pembimbing Institusi, Pembimbing Ruangan,

Fara Imelda,Th Patty, M.Tr,Keb Umi Siswati Nurul Husni


NIP. NIP.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan limpahan
rahmat, karunia, taufik dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan Laporan
seminar kasus Asuhan Kebidanan Pada Balita Sehat Usia 3 Tahun 2 Bulan di
Puskesmas Kaubun Samarinda. Laporan ini tidak akan selesai tepat pada
waktunya tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan laporan ini
masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan penyusunan yang akan datang.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya.

Kaubun, 19 Februari 2024

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................ii
KATA PENGANTAR...............................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................5
A. Konsep Dasar Teori Tumbuh Kembang Balita Sehat...............................5
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Tumbuh Kembang Balita
Sehat..........................................................................................................45
BAB III TINJAUAN KASUS ...................................................................................55
BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................63
A. Pengumpulan Data Dasar..........................................................................63
B. Interpretasi Data Dasar..............................................................................68
C. Identifikasi Diagnosis / Masalah Potensial...............................................69
D. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera...................................................69
E. Intervensi....................................................................................................69
F. Implementasi..............................................................................................70
G. Evaluasi.....................................................................................................71
BAB V PENUTUP.....................................................................................................72
A. Kesimpulan................................................................................................72
B. Saran..........................................................................................................72
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................73

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Balita adalah periode perkembangan ketika terjadi perubahan signifikan
dalam fungsi sosial dan emosional. Mencakup usia 18-36 bulan, tahap ini
ditandai dengan peningkatan keterampilan motorik, bahasa, kognisi, dan
kompetensi emosional. Bersamaan dengan perubahan ini, orang tua
memainkan peran penting dalam membentuk perkembangan emosional anak-
anak mereka ( Maud Edvoll et al.,2023). (Masa balita merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat dibandingkan dengan
kelompok umur lainnya. Masa ini tidak terulang sehingga disebut window of
opportunity untuk menciptakan anak sehat dan cerdas. Penilaian pertumbuhan
dan perkembangan balita sangat berguna untuk mengetahui apakah balita
tumbuh dan berkembang secara normal atau tidak.
Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia antara 3 sampai 6 tahun,
pada periode ini pertumbuhan fisik melambat dan perkembangan psikososial
serta kognitif mengalami peningkatan. Anak mulai mengembangkan rasa ingin
tahunya dan mampu berkomunikasi dengan lebih baik. Permainan merupakan
cara yang digunakan anak untuk belajar dan mengembangkan hubungannya
dengan orang lain (DeLaune & Ladner, 2011 dalam Mansur, 2019).
Usia tiga hingga lima tahun disebut The Wonder Years yaitu masa
dimana seorang anak seorang anak memiliki rasa keingintahuan yang tinggi
terhadap sesuatu, sangat dinamis dari kegembiraan ke rengekan, dari amukan
ke pelukan. Anak usia prasekolah adalah penjelajah, ilmuan, seniman, dan
peneliti. Mereka suka belajar dan terus mencari tahu, bagaimana menjadi
teman, begaimana terlibat dengan dunia, dan bagaimana mengendalikan tubuh,
emosi, dan pikiran mereka. Dengan sedikit bantuan dari anda, periode ini akan
membangun fondasi yang aman dan tidak terbatas untuk seluruh masa kecil
putra dan putri anda (DeLaune & Ladner, 2011 dalam Mansur, 2019).

1
Menurut data hasil proyeksi penduduk Badan Pusat Statistik ( BPS) pada
tahun 2018 menunjukkan bahwa sebesar 30,1 persen atau 79,55 juta jiwa
penduduk Indonesia adalah anak – anak berusia 0 – 17 tahun. Sebelum
mengenyam pendidikan sekolah dasar, anak berusia 0 – 6 tahun sudah
mengikuti PAUD. Jenis PAUD yang banyak diikuti adalah Taman Kanak –
kanak, yaitu sebesar 60,86 persen. Sekitar 74,51 persen anak yang bersekolah
di kelas 1 SD/sederajat sudah pernah mengikuti PAUD artinya mereka sudah
siap mengikuti proses belajar. (profil anak Indonesia, 2019).
Stimulasi yang tepat dan adekuat akan merangsang otak anak sehingga
perkembangan kemampuan gerak, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian, serta perilaku dan emosi pada anak berlangsung optimal sesuai
umrnya. Deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang perlu dilakukan guna
mengetahui adanya kemungkinaan penyimpangan termasuk menindaklanjuti
setiap keluhan orang tua terhadap masalah tumbuh kembang anaknya. Apabila
ditemukan adanya kemungkinan penyimpangan, maka dilakukan intervensi
dini sebagai tindakan koreksi dengan memanfaatkan plastisitas otak anak
sehingga tumbuh kembang anaknya diharapkan akan kembali normal atau
penyimpangannya tidak menjadi semakin berat. Apabila anak perlu dirujuk,
maka rujukan juga harus dilakukan sedini mungkin sesuai dengan indikasi
(Kemenkes RI, 2022).
Stimulasi atau kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6
tahun agar anak tumbuh berkembang secara optimal. Setiap anak perlu
mendapatkan stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap
kesempatan, stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah
yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu/pengasuh anak,
anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga
masing masing dan dalam kehidupan sehari-hari. (Kemenkes RI, 2016)
Aspek tumbuh kembang pada anak merupakan salah satu aspek yang
diperhatikan secara serius, karena hal tersebut merupakan aspek yang
menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, anak secara fisik
maupun psikososial. Sebagian orang tua belum memahami hal ini, terutama

2
orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif
rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak tidak
mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Sering kali para orang tua mempunyai pemahaman bahwa pertumbuhan dan
perkembangan mempunyai pengertian yang sama. (Nursalam, 2015)
Proses perkembangan pada anak usia 4-5 tahun, anak memiliki
kemampuan pengendalian gerak tubuh dengan aktivitas jasmani yang
terkoordinasi dengan baik dan adanya peningkatan keterampilan dan proses
berpikir, proses ini dapat dikategorikan sebagai perkembangan motorik anak.
Perkembangan motorik terbagi menjadi dua, yaitu motorik kasar dan motorik
halus. Motorik kasar merupakan bagian dari aktivitas motorik yang mencakup
keterampilan otot-otot besar, gerakan ini lebih menuntut kekuatan fisik dan
keseimbangan. Contohnya seperti kemampuan duduk, menendang, berjalan,
berlari, naik-turun tangga, melompat dan sebagainya. Sedangkan motorik halus
merupakan kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang
melibatkan otot kecil serta koordinasi mata dan tangan. Contohnya seperti
bermain puzzle, menyusun balok, memasukkan benda kedalam lubang sesuai
bentuknya, membuat garis, melipat kertas dan sebagainya (Nursalam, 2015).
Kemampuan sosialisasi anak pada usia 4 tahun anak mulai mampu
bermain dengan teman, usia 5 tahun anak sudah mulai mampu bermain dengan
teman sepermainan. Kemampuan sosialisasi pada usia ini sudah tampak jelas
karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya. anak
diusia 4-6 tahun menunjukkan kemampuan aktifitas lebih banyak bergerak,
mengembangakn rasa ingin tahu, dan eksplorasi terhadap benda yang ada di
sekelilingnya (Susanto, 2017).
Proses pertumbuhan dan proses perkembangan pada anak terjadi sejak
dalam intra uterine hingga dewasa. Namun tak jarang dalam proses tersebut
terjadi penyimpangan-penyimpangan tertentu. Masalah penyimpangan tumbuh
kembang anak yang terjadi dimasyarakat memang sangatlah bervariasi,
diantaranya terjadi gangguan perkembangan, gangguan bicara, gangguan
perkembangan motorik, autisme, sindrom Down, gangguan mental dan lain-

3
lain. Gangguan bicara dan bahasa dialami oleh 8% anak usia pra sekolah.
Keterlambatan bicara paling sering terjadi pada usia 3-16 tahun. Pada umur 5
tahun, 19% dari anak-anak diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa
(6,4% kelemahan berbicara, 4,6% kelemahan bicara dan bahasa, dan 6%
kelemahan bahasa). Gagap terjadi pada 4-5% pada usia 3 – 5 tahun dan 1%
pada usia remaja. Laki-laki diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa
hampir dua kali lebih banyak daripada wanita. Sekitar 3 - 6% anak usia sekolah
memiliki gangguan bicara dan bahasa tanpa gejala neurologi, sedangkan pada
usia pra sekolah prevalensinya lebih tinggi yaitu sekitar 15% (Judarwanto,
2012).
Stimulasi merupakan hal yang sangat penting dalam tumbuh kembang
anak. Stimulasi disini adalah perangsangan yang datang dari lingkungan luar
anak. Anak yang lebih banyak mendapatkan stimulasi yang terarah akan lebih
cepat berkembang daripada anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat
stimulasi. Perkembangan motorik halus berhubungan dengan kemampuan anak
untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian tubuh
tertentu saja dengan bantuan otot-otot kecil serta memerlukan koordinasi yang
cermat dari mata, tangan dan jari.
Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh
kembang anak bahkan gangguan yang menetap. Kemampuan dasar anak yang
dirangsang dengan stimulasi terarah adalah kemampuan gerak kasar,
kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa serta kemampuan
sosialisasi dan kemandirian (Kemenkes RI, 2016). Terkait hal diatas
keterlambatan tumbuh kembang pada anak dikarenakan kurangnya orang tua
mengenal tanda bahaya perkembangan anak, kurangnya pemeriksaan deteksi
dini atau skrining perkembangan pada anak dan kurangnya keterlibatan
langsung orang tua dengan anak atau stimulasi dari selain orang tua. Akan
sangat berpengaruh, seorang ibu yang berpengetahuan tentang stimulasi dini
dengan ibu yang berpengetahuan stimulasi dini yang rendah akan beresiko
lebih besar untuk mengalami dugaan keterlambatan perkembangan balita
(Jurnal unimus, 2016).

4
Salah satu contoh faktor penyebab pertumbuhan dan perkembangan
balita adalah gizi balita. Intervensi kesehatan dan gizi harus diberikan secara
optimal pada masa balita ini untuk menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh
kembang anak. Salah satu indikator gizi yang paling sensitif adalah kenaikan
berat badan. Adapun upaya yang dilakukan untuk mengenal, mencegah, dan
mengatasi masalah gizi yaitu dengan cara menimbang berat badan secara
teratur, memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan,
menu makanan yang bervariasi, menggunakan garam beryodium, dan
pemberian suplemen gizi sesuai anjuran petugas kesehatan. Suplemen gizi
yang diberikan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 51 tahun 2016
tentang Standar Produk Suplementasi Gizi, meliputi kapsul vitamin A, tablet
tambah darah (TTD), makanan tambahan untuk ibu hamil, anak balita, dan
anak usia sekolah, makanan pendamping ASI.
Perkembangan anak dapat diukur menggunakan alat ukur KPSP
(Kuesioner Pra Skrining Perkembangan). Ibu dapat memeriksakan
perkembangan anak sejak usia 3 bulan hingga 72 bulan. Sedangkan status gizi
anak dapat diukur mengunakan alat ukur yang disebut antopometri. Alat ukur
ini berdasarkan perhitungan berat badan terhadap usia, tinggi badan terhadap
usia dan berat badan terhadap tinggi badan (Soetjiningsih, 2015)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan asuhan kebidanan pada balita sehat dengan menggunakan
pola pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney
dan mendokumentasikannya dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori balita sehat
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan pada balita sehat
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita sehat dengan pendekatan
Varney
1) Melakukan pengkajian pada klien

5
2) Menginterprestasikan data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosa/ masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan segera
5) Merencanakan asuhan kebidanan
6) Melaksanakan asuhan tindakan pada klien
7) Mengevaluasi hasil dari suatu tindakan pada klien
d. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada balita sehat dalam bentuk
dokumentasi SOAP.

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Teori Tumbuh Kembang Balita Sehat


1. Definisi balita
Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun sampai
lima tahun atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 12-59 bulan.
Para ahli menggolongkan usia balita sebagai tahapan perkembangan anak
yang cukup rentan terhadap berbagai serangan penyakit, termasuk penyakit
yang disebabkan oleh kekurangan atau kelebihan asupan nutrisi jenis
tertentu. (Kemenkes RI, 2015)
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan
terdapatnya kemauan dalam perkembangan motorik (gerak dasar dan gerak
halus) serta fungsi ekskresi (pembuangan). Periode penting dalam tumbuh
kembang anak adalah pada masa balita karena akan memengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya. Setelah lahir, terutama pada 3
tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak
masih berlangsung, dan menjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf dan
cabangnya. Sehingga terbentuk jaringan saraf dan otak yang kompleks, ini
akan sangat memengaruhi kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar,
berjalan, berbicara dan bersosialisasi. (Kemenkes RI, 2016)

2. Usia Perkembangan Balita


a. Usia Bayi (0-1 tahun)
Bayi memiliki sistem kekebalan tubuh yang primitive dengan
kekebalan pasif yang didapat dari ibunya selama dalam kandungan. Pada
saat bayi kontak dengan antigen yang berbeda ia akan memperoleh
antibodinya sendiri. Imunisasi diberikan untuk kekebalan terhadap
penyakit yang dapat membahayakan bayi berhubungan secara alamiah.

7
b. Usia toddler (1-3 tahun)
Secara fungsional masa umur 6 bulan hingga 2-3 tahun adalah
rawan. Masa itu tantangan karena konsumsi zat makanan yang kurang,
disertai minuman kemasan dan terkontaminasi kuman menyebabkan
diare dan marasmus. Selain itu dapat juga terjadi sindrom kwashiorkor
karena penghentian ASI mendadak dan pemberian makanan padat yang
kurang memadai.
Imunisasi pasif yang diperoleh melalui ASI akan menurun dan
kontak dengan lingkungan akan makin bertambah secara cepat dan
menetap tinggi selama tahun kedua dan ketiga kehidupan. Infeksi dan
diet adekuat tidak banyak berpengaruh pada status gizi yang cukup baik.
Bagi anak dengan gizi kurang, setiap tahapan infeksi akan berlangsung
lama dan akan berpengaruh yang cukup besar pada kesehatan,
petumbuhan dan perkembangan. Anak 1-3 tahun membutuhkan kalori
kurang lebih 100 kkal/kg BB dan bahan makanan lain yang
mengandung berbagai zat gizi.
c. Usia prasekolah (3-5 tahun)
Usia 3-5 tahun anak menjadi konsumen aktif, anak sudah dapat
memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan anak
cenderung mengalami penurunan, disebabkan karena anak beraktivitas
lebih banyak dan mulai memilih maupun menolak makanan yang
disediakan oleh orangtuanya.

3. Pertumbuhan dan perkembangan balita


Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang
sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Pengertian mengenai apa yang dimaksud
dengan pertumbuhan dan perkembangan per definisi adalah sebagai berikut:
a. Pertumbuhan (growth) adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur

8
tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan
panjang dan berat ( Kemenkes RI, 2022).
b. Perkembangan (development) adalah bertambahnya struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan motorik kasar,
motorik halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian
(Kemenkes RI, 2022). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan
berkaitan dengan pematangan fungsi organ/ individu. walaupun
demikian,kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap individu.
Untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi
biologisnya. Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang, merupakan
hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik,
lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial dan prilaku. (Soetjiningsih, 2015)
Proses yang unik dan hasil yang berbeda-beda yang memberikan ciri
tersendiri pada setiap anak. Tujuan Ilmu Tumbuh Kembang adalah
mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan segala upaya untuk
menjaga dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik, mental,
sosial. Juga menegakkan diognosis dini setiap kelainan tumbuh kembang
anak baik fisik, mental,dan sosial.Juga menegakkan diagnosis dini setiap
kelainan tumbuh kembang dan kemungkinan penanganan yang efektif, serta
mencari penyebab dan mencegah keadaan tersebut (Soetjiningsih, 2015).

4. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang


Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap
tumbuh kembang anak, yaitu :
1.1. Faktor Internal
a. Ras, etnik atau bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras atau bangsa Amerika, maka ia tidak
memiliki faktor herediter ras atau bangsa Indonesia atau sebaliknya.
b. Keluarga

9
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,
gemuk atau kurus.
c. Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupan dan masa remaja.
d. Jenis Kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat
daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan
anak laki-laki akan lebih cepat.
e. Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak
yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang
berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
1.2 Faktor Eksternal
Beberapa faktor eksternal yang dapatmempengaruhi kualitas tumbuh
kembang anak adalah sebagai berikut :
1) Faktor lingkungan pranatal.
a) Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi kurang ibu dalam kehamilan merupakan faktor resiko utama
untuk pertumnuhan anak yang buruk. Di negara berpenghasilan
rendah dan menengah, 14% stunting anak disebabkan oleh
hambatan pertumbuhan janin dan indeks masaa tubuh ibu (BMI)
yang rendah pada kehamilan merupakan faktor resiko utama
terjadinya wasting pada anak ( Lilia Bliznashka et al.,2021).Gizi
ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu
sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR (berat badan
lahir rendah) atau lahir mati dan jarang menyebabkan cacat
bawaan.
b) Mekanik
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital
seperti club foot.

10
c) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti aminopterin atau thalidomide dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis. Ibu hamil
yang perokok berat/peminum alkohol kronis sering menghasilkan
bayi berat lahir rendah, lahir mati, cacat atau refardasi mental.
d) Endokrin
Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali
dan hiperplasia adrenal. Hormon-hormon yang mungkin berperan
pada pertumbuhan janin adalah somatotropin, hormon plasenta,
hormon tiroid, insulin, dan peptida lain dengan aktivitas mirip
insulin.
Radiasi pada janin sebelum janin umur kehamilan 18 minggu dapat
menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefalil atau
cacat bawaan lainnya.
e) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH
(Toxoplasmasis, Rubella, Cytomegalouirus, Herpes simplex) dapat
menyebabkan kelainan pada janin berupa katarak, bisu, tuli,
mikrosefali, disabilitas intelektual dan kelainan jantung kongenital.
Stress
Stress yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi
tumbuh kembang janin antara lain cacat bawaan, kelainan jiwa, dan
lain-lain.
f) Imunitas
Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus
ikterus atau lahir mati.
g) Anoksia Embrio
Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta atau
tali pusat, menyababkan berat badan lahir rendah.
2) Faktor lingkungan post natal

11
Masa perinatal yaitu masa antara 28 minggu dalam kandungan sampai
7 hari setelah dilahirkan merupakan masa rawan dalam proses tumbuh
kembang anak, khususnya tumbuh kembang otak.
a. Lingkungan biologis
Ras / suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan,
kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme,
hormon.

b. Faktor fisik
Cuaca, musim, keadaan geografik suatu daerah, sanitasi, keadaan
rumah (ventilasi, cahaya, kepadatan hormon, radiasi)
c. Faktor psikososial
Stimulasi, motivasi belajar, ganjaran / hukuman yang wajar,
kelompok sebaya, stress, tekanan, cinta dan kasih sayang, kuantitas
interaksi anak dengan orang tua.
d. Faktor keluarga dan adat istiadat.
Pekerjaan / pendapatan keluarga, pendidikan ayah / ibu, jumlah
saudara, jenis kelamin, stabilitas rumah tangga (Soetjiningsih,
2015)

5. Kebutuhan Dasar Anak


Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara umum di golongkan
menjadi tiga kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisik biomedis, kebutuhan
sosial/kasih sayang dan kebutuhan stimulasi mental. (Soetjiningsih, 2015)
a. Kebutuhan Fisik Biomedis
Kebutuhan fisik biomedis meliputi pangan/gizi merupakan kebutuhan
terpenting, perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian
ASI, penimbangan bayi/anak secara teratur, pengobatan jika sakit dan
lain-lain, papan/pemukiman yang layak, hygiene perorangan, sanitasi
lingkungan yang baik, sandang, kesegaran jasmani, rekreasi, dan lain-
lain. (Soetjiningsih, 2015)

12
b. Kebutuhan Sosial/Kasih Sayang
Pada tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat dan mesra antara ibu
dan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang
yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Peran dan kehadiran
ibu sedini mungkin untuk selama-lamanya akan menjalin rasa aman bagi
bayi. Adanya kontak fisik, mendekap dan memandang pada saat memberi
ASI serta dan pemberian ASI sedini mungkin setelah lahir akan
berdampak positif dalam tumbuh kembang anak. Sebaliknya jika kurang
kasih sayang pada tahun pertama akan berdampak negatif pada tumbuh
kembang anak baik fisik, mental maupun sosial emosi yang di sebut
’’sindrome deprivasi mama”. (Soetjiningsih, 2015)
c. Kebutuhan Stimulasi Mental
Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar pada anak.
Stimulasi mental ini mengembangkan perkembangan mental psikososial,
kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kekreatifitasan, agama,
kepribadian, moral-etika, produktivitas (Soetjiningsih, 2015)

6. Ciri-Ciri Tumbuh Kembang


Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai
dewasa itu mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu :
a. Perkembangan berlangsung secara kontinyu (berproses).
b. Mengikuti pola yang sama.
c. Urutan/tahan dapat diramalkan, namun waktu permulaan, lamanya dan
efek tiap tahap berbeda.
d. Sebagai proses belajar.
e. Cephalocaudal; perkembangan dimulai dari area kepala bergerak ke
tengah/tubuh, kaki dan tangan.
f. Proximal-distal; perkembangan bergerak dari arah tengah/pusat ke
pinggir (berguling sebelum menggenggam suatu obyek).
g. Sederhana menuju kompleks; dari kemampuan memegang suatu benda
dengan cara menggenggam, sampai mampu hanya dengan dua jari.

13
h. Adanya masa-masa kritis; pertama terjadi pada saat konsepsi, kedua
terjadi pada tahun pertama kehidupan, ketiga terjadi pada masa remaja
(Soetjiningsih, 2015)

7. Indikator Perkembangan Anak Balita


a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan perkembangan dan sikap tubuh yang
melibatkan otot-otot besar sepeti duduk, berdiri dan sebagainya.
(Soetjiningsih, 2015)
b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis
dan sebagainya. (Soetjiningsih, 2015)
c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya. (Soetjiningsih, 2015)
d. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan setelah
bermain), berpisah dengan ibu/penngasuh anak, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya dan sebagainya. (Soetjiningsih,
2015).

8. Perkembangan psikologis
Perkembangan psikologis muncul dan menjadi sensitif ketika
lingkungan telah mulai mempengaruhi perkembangan pribadi secara
maksimal. Antara usia 1 dan 5 tahun anak mulai berdiri dan berjalan serta
mengenali lingkungan di sekitarnya. Begitu pula ia akan mulai berfikir,
berbicara dan mengekspresikan dirinya. (Soetjiningsih, 2015)

14
9. Periode Tumbuh Kembang Anak
Menurut Menurut Kementrian Kesehatan RI (2022) Periode Tumbuh
Kembang Anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan
berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi sampai dewasa. Oleh
karena itu, pemantauan tumbuh kembang anak secara teratur sangat
penting sebagai deteksi dini terjadinya masalah tumbuh kembang anak.
Tumbuh kembang anak terbagi dalam beberapa periode. Berdasarkan
beberapa kepustakaan, maka periode tumbuh kembang anak adalah
sebagai berikut:
9.1. Masa Prenatal atau Masa Intra Uterin (Masa Janin dalam
Kandungan)
Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu:
1. Masa zigot atau mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur
kehamilan 2 minggu
2. Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8-12 minggu
Ovum yang telah dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu
organisme, terjadi diferensiasi yang berlangsung dengan cepat,
terbentuk sistem organ dalam tubuh.
3. Masa janin atau fetus, sejak umur kehamilan 9-12 minggu sampai
akhir kehamilan
Masa ini terdiri dari 2 periode yaitu:
a. Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai
trimester kedua kehidupan intrauterin. Pada masa ini terjadi
percepatan pertumbuhan dan pembentukan jasad manusia
sempurna. Alat tubuh telah terbentuk serta mulai berfungsi
b. Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini
pertumbuhan berlangsung pesat disertai perkembangan fungsi-
fungsi. Terjadi transfer imunoglobulin G (lgG) dari darah ibu
melalui plasenta. Terjadi akumulasi asam lemak esensial seri
Omega 3 (Docosa Hexanic Acid) dan Omega 6 (Arachidonic Acid)
pada otak dan retina.

15
Periode yang paling penting dalam masa prenatal adalah trimester
pertama kehamilan. Pada periode ini pertumbuhan otak janin
sangat peka terhadap pengaruh lingkungan janin. Gizi kurang pada
ibu hamil, infeksi, merokok dan asap rokok, minuman beralkohol,
penggunaan obat-obatan, bahan-bahan toksik, pola asuh, depresi
berat, faktor psikologis seperti kekerasan terhadap ibu hamil dapat
menimbulkan pengaruh buruk bagi pertumbuhan janin dan
kehamilan. Pada setiap ibu hamil, dianjurkan untuk selalu
memperhatikan gerakan janin setelah kehamilan 5 bulan.
Agar janin dalam kandungan tumbuh dan berkembang menjadi
anak sehat, maka selama masa intrauterin, seorang ibu diharapkan:
• Menjaga kesehatannya dengan baik
• Selalu berada dalam lingkungan yang menyenangkan
• Memastikan pemenuhan gizi yang adekuat selama kehamilan
• Memeriksakan kesehatannya secara teratur ke sarana kesehatan
• Memberi stimulasi dini terhadap janin
• Tidak mengalami kekurangan kasih sayang dari suami dan
keluarganya
• Menghindari stres baik fisik maupun psikis
• Tidak bekerja berat yang dapat membahayakan kondisi
kehamilannya
9.2. Masa Bayi (Infancy) Umur 0-11 Bulan
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi
perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ.
Masa neonatal dibagi menjadi 2 periode:
1. Masa neonatal dini, umur 0-7 hari
2. Masa neonatal lanjut, umur 8-28 hari
Hal yang paling penting agar bayi lahir tumbuh dan berkembang
menjadi anak sehat adalah:
• Bayi lahir ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih di sarana
kesehatan yang memadai

16
• Untuk mengantisipasi risiko buruk pada bayi saat dilahirkan, jangan
terlambat pergi ke sarana kesehatan bila dirasakan sudah saatnya
untuk melahirkan
• Saat melahirkan sebaiknya didampingi oleh keluarga yang dapat
menenangkan perasaan ibu
• Sambutlah kelahiran anak dengan perasaan penuh suka cita dan
penuh rasa syukur. Lingkungan yang seperti ini sangat membantu
jiwa ibu dan bayi yang dilahirkannya
• Berikan ASI sesegera mungkin setelah bayi lahir. Beri dukungan
pada ibu jika ASI belum keluar. Perhatian ditekankan pada
kemampuan menghisap anak yang mendukung keberhasilan
pemberian ASI
3. Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari-11 bulan
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan
berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi
sistem saraf. Seorang bayi sangat bergantung pada orang tua dan
keluarga sebagai unit pertama yang dikenalnya. Beruntunglah bayi
yang mempunyai orang tua yang hidup rukun, bahagia, dan
memberikan yang terbaik untuk anak. Pada masa ini, kebutuhan
akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat ASI eksklusif selama
6 bulan penuh, diperkenalkan kepada makanan pendamping ASI
sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai jadwal, mendapat pola
asuh yang sesuai harus dipenuhi. Masa bayi adalah masa dimana
kontak erat antara ibu dan anak terjalin, sehingga dalam masa ini,
pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar.
9.3. Masa Anak di Bawah Lima Tahun (Anak Balita, Umur 12-59
Bulan)
Kecepatan pertumbuhan pada masa ini mulai menurun dan terdapat
kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus)
serta fungsi ekskresi. Periode penting dalam tumbuh kembang anak
adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada

17
masa balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan,
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung dan
terjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf dan cabang-cabangnya,
sehingga terbentuk jaringan saraf dan otak yang kompleks. Jumlah
dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel saraf ini akan sangat
mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar
berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi.
Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa,
kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan
sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk
pada masa ini, sehingga setiap kelainan atau penyimpangan sekecil
apapun apabila tidak dideteksi atau tidak ditangani dengan baik akan
mengurangi kualitas sumber daya manusia di kemudian hari.
9.4. Masa Anak Prasekolah (Anak Umur 60-72 Bulan)
Pertumbuhan pada masa ini berlangsung dengan stabil. Terjadi
perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan
meningkatnya keterampilan dan proses berpikir. Memasuki masa
prasekolah, anak mulai menunjukkan keinginannya seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangannya.
Pada masa ini, selain lingkungan di dalam rumah maka lingkungan di
luar rumah mulai diperkenalkan. Anak mulai senang bermain di luar
rumah. Anak mulai berteman, bahkan banyak keluarga yang
menghabiskan sebagian besar waktu anak bermain di luar rumah
dengan cara membawa anak ke taman-taman bermain, taman-taman
kota, atau ke tempat-tempat yang menyediakan fasilitas permainan
untuk anak.
Sepatutnya lingkungan-lingkungan tersebut menciptakan suasana
bermain yang bersahabat untuk anak (child-friendly environment).

18
Semakin banyak taman kota atau taman bermain dibangun untuk anak,
semakin baik untuk menunjang kebutuhan anak.
Anak pada masa ini dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca
indera dan sistem reseptor penerima rangsangan serta proses memori
harus sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan baik. Perlu
diperhatikan bahwa proses belajar pada masa ini adalah dengan cara
bermain. Orang tua dan keluarga diharapkan dapat memantau
pertumbuhan dan perkembangan anaknya agar dapat dilakukan
intervensi dini bila anak mengalami kelainan atau gangguan.
10. Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Anak yang Perlu Dipantau
10.1. Aspek-Aspek Pertumbuhan Anak yang Perlu Dipantau
Beberapa aspek pertumbuhan pada anak yang perlu dipantau adalah sebagai
berikut:
1. Penilaian tren pertumbuhan
Dilakukan dengan cara:
a. Membandingkan pertambahan berat badan dengan standar kenaikan berat
badan dengan menggunakan grafik berat badan menurut umur (BB/U) dan
tabel kenaikan berat badan (weight increment)
b. Membandingkan pertambahan panjang badan atau tinggi badan dengan
standar pertambahan panjang badan atau tinggi badan dengan
menggunakan grafik panjang atau tinggi badan menurut umur (PB/U atau
TB/U) dan tabel pertambahan panjang badan atau tinggi badan (height atau
length increment)
c. Lingkar kepala
Pemantauan lingkar kepala merupakan penilaian pertumbuhan anak yang
mencerminkan ukuran dan pertumbuhan otak. Hasil pengukuran diplotkan
pada grafik lingkar kepala WHO 2006 untuk mendeteksi adanya gangguan
perkembangan otak dengan melihat kecenderungan ukuran yang ada.

19
2. Indeks berat badan menurut umur (BB/U)
Digunakan untuk menilai anak dengan berat badan kurang (underweight),
sangat kurang (severely underweight), tetapi tidak dapat digunakan untuk
mengklasifikasikan anak gemuk atau sangat gemuk.
3. Indeks panjang badan atau tinggi badan menurut umur (PB/U atau TB/U)
Digunakan untuk mengidentifikasi anak-anak yang pendek (stunted),
sangat pendek (severely stunted), atau tinggi.
4. Indeks berat badan menurut panjang atau tinggi badan (BB/PB atau
BB/TB)
Digunakan untuk menentukan status gizi pada anak umur 0 sampai dengan
59 bulan, yaitu apakah gizi buruk, gizi kurang (wasted), gizi baik (normal),
berisiko gizi lebih (possible risk of overweight), gizi lebih (overweight),
dan obesitas (obese).
5. Indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U)
IMT/U lebih sensitif untuk penapisan anak gizi lebih dan obesitas. Anak
dengan ambang batas IMT/U >+1 SD berisiko gizi lebih sehingga perlu
ditangani lebih lanjut untuk mencegah terjadinya gizi lebih dan obesitas.

Penilaian kenaikan berat badan, panjang atau tinggi badan, dan lingkar kepala
dilakukan di fasilitas kesehatan dasar oleh tenaga kesehatan terlatih.

20
10.2. Aspek-Aspek Perkembangan Anak yang Perlu Dipantau
Beberapa aspek perkembangan pada anak yang perlu dipantau adalah sebagai
berikut:
1. Gerak kasar atau motorik kasar
Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan
pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk,
berdiri, dan sebagainya.
2. Gerak halus atau motorik halus
Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh
otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti
mengamati sesuatu, memegang sendok, menjimpit, menulis, dan
sebagainya.
3. Kemampuan bicara dan bahasa
Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan
respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah, dan
lain sebagainya.
4. Sosialisasi dan kemandirian
Sosialisasi dan kemandirian merupakan aspek yang berhubungan dengan
pencapaian kemandirian anak dalam melakukan aktivitas sehari-hari
(mampu makan sendiri atau membereskan mainan setelah selesai bermain)
dan aktivitas sosial (mampu menguasai diri saat berpisah dari ibu atau
pengasuh atau mampu bersosialisasi dan bermain dengan anak-anak lain
atau anggota keluarga lainnya).
11. Red Flags (Tanda Bahaya) Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
11.1. Red Flags Pertumbuhan Anak
Tanda dan gejala kondisi medis yang menjadi penyebab at risk of failure
to thrive (berisiko gagal tumbuh) harus dievaluasi. Tanda dan gejala red
flags yang menunjukkan penyebab medis risiko gagal tumbuh meliputi
kelainan jantung, gangguan perkembangan, gambaran dismorfik (bentuk
wajah aneh), kegagalan mencapai kenaikan berat badan walaupun dengan

21
kalori yang adekuat, organomegali (hepar dan limpa membesar) atau
limfadenopati, infeksi (saluran napas, saluran kemih, kulit) yang berat
atau berulang, muntah atau diare berulang.
11.2. Red Flags Perkembangan Anak
Red flags pada perkembangan anak merupakan kondisi yang
membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut untuk membuktikan apakah
kondisi tersebut merupakan suatu gangguan perkembangan dan
membutuhkan intervensi atau tatalaksana segera. Red flags tersebut
meliputi adanya kemunduran perkembangan (misal, kehilangan
kemampuan bicara pada anak yang sebelumnya sudah dapat berbicara)
dan ketidakmampuan mencapai tahapan perkembangan sesuai umur.

12. Konsep Pola Asuh pada Balita dan Anak Prasekolah dengan
Pendekatan Nurturing Care
Periode 0 sampai dengan 3 tahun merupakan periode emas dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada periode ini, pertumbuhan sel otak
terjadi lebih cepat daripada periode lainnya. Untuk mendukung hal tersebut,
anak membutuhkan lingkungan yang aman dan penuh kasih sayang, dengan
didukung asupan gizi dan stimulasi oleh orang tua atau pengasuh. Periode
emas ini perlu dimanfaatkan sebaik mungkin sebagai landasan proses
kehidupan selanjutnya. Salah satu hal penting yang menentukan pertumbuhan
dan perkembangan anak usia dini adalah pola pengasuhan anak. Pola
pengasuhan mencakup serangkaian aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh
orang tua atau pengasuh dalam melindungi anak, merawat, mencukupi
kebutuhan, dan mendukung pertumbuhan serta perkembangan anak.
Pengasuhan yang tepat akan mampu mendorong anak untuk mencapai potensi
optimalnya. WHO (2018) merekomendasikan pola pengasuhan anak
berdasarkan pendekatan Nurturing Care. Pendekatan Nurturing Care
merupakan bentuk integrasi dari 5 komponen pengasuhan yaitu pemenuhan
kesehatan anak, pemenuhan gizi yang adekuat, pengasuhan yang responsif,
memberi kesempatan belajar (stimulasi) sejak dini, dan menjamin keamanan

22
serta keselamatan anak. Pola pengasuhan tersebut harus didukung oleh
kebijakan publik dan layanan kesehatan setempat melalui program kesehatan
keluarga.

Gambar 5 Pilar Nurturing Care WHO

12.1 Pemenuhan Kesehatan Anak


Beberapa hal yang harus dilakukan oleh orang tua atau pengasuh untuk
tercapainya kesehatan anak antara lain:
1. Memantau kondisi fisik dan psikologis anak termasuk memantau
pertumbuhan dan perkembangan anak
2. Menjaga kebersihan diri maupun lingkungan untuk meminimalkan
infeksi
3. Memberikan imunisasi sesuai jadwal
4. Mengenali tanda-tanda anak sakit dan segera mendatangi layanan
kesehatan yang tepat ketika anak sakit
Perlu digarisbawahi bahwa upaya-upaya orang tua atau pengasuh di atas juga
tergantung pada kesehatan fisik dan mental dari orang tua atau pengasuh tersebut.
Oleh karena itu, pola pengasuhan Nurturing Care juga memberikan perhatian

23
khusus kepada kesehatan fisik dan mental orang tua atau pengasuh, sehingga tidak
hanya berfokus pada kesehatan anak saja.
12.2. Pemenuhan Gizi yang Adekuat
Beberapa prinsip pemberian makan pada anak yang harus diterapkan oleh
orang tua atau pengasuh antara lain sebagai berikut:
Untuk anak berumur di atas 24 bulan hingga umur prasekolah
a. Perkembangan feeding behavior
• Pada umur 3-4 tahun (prasekolah), anak telah mampu untuk menjaga
jalan napas sehingga dapat mengkonsumsi makanan yang kecil, bulat dan
keras dengan aman, dapat menggunakan alat makan dan gelas dengan
efektif, dan dapat duduk di kursi untuk makan
• Anak-anak prasekolah tetap harus didorong untuk duduk di meja makan
ketika makan. Makan bersama anggota keluarga yang lain memberikan
kesempatan untuk mengajarkan anak untuk makan yang sehat
b. Frekuensi pemberian makan
Anak-anak di atas umur 2 tahun sebaiknya diberikan makan utama 3
hingga 4 kali per hari dan snack sebanyak 1 hingga 2 kali per hari. Snack
atau kudapan merupakan komponen yang esensial pada diet anak. Asupan
kalori dari kudapan pada anak umur 1-3 tahun mencakup seperempat dari
kebutuhan kalori total harian. Kudapan yang sehat harus mengandung zat
gizi makro dan mikro meliputi buah-buahan segar, keju, roti, susu, jus
buah utuh, yoghurt, selai kacang, dan lain-lain.
c. Komposisi makanan anak di atas 24 bulan hingga umur prasekolah
• Karbohidrat
Karbohidrat harus mencakup 45-65% dari asupan kalori total harian.
• Lemak
Komposisi lemak pada anak umur 2-3 tahun mencakup 30-35% dari
kalori total, sedangkan pada anak umur 3-18 tahun adalah 25-35%.
Untuk anak berumur lebih dari 2 tahun, komposisi lemak jenuh
sebaiknya kurang dari 10% total asupan kalori, dengan asupan kolesterol

24
kurang dari 300 mg per hari. Asupan lemak trans sebaiknya sesedikit
mungkin.
• Protein
Protein harus mencakup 10-20% dari asupan kalori total harian pada
anak umur 1-3 tahun dan 10-30% pada anak umur 4-18 tahun. Sebanyak
65-70% asupan protein sebaiknya berasal dari protein hewani karena
protein hewani mempunyai asam amino esensial yang lengkap dengan
bioavailabilitas yang baik.
• Vitamin dan mineral
Sayuran dan buah-buahan sebagai sumber vitamin dan mineral sebaiknya
ditawarkan setiap hari. Buah-buahan yang diberikan adalah buah-buahan
sumber vitamin C (jeruk, stroberi) dan sumber vitamin A (buah-buahan
warna kuning dan hijau tua, melon). Sayuran yang diberikan adalah
sayuran dengan sumber vitamin C (tomat, brokoli) dan sumber vitamin A
(bayam, ubi, jagung). Anak-anak antara umur 1-6 tahun sebaiknya
membatasi konsumsi jus sekitar 120-150 ml per hari. Kandungan jus
buah secara umum memiliki jumlah serat dan kandungan gizi yang
terbatas dibandingkan buah utuh.
• Serat
Jumlah serat yang diberikan sebesar 19 gr/hari untuk anak umur 1-3
tahun dan 25 gr/hari untuk anak umur 4-8 tahun. Target ini bisa dicapai
dengan mengkonsumsi buah-buahan, sayuran, sereal, produk gandum,
dan kacang-kacangan.
Pengasuhan yang Responsif
Dalam pengasuhan responsif, orang tua (ayah dan ibu) atau pengasuh
perlu memahami setiap hal atau tanda yang ingin disampaikan anak dan
meresponsnya secara benar. Sebagai contoh pada awal kehidupan orang
tua atau pengasuh harus bisa membedakan suara tangisan bayi apakah
karena mengompol, rasa haus, rasa tidak aman, sakit, atau ingin
diperhatikan. Sebelum anak dapat berbicara, interaksi antara anak dengan
pengasuh diekspresikan melalui pelukan, kontak mata,

25
senyuman, gerak tubuh, dan ucapan-ucapan yang mungkin belum dapat
dikenali atau dipahami sepenuhnya. Interaksi yang saling menyenangkan
ini menciptakan ikatan emosional yang akan membantu anak-anak
memahami dunia di sekitar mereka dan untuk belajar memahami orang
lain, pola hubungan, dan bahasa yang digunakan. Interaksi sosial ini juga
akan merangsang koneksi antar serabut saraf di otak.
Terjaminnya Keamanan dan Keselamatan Anak
Anak-anak kecil tidak dapat melindungi diri sendiri dan rentan terhadap
bahaya yang tidak terduga, rasa sakit fisik, dan tekanan emosional. Orang
tua atau pengasuh harus menciptakan lingkungan yang aman dari bahaya.
Selain itu, pengasuhan yang baik dan penuh dengan kasih sayang akan
membuat anak merasa nyaman, aman, dan terlindungi. (Kemenkes RI,
2022)
Memberi Kesempatan Belajar Sejak Dini (Stimulasi Dini)
Usia dini terutama 1000 hari pertama kehidupan merupakan waktu yang
penting untuk perkembangan otak, yang mencakup perkembangan fisik,
bahasa, kognitif, dan sosio-emosional. Perkembangan otak tergantung
pada berbagai faktor yang saling berinteraksi, seperti faktor genetik, status
kesehatan dan gizi, kualitas interaksi anak-ibu, serta karakteristik
lingkungan. Riset menunjukkan bahwa lingkungan anak usia dini memiliki
pengaruh yang besar terhadap
perkembangan otak. Seorang bayi dilahirkan dengan milyaran sel otak
yang mewakili potensi seumur hidupnya. Namun, untuk berkembang, sel-
sel otak ini perlu terhubung antara satu dengan yang lain atau dikenal
dengan proses sinaptogenesis. Semakin banyak stimulasi dari lingkungan
yang diberikan pada usia dini, maka semakin banyak sinaps antar sel otak
yang terhubung. Selain sinaptogenesis, neuroplastisitas, yang merupakan
kemampuan otak untuk berubah sebagai respons dari stimuli eksogen juga
ditemukan paling tinggi dalam 3 tahun pertama kehidupan. Oleh karena
itu, setiap anak perlu mendapatkan stimulasi rutin sedini mungkin dan

26
terus menerus pada setiap kesempatan. Pada dasarnya, stimulasi tidak
hanya dilakukan pada umur dini saja, namun juga dilanjutkan di umur
berikutnya untuk terus mengoptimalkan perkembangan anak di setiap
tahapan perkembangannya. Stimulasi tumbuh kembang anak dapat
dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan orang terdekat
dengan anak, pengasuh anak, anggota keluarga lain, dan kelompok
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya stimulasi dapat
menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan
yang menetap. Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi
terarah adalah kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus dan
adaptif, kemampuan bicara dan bahasa, serta kemampuan sosialisasi
dan kemandirian. Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada
beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang dengan
menerapkan prinsip interaksi 2 arah (antara anak dan orang tua atau
pengasuh)
2. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru
tingkah laku orangorang yang terdekat dengannya
3. Lakukan stimulasi secara bertahap, rutin, dan berkelanjutan sesuai umur
dan tahap perkembangan anak terhadap keempat aspek kemampuan dasar
anak
4. Lakukan stimulasi dalam kegiatan sehari-hari, misalnya pada saat makan,
mandi, sebelum tidur, atau lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak
bermain, bernyanyi, bercerita, dan membaca buku
5. Stimulasi dilakukan dalam suasana menyenangkan, tanpa paksaan, dan
tidak ada hukuman
6. Gunakan alat bantu atau permainan yang sederhana, aman, dan ada di
sekitar anak
7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan
8. Anak diberikan apresiasi atau penghargaan terhadap setiap proses maupun
hasil usaha dalam mengembangkan kemampuan dengan hal-hal sederhana

27
yang sesuai umur anak, misalnya pujian, pelukan, atau dapat berupa
hadiah yang tidak berlebihan
9. Membatasi waktu bermain gadget sesuai dengan rekomendasi screen time
IDAI
a. Anak umur <1 tahun (bayi): Screen time tidak direkomendasikan
b. Anak umur 1-3 tahun (toddler):
• Umur 1-2 tahun: Screen time dalam bentuk menonton TV, video,
komputer, dan gadget tidak dianjurkan. Screen time yang
diperbolehkan hanya dalam bentuk videochatting yang didampingi
orang tua untuk berinteraksi dengan anggota keluarga yang sedang
berjauhan
• Umur 2-3 tahun: Screen time tidak lebih dari 1 jam. Semakin sedikit,
lebih baik
c. Anak umur 3-6 tahun (prasekolah): Screen time tidak lebih dari 1 jam.
Semakin sedikit, lebih baik.
Berikut adalah tahapan perkembangan, stimulasi yang diberikan, serta red
flags umur 36-47 bulan
A. TAHAPAN PERKEMBANGAN
Motorik kasar
• Berdiri 1 kaki selama 2 detik
• Melakukan lompatan lebar (minimal selebar 20 cm)
• Memanjat dengan baik
• Berjalan naik dan turun tangga, 1 kaki di setiap anak tangga tanpa
berpegangan
Motorik halus dan adaptif
• Menumpuk 8 buah kubus
• Menyusun puzzle yang terdiri dari 3 hingga 4 bagian
• Menggambar lingkaran dengan contoh atau mandiri
• Menggambar orang 3 bagian
Bicara dan bahasa
• Semua pembicaraan sudah harus dapat dimengerti orang lain

28
• Melakukan percakapan yang berisi 2 hingga 3 kalimat
• Menyebutkan nama, umur, tempat, dan nama teman serta benda-benda
yang dikenal
• Mengenal 2-4 warna
• Mengerti arti kata ‘di atas’, ‘di bawah’, ‘di depan’, ‘di dalam’
• Memahami arti kata ‘dua’
• Mendengarkan cerita
• Mengikuti perintah 3 langkah atau lebih
Sosialisasi dan kemandirian
• Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri
• Memakai dan melepas pakaian sendiri
• Bermain bersama teman, dapat mengikuti aturan permainan seperti saling
bergantian
• Bermain permainan berpura-pura dengan boneka, hewan, atau orang lain
• Meniru orang dewasa atau teman-temannya
• Menunjukkan rasa kasih sayang kepada teman tanpa disuruh
• Menunjukkan perhatian pada teman yang sedang menangis
• Memahami konsep ‘milikku’ dan ‘miliknya’
• Menunjukkan berbagai macam emosi
• Berpisah dengan mudah dari ayah atau ibu
• Merasa kecewa atau marah jika terjadi perubahan besar dari rutinitasnya
• Mengetahui anggota tubuh yang tidak boleh disentuh atau dipegang
orang lain kecuali oleh orang tua dan dokter
B. STIMULASI
• Melatih anak berjalan mengikuti garis lurus
Di halaman rumah, letakkan papan sempit, buat garis lurus dengan tali
rafia, kapur, atau susun batu bata memanjang. Tunjukkan pada anak
cara berjalan di atas papan atau garis lurus dengan merentangkan
kedua tangan untuk menjaga keseimbangan tubuh.

29
• Melatih anak melompat
Tunjukkan pada anak cara melompat dengan 1 kaki. Bila anak sudah
bisa melompat dengan 1 kaki, tunjukkan cara melompat melintas
ruangan, mula-mula dengan 1 kaki, kemudian bergantian dengan kaki
yang lainnya.
• Melatih anak naik dan turun tangga
Pegang tangan anak ketika menaiki dan menuruni tangga. Ketika anak
mulai mahir, dorong ia untuk berpegangan pada pegangan tangga.

• Melatih anak menangkap dan melempar bola


Ajak anak menangkap bola, gunakan bola sebesar bola tenis. Sekali-
kali bola dilempar ke arah anak, minta anak menangkapnya, kemudian
melempar kembali ke arah Anda.

• Melatih anak melempar ke atas dan menjatuhkan benda


Ajari anak melempar benda-benda kecil ke atas atau menjatuhkan
kerikil ke dalam kaleng. Gunakan benda-benda yang tidak berbahaya.

30
• Mengajak anak menirukan hewan
Tunjukkan pada anak cara hewan berjalan, misal anjing berjalan
dengan kedua kaki dan tangan. Ajak anak ke kebun binatang dan
tirukan gerak-gerik hewan.
• Mengajak anak bermain permainan lampu hijau-merah
Minta anak berdiri di hadapan Anda. Ketika Anda mengatakan
“Lampu hijau” minta anak berjalan jinjit ke arah Anda dan berhenti
ketika Anda mengatakan ”Lampu merah“. Lanjutkan mengatakan
“Lampu hijau” dan "Lampu merah" secara bergantian sampai anak tiba
di tempat Anda. Selanjutnya giliran anak untuk mengatakan “Lampu
hijau” dan "Lampu merah" secara bergantian ketika Anda berjinjit
menuju ke arah depan.
• Melatih anak menggambar atau menulis
Beri anak selembar kertas dan pensil. Ajari anak menggambar garis
lurus, bulatan, segi empat, menulis huruf dan angka, serta menulis
nama anak. Kemudian buat gambar pagar, rumah, matahari, bulan, dan
sebagainya. Anda juga dapat mengajak anak menggambar dengan cat
memakai jari-jarinya di selembar kertas besar. Buat agar ia mau
memakai kedua tangannya dan membuat bulatan besar atau bentuk-
bentuk lainnya.

• Melatih anak menggunting


Beri anak gunting, tunjukkan ia cara menggunting. Beri gambar besar
untuk latihan menggunting.

31
• Mengajak anak menempel potongan gambar
Ajak anak membuat buku cerita gambar tempel. Gunting gambar yang
menarik dari majalah tua atau brosur, tunjukkan pada anak cara
menyusun guntingan gambar tersebut sehingga menjadi suatu cerita
menarik. Minta anak menempel guntingan gambar tersebut pada kertas
dan di bawah gambar tersebut, tulis ceritanya. Selain itu, Anda juga
dapat menggunting kertas berwarna menjadi segitiga, segi empat,
lingkaran. Jelaskan mengenai perbedaan bentuk-bentuk tersebut. Minta
anak membuat gambar dengan cara menempelkan potongan-potongan
berbagai bentuk di selembar kertas. Gantung gambar tersebut di kamar
anak.
• Melatih anak menjahit
Gunting sebuah gambar dari majalah, tempel pada selembar karton.
Buat lubang-lubang di sekeliling gambar tersebut. Ambil tali rafia dan
simpulkan salah satu ujungnya. Kemudian, ajari anak cara ‘menjahit’
sekeliling gambar dengan memasukkan tali rafia ke lubang-lubang
tersebut satu persatu.
• Mengajarkan konsep berhitung
Letakkan sejumlah kacang di mangkok atau kaleng. Ajari anak
menghitung kacang dan letakkan kacang tersebut di tempat lainnya.
Mula-mula anak belum bisa menghitung lebih dari dua atau tiga. Bantu
anak menghitung jika mengalami kesulitan. Anak juga dapat diajak
untuk melakukan aktivitas menghitung bagian tubuh, tangga, dan hal-
hal lain yang digunakan sehari-hari.

32
• Mengajak anak bermain mencampur warna
Campur air ke cat air warna merah, biru, dan kuning. Beri anak
potongan sedotan, ajari anak untuk meneteskan warna-warna itu pada
selembar kertas. Ceritakan bagaimana warna-warna bercampur
membentuk warna lain.
• Membacakan cerita
Bacakan cerita setiap hari. Minta anak untuk menunjuk gambar dan
mengulangi kata yang Anda ucapkan.
• Mengajak anak berbicara
Buat agar anak mengajukan berbagai pertanyaan. Jawab pertanyaan
tersebut dengan kata-kata sederhana, gunakan lebih dari 1 kata.
• Mengajak anak bercerita mengenai dirinya
Buat agar anak mau bercerita mengenai dirinya, hobinya, atau
mengenai Anda. Anda dapat bercerita tentang sesuatu dan kemudian
minta anak menyelesaikannya.
• Melatih anak mengenal huruf
Gunting huruf besar menurut alfabet dari majalah atau koran, lalu
tempel pada karton. Anda dapat pula menulis huruf besar tersebut
dengan spidol. Tunjukkan pada anak dan sebutkan satu persatu,
kemudian minta anak mengulanginya.
• Mengajak anak membuat album foto
Tempelkan foto anak di buku anak. Minta anak menceritakan apa yang
terjadi di dalam fotonya itu. Tulis di bawah foto tersebut apa yang di
ceritakan anak.
• Melatih anak melaksanakan instruksi
Beri anak instruksi yang terdiri dari 2-3 langkah. Misalnya “Pergilah
ke kamarmu dan ambil sepatu dan jaketmu”.
• Ajari anak 4 bagian tubuh yang tidak boleh disentuh dan
dipegang orang lain kecuali oleh orang tua dan dokter yaitu: mulut,
dada, di sela−sela paha dan pantat. Ajarkan kepada anak untuk tidak
mau diajak orang lain tanpa diketahui oleh orang tua

33
• Melatih anak cara mencuci tangan dan kaki
Tunjukkan pada anak cara memakai sabun dan membasuh dengan air
ketika mencuci kaki dan tangannya. Setelah ia dapat melakukan, ajari
ia untuk mandi sendiri.

• Melatih anak makan menggunakan sendok dan garpu


Bantu anak makan menggunakan sendok dan garpu dengan baik.
• Melatih anak mengancingkan kancing tarik
Bila anak sudah bisa mengancingkan kancing besar, coba dengan
kancing yang lebih kecil. Ajari cara menutup dan membuka kancing
tarik di bajunya.
• Melibatkan anak dalam aktivitas memasak
Biarkan anak membantu memasak seperti mengukur dan menimbang
menggunakan timbangan masak, membubuhkan sesuatu, mengaduk,
memotong kue, dan sebagainya. Bicara pada anak apa yang Anda
berdua sedang lakukan.

• Melatih anak bersosialisasi


Ajak anak pergi ke tempat dimana banyak anak-anak lain berada untuk
mendorong ia bersosialisasi. Ajak anak bermain di luar seperti ke
taman atau mendaki. Biarkan anak bermain secara bebas tanpa
aktivitas yang terstruktur.

34
• Bekerjasamalah dengan anak dalam memecahkan masalah saat
ia merasa kesal
• Bicarakan emosi anak, misalnya katakan “Ibu tahu kamu sedang
merasa kesal karena kamu melempar kepingan puzzle”. Anda juga
dapat mendorong anak untuk mengidentifikasi perasaan tokoh di
dalam buku cerita
RED FLAGS
Umur 36 bulan
Motorik
• Sering jatuh atau kesulitan saat naik tangga
Bahasa atau kognitif
• Tidak mampu untuk mengucapkan kalimat yang terdiri dari 3 kata
• Sering berliur atau ucapannya terdengar sangat tidak jelas
• Tidak dapat mengoperasikan mainan yang sederhana
• Tidak memahami instruksi sederhana
• Tidak dapat berbicara dalam kalimat
Sosial-emosional
• Jarang bermain peran atau bermain pura-pura
• Tidak melakukan kontak mata
• Tidak ingin bermain dengan mainan atau anak lain
12. Alat Ukur Perkembangan Anak
Deteksi tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada
balita. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) merupakan deteksi
dini yang dapat dilakukan di berbagai usia.

a. Pengertian KPSP
Kuesioner Pra Skrening Perkembangan (KPSP) merupakan tes
pemeriksaan perkembangan anakdengan menggunakan kuesioner
(Kemenkes RI, 2016).
b. Tujuan KPSP

35
Tujuan skrining/pemeriksaan perkembnagan anak menggunakan
KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan. Instrumen KPSP ini dapat dilakukan di semua tingkat
pelayanan kesehatan dasar (Diana, 2010)
c. Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP
Jadwal rutin dilakukan pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 21, 24, 30, 36,
42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur
skrining tersebut, minta ibu datang kembali pada umur skrining yang
terdekat untuk pemeriksaan rutin. Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta
datang kembali untuk skrining pada umur 9 bulan. Apabila anak
mempunyai masalah tumbuh kembang pada usia anak diluar jadwal
skrining, maka gunakan KPSP untuk usia skrining terdekat yang lebih
muda (Diana, 2010).
d. Formulir KPSP menurut umur
Formulir ini berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan
perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72
bulan.
Alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola sebesar bola
tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah,
kismis, kacang tanah, potongan biscuit kecilberukuran 0,5 – 1 cm
(Kemenkes RI, 2016).
e. Interpretasi hasil KPSP
1) Hitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau kadang-
kadang)
2) Hitung jawaban Tidak (bila jawaban pernah atau tidak pernah)
3) Bila jawaban Ya = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahapan
perkembangan (S)
4) Bila jawaban Ya = 7-8, perkembangan anak meragukan (M)
5) Bila jawaban Ya = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan
(P)

36
6) Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa saja (Kemenkes RI,
2016)
f. Intervensi
1) Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut :
a) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan
baik
b) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangana
anak
c) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin,
sesuai dengan umur dan kesiapan anak
d) Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan
kesehatan di posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan setiap ada
kegiatan BKB. Jika anak sudah memasuki usia pra sekolah (36-72
bulan), anak dapat diikutkan pada kegiatan di pusat PAUD,
Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak.
e) Lakukan pemeriksaan/ skrining rutin menggunakan KPSP setiap
bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan
pada anak umur 24 bulan sampai 72 bulan
2) Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut:
a) Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan
pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin
b) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan
anak untuk mengatasi penyimpangan/mengejar ketertinggalannya
c) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan
adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan
perkembangannya
d) Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan
menggunaan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak
e) Jika hasil KPSP ulang jawaban “Ya” tetap 7 atau 8 maka
kemungkinan ada penyimpangan (P)

37
3) Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan
tindakan berikut: Rujukan ke Rumah Sakit dengan menuliskan jenis
dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus,
bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian) (Kemenkes RI,
2016).

13. Test Daya Lihat (TDL)


Tes ini untuk memeriksa ketajaman daya lihat serta kelainan mata
pada anak berusia 3-6 tahun yang dilakukan setiap enam bulan. Tujuan tes
ini untuk mendeteksi adanya kelainan daya lihat pada anak usia
prasekolah secara dini, sehingga jika ada penyimpangan dapat segera
ditangani.
Cara melakukan tes daya lihat :
a. Pilih ruangan dengan penyinaran yang baik, bersih, tenang
b. Gantungkan ’kartu E’ yang setinggi mata anak posisi duduk.
c. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari kartu “E” untuk duduk
anak.
d. Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster “E” untuk pemeriksa
e. Pemeriksa memberikan kartu “E” kepada anak. Latih anak dalam
mengarahkan kartu ‘E’ menghadap ke atas, bawah, kiri dan kanan
sesuai yang ditunjuk pada poster “E”oleh pemeriksa.
f. Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster, satu persatu mulai
baris pertama huruf “E “berukuran paling besar sampai baris keempat
atau baris ”E” terkecil yang masih dapat dilihat.
g. Puji anak jika bisa mencocokan posisi kartu “E” yang dipegangnya
dengan huruf pada kartu “E” pada poster.
h. Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara yang
sama.
Interpretasi hasil pemeriksaan daya lihat :
Secara normal anak dapat melihat huruf E pada baris ketiga. Apabila
pada baris ketiga, anak tidak dapat melihat maka perlu dirujuk untuk

38
mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.Selain tes daya lihat, anak juga
perlu diperiksakan kesehatan matanya. Perlu ditanyakan dan diperiksa
adakah hal sebagai berikut :
a. keluhan seperti mata gatal, panas, penglihatan kabur atau pusing
b. perilaku seperti sering menggosok mata, membaca terlalu dekat, sering
mengkedip- kedipkan mata
c. kelainan mata seperti bercak bitot, Desemberng, mata merah dan
keluar air
Intervensi
Apabila ditemukan satu kelainan atau lebih pada mata anak, minta
anak datang lagi untuk pemeriksaan ulang dan jika hasil pemeriksaan anak
tidak dapat melihat sampai baris yang sama maka anak tersebut perlu
dirujuk ke rumah sakit dengan menuliskan mata yang mengalami
gangguan ( kanan, kiri atau keduanya).

14. Tes Daya Dengar (TDD)


Anak tidak dapat belajar berbicara atau mengikuti pelajaran
sekolah dengan baik tanpa pendengaran yang baik. Oleh karena itu perlu
deteksi dini fungsi pendengaran. Tujuan TDD adalah untuk menemukan
gangguan pendengaran secara dini, agar dapat segera ditindak lanjuti
untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak.
TDD dapat dilakukan setiap 3 bulan pada bayi usia < 12 bulan dan
setiap 6 bulan pada anak oleh tenaga kesehatan, guru TK/PAUD terlatih.
Peralatan yang diperlukan adalah instrumen untuk TDD sesuai usia anak,
gambar binatang (ayam, anjing, kucing), manusia dan mainan(boneka,
kubus, sendok, cangkir dan bola).
Tes Daya Dengar ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang
disesuaikan dengan kelompok usia anak. Jawaban ‘ya’ jika menurut orang
tua/pengasuh, anak dapat melakukan perintah dan jawaban ‘tidak’ jika
anak tidak dapat atau tidak mau melakukan perintah. Jika anak dibawah 12
bulan, pertanyaan ditujukan untuk kemampuan 1 bulan terakhir. Setiap

39
pertanyaan perlu dijawab ‘ya.’ Apabila ada satu atau lebih jawaban ‘tidak’,
berarti pendengaran anak tidak normal, sehingga perlu pemeriksaan lebih
lanjut.

B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Balita Sehat


I. PENGKAJIAN
Pengkajian data subyektif dan data obyektif menggunakan konsep
refocusing atau menggunakan data fokus yang disesuaikan dengan
kebutuhan klien, berdasarkan teori yang ada, untuk menegakan diagnosis.
A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama : Identitas dimulai dengan nama harus jelas
dan lengkap. Mengetahui nama klien
berguna untuk memperlancar komunikasi
dalam asuhan sehingga tidak terlihat kaku
dan lebih akrab (Walyani, 2015)
Umur/Tanggal lahir : 0-5 tahun. Umur paling rawan adalah masa
balita karena mudah sakit dan mudah terjadi
gizi kurang (Soetjiningsih, 2015)
Jenis kelamin :
Tanggal MRS :
Keluhan datang :

b. Identitas orang tua


Nama ayah :
Nama ibu :
Usia ayah/ibu :
Pendidikan ayah/ibu: pendidikan ayah/ibu yang baik maka orang
tua dapat menerima segala informasi dari
luar terutama tentang cara pengasuhan anak

40
yang baik, bagaimana menjaga kesehatan
anak dan pendidikannya (Soetjiningsih,
2015).
Pekerjaan ayah/ibu : pendapatan keluarga yang memadai akan
menunjang tumbuh kembang anak
(Soetjiningsih, 2015)
Agama :
Suku/bangsa :
Alamat :
2. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat kesehatan sekarang
 Alasan kunjungan :
 Riwayat perjalanan penyakit dan upaya untuk mengatasi :
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Riwayat kehamilan dan kelahiran :
- Periode prenatal
Riwayat menyeluruh yaitu mengidentifikasi masalah apapun
selama kehamilan, selama persalinan dan saat melahirkan
apakah ada komplikasi selama kehamilan seperti kejang,
demam, hipertensi, hiperglikemi harus dievaluasi. Setiap obat-
obatan, suplemen, alkohol, tembakau zat lain yang digunakan
ibu selama kehamilan harus ditinjau untuk kemungkinan
dampak pada janin. Durasi kehamilan dan presentasi saat lahir
juga merupakan faktor yang penting ( Michelle Miller ,2021).
Keluarga harus ditanya apakah ada penurunan gerakan janin
setiap saat masa kehamilan yang dapat mengindikasikan
masalah neuromuskuler seperti atrofi otot tulang belakang.
Pemeriksa harus menanyakan apakah ibu menerima perawatan
prenatal, juka seorang ibu tidak menerima perawatan prenatal
dia mungkin tidak mengkonsumsi folat tambahan untuk
mengurangi resiko disrafisme tulang belakang. Komplikasi

41
kehamilan sebelumnya seperti lahir mati, keguguran atau
anomali janin harus dicatat ( Michelle Mileer ,2021).Periode
yang paling penting dalam masa prenatal adalah trimester
pertama kehamilan. Pada periode ini pertumbuhan otak janin
sangat peka terhadap pengaruh lingkungan janin. Gizi kurang
pada ibu hamil, infeksi, merokok dan asap rokok, minuman
beralkohol, obat-obatan, bahan-bahan tosik, pola asuh, depresi
berat, faktor psikologis seperti kekerasan terhadap ibu hamil
dapat menimbulkan pengaruh buruk bagi pertumbuhan janin
dan kehamilan. Pada setiap ibu hamil, dianjurkan untuk selalu
memperhatian gerakkan janin. (Soetjiningsih, 2015)

- Periode postnatal
Masa perinatal yaitu masa antara 28 minggu dalam kandungan
sampai 7 hari setelah dilahirkan merupakan masa rawan dalam
proses tumbuh kembang anak, khususnya tumbuh kembang
otak. (Soetjiningsih, 2015)
Riwayat imunisasi :
Pemberian imunisasi pada anak adalah penting untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas penyakit-penyakit yang bisa dicegah
dengan imunisasi (Soetjiningsih, 2015)
 Riwayat alergi :
 Riwayat penyakit yang pernah diderita :
 Riwayat operasi/pembedahan :
 Riwayat tumbuh kembang :
Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. (Soetjiningsih, 2015)
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Riwayat penyakit menular :
b. Riwayat penyakit menurun :

42
Salah satu penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan
kromosom adalah sindrom down, sindrom turner, dan lain-lain.
(Soetjiningsih, 2015)
c. Riwayat penyakit menahun :
4. Pola Fungsional Kesehatan
Kebutuhan
Keterangan
dasar
Pola Pemberian ASI eksklusif dianjurkan untuk sekitar 6 bula
nutrisi pertama, untuk bayi yang tidak diberi ASI susu formula
direkomendasikan diberikan hingga usia 12 bulan. Susu formula
tidak dianjurkan setelah usia 12 bulan (Kathryn Dewey et al.,
2021). Masa MP ASI tidak hanya untuk memberikan nutrisi
esensial tetapi juga untuk mengenalkan bayi dan balita pada
berbagai jenis makanan yang dapat bermanfaat bagi kesehatan
dan perkembangannya. Misalnya makanan tertentu harus
diperkenalkan sebelum usia 12 bulan untuk mengurangi risiko
alergi makanan ( misalnya kacang tanah, telur) (Kathryn Dewey
et al.,2021). Makanan sumber hewani tertentu ( misalnya daging
merah) adalah sumber zat besi yang baik terutama mengingat
fakta bahwa zat besi heme dalam daging jauh lebih baik diserap
daripada zat besi nonheme( yang ditemukan dalam sayuran)
Kathryn Dewey at al.,2021). Anak usia prasekolah (3-5 tahun),
anak menjadi konsumen aktif yang mulai memilih makanan yang
disukainya. Pada usia ini berat badan anak cenderung mengalami
penurunan, disebabkan karena anak beraktivitas lebih banyak dan
mulai memilih maupun menolak makanan yang disediakan orang
tuanya. (Widyawati, dkk 2016). Pembentukan kecerdasan pada
masa dalam kandungan dan usia dini ternyata sangat tergantung
pada asupan gizi yang diterima. Makin tinggi kualitas asupan
gizi yang diterima, makin tinggi pula status kesehatan anak, dan
tinggi-rendahnya status kesehatan anak berpengaruh terhadap

43
pertumbuhan dan perkembangannya (Erida, 2018).
Pola Tahap toilet training sudah selesai, tetapi kemungkinan anak
eliminasi tetap mengompol di tempat tidur. Meminta anak untuk kencing
terlebih dahulu, untuk mengosongkan kandung kemih saat akan
tidur. Beberapa anak membutuhkan waktu lebih lama. Anak-
anak tidak boleh dimarahi atau dihukum karena mengompol
(Mansur, 2019).
Pola Tidur nyenyak pada awal tidur muncul pada bayi muda yaitu
istirahat usia satu sampai 4 bulan (Anja Kaerki et al.,2022). Anak-anak
yang mengalami gangguan tidur berasal dari orang tua yang
ibunya mengalami depresi dan konflik dalam perkawinan
(Domenico et al.,2021). Selama 3 tahun pertama kehidupan
antara 10 dan 30% bayi dan balita mengalami masalah tidur
yang dapat berdampak pada perilaku bayi atau anak, pengaturan
suasana hati, perkembangan bahasa dan kognitif
s(Domenico et al.,2021). Anak yang mulai besar akan mulai
berkurang waktu tidurnya karena kegiatan fisiknya meningkat
terutama saat bermain (Soetjiningsih, 2015). Anak usia 4-5
tahun membutuhkan sekitar 11 hingga 12 jam tidur setiap hari,
mereka jarang tidur di siang hari. Kecuali apabila mereka sangat
lelah, banyak anak usia 4-5 tahun yang menolak untuk tidur
malam dan siang (Mansur, 2019).
Pola Mandi sehari minimal 2 kali setiap pagi dan sore, gosok gigi
personal setiap bangun tidur dan menjelang tidur, pakaian yang digunakan
hygiene sesuai dengan situasi tempat serta bersih yaitu terhindar dari bau
serta kotoran, ganti baju ketika kotor atau basah, memotong kuku
1 (satu) kali dalam seminggu dengan bantuan orang dewasa,
mencuci rambut minimal seminggu 3 kali dengan menggunakan
shampoo, kebersihan badan lain misalnya membersihkan daun
telinga setiap mandi, cuci tangan tiap selesai BAK dan BAB

44
(Nuria, 2018)
Pola Bayi usia 9 bulan meniru tindakan sederhana pada objek dan
aktifitas bayi usia 12 bulan meniru tindakan 2 langkah. Pengalaman aktif
dijadikan sebagai pusat pembelajaran yang sangat penting untuk
daya ingat anak jangka panjang. Ada kemungkinan aktivitas fisik
selama pengajaran mendukung memori pengenalan visual jangka
panjang anak-anak (Natalie Brezack et al.,2023).

5. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Komposisi, fungsi dan hubungan keluarga (genogram)
Perkembangan sosial spiritual balita sangat bergantung pada
interaksi awal dengan orang tua. Diantara banyak perilaku
pengasuhan yang diidentifikasikan penting untuk perkembangan
anak, bermain dalam interaksi orang tua secara konsisten muncul
sebagai faktor kunci yang membantu kompetensi sosial emosional
anak Perkembangan sosio emosional balita bergantung pada
sistem keluarga yang lebih luas khususnya hubungan pengasuhan
bersama. Orang tua yang menunjukkan perilaku pengasuhan
bersama yang kooperatif dan hangat meletakkan dasar bagi balita
untuk meniru perilaku positif dalam situasi sosial lain yang lebih
kompleks ( Angan Nandy et al., 2020).
c. Kultur dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
 Asuhan dan kebiasaan dari suatu masyarakat dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
(Soetjiningsih, 2015)
 Adat istiadat yang berlaku di tiap daerah akan berpengaruh
terhadap tumbuh kembang anak (Soetjiningsih, 2015)

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum

45
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital :
Nadi : 120 – 140 x/menit
Pernafasan : 30 – 60 x/menit
Suhu : 36,5 º C – 37,5 º C
Antropometri
Tinggi badan : Pertumbuhan linier, diukur dengan panjang atau
tinggi anak merupakan ukuran penting kesehatan
anak secara keseluruhan dan potensi anak untuk
berkembang secara fisik, kognitif dan ekonomi
sepanjang hidup ( Ilana et al., 2022). Kelancaran
pertumbuhan anak merupakan faktor penting
dalam kaitannya dengan panjang yang dicapai.
Anak-anak yang lebih pendek pada usia 2 tahun
tidak hanya memiliki kecepatan yang lebih
lambat disetiap bulan tetapi juga episode
pertumbuhan lambat yang lebih sering dan lebih
lama daripada anak-anak yang lebih tinggi.
Pertumbuhan antara9-11 bulan mungkin sangat
berpengaruh karena kecepatan panjang selama
periode ini dikaitkan dengan hampir dua kali
peningkatan panjang yang dicapai dibandingkan
dengan periode paling berpengaruh berikutnya
( 12-14 bulan) ( IlianaCliffer et al., 2021). Tinggi
badan harus diplot dan dipantau saat anak
tumbuh. Bayi baru lahir cukup bulan rata-rata
berukuran panjang 50 cm, tinggi badan
meningkat 50% pada usia 1 tahun dan berlipat
ganda pada usia 4 tahun ( Michelle Miller, 2021).
sPengukuran pada anak umur kurang dari 2 tahun
dengan posisi tidur telentang dan pada umur lebih

46
dari 2 tahun dengan posisi berdiri. (Soetjiningsih,
2015)
Berat badan : berat badan dipakai sebagai indikator yang
terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan
gizi dan tumbuh kembang anak. (Soetjiningsih,
2015)
Lila : laju tumbuh lambat dari 11 cm pada saat lahir
menjadi 16 cm pada umur 1 tahun selanjutnya
tidak banyak berubah 1 sampai 3 tahun.
(Soetjiningsih, 2015)
Lingkar kepala : pertumbuhan lingkar kepala yang paling pesat
adalah pada 6 bulan pertama, yaitu dari 34 pada
waktu lahir menjadi 44 cm pada umur 6 bulan
sedangkan pada umur 1 tahun 47 cm, 2 tahun 49
cm, dewasa 54 cm. (Soetjiningsih, 2015).
2. Pemeriksaan Fisik
Sebelum menyentuh anak akan sangat membantu untuk
mengembangkan hubungan baik dengan bermain atau berbicara
dengannya. Senter pena adalah alat yang mudah untuk melibatkan
anak dan menguji fiksasi visual, jangkauan ,genggaman dan
pelepasan pada saat yang bersamaan. Pengetahuan tentang karakter
kartun atau film populer atau penyanyi bisa sangat membantu dalam
melibatkan anak-anak. Anak yang masih kecil biasanya merasa
paling nyaman di pangkuan orang tua selama pemeriksaan dimana
dia merasa aman. Bayi biasanya sangat toleran terhadap penanganan
fisik yang lembut oleh orang asing sampai sekitar usia 9 bulan
(Michelle A.Miller, 2018).
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe mulai dari inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi.
Kepala : Evaluasi kepala dan leher harus memperhatikan
kelainan bentik tengkorak, dismorfisme wajah

47
dan asimetri. Banyak anak sekarang datang ke
dokter anak mereka dengan perataan oksiput,
brachycephaly, atau plagiocephaly yang
biasanya hilang ketika anak mulai duduk
sendiri. Aplasia kutis atau cacat kulit kepala
bermembran terkait dengan sindrom Patau
(Michelle Miller, 2018).
Wajah : Lesung pipit sakral, Noda anggur port dalam
distribusi cabang pertama saraf trigeminal
berhubungan dengan sindrom Sturge Weber
(Michelle Miller, 2018)
Mata : Lipatan epicanthal dan palmar simian creases
adalah ciri khas sindrom Down. Kondisi lain
yang disertai anomali termasuk telinga rendah,
hipertelorisme, mata lebar, dan mikrognatia.
Jika sclera mata berwarna kebiruan, pemeriksa
harus mempertimbangkan osteogenesis
imperfekta (Michelle Miller, 2018).
Telinga : Telinga tampak rendah termasuk anomali. Bayi
dengan gangguan pendengaran mulai tertinggal
setelah usia 6 sampai 8 bulan dan mungkin
mengalami penurunan mengoceh(Michelle
Miller,2018) .
Hidung : tampak bersih dan tidak ada pernafasan cuping
hidung
- Mulut : simetris, bibir lembab, tidak kering dan pecah-
pecah, tidak ada stomatitis, tidak terdapat labio
schizis dan labio palatoschizis,Tonsil tidak ada
peradangan.

48
Leher : Tidak ada bendungan pada vena jugularis, tidak
ada pembesaran pada kelenjar tiroid dan
kelenjar limfe.
Dada : tidak ada retraksi dinding dada, perkusi dada
sonor
Abdomen : tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri tekan,
perkusi timpani
Genetalia eksterna :
Perempuan : labia mayora menutupi labia minora, labia
minora terbentuk sempurna, terdapat klitoris,
meatus uretra ada di depan vagina, genetalia
dapat dibedakan antara pria dan wanita
Laki-laki : meatus urinarius ditengah dan diujung glans,
pigmentasi gelap. (Varney, 2015)
Anus : ada lubang anus
Ekstermitas : Anak harus diperiksa dalam posisi duduk dan
berdiri karena perbedaan panjang kaki dapat
mempengaruhi pemeriksan tulang belakang dan
panggul. Setiap asimetri massa otot atau ukuran
tungkai harus diperhatikan. Limfedema dapat
muncul sebagai pembengkakan dan peningkatan
pertumbuhan pada tungkai atas dan bawah.
Hipertrofi betis yang nyata dengan perasaan
pucat pada palpasi otot konsisten dengan
distrofi otot Duchenne. Pemeriksaan ekstremitas
bawah dapat menunjukkan rentang gerak dan
kelainan tulang. Sepatu anak harus dinilai untuk
pola pemakaian yang tidak normal. Orang tua
sering mengkhawatiran posisi kaki anaknya saat
berjalan, apakah in-toeing atau out-toeing.
Deformitas kaki paling umum yang akan

49
muncul saat in-toeing adalah metatarsus
adductus dengan deviasi medial metatarsal.Jika
kaki fleksibel, hal ini sering dapat diperbaiki
dengan sepatu yang lurus atau memakai sepatu
yang salah pada kaki yang sakit. Kaki yang
tidak fleksibel mungkin memerlukan intervensi
bedah. Penyebab paling umum in-toeing pada
balita adalah torsi tibia. Tibia distal berputar
dalam kaitannya dengan tibia proksimal. Ini
dapat dinilai dengan anak dalam posisi
tengkurap dengan mengukur sudut paha kaki,.
Sudut progresi kaki dinilai dengan lutut ditekuk
hingga 90 derajat dan kemudian dibandingkan
dengan sudut progresi kaki dengan lutut
ekstensi penuh. Anak-anak dengananteversi
femoralis sering kali menjadi W sitter dan saat
berjalan patela terlihat mengarah ke dalam
(Michelle Miller, 2018).
Kaki seorang anak biasanya rata ( pes planus)
sampai usia 3 tahun – 5 tahun. Jika kaki kaku
atau nyeri ini mungkin akibat dari koalisi tarsal.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium :
Pemeriksaan USG :
Pemeriksaan diagnostik lainnya : KPSP, TDL, TDD

II. INTERPRESTASI DATA DASAR


Data dasar yang sudah dikumpulakan diinterprestasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Diagnosis : balita sehat usia 3 tahun 2 bulan
Masalah : tidak ada

50
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual yang telah
diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan tindakan
antisipasi agar diagnosis/masalah potensial tersebut tidak terjadi.
Diagnosis Potensial : tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang harus
dilakukan. Rumusan ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan
secara mandiri, kolaborasi, atau bersifat rujukan.
Kebutuhan tindakan segera : tidak ada

V. INTERVENSI
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang telah
diidentifikasikan.
1. Berikan KIE ibu dan/atau keluarga dalam interaksi orang tua balita
berbasis permainan dengan pengasuhan bersama untuk perkembangan
sosio emosional balita..
Rasional: Keterlibatan orang tua dalam permainan mainan, fasilitasi
permainan secara verbal dan observasi permainan dapat
mempengaruhi perkembangan sosio-emosional (Angan
Nandy et al., 2020). Pengalaman aktif secara fisik selama
instruksi bermanfaat bagi memori pengenalan visual jangka
panjang anak-anak (Natalie Brezack et al., 2023).
2. Berikan KIE ibu dan/atau keluarga tetap memberikan kebutuhan fisik
secara biomedis.
Rasional: Kebutuhan fisik biomedis merupakan kebutuhan dasar ;
imunisasi, pemberian ASI, penimbangan berat badan secara
teratur, pengobatan jika sakit, sandang, kesegaran jasmani,

51
rekreasi, yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan
perkembangan (Soetjiningsih, 2015)
3. Berikan KIE ibu dan/atau keluarga untuk memberikan kebutuhan
sosial/kasih sayang.
Rasional: Stimulasi tumbuh kembang anak harus dilakukan dengan
dilandasi rasa cinta dan kasih sayang (Kemenkes RI, 2022).
Kebutuhan sosial/kasih sayang atau hubungan yang erat dan
mesra antara ibu dan anak merupakan syarat mutlak untuk
menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental,
maupun psikososial. (Soetjiningsih, 2015)
4. Berikan KIE kepada ibu dan/keluarga untuk selalu antisipasi keamanan
& keselamatan atau risiko cidera pada balita.
Rasional: Antisipasi keamanan dan keselamatan demi menghindari
balita dari hal-hal yang tidak diinginkan, orangtua harus
memperhatikan hal-hal seperti mengunci pintu, letak benda-
benda tajam di tempat aman dll. (Dra. Suharmiati, Msi., Apt.
& dr. Lestari Handayani, M.Med (PH), 2016)
Orang tua atau pengasuh harus menciptakan lingkungan
yang aman dari bahaya (Kemenkes RI, 2022).
5. Beri KIE kepada ibu dan/atau untuk memberi kesempatan balita
bermain dan mencoba sesuatu yang baru, mengenali hobinya yang
positif dan selalu awasi balita
Rasional: Bermain merupakan pekerjaan utama seorang anak dan
interaksi yang menyenangkan dapat mengembangkan
interaksi sosialnya (Angana Nandy et al., 2020).
Semakin lama bayi dan anak kecil melihat suatu objek,
semakin baik pembelajaran visual tentang objek yang
ditargetkan yang memprediksi pengaturan diri dan
penghambat dikemudian hari (Angana Nandy et al., 2020).

VI. IMPLEMENTASI

52
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.

VII.EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.

53
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian : 19 Februari 2024


Waktu : 09.00 WITA
Tempat : Puskesmas Kaubun
Oleh : Limra Paliling

S:
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : An. D
Umur/Tanggal lahir : 3 tahun 2 bulan / 16 Desember 2020
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Kristen
Anak ke- : 1 (Satu)
b. Identitas Orangtua
Nama Ayah : Tn. A Nama Ibu : Ny. R
Usia : 31 tahun Usia Ibu : 27 tahun
Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : IRT
Agama : Kristen Agama : Kristen
Suku : Toraja Suku : Toraja
Alamat : xxx

2. Riwayat Kesehatan klien

54
a. Riwayat kesehatan sekarang
Alasan kunjungan : Ibu datang melakukan kunjungan ke poli anak untuk
memeriksakan tumbuh kembang anaknya.

b. Riwayat Kesehatan yang lalu


Riwayat Antenatal : Ibu rutin melakukan pemeriksaan kehamilan di PMB
dan dokter Sp.OG. Ibu melakukan pemeriksaan
kehamilan sebanyak 2 kali di trimester I, 3 kali di
trimester II, dan 3 kali di trimester III. Ibu juga pernah
melakukan pemeriksaan USG di dr. Sp.OG sebanyak 3
kali selama kehamilan. Ibu mengalami keluhan mual
muntah pada awal kehamilan dan kaki bengkak pada
trimester III.
Riwayat Intranatal : Ini merupakan anak pertama. Lahir tanggal 16
Desember 2020. Proses persalinan ibu melalui
persalinan normal pada usia kehamilan 39 minggu
dengan ketuban jernih.
Riwayat Postnatal : Bayi lahir dengan berat 2500 gram dan panjang 47 cm.
Riwayat Imunisasi :
POLIO CAMPAK
POLIO II POLIO
BCG+ IV+DPT- PENTABIO LANJUTAN
HB-0 + DPT- III+DPT- IVP CAMPAK
POLIO 1 HB-Hib LANJUTAN
HB-Hib I HB-Hib II
III

16/12/2020 16/1/2021 16/2/2021 116/3/2020 16/4/2020 16/6/2020 16/09/2021 16/08/2022 16/02/2023

 Riwayat Alergi : tidak ada


 Riwayat penyakit yang pernah diderita : tidak ada
 Riwayat operasi/pembedahan : tidak ada
Riwayat tumbuh kembang
Riwayat pertumbuhan : Pertumbuhan anak baik karena berat badan masih
berada pada garis hijau KMS.

55
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit menular : tidak ada
Riwayat penyakit menurun : tidak ada
Riwayat penyakit menahun : tidak ada
4. Pola Fungsional Kesehatan
Kebutuhan
Keterangan
dasar
Pola nutrisi Makan : 3 kali sehari, terdiri dari nasi, lauk (telur goreng, ikan,
terkadang daging ayam dan daging sapi), sayur (bayam dan
sayur sop). Tidak ada pantangan maupun alergi makanan
Minum : air putih ± 5 gelas perhari, susu ± 210 ml 2-3 kali/hari
Terkadang mengkonsumsi buah semangka
Camilan berupa biskuit dan es krim diantara waktu makan
Pola BAK : 5-6 x/ hari, warna kuning jernih, konsistensi cair
eliminasi BAB : 1-2 x/ hari konsistensi lembek dan berwarna kuning
kecoklatan
Pola istirahat Tidur siang : ± 2-3 jam/hari
Tidur malam : ± 9-10 jam/hari, kualitas tidur nyenyak dan tidak
terbangun di tengah malam
Pola personal Mandi 2-3 kali/hari, gosok gigi 2 kali/hari saat mandi pagi dan
hygiene sebelum tidur, keramas 2 kali/hari ganti baju 3-4 kali/hari (baju
diganti tiap kali basah dan kotor setelah bermain), memotong
kuku 1 minggu sekali, cuci tangan sebelum dan sesudah makan
dan setelah bermain.
Pola aktifitas Anak aktif bermain ± 5-6 jam/hari terkadang lebih dari itu jika
ada teman bermainnya.

5. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Komposisi, fungsi dan hubungan keluarga (genogram)

56
Keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam satu rumah.
Tidak ada anggota keluarga selain keluarga inti tersebut yang tinggal
serumah. Dalam keluarga ini yang paling dominan dalam mengambil
keputusan asalah ayah. Keseharian anak diasuh, dijaga, dan bermain
bersama ibu. Setelah ayah pulang bekerja anak bermain bersama ayah.
Dalam keseharian nya ibu masih membantu anak dalam melakukan
beberapa tindakan. Seperti contoh ibu masih membantu anak dalam
memakaikan baju dan kaos kaki.

Keterangan :
X
: Laki- laki : Meninggal

: Perempuan : Tinggal serumah

: Garis pernikahan : Klien

: Garis keturunan :

:
b. Keadaan lingkungan rumah dan sekitar
p
Lingkungan sekitar rumah anak cukup bersih dan tenang tidak terlalu bising
p e
karena tempat tinggalnya berada cukup jauh dari area jalan raya yang bising.
e r
Anak biasa bermain dengan teman sebaya di sekitar lingkungan rumah
r e

e m

m p
c. Kultur dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
p u

u a

a n
57
n
:

:
Dalam keluarga tidak ada adat istiadat, budaya maupun kepercayaan tertentu
yang dapat membahayakan dan mempengaruhi kesehatan anak

O:
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis
Tanda Vital :
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 24 x/ menit
Suhu : 36,7 oC
Antropometri
Tinggi badan : 100 cm
Berat badan : 13 kg
IMT : 13
LILA : 17 cm
Lingkar Kepala : 47 cm
Lingkar Dada : 46 cm
Lingkar Perut : 50 cm

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : tampak bersih, distribusi rambut merata dan berwarna
hitam, tidak ada lesi di kepala, kontruksi rambut tampak
kuat, tidak teraba massa maupun oedem dan tidak ada area
yang lunak ditulang tengkorak
Wajah : simetris, tidak teraba oedem
Mata : simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda, tidak
teraba oedem pada kelopak mata
Telinga : simetris, tampak bersih, struktur daun telinga elastis dan
tidak kaku
Hidung : tampak bersih dan tidak ada pernafasan cuping hidung,
tidak ada pengeluaran cairan

58
Mulut : simetris, bibir lembab, tidak kering dan pecah-pecah, tidak
ada stomatitis, tidak terdapat labio schizis dan labio
palatoschizis, tidak ada peradangan pada tonsil
Leher : simetris, tidak ada massa, tidak ada pembesaran pada
kelenjar tiroid, kelenjar limfe dan vena jugularis
Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada otot
bantu pernafasan, suara nafas vesikuler, tidak terdengar
wheezing dan ronchi. Perkusi dada sonor
Abdomen : simetris, bising usus 4 kali/menit, tidak ada nyeri tekan
dan tidak terdapat massa, perkusi timpani
Genetalia eksterna : meatus urinarius ditengah dan di ujung glans penis
Anus : ada lubang anus
Ekstermitas : simetris antara kanan dan kiri dan memiliki panjang
proporsional antara satu sama lain, terdapat 10 jari yang
berjarak sama satu sama lain

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik : KPSP, TDL, TDD terlampir

A:
Diagnosis : Balita sehat usia 3 tahun 2 bulan
Masalah : Tidak ada
Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
Kebutuhan Segera : Tidak ada

P:
Jam Penatalaksanaan Paraf

59
19 Memberikan penjelasan mengenai hasil pemeriksaan yang Mahasiswa
Pebruari dilakukan. Sesuai formulir KPSP usia 38 bulan dari 10
2024 pertanyaan diperoleh hasil bahwa jawaban “Ya” berjumlah
09.00 9 dan jawaban “Tidak” berjumlah 1 yaitu pada item makan
WITA nasi sendiri tanpa banyak tumpah. Sehingga dapat
disimpulkan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai
usia. Untuk Tes TDL dan TDD anak bisa menjawab semua
pertanyaan dan bisa mengikuti arahan yang diberikan
sehingga hasil tes TDL dan TDD normal (tidak mengalami
gangguan)
; Ibu mengerti penjelasan yang diberikan. Ibu berjanji akan
melakukan stimulasi perkembangan pada anaknya yang
belum dapat dilakukan tanpa bantuan
09.15 Memberikan anjuran kepada ibu untuk menstimulasi anak Mahasiswa
WITA agar dapat makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah. Yaitu
dengan cara dimulai dari ajarkan anak untuk menggunakan
sendok dan menggunakan piring plastik yang besar agar nasi
tidak tumpah kelantai dan memberikan contoh cara makan
yang benar dan tetap berikan dukungan dan semangat pada
anak.
; Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan akan mengikuti
anjuran yang diberikan
09.20 Menjelaskan kepada ibu tentang asupan nutrisi anak yaitu Mahasiswa
WITA beri anak makanan yang mengandung karbohidrat yang
befungsi sebagai penghasil energi bagi tubuh dan menunjang
aktivita anak yang mulai aktif bergerak, karbohidrat terdapat
pada nasi, jagung, kentang. Protein yang berfungsi untuk
membangun dan memperbaiki sel tubuh dan menghasilkan
energi, protein bisa didapatkan pada makan-makanan seperti
ikan, susu, telur, daging, selain itu vitamin dan mineral yang
berperan dalam perkembangan motorik, pertumbuhan dan

60
kecerdasan anak serta menjaga kondisi tubuh anak agar tetap
sehat, vitamin dan mineral bisa didapatkan pada sayur-
sayuran, buah-buahan, dan air mineral.
; Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan akan mengikuti
anjuran yang diberikan.
09.30 Menganjurkan ibu mengajak anak bermain atau memberikan Mahasiswa
WITA mainan edukasi untuk menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak seperti balok (kubus) kayu, puzzle. Serta
berjalan di garis lurus, menangkap dan melempar bola dan
mengajak anak bermain campur warna
; Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan akan mengikuti
anjuran yang diberikan
09.35 Menganjurkan ibu untuk mengamati tanda bahaya pada Mahasiswa
WITA balita yaitu demam tinggi, kejang, diare, letargis atau tidak
sadar, batuk disertai nafas cepat dan segera menghubungi
petugas kesehatan bila terdapat gejala tersebut
; Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan akan
menghubungi petugas kesehatan bila mengalami gejala
tersebut
09.40 Menganjurkan ibu untuk melakukan pemantauan Mahasiswa
WITA pertumbuhan dan perkembangan anak selanjunya yaitu pada
usia 30 bulan
; ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan akan
melakukan pemantauan tumbuh kembang saat usia anak 30
bulan
09.45 Melakukan pendokumentasian tindakan yang telah dilakukan Mahasiswa
WITA dalam Buku KIA atau KMS
; Tindakan yang telah dilakukan telah terdokumentasi sesuai
SOP

61
BAB IV
PEMBAHASAN

Asuhan kebidanan komprehensif diberikan berdasarkan pendekatan dengan


tujuh langkah Varney untuk asuhan kebidanan pada balita usia 3 tahun 2 bulan dan
didokumentasikan dengan SOAP, berdasarkan temuan kasus di lapangan,
didapatkan hasil :
A. Pengumpulan Data Dasar
Pengumpulan data dasar meliputi pengkajian data subjektif yang berasal
dari pasien dan data objektif yang berasal dari pemeriksaan umum,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Masa balita merupakan “Golden Age” karena pada masa ini otak anak
berkembang sangat cepat sehingga disebut juga masa kritis. Balita adalah anak
yang telah menginjak usia di atas satu tahun sampai lima tahun atau biasa
digunakan perhitungan bulan yaitu usia 12-59 bulan (Kemenkes, 2015). An. D
berusia 3 tahun 2 bulan (38 bulan) yang masih dalam usia balita.
Usia ibu 20-35 tahun merupakan usia produktif. Usia produktif
merupakan usia dimana seseorang mencapai tingkat kematangan dalam hal
produktifitasnya yang berupa rasional maupun motorik. Mayoritas ibu dengan
usia produktif bisa berpengaruh terhadap tumbuh kembang anaknya, karena
kematangan yang dimiliki oleh ibu menyebabkan kemampuan memberikan
pengasuhan, memberikan stimulasi, dan memperhatikan status gizi pada
anaknya bisa dengan baik. Hal ini sejalan dengan penelitian Pieters dan
Levenstond (2015) yang menyatakan bahwa usia ibu berpengaruh terhadap
perkembangan motorik halus dan kepribadian sosial pada anak.
Sebuah studi oleh Morinis dkk juga menunjukkan hal itu anak yang lahir
dari ibu yang berusia ≤ 18 tahun cenderung mengalami keterlambatan
kemampuan verbal dibandingkan anak yang lahir dari ibu berusia 25-34 tahun.
Hal ini disebabkan kurangnya rangsangan verbal antara ibu dan anak akibat
depresi yang rentan terjadi pada ibu remaja.

62
Pendidikan seseorang juga mempengaruhi pemahaman materi atau ilmu
yang diterima. Tingkat pendidikan ibu memegang peran penting dalam
membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. Disamping itu, kemampuan
ibu dalam menerima informasi dari luar terutama dalam mengamati anaknya
jika terjadi kelainan atau gangguan kesehatan pada anak maka dapat segera
diatasi, sehingga proses pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh
anaknya tidak terganggu. Pendidikan ibu dapat menentukan pengetahuan dan
keterampilan dalam menentukan pertumbuhan dan perkembangan yang akan
dialami oleh anak. Tingkat pendidikan ibu yang tinggi cenderung mempunyai
anak dengan pertumbuhan dan perkembangannya yang lebih baik (McDonald
et al, 2016).
Pentingnya pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang balita dalam
kesadaran dan kemampuan merupakan faktor yang menentukan dalam
pembentukan kualitas anak. Peran keluarga terutama ibu dalam mengasuh anak
sangat menentukan tumbuh kembang anak. Agar orangtua mampu
melaksanakan fungsinya dengan baik maka orangtua perlu memahami tingkat
perkembangan anak, menilai pertumbuhan atau perkembangan anak dan
mempengaruhi motivasi yang kuat untuk memajukan tumbuh kembang anak.
Pengetahuan yang baik tentang tumbuh kembang balita usia 1-5 tahun akan
mampu mendeteksi secara dini apabila terjadi penyimpangan atau kelainan
tumbuh kembang pada balita, sehingga tidak terjadi kelainan di masa tumbuh
kembang balita dan dapat menjamin tumbuh kembang sesuai dengan
tahapannya (Moonik, 2015).
Ibu yang tidak bekerja memiliki banyak waktu luang lebih banyak untuk
memberikan pengasuhan, stimulasi, dan memperhatikan status gizi pada
anaknya. Sehingga ibu dapat mengamati lebih dekat setiap pertumbuhan dan
perkembangan balitanya. Semakin dekat keterlibatan ibu dalam mengasuh,
memberikan stimulasi, dan memperhatikan asupan nutrisi, semakin baik pula
pertumbuhan dan perkembangan anaknya (Amir, dkk, 2019). Ibu bekerja
mempunyai peran ganda selain sebagai wanita karir juga sebagai ibu rumah
tangga. Salah satu dampak negative dari ibu yang bekerja adalah tidak dapat

63
memberikan perhatian yang penuh pada anaknya ketika anak dalam tahap
tumbuh kembang yang pesat. Padahal ibu mempunyai peran penting dalam
pengasuhan anak. Oleh karena itu pola asuh yang tepat diperlukan agar anak
dapat tumbuh kembang secara optimal (Yulianti, 2017).
Sejalan dengan hasil penelitian Hasan (2015) tentang perbedaan
perkembangan balita pada ibu yang bekerja dan tidak bekerja di Desa Plangitan
Kecamatan Pati Kabupaten Pati, hasil uji t test dependen didapat P value =
0,023, ada perbedaan perkembangan balita pada ibu yang bekerja dan tidak
bekerja. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian bahwa ibu yang
bekerja dalam setahun pertama perkembangan anaknya memberikan efek
negative kepada perkembangan kognitif dan psikososial anak yang akan
bertahan sampai usia 7 dan 8 tahun. Han dkk dalam studinya juga
menunjukkan bahwa ibu yang mulai bekerja pada tahun ke-4 perkembangan
anaknya akan mendapatkan penurunan resiko efek negatif tersebut. Hasil
penelitian menunjukkan dari 89 responden memiliki perkembangan yang
sesuai yaitu sebanyak 36 orang (40,4%), sebanyak 25 orang (28,1%)
meragukan dan sebanyak 28 orang (31,5%) memiliki perkembangan yang
menyimpang (Sulanto, 2017). Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Permatahati dalam Sulanto (2017) tentang perbedaan
perkembangan anak usia 3-6 tahun antara ibu yang bekerja dan ibu yang tidak
bekerja di TK Among Siwi Sleman Yogyakarta. Anak usia 3-6 tahun dengan
ibu tidak bekerja menunjukkan perkembangan yang lebih bagus dari pada anak
dengan ibu yang bekerja.
Perkembangan ditandai dengan kematangan perkembangan gerak kasar,
halus, bahasa dan sosialisasi serta kemandirian. Karena pada masa balita
kemampuan dalam berbahasa, kreativitas, sosial, emosional dan intelegensia
berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya
(Purwandari, dkk, 2015). Kemampuan anak perlu dirangsang oleh orang tua
agar anak dapat berkembang secara optimal dan sesuai dengan umurnya. Anak
yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang
dibandingkan dengan anak yang kurang bahkan tidak mendapat stimulasi.

64
Karena stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi
perkembangan anak. Berbagai macam stimulasi seperti visual (penglihatan),
verbal (bicara), auditif (pendengaran), taktil (sentuhan) dapat mengoptimalkan
perkembangan anak. (Soetjiningsih &Gde Ranuh, 2015)
Bermain merupakan proses belajar yang efektif dan lebih mudah
diterima, bermain juga sangat baik untuk perkembangan kognitif anak. Banyak
ditemukan anak pada masa tumbuh kembang mengalami perlambatan yang
dapat disebabkan kurangnya pemenuhan kebutuhan pada diri anak termasuk
didalamnya adalah kebutuhan bermain, yang seharusnya masa tersebut
merupakan masa bermain yang diharapkan menumbuhkan kematangan dalam
pertumbuhan dan perkembangan karena masa tersebut tidak digunakan sebaik
mungkin maka tentu akhirnya mengganggu tumbuh kembang anak. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Anna Tjandrajani di Rumah Sakit Anak dan
Bunda Harapan Kita, Jakarta dengan hasil 187 (30,9%) anak mengalami
keterlambatan perkembangan umum dan 94 (50,3%) adalah keterlambatan
perkembangan umum tanpa penyakit penyerta (Tjandrajani, 2016).
An. D usia 3 tahun 2 bulan dengan berat badan 13 kg dan tinggi badan
100 cm. pada grafik KMS menunjukkan area -2 s/d + 2 SD yang berarti status
gizi baik (Normal). Hockenberry dan Wilson yang dikutip oleh Purwandari,
dkk (2015) menyatakan bahwa pertumbuhan berkaitan dengan bertambahnya
ukuran tubuh, umumnya diukur dengan peningkatan tinggi badan (cm), berat
badan (kg), lingkar kepala (cm). Tujuan pengukuran ini adalah untuk
mengidentifikasi status gizi dan untuk mengetahui adanya kelainan dalam
pertumbuhan balita. Untuk menilai pertumbuhan balita usia 1-5 tahun cara
paling mudah untuk mengetahui baik tidaknya pertumbuhan balita adalah
dengan mengamati grafik pertambahan berat badan dan tinggi badan yang
terdapat pada Kartu Menuju Sehat atau KMS. Dengan bertambahnya usia anak
seharusnya bertambah pula berat dan tinggi badannya.
Tumbuh kembang balita sangat dipengaruhi oleh kecukupan nutrisi.
Kebutuhan nutrisi balita yang tidak terpenuhi menyebabkan balita akan
mengalami kelainan gizi. Akibatnya anak menjadi mudah terserang penyakit,

65
mudah letih, lesu, dan mengantuk. Faktor status gizi menjadi hal penting yang
harus diperhatikan untuk membantu perkembangan khususnya di masa balita.
Perkembangan motorik dan bahasa sangat dipengaruhi oleh status gizi, status
kesehatan dan stimulasi gerak dan bahasa yang sesuai dengan masa
perkembangannya. Gizi kurang akan menghambat laju perkembangan anak.
Akibatnya proporsi struktur tubuh menjadi tidak sesuai dengan usianya dan
berimplikasi pada perkembangan aspek lain. Apabila balita mengalami kurang
gizi akan berdampak pada keterbatasan pertumbuhan dan rentan terhadap
infeksi. Akhirnya perkembangan anak yang meliputi kognitif, motorik, bahasa,
dan keterampilannya akan terhambat dibandingkan dengan balita yang
memiliki status gizi baik (Hairunis, 2018).
Upaya untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan dan perkembangan
anak salah satunya adalah KPSP. KPSP suatu alat skrining yang digunakan
untuk memantau perkembangan balita sejak dini (Soetjiningsih, 2015). Sejalan
dengan penelitian Rambe dan Sebayang (2020) menyatakan bahwa KPSP
berpengaruh terhadap peningkatan kepatuhan ibu dalam pemantauan
perkembangan anak. Kelompok yang tidak menerapkan KPSP beresiko 1,857
kali tidak patuh dibandingkan kelompok yang menerapkan KPSP. Hal ini
disebabkan karena orag tua khususnya ibu belum mengenal KPSP, sehingga
ibu kurang mengetahui perkembangan anaknya sudah sesuai usia atau belum.
Pengetahuan yang kurang membuat ibu tidak patuh dalam melaksanakan
pemantauan dan perkembangan anaknya (Sari, 2015).
Hasil penilaian dan pemantauan KPSP terhadap an. D diketahui bahwa
dari 10 pertanyaan jawaban ‘Ya’ berjumlah 9 sedangkan jawaban ‘Tidak’
berjumlah 1. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa pertumbuhan dan
perkembangan an. D “sesuai” tahapan usia. An. D belum mampu memakan
nasi sendiri tanpa banyak tumpah, ibu masih membantu An. D dalam memakan
nasi agar tidak tumpah. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kurang
melakukan stimulasi pada anak. Kondisi pola asuh yang diberikan oleh ibu
memiliki hubungan terhadap perkembangan anak.
Penelitian Violita (2015) mengemukakan bahwa ada hubungan antara

66
pola asuh orang tua dengan perkembangan motorik. Hal tersebut senada
dengan penelitian Handayani (2017) 77% anak pertumbuhannya baik dan
56,2% perkembangannya sesuai. Sebanyak 23% anak ditemukan memiliki
minimal satu hasil pengukuran indikator pertumbuhan yang tidak normal dan
sebanyak 4,1% anak dicurigai kemungkinan ada penyimpangan perkembangan,
Hasil analisis data menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pola
asuh dan perkembangan. Adanya hubungan yang bermakna antara pola asuh
orangtua dengan perkembangan anak prasekolah, hal ini dapat dilihat dari
persentase pola asuh orang tua yang baik terdapat semakin banyak anak yang
memiliki perkembangan yang sesuai dan sebaliknya adanya kecenderungan
persentase pola asuh orang tua yang kurang baik akan diikuti oleh semakin
banyaknya perkembangan anak yang tidak sesuai. Pola asuh sangat diperlukan
untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan, orang tua sebaiknya selalu
melakukan stimulasi sesuai umur sehingga perkembangan anak dapat berjalan
dengan normal (Doni & Mukhtar, 2020).
Berdasarkan intrepetasi KPSP An. D hasilnya adalah sesuai tahapan
perkembangan. Untuk item yang masih memerlukan bantuan orang tua dapat
melakukan hal berikut yaitu beri stimulasi perkembangan anak setiap saat,
sesering mungkin, sesuai dengan umur dan kesiapan anak. Ikutkan anak pada
kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di posyandu secara teratur
sebulan 1 kali dan setiap ada kegiatan BKB. Lakukan pemeriksaan/ skrining
rutin menggunakan KPSP setiap 6 bulan pada anak umur 24 bulan sampai 72
bulan.

B. Interpretasi Data Dasar


Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah, dan
kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi data yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan (Sulistyawati, 2013). Permasalahan yang muncul
berdasarkan pernyataan pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Dalam
bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan
masalahnya (Sulistyawati, 2013).

67
Pada praktik di lapangan di dapatkan diagnosa balita sehat usia 3 tahun 2
bulan. An. D lahir pada tanggal 16 Desember 2020. Dan pengkajian dilakukan
pada tanggal 19 Februari 2024. Sehingga usia An. D pada saat ini adalah 3
tahun 2 bulan.
Berdasarkan hasil pengumpulan data dasar, data lalu diinterpretasikan.
Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan.

C. Identifikasi Diagnosis / Masalah Potensial


Pada langkah ini tenaga kesehatan mengidentifikasi masalah
atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga
(Sulistyawati, 2013). Berdasarkan data pengkajian tidak didapatkan diagnosa
potensial yang serius karena kasus yang didapatkan bukan masalah yang dapat
menghambat tumbuh kembang balita. Sehingga tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dan praktik di lapangan.

D. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera


Pada langkah ini dilakukan identifikasi kebutuhan tindakan segera, pada
kasus ini tidak diperlukan tindakan segera karena merupakan kasus yang
memerlukan pemantauan. Hal ini sesuai dengan yang dilakukan di lapangan,
tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik dilapangan.

E. Intervensi
Pada langkah ini direncananakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan
langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat harus berdasarkan
pertimbangan yang tepat (Sulistyawati, 2013).
Stimulasi tumbuh kembang merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perkembangan balita. Anak yang mendapat stimulasi terarah
dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang
kurang mendapatkan stimulasi (Mgongo, 2017). Lindarwati (2018) juga
menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju
perkembangan diantaranya adalah faktor genetik, pertumbuhan fisik,

68
lingkungan, dorongan, motivasi orang tua dan stimulasi. Selain faktor stimulasi
tumbuh kembang, faktor status gizi juga berpengaruh terhadap perkembangana
anak balita. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan secara langsung status gizi normal dan stimulasi tumbuh kembang
yang baik dengan perkembangan anak.
Stimulasi tumbuh kembang yang diberikan dapat berupa mainan edukasi.
Semakin sering anak diberi stimulasi APE (Alat Permainan Edukatif) maka
perkembangan motorik halus anak sesuai perkembangan. Alat permainan
edukasi untuk perkembangan motorik halus dapat di lakukan dengan menulis,
meronce, menyusun puzzle, mewarnai, menyusun balok-balok. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Mirna Lisa, dkk (2020) yang
menyatakan bahwa sebelum dilakukan intervensi APE diketahui perkembangan
motorik halus pada anak usia 1-3 tahun dalam kelompok Berkembang sesuai
harapan dengan mean 21,8235, setelah dilakukan intervensi APE didapatkan
hasil anak dalam kelompok Berkembang sesuai harapan dengan mean 25,1569,
pada uji bivariat didapatkan nilai p-value sebesar 0,006 lebih kecil dari nilai
alpha (0,005). Sehingga ada pengaruh Alat Permainan Edukasi terhadap
Perkembangan Motorik Halus pada anak umur 1-3 tahun.
Penilaian Tumbuh Kembang anak dideteksi dengan menggunakan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) yang disesuaikan dengan usia
anak. Apabila dideteksi perkembangan anak hasilnya sesuai dengan usia
perkembangan berarti anak berhasil menyesuaikan diri dengan tahap
perkembangan secara normal. Hal ini sesuai antara teori dan praktik di
lapangan.

F. Implementasi
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah ke lima dilaksanakan secara efisien dan aman (Sulistyawati,
2013). Pada praktik di lapangan asuhan yang diberikan ialah menjelaskan

69
mengenai hasil pemeriksaan yang dilakukan bahwa pertumbuhan dan
perkembangan anak baik dan sesuai usia berdasarkan penilaian KPSP.
Menjelaskan kepada ibu tentang asupan nutrisi anak yaitu beri anak makanan
yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral dengan
menu seimbang, menganjurkan ibu untuk menstimulasi anak sesuai dengan
tahapan perkembangan seperti memberikan mainan edukasi untuk
menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak, serta menganjurkan ibu
untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak secara berkala. Tidak
ada kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan.

G. Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan
kepada pasien, kita mengacu kepada beberapa pertimbangan seperti tujuan
asuhan kebidanan, efektifitas tindakan untuk mengatasi masalah, hasil asuhan
(Sulistyawati, 2013).
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan diperoleh hasil bahwa tumbuh
kembang An. D normal dan sesuai tahapan usia perkembangannya. Sehingga
pada langkah evaluasi ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori
dengan praktik di lapangan.

70
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada balita sehat usia 3
tahun 2 bulan, maka penulis menarik kesimpulan bahwa dalam pemberian
asuhan kebidanan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah varney tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan praktek saat melakukan asuhan pada An.
D.

B. Saran
1. Bagi Petugas Kesehatan
Disarankan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan dapat
memberikan informasi kepada ibu mengenai pentingnya pemantauan
tumbuh kembang balita agar balita dapat tumbuh optimal sesuai tahapan
usia.
2. Bagi orang tua
Orang tua dapat melakukan pemantauan serta memberikan stimulasi
agar tumbuh kembang balita sesuai tahapan usianya. Tidak mengalami
keterlambatan dalam tumbuh kembangnya. Karena masa balita merupakan
“Golden Age” dimana tumbuh kembang balita dapat meningkat secara
pesat.
3. Bagi Puskesmas
Bagi Puskesmas agar meningkatkan peran serta dalam mengadakan
penyuluhan kesehatan atau mengadakan kelas balita secara berkala di
posyandu sebagai sarana informasi dan edukasi orang tua yang memiliki
anak balita.

72
DAFTAR PUSTAKA

Amir, Nikmah ayu ramadhani, dkk. 2019. Factors Associated with Development
in Children Under Five. Journal of Maternal and Child Health.
https://doi.org/10.26911/thejmch.2019.04.01.06.

Anggraini, Lonia. 2019. HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK TERHADAP


STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH. Program Pendidikan
Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Dewi, Suryani. 2017. Studi Status Gizi, Pola Makan serta Aktivitas pada Anak TK
di Kota Mataram. Jurnal Kedokteran Unram 2017, 6(2): 14-19 ISSN 2301-
5977, e-ISSN 2527-7154.

Diana, Wulan . 2019. BERMAIN PUZZLE MENINGKATKAN PERKEMBANGAN


KOGNITIF ANAK USIA PRASEKOLAH (4-5 TAHUN). Adi Husada Nursing
Journal – Vol. 5 No. 2 Desember 2019.

Doni, Alsri Windra & Mukhtar, Sri Wahyuni. 2020. HUBUNGAN POLA ASUH
ORANG TUA DENGAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK
PRASEKOLAH. Jurnal Kesehatan Published by Poltekkes Ternate, 13 (1),
2020, Pages 46 –52

Erida. 2018. Pengasuhan dan Pengembangan Kesehatan Anak Usia Dini. Jurnal
Pengembangan Masyarakat Islam.

Hairunis. 2018. Hubungan Status Gizi dan Stimulasi Tumbuh Kembang dengan
Perkembangan Balita. Sari Pediatri Vol. 20 No.3 Oktober 2018.

Herdyana, Erma. 2019. Perbedaan masa perkembangan anak usia 48-60 bulan
berdasarkan jenis kelamin dengan menggunakan instrument Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP). Jurnal Kebidanan VOL.8 No.1 April 2019.
ISSN : 2657-1978.

Hutami I.R. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan balita di


posyandu Desa Bulak Lor wilayah kerja Puskesmas Jatibarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 1 (2), 1-6.

Lindawati. 2018. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perkembangan motorik


anak usia prasekolah. https : //www.poltekkesjakarta1.ac.id.

Lisa, Mirna, dkk. 2020. Alat permainan edukasi (APE) meningkatkan


perkembangan motorik halus pada anak usia 4-6 tahun. Jurnal Kesehatan
Volume 11, Nomor 1, Tahun 2020. ISSN 2086-7751.

73
McDonald S, Kehler H, Bayrampour H, Lee NF, Tough S. 2016. Risk and
protect- ive factors in early child development: result from the all our babies
(AOB) pregnancy cohort. Research in Deve- lopmental Disabilities 58: 20-3

Mgongo M, Katanga J, Uriyo JG, Damian DJ. 2017. Predictors of appropriate


breatfeeding knowledge among pregnant women in Moshi Urban.
Tanzania : a cross-sectional study. Int Breastfeeding J 2017 ; 11:1-8.

Meiuta Hening Prastiwi. 2019. Overview of Growth and Development in Children


Age 3-6 Years , JIKSH Vol 10 No 2 Des 2019. p-ISSN: 2354-6093 dan e-
ISSN: 2654-4563 DOI: 10.35816/jiskh.v10i2.162

Moonik, Lestari H, Wilar R. 2015. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlam-


batan perkembangan anak taman kanak kanak. Jurnal e-Clinic. 3(1): 124-
132.

Nuria, Ratri. 2018. PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN HIDUP


SEHAT ANAK USIA DINI PADA TAMAN KANAK-KANAK. Jurnal Golden
Age Hamzanwadi University Vol. 2 No. 2, Desember 2018, Hal. 96-112 E-
ISSN : 2549-7367.

Pell LG, Bassani DG, Nyaga L, Njagi I, Wanjiku C, Thiruchselvam T, et al. 2016.
Effect of provision of an inte- grated neonatal survival kit and early
cognitive stimulation package by com- munity health workers on develop-
mental outcomes of infants in Kwale County, Kenya: study protocol for a
cluster randomized trial. BMC Preg- nancy and Childbirth. 16: 265.

Pieters N, Levenstond M. 2015. Factors comprimising development of child- ren


under five living in extreme poverty. Journal of food and nutrition sciences.

Rahmawati VE, Pamungkasari EP, Murti B. 2018. Determinants of stunting and


child development in Jombang district. Journal of Maternal and Child
Health. 3(1): 68-80

Rambe & Sebayang. 2020. Pegaruh kuesioner pra skrining perkembangan


(KPSP) terhadap peningkatan kepatuhan ibu dalam pemantauan
perkembangan anak. Journal Health Of Studies Vol. 4. No.1 Maret 2020,
79-86. ISSN.2549-3353.

Sari. 2015. Bimbingan kader posyandu dengan kepatuhan kunjungan ibu balita di
posyandu. Jurnal Ners LENTERA, 3 (1), 1-9.

Soetjiningsih. 2015. Tumbuh Kembang Anak Edisi: 2. Jakarta :EGC.

Widyawati, dkk. 2016. Analysis Complementary Feeding And Nutritional Status


Among Children Age 12-24 Months In Puskesmas Lesung Batu, Empat
Lawang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Desember 2016, 7(2):139-149

74
e-ISSN 2548-7949 DOI: https://doi.org/10.26553/jikm.2016.7.2.139-149
Available online at http://www.jikm.unsri.ac.id/index.php/jikm.

75

Anda mungkin juga menyukai